PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII Oleh Sigit Setyo Wicaksono 1 Mudjianto 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145 Email: Styo.wicaksono@ymail.com ABSTRAC:The purpose of learning to write a play is to arouse the spirit of writing, developing knowledge skills, develop ideas and ideas to produce work. To improve students' ability to write a script needed a method to support learning activities. The method used is a creative group learning method. The design of this study was action research. Improvement actions can be seen from the cycle I and cycle II, which is on three aspects. I cycle aspects of the story 88.2%, 72.2% of the language, aspects of spelling 68.05%. While aspects of the story cycle II 97.2%, 90.2% of the language, spelling aspect 81.9%. Improved student learning is also improved compared to the prior action. Keyword : improvement of writing ability, creative group learning method, writing script ABSTRAK:Tujuan pembelajaran menulis naskah drama adalah membangkitkan semangat menulis, mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa, mengembangkan gagasan dan ide-ide untuk menghasilkan karya. Untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis naskah dibutuhkan metode yang mendukung kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan adalah metode belajar kelompok kreatif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan. Peningkatan tindakan dapat dilihat dari siklus I dan siklus II, yaitu pada tiga aspek. Siklus I aspek cerita 88,2%, aspek bahasa 72,2%, aspek ejaan 68,05%. Sedangkan pada siklus II aspek cerita 97,2%, aspek bahasa 90,2%, aspek ejaan 81,9%. Peningkatan proses belajar siswa juga meningkat dibanding sebelum tindakan. Kata Kunci: peningkatan kemampuan menulis, metode belajar kelompok kreatif, menulis naskah drama Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa baik secara lisan ataupun tulis. Selain belajar berkomunikasi, siswa juga dilibatkan dalam pembelajaran sastra, dengan adanya pembelajaran ini diharapkan siswa dapat menghargai karya sastra. Pembelajaran menulis naskah drama di SMP masih kurang baik dan ditemukan banyak kendala dalam pembelajarannya, antara lain (1) siswa masih merasa kesulitan jika disuruh menulis naskah drama serta mengembangkan ide cerita menjadi sebuah naskah 1 Sigit Setyo W. adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang (UM) 2012. 2 Mudjianto adalah dosen Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang (UM). 3 Indra Suherjanto adalah dosen Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang (UM).
drama satu babak, (2) konsep imajinasi yang rendah dalam pembelajaran menulis drama mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menulis naskah drama satu babak, (3) model pembelajaran yang digunakan kurang memotivasi siswa, karena hanya menggunakan metode ceramah. Dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis naskah drama, siswa yang harus dituntut untuk benar-benar aktif dan kreatif dalam berfikir dan menuangkan ide ke dalam tulisan-tulisan, sehingga hasil naskah dapat dikatakan baru dan berbeda dengan naskah drama yang lain, sehingga proses menulis kreatif sangat dibutuhkan dalam pembelajaran ini. Menurut Roekhan (1991:63) terdapat beberapa manfaat dalam menulis naskah drama. Pertama siswa berlatih mengembangkan gagasan. Kedua siswa harus sering melakukan kegiatan menulis, jika sering menulis dapat memperlancar siswa dalam mengungkapkan ide. Ketiga siswa akan terbiasa menggarap plot, tema, setting, dan karakter yang baik dalam penulisan naskah drama. Keempat, dengan berlatih menulis siswa akan mampu membedakan antara menulis karya sastra drama dengan karya sastra lainnya. Kelima siswa secara tidak langsung terlatih untuk mengenali keadaan sekitar dan lebih peka dengan kejadian-kejadian yang terkait didalamnya. Metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Pengajaran metode kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Holubec, dalam satu kelas dijadikan kelompokkelompok kecil yang terdiri atas empat sampai lima orang untuk memahami konsep yang diberikan oleh guru (dalam Nurhadi, 2009). Ada beberapa elemen yang menunjang dan saling terkait dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman dan Bintoro, 2000:78-79). Berdasarkan uraian tersebut peneliti menerapkan metode pembelajaran yang lebih memotivasi siswa dalam belajar, metode Belajar Kelompok Kreatif (BKK), strategi belajar ini pada dasarnya bertujuan untuk membuat siswa aktif dalam menulis, kreatif menimbulkan ide dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini lebih berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai pengarah, penanggung jawab dan motivator dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga diharapkan masing-masing individu aktif, kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelompok ini siswa akan melakukan kegiatan pembelajaran dengan prosedur (1) menentukan, (2) merancang, dan (3) mengembangkan Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan belajar siswa dalam kegiatan menulis tahap perencanaan naskah drama menggunakan metode Belajar Kelompok Kreatif (BKK). (2) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan belajar siswa dalam kegiatan pengembangan naskah drama, berdasar perencanaan naskah menggunakan metode Belajar Kelompok Kreatif. (3) Mendeskripsikan peningkatan proses belajar siswa dalam kegiatan menulis naskah drama satu babak, dengan menggunakan metode Belajar Kelompok Kreatif (BKK).
