I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu

PERKEMBANGAN POPULASI KUTU PERISAI AULACASPIS TEGALENSIS

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

TEBU. (Saccharum officinarum L).

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

I. PENDAHULUAN. industri dan sumber energi. Sorgum juga mempunyai potensi sebagai bahan baku

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

SERANGAN PENGGEREK BATANG TEBU Chilo sacchariphagus DI SENTRA TEBU JAWA TIMUR. Oleh: Erna Zahro in,sp dan Effendi Wibowo,SP

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USDA (2008), kedudukan sorgum manis (Sorghum bicolor [L.]

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus

I. PENDAHULUAN. Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

2.1.1 Informasi Geografis dan Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

JENIS HAMA DAN PENGENDALIAN PADA TANAMAN TEBU

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan TA Dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan TA Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon. Bandung, 14 Maret 2018

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pepaya merupakan tanaman herba yang berasal dari Amerika. Tengah, Hindia Barat, Meksiko dan Costa Rica. Tanaman yang masuk ke

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

PEMBUATAN POLYBAG ORGANIK SEBAGAI TEMPAT MEDIA PEMBIBITAN DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sumber utama untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan (Poaceae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Tebu mengandung serat-serat atau sabut dengan persentase 12,5% dari bobot tebu dan cairan manis yang disebut nira dengan persentase 87,5%. Di dalam nira terdiri dari air (75-80%) dan bahan kering (20-25%). Bahan kering tersebut ada yang larut dan tidak larut dalam nira. Gula yang merupakan produk akhir dari pengolahan tebu terdapat dalam bahan kering yang larut dalam nira dengan kadar hingga 20% (Indriani dan Sumarsih, 1992). Selain menghasilkan gula, tebu juga menghasilkan limbah atau hasil sampingan berupa ampas, tetes, dan blotong. Ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, dan untuk bahan bakar di pabrik gula. Tetes tebu yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir dapat dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG). Sedangkan blotong yang merupakan hasil samping dari proses pemurnian nira dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Misran, 2005).

2 Produksi gula tebu nasional dari tahun 2010 sampai tahun 2013 berturut-turut sebesar 2,3 juta ton, 2,2 juta ton, 2,4 juta ton, dan 2,5 juta ton. Hasil produksi ini belum mampu mencukupi kebutuhan gula dalam negeri yang mencapai 5,7 juta ton, yang terdiri dari 2,96 juta ton untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,74 juta ton untuk keperluan industri (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013a). Untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut, sejak tahun 2002 Pemerintah RI melaksanakan Program Swasembada Gula Nasional antara lain melalui upaya rehabilitasi tanaman tebu dengan bongkar ratoon dan rawat ratoon secara intensif, penyediaan benih unggul bermutu melalui kultur jaringan, peningkatan kapabilitas petani melalui pemberdayaan petani, serta langkah-langkah ekstensifikasi dengan perluasan areal dan pembangunan pabrik gula baru (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013b). Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha produksi gula karena hama dan penyakit dapat menurunkan produksi tanaman sehingga menimbulkan kerugian. Serangan hama dan penyakit pada pertanaman tebu dapat menurunkan produksi dan rendemen tebu 10-50% dalam kondisi serangan sedang sampai berat (P3GI, 2008). Di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur, kerugian hasil akibat serangan penggerek pucuk tebu diperkirakan mencapai Rp. 163.531.890,00 dari total luas areal terserang 111.982 ha. Kerugian yang disebabkan oleh hama tebu di Indonesia ditaksir dapat mencapai 75%. Lebih dari 100 jenis hama menyerang tanaman tebu dan sebagian besar hama tersebut berasal dari jenis serangga (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2013).

3 Salah satu hama yang menyerang pertanaman tebu di PT GMP Lampung Tengah adalah kutu perisai Aulacaspis tegalensis Zehntn yang tergolong di dalam Famili Diaspididae, Ordo Hemiptera. Serangan hama ini secara konsisten meningkat dan semakin meluas hingga menyerang semua varietas tebu yang ditanam pada lahan produksi PT GMP (R&D PT GMP, 2001). Serangan kutu perisai pada pertanaman tebu dapat menurunkan produksi tanaman tebu secara kualitas (pol, brix, rendemen) dan kuantitas (bobot batang). Pada kriteria serangan berat, kutu perisai A. tegalensis dapat menyebabkan penurunan pol sebesar 15%, brix 10%, dan rendemen 8%. Pol menunjukkan kandungan sukrosa pada cairan gula yang ditentukan dengan metode polarisasi; brix merupakan jumlah total padatan terlarut pada larutan gula dengan menggunakan alat refraktometer yang dilengkapi dengan timbangan; dan rendemen adalah kandungan gula tanaman tebu (Sunaryo dan Hasibuan, 2003). Beberapa teknik pengendalian dilakukan untuk mengatasi hama kutu perisai, salah satunya dengan penggunaan insektisida kimiawi sintetis yang diaplikasikan dengan penyemprotan (MIPC dan dichlorvos) dan penaburan (fipronil dan karbofuran). Akan tetapi penggunaan pestisida secara intensif dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang salah satunya adalah terbunuhnya organisme nir-sasaran (musuh alami) (Hasibuan, 2004). Untuk mengurangi pengaruh negatif dari penggunaan pestisida sintetik, seyogyanya pengendalian hama tanaman tebu dilaksanakan berdasarkan penetapan status hama dan pengambilan keputusan pengendalian hama yang dibuat berdasarkan data hasil pemantauan. Salah satu komponen penting dalam

