BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM TAMBANG TERBUKA

Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

MINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN TANAH BUMBU DAN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

POTENSI BIJIH BESI INDONESIA DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BAJA Teuku Ishlah Perekayasa Madya Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Tambang Terbuka (013)

Bab II Tinjauan Pustaka

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR. Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto. Sari

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN GALIAN BIJIH BESI DAERAH ACEH BARAT DAYA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar belakang masalah

BAB III LANDASAN TEORI

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN MANGAN DI KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Konsumsi Baja Per Kapita (Yusuf, 2005)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Maka pada tingkat awal pengolahan batugamping terutama dalam peremukan harus

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

PROVINSI MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. ada baru mampu memproduksi 4 juta ton per tahun.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Transkripsi:

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA (12 02 0034) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih. Proses terjadinya cebakan bijih besi didaerah penelitian berkaitan dengan proses-proses tersebut diatas, dalam hal ini peristiwa tektonik, metamorfosa dan metasomatisme kontak berperan untuk terjadinya cebakan bijih besi di daerah penelitian. Bila dikaitkan dengan batuan yang tersingkap didaerah

penelitian yaitu batuan metamorfosa seperti marmer yang dulunya merupakan batugamping, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya bijih karena terjadinya proses metamorfosa pada batugamping. Kemudian akibat proses magmatisme pada batugamping terjadi proses penggantian (replacement) sehingga larutan yang mengandung mineral bijih terendapkan bersamaan dengan terbentuknya batuan metamorfosa (marmer). Setelah proses mineralisasi (pasca-mineralisasi), terjadi kembali peristiwa tektonik setempat yang membentuk sesar mendatar dan sesar normal, struktur tersebut akan membentuk kembali geometri dari cebakan mineral atau akan terjadi dislokasi. http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/proses-terbentuknya-endapanbijih-besi.html CARA PENAMBANGAN BIJIH BESI a. Open Pit Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih bijih besi, endapan bijih tembaga, dan endapan bijih nikel. Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit.

Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu : Ø Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan m enelusuri tebing-tebing sepanjang bukit. Ø Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut ke luar tambang dengan cage. b. Open Cast/ Open Mine/ Open Cut Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan open pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untk daerah lereng bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang diinginkan. Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama dengan pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit. r-jotambang.blogspot.com/2011/12/tambang-terbuka_31.html

ESTIMASI CADANGAN BIJIH BESI DI INDONESIA Endapan bijih besi telah diteliti dan dieksplorasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada periode 1957-1964 Indonesia yang bekerja sama dengan Pemerintah Uni Sovyet, melaksanakan eksplorasi bijih besi untuk kepentingan pembangunan industri baja di Cilegon (Banten) dan menemukan beberapa daerah prospek di Kalimantan Selatan. Pada masa pemerintahan orde baru, (1967-1998) Indonesia mengalami demam eksplorasi yang bertujuan untuk mencari endapan bauksit, nikel, tembaga, emas dan batubara, tetapi bijih besi tidak tersentuh sama sekali. Ini menunjukkan bahwa potensi geologi Indonesia untuk endapan besi tidak menarik, karena geologi Indonesia merupakan busur magmatis yang tidak mempunyai batuan berumur pra-kambrium seperti misalnya Banded Iron Formation. Walaupun demikian pihak Departemen Perindustrian, banyak melakukan evaluasi kemungkinan penggunaan bijih besi untuk kepentingan industri dalam negeri. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan data penemuan bijih besi yang terdapat di unit-unit dalam lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Data potensi endapan besi di Indonesia, diperoleh dari hasil penyelidikan masa kolonial Belanda, hasil penyelidikan kerja sama antara Pemerintah Indonesia Uni Sovyet (akhir 1950an) untuk pengembangan industri baja di Krakatau Steel, dan berbagai penyelidikan yang dilaksanakan olehg pemegang Kuasa Pertambangan serta lembaga pemerintah. Endapan besi yang ditemukan di Indonesia umumya terdiri dari tiga jenis endapan yaitu bijih besi laterit, besi primer, besi sedimen dan pasir besi (lihat Tabel 2, Potensi Bijih Besi Indonesia). Besi sedimen ditemukan di Indonesia merupakan hal baru.