METODE Penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif pada siswa SMP kelas VIII, merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai pelaksana tindakan, baik pada siklus I dan siklus II, dalam penelitian ini guru bidang studi sebagai kolaborasi dalam kegiatan diskusi mendiskusikan hasil evaluasi tiap siklus. Peneliti juga meminta bantuan teman sejawat untuk menjadi pengamat selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini selain peneliti sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran, peneliti juga sebagai pengumpul data, analisis data, penafsir data dan menjadi pelapor hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan November Desember yang terjadi dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMPN 13 Malang, berjumlah 36 siswa dengan rincian 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Data dalam penelitian ini ada dua yaitu data utama dan data penunjang. Data utama berupa hasil pelaksanaan tindakan kelas, yaitu hasil pekerjaan siswa menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif. Sedangkan data penunjang dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara sebelum tindakan dan sesudah tindakan dengan guru pengajar bahasa Indonesia, data hasil angket yang di isi oleh siswa sebelum tindakan. Selain menjadi subjek penelitian, siswa juga sebagai koresponden dalam mengisi angket. Data dari pedoman Observasi tingkah laku siswa pada saat kegiatan pembelajaran serta data dari catatan lapangan dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yang dikelompokkan menjadi instrumen utama dan penunjang. Instrumen utama sekaligus intrumen kunci dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya terdapat rubrik penilaian siswa dalam menulis naskah drama dan proses kerja kelompok dalam menyusun kerangka, rubrik ini berisi aspek-aspek yang dijadikan tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam menulis naskah drama. Sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi, angket siswa, pedoman wawancara untuk guru, catatan lapangan dan kamera digital untuk dokumentasi. Analisis data kualitatif dilakukan dengan tiga tahap (1) Reduksi, data yang direduksi dalam penelitian ini adalah data proses hasil menulis naskah drama dengan cerita dari pengalaman pribadi siswa. Data hasil menulis tersebut direduksi dan dideskripsikan serta diolah dengan program SPSS, untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Belajar Kelompok Kreatif (BKK). Hasil wawancara dengan guru, hasil observasi dan angket siswa serta hasil catatan lapangan, direduksi untuk mengetahui pendapat siswa dan guru mengenai pembelajaran menulis, dan mengetahui pembelajaran pada setiap siklusnya. (2) Paparan data, Bagian ini dilakukan dengan cara memaparkan informasi-informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi. Data yang disajikan meliputi hasil studi pendahuluan, aktifitas guru pada siklus I dan siklus II, aktifitas siswa dalam pembelajaran, perlunya perubahan tindakan, hambatan yang dihadapi pada saat penerapan pembelajaran menulis naskah drama. (3) Penarikan kesimpulan, memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi, dapat dikatakan sebagai pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dan dibentuk dalam pernyataan atau kalimat singkat
dan bermakna. Sementara analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program statistik (SPSS 16.0) yang hasilnya juga dideskripsikan sebagai penguat hasil statistik. HASIL Setelah dilakukan kegiatan studi pendahuluan di SMPN 13 Malang diperoleh data bahwa kegiatan pembelajaran menulis naskah drama pada saat studi pendahuluan, ditemukan dari 36 siswa terdapat 18 siswa yang mencapai ketuntasan belajar memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan hasil nilai >70, sedangkan 18 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan belajar dengan nilai <70. Kegiatan pembelajaran dengan kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama pada saat studi pendahuluan di SMP Negeri 13 Malang, diperoleh refleksi pembelajaran, bahwa