Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas. yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

AGEN LPG 3KG DAN ASPEK PERPAJAKANNYA KPP PRATAMA JEMBER

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Definisi. Ketentuan PPh Pasal 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

SE - 29/PJ/2010 PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI B

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Pemungut PPh Pasal 22

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

PPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

KOP SURAT WAJIB PAJAK

Pajak Penghasilan. Pasal 25

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 32/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25)

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

KOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009

Lampiran I.1 NOMOR : Kepada Yth. LAMPIRAN :... 1) PERIHAL :... di )

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1.

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

LEMBAR INFORMASI AMPLOP SPT TAHUNAN YANG DISAMPAIKAN MELALUI POS ATAU PERUSAHAAN JASA EKSPEDISI ATAU JASA KURIR

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PETUNJUK PENGISIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN FISKAL NON BURSA (SKF NON BURSA)

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 21/PJ/2009 TANGGAL : 02 MARET 2009

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

NPWP dan Pengukuhan PKP

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus Yth. Kepala Kantor... (2) Di -...

SE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambah

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

NOMOR : Lampiran 1.1 LAMPIRAN : Kepada Yth. PERIHAL : (1)

PJ.091/PPh/S/004/ TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DAFTAR PUSTAKA. Tjahjono, Ahmad dan Huesein, M. Fakhri. 2000, Perpajakan, Yogyakarta, UPP AMP YUPN

Materi E-Learning Perpajakan

Saat menerima. Penghasilan

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

MEMUTUSKAN : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013. : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final. Tahun Pajak : 2010

PETUNJUK PENGISIAN USUL PEMERIKSAAN KHUSUS. (Lampiran 1)

vii Tinjauan Mata Kuliah

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh koperasi KPRI Gotong

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

No Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21

Transkripsi:

Lampiran I Surat Edaran : Nomor : SE-11/PJ.41/1995 Tanggal : 28 Pebruari 1995 Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak Tanah A. I. Data Wajib Pajak PT."X" anggota Hiswana Migas. - usahanya semata-mata sebagai Penyalur Premium dan Solar. - Dalam tahun pajak 1994 tidak menerima/memperoleh penghasilan lain. - Penjualan dalam tahun 1994 berdasarkan laporan keuangan Wajib Pajak = Premium - 5.400.000 liter = Rp. 3.780.000.000,00 Solar - 1.800.000 liter = Rp. 684.000.000,00 Rp. 4.464.000.000,00 - Penghasilan neto tahun pajak 1994 berdasarkan laporan keuangan = Rp. 55.400.000,00 - Kompensasi kerugian tidak ada. - PPh yang telah disetor dalam tahun pajak 1994 berdasarkan Perjanjian Kerjasama yaitu : Premium Rp. 11.340.000,00 Solar Rp. 2.052.000,00 Rp. 13.392.000,00 A... II. Pengisian SPT Tahunan PPh Tahunn 1994 a. Lampiran SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah-jumlah sesuai dengan laporan keuangan. b. 1. SPT Tahunan PPh Induk diisi dengan jumlah sesuai dengan jumlah yang diisikan dalam lampiran dan data lainnya kecuali untuk ruang : Penghasilan Kena Pajak - PPh Pasal 25 yang dibayar sendiri - Angsuran PPh Pasal 25 tahun 1995 2. Ruang Penghasilan Kena Pajak diisi dengan Penghasilan Kena Pajak yang telah disesuaikan dengan jumlah PPh yang telah disetor dalam tahun pajak 1994 berdasarkan perjanjian kerjasama. PPh yang disetor berdasarkan perjanjian kerjasama adalah Rp. 13.392.000,00.

