BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Klasifikasi, Patofisiologi dan Gejala Klinik Hipertensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Klasifikasi, Patofisiologi dan Gejala Klinik Hipertensi"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Klasifikasi, Patofisiologi dan Gejala Klinik Hipertensi Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal atau tekanan darah 140/90 mmhg (Kemenkes RI, 2014) dan dapat digolongkan menjadi klasifikasi normal bila tekanan sistolik <120 mmhg dan diastolik <80 mmhg, pre hipertensi bila tekanan sistolik mmhg dan diastolik mmhg, hipertensi grade 1 bila tekanan sistolik mmhg dan tekanan diastolik mmhg serta hipertensi grade 2 bila tekanan sistolik 160 dan diastolik 100 (Kemenkes RI, 2012). Patofisiologi hipertensi secara umum dapat dikaitkan dengan ginjal dan sistem syaraf. Ginjal adalah organ dalam yang memegang peranan sangat penting di dalam sistem pengendalian tekanan darah, sehingga setiap gangguan maupun kondisi abnormal yang terjadi pada ginjal dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Patofisiologi hipertensi apabila dikaitkan dengan sistem syaraf, maka akan berhubungan dengan istem syaraf simpatis yang merupakan bagian dari system syaraf otonom yang akan meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara apabila tubuh bereaksi akibat adanya ancaman dari luar (Tahitiaannoni-ss.com, 2015). Hipertensi memiliki gejala yang tidak khas sehingga sering dijuluki sebagai the sillent killer (Kemenkes RI, 2012). 9

2 Epidemiologi Hipertensi Secara global prevalensi tertinggi peningkatan tekanan darah usia 18 tahun pada tahun 2014 terdapat di Afrika sebesar 30% dan yang terendah terdapat di Amerika yaitu sebesar 18%. Di negara-negara dengan penghasilan rendah prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan negara berpenghasilan menengah ke atas (WHO, 2015). Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan prevalensi hipertensi sebesar 24% setelah Bhutan (27,7%), Timor Leste (26%), Nepal (25,9%), India (25,9%) dan Bangladesh (25,1%), sedangkan prevalensi hipertensi terendah yaitu Srilanka sebesar 21,6% (WHO, 2015). Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan pengukuran pada umur 18 tahun menurut Hasil Riskesdas 2013 terdapat di Bangka Belitung (30,9%), disusul Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi yang paling rendah di Papua sebesar 16,8%, sedangkan prevalensi hipertensi di Provinsi Bali yaitu 19,9% (Kemenkes RI, 2013). Prevalensi hipertensi tertinggi di Provinsi Bali berdasarkan pengukuran tahun 2013 terdapat di Kabupaten Tabanan (25,8%), disusul Kabupaten Bangli (23,9%) dan Kabupaten Badung (22,4%). Prevalensi hipertensi terendah terdapat di Kabupaten Gianyar sebesar 13,3% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013). Secara geografis masyarakat yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, karena pola konsumsi garam yang tinggi sedangkan masyakarat

3 11 pegunungan lebih banyak mengkonsumsi sayur mayur (Wahyuni dan Martini, 2006). Demikian pula halnya masyarakat yang tinggal di perkotaan memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan yang tinggal di pedesaan (Kemenkes RI, 2013). Epidemiologi hipertensi berdasarkan orang dapat diklasifikasikan menurut umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Laki-laki berpeluang menderita hipertensi diatas 55 tahun dan perempuan diatas 65 tahun (Kemenkes RI, 2011). Hasil Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan bahwa semakin tinggi kelompok umur maka prevalensi hipertensi akan cenderung meningkat, baik melalui pengukuran maupun wawancara (Kemenkes RI, 2013). Laki-laki lebih cenderung menderita hipertensi dibandingkan wanita, namun wanita berpeluang lebih besar terkena hipertensi apabila berusia di atas 50 tahun. Hal ini karena hormon estrogen yang melindungi wanita dari risiko terkena penyakit cardiovascular akan semakin menurun pada saat seorang wanita memasuki masa menopause. Hal ini sesuai dengan Hasil Riskesdas Tahun 2013 di mana prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki baik melalui pengukuran maupun wawancara. (Kemenkes RI, 2013). Seseorang berpeluang hingga 2 kali lipat terkena penyakit hipertensi bila memiliki riwayat keluarga yang sebelumnya sudah menderita penyakit tersebut dibandingkan yang tidak (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) mengalami peningkatan yaitu dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013 (Kementerian