siswa kelas VIII khususnya, belum sepenuhnya mampu menulis naskah drama dengan benar. Pembelajaran menulis drama di SMP masih kurang dan ditemukan banyak kendala dalam pembelajarannya, antara lain (1) siswa masih merasa kesulitan jika disuruh menulis naskah drama serta mengembangkan ide cerita menjadi sebuah naskah drama satu babak, (2) konsep imajinasi yang rendah dalam pembelajaran menulis drama mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam menulis naskah drama satu babak, (3) model pembelajaran yang digunakan kurang memotivasi siswa. Untuk kemampuan dasar hampir semua siswa sudah mampu menulis naskah drama, dan mereka sudah mengerti mengenai unsur-unsur instrinsik dalam naskah drama, akan tetapi dalam membuat deskripsi tokoh, perwatakan, penokohan dan setting yang dibuat, serta pemetaan alur dan pembuatan dialog masih kurang benar. Dari kegiatan menyusun perencanaan naskah drama pada siklus I, dapat diketahui bahwa semua siswa telah mampu membuat kerangka naskah drama dengan cukup baik. Kemampuan perencanaan naskah siswa lebih meningkat dan bervariatif dalam hal pemilihan cerita dengan pengalaman pribadi serta kegiatan dalam kelompok membantu mereka lebih cepat menuangkan ide dibanding saat mereka bekerja secara individu. Mereka menentukan tema dari pengalaman pribadi mereka yang di diskusikan bersama kelompok, pada kegiatan ini tema yang dipilih siswa beragam, yaitu kecelakaan, kisah antara gank anak sekolah, pariwisata, persahabatan dan kisah cinta siswa SMP. Pada kegiatan siswa dalam menentukan tokoh, watak dan penokohan, siswa telah mampu menciptakan tokoh dan watak yang beragam, Pada kegiatan mengembangkan tahapan alur, rata-rata siswa sudah mampu mengembangkan alur dengan baik. Alur cerita dibuat sudah runtut dari awal cerita hingga penyelesaian masalah. Dari kegiatan mengembangkan kerangka naskah menjadi naskah drama utuh, diperoleh hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I, ditemukan bahwa dari 36 siswa terteliti, terdapat 32 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan hasil nilai >70. Sedangkan 4 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan belajar dengan hasil nilai <70. Secara umum, kesulitan siswa berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada saat siklus I ini, telah dapat teratasi dan terkondisikan dalam kegiatan pembelajaran, hanya ada beberapa siswa yang memang kurang memperhatikan yaitu 4 siswa yang nilainya dibawah KKM hal ini berakibat pada hasil naskah yang tidak sesuai dengan kerangka, serta beberapa siswa sering mengganggu
siswa yang lain meskipun sudah ditegur guru, hal ini yang mengakibatkan konsentrasi pada kegiatan pembelajaran berkurang. Akan tetapi hampir semua siswa telah ikut berperan aktif dalam pembelajaran, terbukti saat guru menjelaskan dan memberi pengarahan tentang kegiatan siswa dalam kelompok, siswa lebih memperhatikan dibandingkan saat kegiatan pembelajaran studi pendahuluan. Dari kegiatan menyusun perencanaan naskah drama pada siklus II, dapat di simpulkan bahwa semua siswa telah mampu membuat kerangka naskah drama dengan baik. Kemampuan perencanaan naskah siswa lebih meningkat dan bervariatif dalam hal pemilihan cerita yang di ambil dari pengalaman pribadi. Kegiatan dalam kelompok membantu mereka lebih cepat menuangkan ide dibanding saat mereka bekerja secara individu. Mereka menentukan tema dari pengalaman pribadi mereka yang di diskusikan bersama. Pada kegiatan siklus II ini siswa tetap memilih cerita yang dijadikan tema tidak jauh berbeda dengan siklus I, yaitu bertema kecelakaan, kisah anak sekolah, pariwisata, persahabatan dan perkelahian dengan teman. Sehingga dapat dikatakan tema yang dipilih oleh siswa tersebut adalah cerita dari pengalaman mereka yang mereka adaptasi untuk dijadikan cerita dalam menulis naskah drama. Kegiatan siswa dalam menentukan tokoh, watak dan penokohan, semua siswa telah mampu menciptakan tokoh dan mengembangkan watak tokoh yang beragam. Pada kegiatan mengembangkan tahapan alur, rata-rata siswa sudah mampu mengembangkan alur