Tabel 2. Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2008) Sumber Daya (ton) Cadangan (ton) Jenis Cebakan Bijih Logam Bijih Logam Bijih Besi 381.107206,95 198.628764,63 2.216.005 1.383256,80 Primer Laterit Besi 1.585.195.899,30 631.601.478,77 80.640.000 18.061.569,20 Pasir Besi 1.014.797.646,30 132.919.134,62 4.732.000 15.063.748 Besi Sedimen 23.702.188,00 15.496.162,00 - - Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi 2008, endapan besi sedimen ditemukan di Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur) dengan sumber daya tereka mencapai 23, 7 juta ton lebih yang ditemukan di Kecamatan Dongko sebanyak 4 lokasi. Besi sedimen terbesar ditemukan di Kali Telu-Pagergunung dengan sumber daya tereka mencapai 11,3 juta ton dengan kadar logam 7 juta ton. Dengan penemuan ini diduga di pulau Jawa terdapat endapanyang mirip dengan Banded Iron Formation berumur para-kambrium, hanya umur formasi ini muda (Pleistosen?) Endapan besi laterit merupakan hasil pelapukan batuan ultrabasa dengan potensi sumber daya pada tahun 2008 mencapai 1.585.195.899,30 dan cadangannya mencapai 80.640.000. Sumber daya tahun 2008, terjadi kenaikan, cadangannya menurun. Hal lain, terjadi kenaikan sumber daya bijih besi primer dan munculnya cadangan bijih besi primer yang pada tahun 2003 belum diperoleh data (Tabel 3). Dengan demikian, selama lima tahun terjadi kenaikan kegiatan eksplorasi bijih besi primer baik yang dilakukan perusahaan pemegang kuasa pertambangan, Pemerintah Kabupaten/Kota dan penyelidikan yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi. Tabel 3, Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Indonesia (2003) Sumber Daya (ton) Cadangan (ton) Jenis Cebakan Bijih Logam Bijih Logam Bijih Besi 76.147.311 35.432.196 Laterit Besi 1.151.369.714 502.317.988 215.160.000 8.193.580 Pasir Besi 89.632.359 45.040.808 28.417.600 15.063.748

Endapan besi laterit ini ditemukan secara tersebar dengan endapan berukuran kecil dan berkadar rendah. Potensi terbaik di Kalimantan Selatan yang ditemukan dari hasil penyelidikan Uni Soyyet, menunjukkan sumber daya terukur mencapai 5,0 juta ton yang terbentuk secara metasomatik dengan kadar besi antara 60-62%, sedangkan jumlah sumber daya di Kalimantan Selatan mencapai 560.247.700 ton (tabel 4,6). Walaupun demikian masih perlu dikaji seandainya akan dikembangkan untuk penambangan sekala kecil. Saat ini penambangan besi sekala kecil di RRC, memiliki kapasitas terendah 300.000 ton pertahun dengan umur tambang 10 tahun. Dengan contoh tersebut, daerah yang mungkin dapat dikembangkan memiliki cadangan minimal 3.000.000 ton. Tabel 4. Sumber Daya dan Cadangan Besi Laterit Provinsi Sumber Daya (Ton) Cadangan (Ton) Bijih Logam Bijih Logam Nanggroe Aceh Darussalam 400.000 Lampung 135.000 93.150 Banten 126.000 61.147.000 Jawa Barat 500.000 225.000 Jawa Timur 84 46,58 Kalimantan Selatan 560.247.700 265.371.407 Sulawesi Selatan 371.500.000 182.035.000 Sulawesi Tenggara 59.080.930 10.261.997 4.520.000 670.349 Maluku Utara 193.425.000 58.50.000 52.320.000 7.218.856 Berdasarkan hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2005, mineralisasi biji besi ditemukan di daerah Air Manggis Kabupaten Pasaman dengan sumber daya hipotetik 3,08 juta ton dengan kadar Fe total 40,34%. Sedangkan dari aspek kelas cadangan, maka cadangan besi terdapat di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara namun dalam bentuk mineral ikutan dari nikel dan kobal yang ditambang oleh PT Inco dan PT Aneka Tambang. Cadangan tersebut ikut ditambang sehingga data cadangan tersebut tidak bernilai. Sedangkan pasir besi banyak tersebar di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa (Tabel 5), pantai barat Sumatera dan tempat lainnya. Umumnya pasir besi di Indonesia ditambang untuk keperluan bahan korektif dalam industri semen. Kebutuhan besi dalam industri semen mencapai 5%, dan sebagian besar telah terpenuhi dalam bahan baku lempung atau lempung laterit. Sebagai bahan korektif, pada tahun 2002, industri semen hanya memerlukan sekitar 378.587 ton.

Tabel 5. Sumber Daya dan Cadangan Pasir Besi tahun 2003 PROVINSI UMBER DAYA (Ton) CADANGAN (Ton) NanggroeAceh Darussalam 124.124 68.268 Bengkulu 738.241 434.027 Lampung 74 34 BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM Jawa Barat 23.165.506 11.925.668 10.465.200 5.894.001 Jogjakarta 60.606.000 30.727.000 Jawa Timur 1.100 462 700.000 351.400 Nusa Tenggara Barat 4.270 2.859 Nusa Tenggara Timur 175.000 89.250 Sulawesi Selatan 3.402.500 1.357.125 Sulawesi Tengah 609.772 1.824.110 www.idgrindingmill.com/peralatan/2562.html TEMPAT KETERDAPATAN BIJIH BESI D INDONESIA Di Jawa barat terdapat bijih besi 1. Di banten terdapat bijih besi dengan pengolahan di cilegon. 2. Di jawa tengah terdapat bijih besi 3. Di Kalimantan Barat terdapat bijih besi 4. Di sulawesi tengah terdapat bijih besi http://v3fatmawati.blogspot.com/2011/04/daerah-di-indonesia-penghasilsumber.htm