4 sistem pemantuan hama tanaman adalah sampling (penerokan) populasi hama. Sampling merupakan proses pengambilan dan pengamatan sebagian populasi (berupa sampel) untuk menduga keadaan keseluruhan individu pada populasi. Sampel yang diamati harus dapat mewakili populasi, sehingga taksirannya tepat untuk menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Untung, 2006). Pada tahap awal, salah satu informasi yang penting diketahui dalam metode sampling populasi hama adalah pola sebaran hama yang diduga populasinya. Pola sebaran hama adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil sampling, karena kesalahan dalam menentukan sifat sebaran hama akan mengakibatkan kesalahan dalam pendugaan populasi sebenarnya. Pola persebaran hama dapat ditelaah secara horisontal maupun vertikal. Menurut Tarumingkeng (1994), pola sebaran spasial horisontal ditentukan berdasarkan jumlah individu atau contoh yang ditemukan pada suatu waktu dan luasan tertentu, sedangkan pola sebaran spasial vertikal ditentukan berdasarkan letak posisi ketinggian satwa dari permukaan tanah. Pola sebaran populasi hama kutu perisai perlu diteliti agar metode pengambilan sampel dan metode pengendalian yang dilakukan bisa lebih terarah, efektif dan efisien. Disamping itu, hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan pengendalian hama adalah menaksir terlebih dahulu kondisi serangan hama di lapang agar dapat ditentukan teknik dan saat pengendalian yang tepat, serta kebutuhan sarana pengendalian yang diperlukan. Menurut Sudarsono dan Pramono (1998), determinasi pola agihan keruangan atau sebaran hama sekaligus

5 dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat serangan hama pada saat pengendalian dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mempelajari pola sebaran hama kutu perisai A. tegalensis dan untuk menduga tingkat serangannya pada beberapa varietas tebu. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mempelajari pola sebaran kutu perisai A. tegalensis pada varietas tebu yang diduga tahan, sedang, dan rentan terhadap serangan hama A. tegalensis. 2. Menduga intensitas serangan kutu perisai A. tegalensis pada varietas tebu yang memiliki tingkat ketahanan berbeda terhadap serangan hama A. tegalensis (tahan, sedang, dan rentan). 1.3 Kerangka Pemikiran Kutu perisai menyerang tanaman tebu dengan cara mengisap cairan batang yang telah beruas. Tanaman tebu yang terserang berat kutu perisai menunjukkan gejala pertumbuhan batang terhambat, diameter batang lebih kecil, daun berdiri, daundaun bagian bawah mengering, ruas tebu kotor dan warna bercak pucat pada ruas yang terserang (Bidang Tanaman PTPN VII, 1997 dalam Ferliyansyah, 2006). Pada serangan awal, kutu perisai tidak menimbulkan gejala apapun dan tanaman masih tampak sehat, karena pada kondisi itu populasi kutu perisai yang ada pada tanaman masih rendah dan kemungkinan kutu perisai masih dalam fase nimfa aktif (instar 1). Pada kondisi ini, kutu perisai masih bisa berpindah-pindah dan

6 setelah itu menusukkan styletnya secara dangkal pada substrat tanaman, sehingga kemampuan merusaknya masih rendah (Williams, 1970). Penanaman varietas tahan termasuk dalam pengendalian secara teknik budidaya dan merupakan salah satu cara pengendalian hama yang cukup baik, karena biayanya murah dan tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Suatu varietas dikatakan resisten (tahan) hama apabila varietas tersebut pada suatu saat sama-sama mendapat serangan hama dengan populasi hama yang sama, ternyata kerusakannya lebih kecil dibandingkan dengan varietas lainnya. Semakin tahan suatu varietas tanaman terhadap serangan hama, maka semakin kecil intensitas hama itu menyerang. Sehingga asumsinya, bahwa jumlah individu hama pada varietas tanaman yang tahan akan lebih rendah dibandingkan pada varietas yang rentan. Jumlah individu hama yang menyerang tanaman tersebut yang akan digunakan dalam pendugaan pola sebaran hama. Hasil penelitian Williams (1970) menunjukkan bahwa karakter tanaman mempengaruhi pola dan intensitas serangan A. tegalensis. Hubungan antara A. tegalensis dengan tanaman inangnya sangat erat dan karakter inang seperti perbedaan sifat morfologi antar inang menentukan sebaran dan kemelimpahannya secara horisontal. Pelepah daun yang membungkus batang mempunyai peranan penting pada perkembangan serangan kutu di batang. Pelepah daun luasnya bervariasi menurut umur daun dan varietas tebu. Nimfa cenderung tinggal berdekatan dengan koloninya, sehingga pertumbuhan koloni lebih tampak daripada bergerombol secara padat dan bersaing di tempat yang sama.

7 Pertumbuhan tanaman inang seperti perpanjangan batang yang cepat memiliki pengaruh terhadap kutu, ruas batang yang panjang dan berpelepah renggang diduga mempunyai pengaruh positif untuk pertumbuhan koloni A. tegalensis. Di antara jenis-jenis tebu yang dibudidayakan di PT GMP, terdapat beberapa varietas yang mempunyai tingkat ketahanan berbeda-beda terhadap A. tegalensis. Menurut Saefudin (komunikasi pribadi, 2013), varietas tebu di PT GMP yang diketahui tahan, sedang, dan rentan terhadap serangan A. tegalensis berturut-turut adalah GMP 3, GP 11, dan RGM 00-869. Varietas GMP 3 memiliki pelepah yang melekat rapat dan lebih sulit diklentek dibandingkan dengan varietas GP 11 dan RGM 00-869, sehingga populasi A. tegalensis pada varietas GMP 3 akan lebih rendah daripada varietas yang lain, karena A. tegalensis lebih menyukai tanaman tebu dengan pelepah yang melekat renggang. 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1. Keragaman varietas tebu mempengaruhi pola sebaran hama A. tegalensis. 2. Intensitas serangan A. tegalensis dipengaruhi oleh ketahanan varietas tebu.