4 12 Kesehatan RI, 2013). Prevalensi hipertensi di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan berdasarkan wawancara menurut hasil Riskesdas Tahun Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Badung hipertensi menempati peringkat ke-3 dalam sepuluh besar penyakit di Kabupaten Badung baik pada Tahun 2013 maupun Tahun 2014, namun terjadi penurunan yaitu dari kasus pada Tahun 2013 menjadi pada Tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2015). Sementara itu berdasarkan Laporan Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kuta Utara Tahun 2015, penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kuta Utara mengalami peningkatan dari 888 kasus pada tahun 2013 menjadi 944 kasus pada Tahun 2014 (Puskesmas Kuta Utara, 2015). 2.3 Faktor Risiko Hipertensi Umur Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan faktor risiko hipertensi karena anatomi tubuh yang mulai mengalami perubahan, dimana arteri akan kehilangan kelenturan yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan sempit sehingga tekanan darah akan meningkat (Kemenkes RI, 2012). Penelitian kasus dan control yang dilakukan di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa faktor umur merupakan faktor risiko hipertensi dengan OR=11,340; 95%CI=346 95,553 (Kartikasari, 2012). Demikian juga hasil penelitian cross secsional yang dilakukan di Kota Tengah terhadap 276 responden yang membuktikan bahwa umur merupakan faktor risiko terhadap hipertensi dengan OR=2,219; 95%CI=1,366 3, 605 (Gobel, 2013).

5 Jenis Kelamin Pria memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi menderita hipertensi bila dibandingkan wanita (WHO, 2014). Hal itu berlaku untuk umur di bawah 50 tahun, karena bila sudah memasuki umur 50 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk mendapatkan hipertensi daripada pria, yang disebabkan karena menurunnya hormon estrogen yang berperan didalam memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk tekanan darah tinggi (Wahyuni, 2006). Penelitian kasus dan control yang melibatkan 106 responden di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko terkena hipertensi dengan OR=3,051; 95%CI=1,318 7,062 (Kartikasari, 2012). Namun hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di Kabupaten Cikarang Barat di mana jenis kelamin tidak berhubungan dengan tekanan darah, p=0,355 dan 95%CI=0,66-4,92 (Anggara dkk, 2012) Riwayat Keluarga Hipertensi dikaitkan pula dengan faktor riwayat keluarga dimana bila ayah atau ibu mempunyai penyakit hipertensi besar kemungkinan akan menurun kepada anak anaknya dengan perkiraan sebesar 30% dan bila baik ayah maupun ibu menderita hipertensi maka anak-anaknya berisiko terkena hipertensi sebesar 50%. Risiko menderita hipertensi essensial semakin tinggi bila baik ayah maupun ibu mengidap penyakit tersebut sebelumnya (Windyningtyas, 2009). Sebuah studi potong lintang yang dilakukan di daerah pedesaan Oyo di Barat Daya Nigeria melibatkan 367 responden berusia >18 tahun menunjukkan

