BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

65 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011). Retardasi mental juga memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE DI SDLB NEGERI COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

IKRIMA RAHMASARI J

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI TOILETINGPADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUSTAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERSIHAN RONGGA MULUT ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB-C YAYASAN TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. struktur kelengkapan fisik(unicef, 2013).Disabilitas dapat disebabkan. melakukan aktivitas secara selayaknya anak normal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN jiwa (7,18 persen), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan. Gejala utamanya yang paling menonjol adalah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). Menurut data dari WHO tahun 2011, sekitar 15 persen dari populasi dunia 785 juta orang memiliki cacat mental yang signifikan, termasuk sekitar 5 persen dari anak-anak, menurut sebuah laporan baru disusun bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan Bank Dunia. (Washington Post, 2011). Berdasarkan data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau 317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah Luar Biasa (SLB) (KemenKes RI, 2010). 1

2 Pada anak retardasi mental beberapa masalah yang terjadi adalah kelemahan atau ketidakmampuan pada anak usia sebelum 18 tahun yang disertai keterbatasan dalam kemampuan kemandirian misalnya dalam hal, mengurus diri (oral hygiene, mandi, berpakaian), dan kemandirian dalam hal toileting (Hidayat, 2005). Pengetahuan tentang Activities of Daily Living (ADL) dalam hal oral hygiene, mandi, berpakaian, dan toileting sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan kemandirian ADL pada anak. Kemandirian ADL yang baik dari anak akan menimbulkan kepercayaan diri pada anak, mengurangi ketergantungan anak kepada orangtua, dan mengurangi beban asuhan bagi orang tua. Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan dampak dari ADL, sehingga ibu akan mempunyai sikap yang positif terhadap konsep ADL (Suryabudhi, 2006). Berdasarkan data yang peneliti ambil dari TU SLB N Surakarta pada tanggal 26 Januari 2013, jumlah siswa SLB ada 145 orang. Terdiri dari 95 siswa SDLB, 30 siswa SMPLB, dan 20 siswa SMALB. Di kelas 2 SDLB didapatkan hasil 9 orang anak mengalami retardasi mental sedang, dan 9 orang anak mengalami retardasi mental ringan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 orang tua anak penyandang retardasi mental, yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Januari 2013 bahwa pengalaman orang tua melatih kemandirian ADL anak

3 retardasi mental berbeda-beda. Orang tua mengajarkan anaknya untuk bisa melakukan aktifitas mandi, oral hygiene (menggosok gigi), berpakaian yang rapi, dan melakukan toilet training; Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) dengan baik dan benar. Namun kebersihan dari mandi, oral hygiene, dan toileting (BAB dan BAK) pada anak masih kurang. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran pengalaman orang tua dalam memandirikan anak retardasi mental meliputi dalam hal mandi, oral hygiene, berpakaian, dan toileting di SLB N Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengalaman orang tua dalam memandirikan anak retardasi mental di SLB N Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengalaman orang tua memandirikan anak retardasi mental dalam hal mandi. b. Mengetahui gambaran pengalaman orang tua memandirikan anak retardasi mental dalam oral hygiene. c. Mengetahui gambaran pengalaman orang tua memandirikan anak retardasi mental dalam hal berpakaian.

4 d. Mengetahui gambaran pengalaman orang tua memandirikan anak retardasi mental dalam hal BAB. e. Mengetahui gambaran pengalaman orang tua memandirian anak retardasi mental dalam hal BAK. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Sebagai informasi tambahan dan masukan dalam meningkatkan pelayanan untuk melaksanakan tindakan keperawatan. 2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Dengan diketahui tentang gambaran pengalaman orang tua dalam memandirikan anak retardasi mental, maka akan menjadi sumbangan informasi untuk ilmu pengetahuan. Khususnya tentang anak tuna grahita. 3. Bagi orang tua dan guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu khususnya bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan kemandirian pada anaknya. Bagi guru, bisa lebih meningkatkan kualitas dalam mengajar tentang kemandirian anak didiknya. Terutama dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan riset keperawatan, khususnya tentang anak retardasi mental.

5 E. Penelitian Sejenis 1. Hj. Fadlilah (2008) Kendala Penerapan Terapi ABA (Applied behavior Analsys) Terhadap Kemandirian Anak Retardasi mental/gdd di Pusat Terapi A plus Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena penelitian ini menjelaskan keadaan atau fenomena di lapangan yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 3 orang subyek. Dari data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif. Yaitu berusaha memaparkan hasil penelitian sebagaimana adanya sesuai data yang dikumpulkan dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dengan membandingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan metode ABA di A plus merupakan metode utama yang tidak terlepas dari metode pendukung lainnya. Kendala penerapan terapi ABA di pusat terapi terpadu A plus terletak pada intensitas terapi yang pendek, anak kurang bisa memahami instruksi/materi yang diberikan,lamban dalam merespon instruksi, penolakan anak terhadap materi, kemampuan merawat diri yang kurang sehingga anak selalu tergantung pada orang lain, serta kurangnya dukungan orangtua. 2. Rini (2008) Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental dalam Personal Hygiene di SDLB N Colomadu. Metode penelitian menggunakan rancangan Deskriptif Korelatif. Sampel penelitian adalah 31 orang tua yang

6 mempunyai anak retardasi mental yang bersekolah di SDLB Negeri Colomadu dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh data penelitian diperoleh dari kuesioner kemandirian anak dan tingkat pendidikan orang tua. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Fisher s Exact Test. Hasil penelitian menunjukkan 16 responden (51,6%) berpendidikan rendah mempunyai anak mandiri sebanyak 11 anak (35,5%) dan tidak mandiri sebanyak 5 anak (16,1%), 15 responden berpendidikan tinggi mempunyai anak mandiri sebanyak 5 anak (16,1%) dan anak tidak mandiri sebanyak 10 anak (32,3%).. Hasil uji statistic Fisher s Exact Test diperoleh nilai p = 0,076. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di SDLB Negeri Colomadu. 3. Ramawati (2011) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif, rancangan penelitian cross sectional dan sampel adalah 65 orang tua anak tuna grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB). Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan perawatan diri pada anak tuna grahita masih rendah. Terdapat hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, umur, dan kekuatan motorik pada anak tuna grahita dengan kemampuan diri (p value <0,005). Faktor paling dominan yang

7 mempunyai hubungan adalah faktor kekuatan motorik anak tuna grahita dengan OR=4,77.