PPh sebesar Rp. 13.392.000,00 tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal 17 Undangundang PPh 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 55.405.000,00 (15% x Rp. 10.000.000,00 + 25% x Rp. 40.000.000,00 + 35% x Rp. 5.405.000,00) Dalam hal demikian perkalian antara Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17 tidak selalu dapat tepat sama dengan jumlah PPh yang telah dibayar pada waktu melakukan penebusan Premium dan Solar ke Pertamina. Oleh karena itu PPh yang telah disetor Rp.13.392.000,00 juga disesuaikan agar diperoleh Penghasilan Kena Pajak yang PPh-nya mendekati dengan PPh yang telah disetor, dalam hal ini PPh-nya sebesar Rp. 13.391.750,00. Jumlah sebesar Rp. 55.405.000,00 tersebut adalah penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar yang telah disesuaikan. Jumlah sebesar Rp. 55.405.000,00 diisikan dalam ruang "Penghasilan Kena Pajak" diberi tanda "*/" menjadi Rp. 55.405.000,00 *. Pada ruang kosong bagian bawah induk SPT Tahunan PPh ditulis */ sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditanda tangani tanggal 8 Juli 1994. Dengan demikian pada Induk SPT Tahunan PPh akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan netto Rp.55.405.000,00 Kompensasi kerugian 0 Penghasilan Kena Pajak Rp.55.405.000,00* PPh terutang (tarif Pasal 17 UU-PPh 1984) Rp.13.391.750,00 Pengembalian/pengurangan PPh 0 Pasal 24 yang telah dikreditkan Jumlah PPh yang terutang PPh yang telah dibayar Rp.13.391.750,00 Rp.13.391.750,00 PPh yang masih harus dibayar/yang lebih dibayar NIHIL ============= 3. Ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995" diisi "NIHIL". Catatan : Apabila SPBU/Agen/Dealer Pertamina juga menyalurkan bahan bakar Premix, pengisian SPT Tahunan PPh sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Nomor SE-02/ PJ.41/1995 tanggal 8 Februari 1995 tentang pembayaran PPh Pasal 25 atas penebusan bahan bakar Premix (Seri PPh Umum No. 2) sama dengan contoh di atas.

Lampiran 2 Surat Edaran : Nomor : SE-11/PJ.41/1995 Tanggal : 28 Pebruari 1995 Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak semata-mata sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak Tanah, tapi juga mempunyai penghasilan lainnya. 1. Data Wajib Pajak PT. "X" anggota Hiswana Migas. - Usahanya sebagai penyalur Premium dan Solar (SPBU Swastanisasi) serta menerima/memperoleh penghasilan lainnya. - Tahun bukunya 1 Januari s/d Desember 1994. PT. "X" telah melakukan pemisahan pembukuannya antara usaha penyaluran Premium, Solar dengan usaha lainnya, sehingga dalam Laporan Keuangan Tahun 1994-nya sebagai berikut : Keterangan Penyaluran produk Pertamina (Rp) Usaha lain (Rp) Jumlah (Rp) Penyaluran 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Premium 3.780.000.000,00 3.780.000.000,00 Solar 684.000.000,00 684.000.000,00 Jumlah 4.464.000.000,00 1.000.000.000,00 5.464.000.000,00 Harga Pokok Penjualan 4.278.600.000,00 800.000.000,00 5.078.600.000,00 Laba Bruto 185.400.000,00 200.000.000,00 385.400.000,00 Biaya Usaha & Umum 130.000.000,00 150.000.000,00 280.000.000,00 Laba bersih 55.400.000,00 50.000.000,00 105.400.000,00 PPh yang telah dibayar sendiri - PPh yang disetor berdasarkan perjanjian kerjasama Rp.13.392.000,00 PPh Pasal 25 Rp.16.200.000,00 Jumlah Rp.29.592.000,00 2. Pengisian SPT Tahunan PPh Tahunan Pajak 1994 a. Lampiran SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah-jumlah sesuai dengan laporan keuangan. 1. Induk SPT Tahunan PPh diisi dengan jumlah sesuai dengan jumlah yang diisikan dalam lampiran dan data lainnya kecuali ruang "Penghasilan Kena Pajak". 2. Ruang "Penghasilan Kena Pajak" diisi dengan jumlah penghasilan neto sebagai penyalur Premium, Solar, Pelumas, Gas LPG dan Minyak tanah yang telah disesuaikan dengan jumlah PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama ditambah dengan penghasilan neto lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut : 2.1. Apabila Laporan Keuangan WP sudah memisahkan masing-masing penghasilan netonya.

- Penyesuaian penghasilan neto sebagai penyalur Premium dan Solar. PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama adalah sebesar Rp.13.392.000,00 PPh sebesar Rp.13.392.000,00 tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU PPh Tahunn 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.55.405.000,00 (15% x Rp.10.000.000,00 + 25% x Rp.40.000.000,00 + 35% x Rp.5.405.000,00). - Penghasilan neto usaha lainnya. Karena menurut Laporan Keuangan Wajib Pajak sudah dipisahkan masing-masing penghasilan netonya, maka penghasilan neto sesuai dengan Laporan Keuangan yaitu sebesar Rp.50.000.000,00. - Jumlah seluruh penghasilan neto. Penghasilan neto Penyalur Premium Rp. 55.405.000,00 dan Solar Penghasilan neto usaha lainnya Rp. 50.000.000,00 Rp.105.405.000,00 Jumlah sebesar Rp.105.405.000,00 diisikan dalam ruang "Penghasilan Kena Pajak" dan diberi tanda "*/" (Rp.105.405.000,00) */.). Pada ruang kosong bagian bawah Induk SPT Tahunan PPh ditulis : */. sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditanda tangani pada tanggal 8 Juli 1994. - Dengan demikian pada Induk SPT Tahunan PPh akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan neto Rp. 105.400.000,00 Kompensasi kerugian Rp. 0 Penghasilan Kena Pajak Rp. 105.405.000,00 */ PPh terutang (tarif Ps.17 UU PPh 1984) Rp. 30.891.750,00 Pengembalian/pengurangan PPh Ps.24 yang telah dikreditkan Rp. 0 Jumlah PPh terutang Rp. 30.891.750,00 PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak Rp. 0 PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 30.891.750,00 PPh yang telah dibayar sendiri Rp. 29.592.000,00 PPh yang masih harus dibayar Rp. 1.299.750,00 2.2. Apabila Laporan Keuangan Wajib Pajak belum memisahkan masing-masing penghasilan nettonya, tetapi berupa penjumlahan penghasilan netto. Penyesuaian penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar PPh yang telah disetor berdasarkan Perjanjian Kerjasama adalah sebesar Rp. 13.392.000,00 PPh sebesar Rp. 13.392.000,00 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU PPh 1984, dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 55.405.000,00 (15% x Rp. 10.000.000,00 + 25% x Rp. 40.000.000,00 + 35% x Rp. 5.405.000,00).

Dalam hal demikian perkalian antara Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17 tidak selalu dapat tepat sama dengan jumlah PPh yang telah dibayar pada waktu melakukan penebusan Premium dan Solar ke Pertamina. Oleh karena itu PPh yang telah disetor Rp. 13.392.000,00 juga disesuaikan agar diperoleh Penghasilan Kena Pajak yang PPh-nya mendekati dengan PPh yang telah disetor, dalam hal ini PPh-nya sebesar Rp. 13.391.750,00 Jumlah sebesar Rp. 55.405.000,00 tersebut adalah penghasilan netto sebagai penyalur Premium dan Solar yang telah disesuaikan. - Penghitungan penghasilan neto lainnya : Laba bruto dari usaha lainnya Rp. 200.000.000,00 Biaya yang diperlukan selain yang telah diperhitungkan dalam harga pokok Rp. 280.000.000,00 Laba bruto penyalur dari : Premium = 5.400.000 lt x Rp. 28,00 Rp. 151.200.000,00 Solar = 1.800.000 lt x Rp. 19,00 Rp. 34.200.000,00 Rp. 185.400.000,00 Biaya yang telah diperhitungkan dalam usaha penyalur Premium, Solar = 68,14% x Rp. 185.400.000,00 = Rp. 126.331.500,00 Biaya yang dibebankan pada penghasilan bruto lainnya = Rp. 280.000.000,00 - Rp. 126.331.500,00 = Rp. 153.668.500,00 Penghasilan netto usaha lainnya = Rp. 200.000.000,00 - Rp. 153.668.500,00 = Rp. 46.331.500,00 - Jumlah penghasilan netto = Rp. 55.405.000,00 + Rp. 46.331.500,00 = Rp. 101.736.500,00 Jumlah sebesar Rp. 101.736.500,00 diisikan dalam ruang Penghasilan Kena Pajak dan diberi tanda "*/" (Rp. 101.736.500,00 */). Pada ruang kosong bagian bawah SPT Induk ditulis : */ sebagai pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas yang ditandatangani pada tanggal 8 Juli 1994. Dengan demikian pada Induk SPT akan terdapat angka-angka sebagai berikut : Jumlah penghasilan neto Rp. 105.400.000,00 Kompensasi kerugian Rp. 0 Penghasilan Kena Pajak Rp. 101.736.500,00 */ PPh terutang (tarif Ps.17 UU PPh Th.84) Rp. 29.607.600,00 PPh yang dipotong/ dipungut pihak lain Rp. 0 PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 29.607.600,00 PPh yang telah dibayar sendiri Rp. 29.592.000,00 PPh yang masih harus dibayar Rp. 15.600,00 3. Pengisian ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995". 3.1. Penghitungan PPh Pasal 25 Tahun PPajak 1995 dari contoh lampiran 2 Nomor 2.1. PPh terutang Rp. 30.891.750,00 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp. 0 -/- PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 30.891.750,00

PPh Pasal 25 atas penebusan Premium Rp. 13.392.000,00-/- dan Solar PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri selain PPh atas Premium dan Solar Rp. 17.499.750,00 ============== Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995 = 1/12 x Rp. 17.499.750,00 = Rp. 1.458.312,50 atau Rp. 1.458.313,00 Dengan telah berlakunya tarif PPh yang baru terhadap lapisan Penghasilan Kena Pajak mulai 1 Januari 1995 sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan dengan memperhatikan Surat Edaran tanggal 31 Januari 1995 No. SE-01/PJ.41/1995 tentang Angsuran bulanan PPh Pasal 25 untuk tahun 1995, maka angsuran bulanan PPh Pasal 25 dalam tahun 1995 sebesar Rp. 1.458.313,00 tersebut disesuaikan dengan tarif PPh baru, sehingga penghitungan angsuran PPh Pasal 25 mulai bulan Maret 1995 adalah sebagai berikut : Dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 105.405.000,00 diterapkan tarif PPh baru, diperoleh PPh yang terutang sebesar Rp. 22.871.500,00. Angsuran PPh Pasal 25 yang telah disesuaikan = 22.871.500 30.891.750 x Rp. 1.453.313,00 = Rp. 1.075.888,00 - Jumlah sebesar Rp. 1.075.888,00 diisikan dalam ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995". 3.2. Penghitungan PPh Pasal 25 Tahun Pajak 1995 dari contoh Lampiran 2 No.2.2 : PPh terutang Rp. 29.607.600,00 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp. 0 -/- PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 29.607.600,00 PPh Pasal 25 atas penebusan Premium Rp. 13.392.000,00 -/- dan Solar PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri selain PPh atas Premium dan Solar Rp. 16.215.600,00 ============== Angsuran PPh Pasal 25 Tahunn 1995 = 1/12 x Rp. 16.215.600,00 = Rp. 1.351.300,00 Seperti contoh pada butir 3.1, maka angsuran bulanan Rp. 1.351.300,00 disesuaikan dengan tarif PPh baru, sehingga penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah sebagai berikut :

Dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 101.736.000,00 diterapkan tarif PPh baru, diperoleh PPh yang terutang sebesar Rp. 21.770.800,00. Angsuran PPh Pasal 25 yang telah disesuaikan = 21.770.800 29.607.600 x Rp. 1.351.300,00 = Rp. 993.611,00 Jumlah sebesar Rp. 993.611,00 diisikan dalam ruang "Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 1995". Hal ini dilakukan oleh SPBU karena atas pembelian pelumas Pertamina kepada Dealer Pelumas tersebut pembayarannya dapat dengan tempo/kredit, dan bagi Dealer pelumas dilakukannya penjualan ke SPBU karena untuk memenuhi target penjualan pelumas yang ditentukan Pertamina yang berhubungan dengan besarnya pemberian bonus. 2. Pelunasan Pajak Penghasilan atas penebusan pelumas Pertamina telah dibayar oleh Dealer pelumas sebesar 0,3% dari penjualan yang merupakan pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan/bonus yang diberikan Pertamina untuk penyaluran pelumas Pertamina dengan harga menurut ketentuan Pertamina. Dengan harga jual SPBU ke konsumen sama dengan harga yang ditentukan Pertamina sewaktu Dealer menebus ke Pertamina, maka berarti penghasilan yang diterima oleh SPBU dari penjualan pelumas Pertamina, merupakan sebagian dari bonus yang diberikan oleh Pertamina yang Pajak Penghasilnnya telah dibayar oleh Dealer sewaktu menebus pelumas ke Pertamina. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh SPBU dari penjualan pelumas Pertamina perlakuan Pajak Penghasilannya sudah final, karena penghasilan atas penjualan pelumas Pertamina telah dilunasi oleh SPBU dan Dealer Pertamina. 3. Apabila SPBU melakukan pembelian pelumas yang bukan berasal dari Pertamina tetapi dari import atau lainnya, maka atas penghasilan yang diperoleh dari penjualan pelumas tersebut merupakan penghasilan lainnya di luar ketentuan perjanjian kerjasama yang dilakukan antara Ditjen Pajak, Pertamina dan Hiswana Migas, sehingga atas penghasilan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan menurut ketentuan umum yang berlaku. Demikian untuk dimaklumi. A.n. Direktur Jenderal Pajak Direktur Pajak Penghasilan ttd. Drs. Ismael Manaf NIP. 060008071.

Tembusan kepada Yth. : 1. Bapak Direktur Jenderal Pajak (sebagai laporan); 2. Sdr. Direktur Utama Pertamina; 3. Sdr. Sekretaris Ditjen Pajak; 4. Sdr. Para Direktur/Kepala Pusat di lingkungan Ditjen Pajak; 5. Sdr. Pengurus DPP Hiswana Migas.