6 14 hasil bahwa riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap hipertensi dengan nilai p<0,05 (Abdulsalam dkk, 2014). Namun hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan pada kalangan wanita usia subur sebanyak 88 responden di Yogyakarta di mana riwayat keluarga tidak signifikan menyebabkan hipertensi, nilai p>0,05 (Yeni dkk, 2009) Penghasilan WHO menyatakan bahwa di negara-negara yang berpenghasilan rendah, prevalensi hipertensi cenderung meningkat bila dibandingkan dengan negaranegara yang berpenghasilan menengah ke atas. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa status ekonomi seseorang yang salah satunya dipengaruhi oleh besar kecilnya penghasilan yang diperoleh memiliki kaitan dengan kejadian hipertensi. Namun penelitian kasus dan control yang dilakukan pada 84 responden yang dilakukan di Kota Surakarta menunjukkan bahwa status ekonomi tidak berhubungan dengan hipertensi, nilai p=0,450 (Prasetyo, 2015) Stres Stres merupakan suatu keadaan ketegangan fisik dan mental/kondisi yang dialami oleh seseorang yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir dan dapat menyebabkan ketegangan. Stres atau kondisi jiwa yang sedang tegang (perasaan tertekan, bersedih, amarah, ketakutan, perasaan patut disalahkan) dapat memacu anak ginjal menghasilkan hormon adrenalin dan memompa jantung untuk berdetak untuk lebih cepat dan kuat, yang berujung pada meningkatnya tekanan darah. Jika kondisi ini terjadi dalam periode yang lama, maka tubuh selanjutnya akan beradaptasi yang dapat menimbulkan ketidaknormalan organis

7 15 atau perubahan patologis dengan manifestasi yang menonjol adalah hipertensi (Gunawan, 2001). Hasil penelitian cross sectional yang dilakukan pada sampel sejumlah 91 orang di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu pada tahun 2012, menunjukan bahwa stres secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat hipertensi nilai p=0,03 (Mahmudi, 2012). Penelitian yang dilakukan Finda Amriana tahun 2012 menunjukkan stres memiliki hubungan dengan hipertensi (Nilai p=0,021). Demikian juga halnya dengan penelitian cross sectional yang dilakukan di Daerah Pedesaan Oyo Barat Daya Nigeria terhadap 166 pria dan 201 wanita dewasa tahun 2014, menunjukkan bahwa stres secara signifikan berpengaruh kepada hipertensi nilai p=0,01 (Abdulsalam dkk, 2014). Namun penelitian yang dilakukan oleh Bernard Agyei, dkk yang dipublikasikan pada Bulan Juli 2014 di Belanda, tidak menemukan bukti bahwa stres berhubungan dengan hipertensi di kalangan migran sub sahara afrika Merokok Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HLD (kolesterol baik), peningkatan gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Kemenkes RI, 2012). Hasil penelitian oleh Kartikasari pada masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang tahun 2012 menunjukkan hasil bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan OR=9,537. Berikutnya, sebuah

8 16 penelitian cross sectional yang dilakukan di Kecamatan Cikarang Barat dengan melibatkan 75 responden laki-laki dan perempuan menemukan adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan hipertensi dengan OR=8,1; 95%CI=2,55-25,64 (Anggara, 2012). Bukan hanya perokok aktif, para perokok pasif pun memiliki risiko untuk menderita hipertensi akibat seringnya terpapar asap rokok. Sebanyak 392 perempuan berkebangsaan Cina bukan perokok berpartisipasi dalam penelitian cross sectional di Propinsi Shanxi, Cina Utara pada Tahun 2015 yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan resiko hipertensi pada wanita bukan perokok akibat tingginya proporsi laki-laki perokok terutama di daerah Cina pedesaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merokok pasif meningkatkan risiko menderita hipertensi sebesar 2 kali lipat dengan Adjusted OR=1,99; 95% CI=1,16-3,39 (Li N, dkk., 2015). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Airul Nuroh yang meneliti faktor yang berkaitan dengan hipertensi di kalangan pasien yang berkunjung di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2012, di mana merokok tidak berhubungan dengan hipertensi (Nilai p=0,155 atau p>0,05) Konsumsi Buah dan Sayur Buah dan sayuran utamanya kentang memiliki berbagai kandungan vitamin dan mineral yang berguna untuk memaksimalkan kerja dan fungsi organ tubuh serta merupakan sumber kalium yang dapat melindungi tubuh kita dari penyakit hipertensi (Weaver, 2013). Pola hidup di perkotaan di mana masyarakatnya lebih cenderung memilih makanan cepat saji yang minim