dengan baik. Alur cerita dibuat sudah runtut dari awal cerita hingga penyelesaian masalah. Hasil kegiatan siswa dalam mengembangkan kerangka naskah drama dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus II, dengan kegiatan menulis naskah drama berdasarkan kerangka naskah drama yang disusun, ditemukan bahwa dari 36 siswa terteliti, semua siswa telah mendapatkan nilai di atas rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 9 siswa mendapat nilai 100, 13 siswa memperoleh nilai 99. Sebanyak 10 siswa memperoleh nilai 95 dan 4 siswa mendapat nilai 90. Kriteria ketuntasan minimal SMP Negeri 13 Malang adalah 70. Secara umum, kesulitan siswa berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada saat siklus II ini, telah dapat teratasi dan terkondisikan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, siswa yang pada kegiatan pembelajaran siklus I dan pada saat studi pendahuluan kurang memperhatikan dan sering mengganggu siswa yang lain meskipun sudah ditegur guru, pada pembelajaran siklus II ini siswa sudah terkondisikan, keaktifan siswa untuk sibuk dengan sendirinya juga berkurang, hanya ada dua siswa yang masih bercanda dalam kelompok, sehingga anggota dalam kelompok ikut terpancing, tetapi mereka tetap berperan aktif dalam anggota. Anggota kelompok yang mengalami kesalahan konsep kerangka dan hasil pengembangan naskah berbeda, pada siklus II ini sudah teratasi dengan baik dan masing-masing anggota telah memahami perintah dan petunjuk yang ada. Semua siswa telah ikut berperan aktif dalam pembelajaran terbukti saat guru menjelaskan dan memberi pengarahan tentang kegiatan siswa dalam kelompok, siswa lebih serius memperhatikan.
PEMBAHASAN Dari kegiatan menyusun perencanaan naskah drama pada siklus I dapat diketahui bahwa semua siswa telah mampu membuat kerangka naskah drama. Kemampuan perencanaan naskah siswa lebih meningkat dan bervariatif dalam hal pemilihan cerita serta kegiatan dalam kelompok membantu mereka lebih cepat menuangkan ide dibanding saat mereka bekerja secara individu. Mereka menentukan cerita dari pengalaman pribadi mereka yang di diskusikan bersama serta secara bersama menentukan unsur-unsur intrinsik seperti tema, tokoh, setting, dan alur. Dermawan (2001:1) menyebutkan bahwa yang dimaksud unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam karya itu sendiri, unsur yang secara faktual jalin menjalin membentuk satu kesatuan bangunan yang disebut karya sastra. Siswa dibekali materi menulis naskah drama dan diberikan pengarahan cara untuk menyusun kerangka naskah selain untuk memantapkan kemampuan siswa juga karena teori menulis naskah drama juga harus dijadikan pegangan. Pada tahap menulis ini siswa mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama utuh. Pada tahap mengembangkan kerangka, siswa diberi kebebasan mengembangkan kerangka. Roekhan (1991:6-7) menjelaskan kreatifitas merupakan perpaduan dari beberapa hal, yaitu (1) kemampuan berpikir kritis, karena dengan berpikir kritis orang akan menemukan hal baru, (2) kepekaan emosional, melalui kepekaan emosional orang-orang akan merasakan sesuatu yang samar di lingkungannya, (3) bakat akan memperkuat kreatifitas seseorang, tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan, (4) daya imajinasi, melalui daya imajinasi orang akan mengasosiasi apa yang dilihat, dirasa, didengar dan dicium. Jadi, melalui kreatifitas yang dimiliki, siswa akan mengembangkan kerangka dan diharapkan akan menemukan ide-ide berbeda dengan ide yang ada sebelumnya. Dalam kegiatan ini siswa menulis bebas dengan mengungkapkan ide dalam bentuk tulisan yang sebenarnya, penjelasan ini sejalan dengan penjelasan Billow, bahwa tulisan bebas sekehendak penulis, yang biasanya dalam bentuk karangan imajinatif disebut juga sebagai tulisan kreatif (dalam Nurchasanah dan Widodo, 1993). Kekreatifan siswa dalam mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama utuh, dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu menulis naskah drama dengan mengembangkan kerangka naskah drama. Terbukti dari 36 siswa terteliti, siswa yang memperoleh ketuntasan sejumlah 32 siswa, sedangkan siswa yang belum memperoleh ketuntasan sejumlah 4 siswa, hal ini dikarenakan kurang memahaminya siswa pada saat mengembangkan kerangka naskah. Daya kreatifitas siswa untuk menulis naskah drama selain dengan bantuan metode belajar kelompok kreatif yang dalam kegiatannya siswa menulis naskah drama secara berkelompok, siswa juga dirangsang dengan cerita dari pengalaman pribadi siswa sendiri yang telah dipilih dalam kelompok. Roekhan (1991:9) kreativitas dapat muncul dengan cara dirangsang antara lain (1) mempelajari ide orang lain, (2) meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, (3) menciptakan suasana yang menunjang, (4) melakukan perenungan, (5) sering berlatih, dan (6) terus berpikir kritis dan asosiatif. Pada tahapan menulis ini siswa telah mampu mengembangkan kerangka naskah drama yang telah mereka buat menjadi sebuah naskah drama yang baik.
Kerangka naskah drama yang telah dibuat oleh siswa dapat dikembangkan dengan adanya pengembangan karakter tokoh, pengembangan alur mulai dari awal cerita, penanjakan lakuan, krisis, klimaks/pertikaian dan penyelesaian. Alur yang dikembangkan siswa secara garis besar terbagi menjadi lima bagian, Hudson menjelaskan yaitu permulaan, penanjakan lakuan, krisis, penurunan lakuan, dan keputusan (dalam Asmara,1979:55-56). Sejalan dengan itu Waluyo (2002:8-11) mengungkapkan alur menjadi lima bagian, yaitu exposition atau awal cerita, inciting forse atau penanjakan laku, crisis atau krisis, climaks atau klimaks, solusion atau keputusan. Siswa mulai mampu mengembangkan dialog-dialog pada setiap tokohnya menjadi komunikatif, mudah dipahami, sesuai dengan karakter tokoh dan mendukung tema, pada bagian ini yang kurang diperhatikan siswa adalah penggunaan tanda baca, ejaan dan adanya ketidaksesuaian kerangka dengan hasil pengembangan, karena tidak memperhatikan perintah yang ada dalam lembar kerja siswa. Pada tahap siklus I semua siswa belum mampu mengembangkan aspek dalam kerangka naskah drama dengan benar, empat siswa belum mampu mengembangkan kerangka naskah dengan maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami perintah dan petunjuk, serta sibuk ramai sendiri sehingga mengakibatkan hasil naskah drama tidak sesuai dengan kerangka yang telah di buat, serta terdapat beberapa kelompok yang masih kurang baik dalam mengembangkan kerangka naskah. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa lebih cepat tanggap dibandingkan saat studi pendahuluan, siswa lebih cepat membentuk kelompok, mereka terlihat antusias dan dengan segera mengkondisikan diri dengan anggota kelompok yang lain. Hampir semua kelompok telah mampu mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama utuh meliputi tema, tokoh, setting, dan alur, serta unsur pembentuk lainnya. Mereka terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bantuan metode pembelajaran belajar kelompok kreatif, kegiatan berkelompok menentukan, merancang dan mengembangkan membantu mereka lebih cepat menuangkan ide dibandingkan saat mereka bekerja secara individu pada kegiatan studi pendahuluan. Namun peneliti tidak berhenti dengan masalah tersebut. Peneliti tetap berusaha untuk menyiapkan tindakan pada siklus selanjutnya dengan memberikan perlakuan kepada siswa yang belum mengerti dalam kegiatan pembelajaran. Dari kegiatan menyusun perencanaan naskah drama pada siklus II dapat di simpulkan bahwa semua siswa telah mampu membuat kerangka naskah drama. Kemampuan perencanaan naskah siswa lebih meningkat dan bervariatif dalam hal pemilihan cerita yang di ambil dari pengalaman pribadi serta kegiatan dalam kelompok membantu mereka lebih cepat menuangkan ide dibanding saat mereka bekerja secara individu. Mereka menentukan tema dari pengalaman pribadi mereka yang di diskusikan bersama. Jika dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II ini siswa lebih mampu mengembangkan dialog-dialog pada setiap tokohnya menjadi lebih komunikatif, mudah dipahami dan mampu menunjukkan karakter dari masing-masing tokoh serta mampu membawa tema. Pada tahap mengembangkan naskah drama bagian yang masih perlu diperhatikan oleh siswa yaitu penggunaan kalimat, untuk tanda
baca semua siswa telah menggunakannya dengan baik. Peran guru dalam tahap menulis ini adalah sebagai fasilitator dalam membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. Sebagai fasilitator guru memberikan penjelasan dan arahan kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan ide dan memperoleh wawasan baru dalam pembelajarannya, siswa juga secara bebas menggunakan ide, gagasan dan imajinasi untuk mengembangkan setiap aspek dalam kerangka yang dikembangkan menjadi naskah drama utuh. Pada siklus II ini siswa mampu mengembangkan kerangka naskah drama dengan baik. Empat siswa yang hasil naskah tidak sesuai dan beberapa kelompok yang kurang baik naskah dramanya, pada siklus II ini telah mampu mengembangkan naskah drama dengan baik. Saat kegiatan pembelajaran pada siklus II berlangsung, siswa lebih cepat tanggap, lebih cepat membentuk kelompok, dan mereka terlihat sangat antusias dalam kegiatan berkelompok. Siswa segera mengkondisikan diri dengan anggota kelompok yang lain. Semua kelompok telah mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama utuh dengan baik meliputi tema, tokoh, setting, dan alur, serta unsur pembentuk naskah drama yang lain. Penggunaan tanda baca dan ejaan pada tindakan siklus II juga telah mengalami peningkatan, tanda baca dan ejaan telah digunakan secara tepat. Mereka terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran saling bertukar pendapat dan kesulitan mengenai kegiatan pembelajaran ini sudah dapat teratasi dibandingkan saat kegiatan pembelajaran di siklus I. Peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata tiap aspek pada kegiatan studi pendahuluan, kegiatan siklus I, dan kegiatan siklus II pada tabel berikut. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Metode Belajar Kelompok Kreatif pada Studi Pendahuluan, Siklus I, Siklus II No. Aspek Studi Pendahuluan Siklus I Siklus II Tuntas Tuntas Tuntas 1. Cerita 80,6% 88,2% 97,2% 2. Bahasa 61,1% *) 72,2% 90,2% 3. Ejaan 66,7% *) 68,05% *) 81,9% Keterangan Belum Tuntas Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum kemampuan siswa dalam kegiatan menulis naskah drama dengan menggunakan metode pembelajaran Belajar Kelompok Kreatif (BKK) telah mengalami peningkatan pada tiap siklus, dengan penggunaan tiga prosedur dari metode Belajar Kelompok Kreatif (BKK) yaitu menentukan, merancang dan mengembangkan membantu siswa dalam
kegiatan menulis naskah drama. Dari 36 subjek penelitian dengan tiga aspek penilaian telah mengalami peningkatan pada setiap aspek. Sebanyak 80,6% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek cerita saat studi pendahuluan. Sebanyak 61,1% siswa belum memperoleh ketuntasan pada aspek bahasa saat studi pendahuluan. Sebanyak 66,7% siswa belum memperoleh pada aspek ejaan saat studi pendahuluan. Pada kegiatan siklus I, sebanyak 88,2% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek cerita. Sebanyak 72,2% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek bahasa, dan sebanyak 68,05% siswa belum memperoleh ketuntasan pada aspek ejaan. Pada kegiatan siklus II telah terjadi peningkatan pada tiap aspeknya. Sebanyak 97,2% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek cerita. Sebanyak 90,2% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek bahasa dan sebanyak 81,9% siswa telah memperoleh ketuntasan pada aspek ejaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis data, temuan penelitian, serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama menggunakan metode belajar kelompok kreatif pada siswa kelas VIII mencangkup peningkatan tahap perencanaan naskah, mengembangkan kerangka naskah pada siklus I dan II serta proses kegiatan belajar diuraikan sebagai berikut. Peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif dalam tahap perencanaan naskah dilakukan dengan kegiatan menentukan dan merancang. Menentukan digunakan siswa untuk menentukan cerita serta tema. Sedangkan kegiatan merancang digunakan siswa untuk membuat kerangka naskah drama dengan cara menganalisis unsur-unsur intrinsik seperti tema, tokoh, setting, dan alur. Penggunaan metode belajar kelompok kreatif membantu siswa dalam menyusun kerangka naskah, sehingga siswa tidak merasa canggung dalam mengambangkan imajinasi yang dimiliki. Hal ini terbukti pada tahap perencanaan naskah, siswa lebih cepat menuangkan ide dan gagasan, sehingga dihasilkan kerangka naskah drama yang bervariasi. Peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada tahap mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama utuh satu babak. Hal ini juga ditunjang dengan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide yang telah dirancang sebelumnya pada tahap perencanaan naskah. Dalam kegiatan ini siswa telah mampu menentukan tema, mengembangkan alur, menciptakan watak tokoh yang mendukung tema, memberikan setting yang jelas dan tidak berlebihan serta mengembangkan dialog yang komunikatif setiap tokohnya, penggunaan kalimat dan pemilihan kata yang tepat, serta penggunaan prolog, epilog serta wawancang yang mendukung. Penggunaan ejaan yang telah benar. Peningkatan proses belajar siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan metode belajar kelompok kreatif dapat meningkatkan proses kegiatan belajar siswa. Saat kegiatan tindakan siswa
lebih cepat tanggap dibandingkan saat studi pendahuluan, siswa lebih cepat membentuk kelompok dan segera mengkondisikan diri dengan kelompok. Semua kelompok telah mengembangkan kerangka naskah menjadi naskah drama utuh, keseluruhan siswa telah mampu berfokus pada kegiatan pembelajaran, mereka terlihat aktif dalam kegiatan kelompok saling bertukar pendapat dan kesulitan siswa dalam kelompok pada kegiatan sebelumnya telah dapat teratasi dengan baik. Saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan metode belajar kelompok kreatif telah berhasil dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa SMP kelas VIII. Secara umum disarankan agar lebih mengoptimalkan penggunaan metode belajar yang mendukung dalam kegiatan siswa untuk kegiatan menulis, sehingga siswa tidak merasa terbebani dan merasa kesulitan. Seperti metode Belajar Kelompok Kreatif (BKK) sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa SMP kelas VIII. Saran khusus juga ditunjukkan peneliti kepada Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan di lingkungan sekolah, disarankan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memadai untuk guru dan siswa sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Guru sebagai penyampai materi dan sebagai fasilitator, disarankan untuk selalu memberikan media dan metode pembelajaran yang baru. Sehingga siswa tidak terbebani dan merasa kesulitan dalam belajar untuk peneliti berikutnya yang melakukan penelitian sejenis, diharapkan dapat menggunakan metode belajar kelompok kreatif sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih kreatif atau mengembangkan keterampilan berbahasa yang lain. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, M. & Bintoro, T. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Asmara, A. 1979. Apresiasi Drama. Yogyakarta:Nur Cahaya Dermawan, T. 2001. Apresiasi Prosa Fiksi. Malang:Depdiknas.Universitas Negeri Malang, Jurusan Sastra Indonesia,Fakultas Sastra Nurhadi & Senduk, A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual (ContextualTeaching and Learning/CTL). Malang: NAMA Penerbit Nurchasanah & H.S, Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang:Universitas Negeri Malang Roekhan. 1991. Menulis Kreatif Dasar-dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang: YA3 Waluyo, H.J. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:PT Hanindita Graha Widy
Artikel ilmiah oleh Sigit Setyo W. ini telah disetujui untuk dipublikasikan 28 Mei 2012 Penulis Sigit Setyo Wicaksono NIM 207211408998 28 Mei 2012 Pembimbing I Dr. Mudjianto, M.Pd NIP 1950 0319 197603 1001 28 Mei 2012 Pembimbing II Indra Suherjanto, S.Pd., M.Sn NIP 1969 0927 200501 1001