BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Klasifikasi, Patofisiologi dan Gejala Klinik Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat teratasi dengan baik namun penyakit tidak menular semakin menunjukkan peningkatan akibat adanya perubahan pada gaya hidup, peningkatan status sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup (Kemenkes RI, 2014). Penyakit kardiovaskuler, dimana penyakit hipertensi termasuk di dalamnya, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia disusul oleh kanker, penyakit pernafasan kronis, HIV/AIDS, TBC, diabetes dan malaria (WHO and Worldbank, 2005). Berasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia yang diperoleh dengan melakukan pengukuran pada kelompok umur 18 tahun sebesar 25,8%. Angka ini menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 dimana prevalensi hipertensi yang diperoleh dengan melakukan pengukuran pada kelompok umur 18 tahun sebesar 29,8%. Penurunan ini tidak serta merta berarti bahwa telah terjadi penurunan penderita hipertensi di Indonesia namun bisa disebabkan karena alat pengukur tekanan darah yang berbeda dan masyarakat mungkin sudah mulai sadar untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Salah satu hal yang mendukung dugaan tersebut adalah 1

meningkatnya prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosa oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) yaitu dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 dan 2013, Propinsi Bali secara nasional termasuk dalam salah satu propinsi di Indonesia yang meningkat prevalensi hipertensi berdasarkan hasil wawancara (apakah pernah didiagnosa oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali hipertensi menduduki peringkat ke empat dari 10 besar penyakit tahun 2013 dengan jumlah penderita 108.295 orang (Dinas Kesehatan Propinsi Bali, 2013). Kabupaten Badung menempati peringkat ke-3 prevalensi hipertensi umur 18 tahun berdasarkan pengukuran tahun 2013 setelah Kabupaten Tabanan dan Bangli dengan prevalensi 22,4%. Angka ini berada lebih tinggi dibandingkan prevalensi hipertensi Propinsi Bali yakni sebesar 19,9%. Sedangkan angka prevalensi hipertensi terendah ditempati oleh Kabupaten Gianyar dengan prevalen 13,3% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013). Berdasarkan Laporan Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Badung Tahun 2013, hipertensi menduduki peringkat ketiga setelah acute pharingitis dan fever dengan jumlah penderita 7.713 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2014). Hipertensi mendapat julukan sebagai The Sillent Killer karena sering tidak menunjukkan gejala sehingga orang yang menderita akan merasa sehat-sehat saja,

padahal peroses perusakan organ-organ dalam akibat tekanan darah yang tinggi sedang terus terjadi. Kerusakan yang dapat ditimbulkan akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol seperti penebalan dan pembesaran bilik kiri jantung, angina pectoris, infark miokard sampai pada gagal jantung. Pada otak dapat terjadi Trascient Ischemic Attack dan stroke, sementara organ yang cukup rentan terkena dampak tekanan darah yang tinggi yaitu ginjal yang dapat mengakibatkan penyakit ginjal kronis. Organ mata pun bisa mendapatkan gangguan akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol yaitu berupa retinopati (Kemenkes RI, 2010). Hipertensi adalah gejala yang ditimbulkan oleh banyak faktor risiko. Penelitian terdahulu telah menyimpulkan berbagai faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya hipertensi. Penelitian terdahulu menguraikan faktor pencetus hipertensi dapat dikelompokkan menurut yang tidak dapat dikendalikan seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikendalikan seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung garam, lemak, kebiasaan merokok, kegemukan, dan kurangnya aktivitas fisik (Windyningtyas, 2009). Faktor risiko lainnya yang mendukung terjadinya hipertensi adalah kurangnya konsumsi buah dan sayuran, serta stres (Kemenkes RI, 2010). Beberapa literatur juga menyebutkan kopi sebagai salah satu pemicu tekanan darah menjadi tinggi (Windyningtyas, 2009). Masyarakat yang tinggal di daerah pantai, di mana daerah pantai identik dengan perkotaan memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan (MN Bustan, 1997), disebabkan

tingkat konsumsi garam yang tinggi sedangkan masyakarat pegunungan lebih banyak mengkonsumsi sayur mayur (Wahyuni dan Martini, 2006). Berdasarkan data kunjungan di Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung tahun 2014, penyakit hipertensi menempati rangking kelima dari sepuluh besar penyakit terbanyak dengan jumlah kasus sebanyak 944 orang, yang merupakan angka tertinggi dibandingkan 12 puskesmas lainnya yang terdapat di Kabupaten Badung (Puskesmas Kuta Utara, 2015). Perilaku masyarakat di wilayah Puskesmas Kuta Utara belum sepenuhnya mendukung pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi. Hal tersebut terlihat dari hasil survei cepat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan tahun 2014 terhadap 1260 Kepala Keluarga, di mana masih ada sebanyak 4% yang tidak mengkonsumsi buah dan sayur, 3,5% yang tidak melakukan aktivitas fisik dan sebanyak 23,3% masih mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah, yang tentunya sangat membahayakan anggota keluarga yang lain (Puskesmas Kuta Utara, 2015). Menurut tingkat pendidikan sebanyak 18,78% penduduk di wilayah Puskesmas Kuta Utara masih berpendidikan rendah yaitu 9,23% tamat SD dan 9,55% tamat SMP. Masyarakat yang berpendidikan rendah akan sulit untuk menerapkan pola hidup sehat termasuk pencegahan penyakit hipertensi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan di Cikarang Barat menyebutkan bahwa hipertensi dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah (Anggara dkk, 2012). Di tengah hingar bingar gemerincing dollar yang dihasilkan indutri pariwisata, ternyata di wilayah Puskesmas Kuta Utara masih terdapat penduduk miskin sebanyak 4,84%, di mana penduduk yang miskin akan kesulitan untuk melakukan

pola hidup bersih dan sehat akibat keterbatasan ekonomi sehingga berpotensi terkena berbagai masalah kesehatan termasuk hipertensi. Berbagai penelitian yang meneliti faktor pemicu hipertensi telah banyak dilakukan dan masih terdapat adanya kontroversi. Penelitian yang dilakukan Kartikasari di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang tahun 2012 terhadap 53 kasus dan 53 kontrol menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada masyarakat pedesaan adalah umur, riwayat keluarga, kebiasaan merokok dan obesitas. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada setting penelitian di mana penelitian ini dilakukan di puskesmas dan pemilihan kasus dan kontrol yang di-matching untuk variabel umur dan jenis kelamin. Penelitian mengenai hipertensi juga pernah dilakukan di daerah Pedesaan Oyo Barat Laut Nigeria pada Bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2014 terhadap 166 pria dan 201 wanita menggunakan rancangan cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu kelebihan berat badan, jenis kelamin, tidur yang kurang berkualitas, stres, riwayat keluarga dan konsumsi alkohol. Letak perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada rancangan penelitian dimana penelitian ini menggunakan rancangan case control dan juga pada setting penelitian. Penelitian lainnya di bidang hipertensi juga dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sibela Kota Surakarta tahun 2015 yang meneliti tentang faktor risiko hipertensi pada kelompok usia muda (Prasetyo, 2015). Penelitian tersebut menggunakan rancangan case control dengan jumlah responden 42 kasus dan 42 kontrol, sedangkan variabel bebas yang diteliti yaitu pola makan, aktivitas fisik dan status

ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan terjadinya hipertensi. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada subyek penelitian yang berbeda. Selain perbedaan-perbedaan yang telah diuraikan diatas terdapat perbedaan yang mendasar yaitu adanya perbedaan tempat dan waktu dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, mengingat wilayah Puskesmas Kuta Utara yang termasuk daerah perkotaan dan pariwisata dengan tingkat kompetisi yang tinggi pada masyarakatnya, perlu dilakukan penelitian guna mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kuta Utara Tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, Kabupaten Badung menempati peringkat ke-3 prevalensi hipertensi umur 18 tahun berdasarkan pengukuran tahun 2013 di Provinsi Bali dengan prevalen 22,4% dan jumlah kunjungan hipertensi yang terbanyak terdapat di Puskesmas Kuta Utara yaitu sebanyak 944 pada tahun 2014 yang merupakan angka tertinggi dibandingkan 12 puskesmas lainnya di Kabupaten Badung, dapat diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah faktor riwayat keluarga, penghasilan, stres, merokok, perokok pasif, frekuensi mengkonsumsi sayur dan buah, kebiasaan mengkonsumsi kopi, frekuensi aktivitas fisik, kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan makanan yang mengandung lemak serta obesitas berperan terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat yang berusia 18-65 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Risiko riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi. 2. Risiko penghasilan terhadap kejadian hipertensi. 3. Risiko stres terhadap kejadian hipertensi. 4. Risiko merokok dan perokok pasif terhadap kejadian hipertensi. 5. Risiko frekuensi mengkonsumsi sayur dan buah terhadap kejadian hipertensi. 6. Risiko kebiasaan mengkonsumsi kopi terhadap kejadian hipertensi. 7. Risiko tingkat aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi. 8. Risiko kebiasaan mengkonsumsi makanan asin terhadap kejadian hipertensi. 9. Risiko kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak terhadap kejadian hipertensi. 10. Risiko obesitas terhadap kejadian hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1. Manfaat bagi penulis adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan gambaran tentang faktor risiko yang berhubungan kejadian hipertensi dan bagi peneliti berikutnya diharapkan penelitian ini bisa menjadi referensi dalam melaksanakan riset dengan jenis yang serupa. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan saran kepada Kepala Puskesmas dan Pengelola Program Penyakit Tidak Menular UPT Puskesmas Kuta Utara dalam upaya penanganan masalah hipertensi di Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung. 2. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang faktor risiko kejadian hipertensi sehingga dapat mengambil tindakan agar diri dan keluarga terhindar dari penyakit hipertensi.