9 17 mengandung buah dan sayur akan memperbesar peluang terjadinya penyakit degenerative seperti hipertensi (Kemenkes RI, 2012). Sebuah penelitian cross sectional dilakukan di wilayah Mediterania tahun 2012 melibatkan 3995 orang yang terdiri dari 58% wanita usia rata-rata 67 tahun dimana 81% diantaranya menderita hipertensi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mengkonsumsi gazpacho (Soup sayur khas mediterania) dengan kategori sedang dan tinggi dapat menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata masingmasing 1,9 mmhg dan 2,6 mmhg. Sedangkan tekanan darah diastolik dapat diturunkan rata-rata masing-masing 1,5 mmhg dan 1,9 mmhg (Medina-Remon A dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Airul Nuroh yang meneliti faktor yang berkaitan dengan hipertensi di kalangan pasien yang berkunjung di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2012 menunjukkan bahwa kurang mengkonsumsi buah dan sayur memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi (OR=3,6). Hasil yang berbeda diungkapkan oleh Dian Lestari tahun 2010 yang menyebutkan bahwa tidak terdapat kaitan antara asupan kalium dengan hipertensi (Nilai p=0,315). Penelitian yang dilakukan oleh Etika Hasna Dina Putri tahun 2014 juga tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara asupan kalium dengan kejadian hipertensi pada wanita menopause (Nilai p=1,000) Konsumsi Kopi Penelitian menunjukkan bahwa minum kopi dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien hipertensi berusia lanjut. Apabila kebiasaan mengkonsumsi kopi disertai dengan merokok, maka tekanan darah akan lebih

10 18 meningkat jika dibandingkan dengan orang yang hanya minum kopi saja. Oleh karena itu, pasien hipertensi sangat disarankan untuk membatasi konsumsi kafein dan nikotin (Windyningtyas, 2009). Penelitian kohort prospektif yang dilakukan di Italia dengan melibatkan 1201 partisipan, menunjukkan hasil bahwa mengkonsumsi kopi merupakan faktor risiko yang signifikan dari meningkatnya kejadian hipertensi yang memerlukan pengobatan dengan Hazard Rasio (HR) 1.5 (CI= ) di kalangan pengkonsumsi kopi berat (>3 cangkir per hari) dan HR 1.1 (CI= ) di kalangan pengkonsumsi kopi sedang (1-3 cangkir sehari) dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kopi sama sekali (Mos L dkk, 2015). Hal yang senada juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ngateni pada tahun 2009 yang meneliti tentang hubungan kebiasaan minum kopi pada sopir bemo di terminal Joyoboyo Surabaya, dimana kopi merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi dengan OR=3,35 (Mannan, dkk., 2012). Namun penelitian yang dilakukan oleh Hasrin Manan Tahun 2012 justru menunjukkan bahwa minum kopi tidak bermakna secara statistik dengan penyakit hipertensi (CI 95% 0,52-4,60). Begitu pula penelitian yang dilakukan Andi Emmy tahun 2010 pada golongan umur dewasa muda di Kabupaten Pinrang yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi bukan faktor resiko terhadap kejadian hipertensi (Mannan dkk, 2013). Hasil penelitian hubungan pola kebiasaan konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat miskin di Indonesia justru menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi cenderung menurunkan risiko kejadian hipertensi (95%CI=0,865-0,929) (Indrawati, 2009).

11 Aktivitas Fisik Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah karena aktivitas fisik yang teratur dapat melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi normal (Kemenkes RI, 2012). Orang yang kurang berolah raga atau kurang aktif bergerak dan mereka yang kurang bugar, memiliki risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20 50% dibandingkan mereka yang aktif dan bugar (Windyningtyas, 2009). Penelitian yang dilakukan di kalangan pengguna sistem layanan kesehatan publik di Brazil Tahun 2015 yang melibatkan 963 responden menunjukkkan bahwa kurangnya aktivitas fisik dalam 3 domain yaitu domain kerja, olahraga dan waktu luang meningkatkan risiko kejadian hipertensi, OR=2,46; 95%CI=1,14-5,32 (Turi BC, dkk., 2015). Demikian juga halnya dengan penelitian case control yang dilakukan di Kabupaten Sleman Tahun 2013 terhadap 50 responden, menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dengan OR=4,9; 95%CI=1,29-18,26 (Listiyaningsih Atun dkk., 2013). Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian kasus dan kontrol yang dilakukan pada masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang dimana aktivitas fisik tidak signifikan sebagai faktor risiko hipertensi (OR=0,492) (Kartikasari, 2012). Senada dengan hasil penelitian Bulkiah di Kabupaten Luwu tahun 2013 yang menyatakan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap hipertensi (nilai p=0,06).

12 Konsumsi Makanan Asin Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan tekanan darah. Natrium yang umumnya berasal dari garam memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi, natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Mengkonsumsi natrium dalam jumlah yang berlebihan mengakibatkan kadar natrium dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menstabilkannya, cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Akibat dari meningkatnya volume cairan ekstraseluler maka volume darah akan ikut bertambah dan dampaknya adalah menimbulkan tekanan darah yang tinggi. Takaran mengkonsumsi garam yang ideal agar terhindar dari penyakit tekanan darah yaitu maksimal 6 gram (1 takar sendok teh) sehari (Kemenkes RI, 2011). Penelitian case control yang dilakukan di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa garam merupakan faktor risiko bagi kejadian hipertensi, dengan OR=3,446; 95%CI=1,509 7,872 (Kartikasari, 2012). Namun penelitian potong lintang yang dilakukan terhadap 333 responden yang berusia 45 tahun di Desa Sigaol Simbolon, Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa mengkonsumsi garam bukan merupakan faktor risiko hipertensi, nilai p=0,074 (Siringoringo dkk, 2013).

13 Konsumsi Makanan Mengandung Lemak Pola hidup masyarakat saat ini menyukai makanan yang tinggi lemak akibat menjamurnya gerai-gerai makanan cepat saji yang kandungan lemaknya sangat tinggi. Lemak merupakan penyumbang kolesterol terbesar dimana kolesterol yang berlebihan konsentasinya dalam darah akan menempel pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah akan menyempit dan mengakibatkan tekanan darah meningkat (Kemenkes RI, 2011). Mengkonsumsi lemak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi ditunjukkan oleh penelitian potong lintang terhadap 333 responden berusia 45 tahun yang dilakukan di Desa Sigaol Simbolon, Kabupaten Samosir di mana nilai p=0,032 (Siringoringo dkk, 2013). Namun penelitian kasus dan kontrol yang dilakukan di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi lemak bukan merupakan faktor risiko bagi kejadian hipertensi, dengan nilai p=0,05 ; 95%CI=0,995 4,768 (Kartikasari, 2012) Kegemukan (Obesitas) Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat badan normal atau Index Massa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Seseorang dikatakan mengalami kegemukan bila Index Massa Tubuhnya >27 kg/m 2 (Kemenkes RI, 2015). Kegemukan dapat menyebabkan hipertensi karena semakin berat bobot tubuh seseorang, maka volume darah yang diperlukan untuk mengantarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh juga semakin banyak. Akibatnya jumlah darah yang beredar pada

14 22 pembuluh darah semakin banyak dan tekanan pada dinding arteri akan bertambah (Kartikasari, 2012). Penelitian kasus dan kontrol yang dilakukan terhadap 106 responden di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa kegemukan merupakan faktor risiko hipertensi OR=9,051; 95%CI=1,804 45,420 (Kartikasari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa penyakit tidak menular menyumbang kematian utama paling besar yaitu sebesar 36 juta atau 2/3 dari 57 juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI Lilies Sundari*, Merah Bangsawan** * Aulmni Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang sundarililies@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai teori Deihl (1990) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan daya regang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci