BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 2009). Rumah sakit (RS) adalah salah satu industri jasa yang memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan berfungsi sosial serta menyelenggarakan kegiatan yang meliputi preventif, promotif dan rehabilitatif. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, institusi RS secara langsung menghasilkan limbah buangan berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dari pelayanan medis (rawat inap, rawat jalan/poliklinik, rawat intensif, rawat darurat, haemodialisa, kamar jenazah dan bedah sentral). Dari penunjang medis (dapur pusat, laundry, laboratorium klinik, laboratorium patologi anatomi dan radiologi) dan dari perkantoran serta fasilitas sosial (perkantoran dan administrasi, asrama pegawai dan co-as, rumah dinas, dan lain-lain).
Limbah Rumah sakit adalah buangan hasil proses kegiatan dimana sebagian limbah tersebut merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mengandung mikroorganisme pathogen, infeksius dan radioaktif. Limbah tersebut sebagian dapat dimanfaatkan ulang dengan teknologi tertentu dan sebagian lainnya sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali. Dengan demikian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit (Depkes RI, 2006). Menurut Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Rumah sakit dalam melaksanakan fungsinya menghasilkan/menimbulkan berbagai buangan baik itu limbah cair, maupun limbah padat. Dalam hal ini jika tidak diberi penanganan yang baik maka dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan baik kepada pasien rumah sakit maupun kepada pegawai rumah sakit yang bekerja di rumah sakit tersebut dan ini tentu saja merugikan rumah sakit itu sendiri dan
lingkungan sekitarnya. Namun penanganan limbah dari sejumlah rumah sakit masih belum memenuhi standar, hampir semua rumah sakit daerah di Indonesia tidak memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengolah limbah cair dan incinerator (tungku pembakar) untuk mengelola limbah padat dan radioaktif, termasuk juga sistem pewadahan khusus yang seharusnya dibedakan antara limbah berbahaya dengan limbah lainnya tampaknya belum dilakukan. Berdasarkan hasil studi Noor tahun 2002, mengenai IPAL rumah sakit diketahui bahwa baru 49% dari 1.176 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 650 rumah sakit milik swasta) di 30 provinsi di Indonesia, ternyata baru 648 rumah sakit yang memiliki mesin pembakar sampah (incinerator) dan 36% memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), bahkan kondisi sebagian diantaranya tidak berfungsi sama sekali. Demikian juga Rumah sakit yang berada di Kota Pematangsiantar, hampir semua Rumah Sakit yang ada di kota Pematangsiantar tidak mempunyai IPAL dalam mengelola limbah cairnya dan incenerator dalam mengelola limbah padatnya kecuali RSUD dr. Djasamen Saragih. Namun hal itupun dalam pengelolaan limbah medis dan non medisnya, masih belum melaksanakan sesuai dengan Kepmenkes RI no.1204/menkes/sk/x/2004 (Rasta, 2008). RSU dr. Djasamen Saragih adalah rumah sakit Pemerintah Kotamadya Pematangsiantar yang berlokasi ditengah-tengah pemukiman penduduk dan pada pusat kota. Dalam pengelolaan limbahnya telah menggunakan IPAL untuk limbah cair, dan incinerator untuk limbah padat. Sejak tahun 2004 telah aktif melakukan pengelolaan limbah cair dan limbah padat termasuk dalam MoU dengan rumah sakit swasta, laboratorium klinik dan patologi anatomi, serta beberapa Puskesmas Kota
dalam mengelola limbah padat. Dengan demikian, pengelolaan limbah yang dilakukan oleh RSUD dr. Djasamen Saragih bukan hanya berasal dari rumah sakit itu sendiri tetapi juga beberapa limbah medis padat yang berasal dari RS dan klinik di Kota Pematangsiantar. Berdasarkan survai yang dilaksanakan oleh petugas sanitarian RSUD dr. Djasamen Saragih pada tahun 2010 (laporan bulanan Instalasi Kesehatan Lingkungan), masih didapati beberapa masalah dalam pengelolaan limbah padat, yaitu : pemisahan antara limbah medis dan limbah non medis belum dlaksanakan dengan baik, hal ini dilihat dengan masih adanya limbah medis yang bercampur dengan limbah non medis, sarana dan prasarana untuk pengelolaan limbah padat belum memadai seperti bak-bak sampah yang tidak mempunyai tutup dan tidak dilapisi dengan kantong plastik berwarna sesuai dengan jenisnya, serta jumlahnya kurang, alat pengangkut sampah yang tidak memenuhi syarat, prosedur kerja dan prosedur penerimaan sampah medis dari pihak yang melakukan Mou belum ada. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Analisis Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2011. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan limbah padat dan cair mulai dari sumber limbah hingga pengolahan akhir, dan bagaimana sumber daya yang tersedia dalam pengolahan limbah padat dan cair di RSU dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
1.2.Perumusan Masalah Rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan harus mampu menciptakan lingkungan yang sehat, salah satu caranya adalah dengan melakukan pengelolaan limbah secara baik. Selama ini di RSUD dr. Djasamen Saragih masih didapati limbah yang tidak dikekola dengan baik, penanganan limbah tanpa pedoman teknis dan tempat pengumpul limbah tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, penting kiranya dilakukan analisis pengelolaan limbah di RSUD dr. Djasamen Saragih untuk mengetahui bagaimanakah sistem pengelolaan limbah padat dan cair di RSU dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2011. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisis pengelolaan limbah padat dan cair di RSUD dr.djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2011. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis sumber daya penanganan limbah RS meliputi jumlah tenaga, dana yang tersedia, sarana dan prasarana, dan pedoman teknis pengolahan limbah padat dan cair 2. Menganalisis penanganan limbah padat RSUD dr. Djasamen Saragih yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, penyimpanan sementara hingga pemusnahan limbah padat.
3. Menganalisis penanganan limbah cair RSUD dr. Djasamen Saragih yang meliputi saluran, pengumpulan limbah, pengolahan limbah ( IPAL), dan pembuangan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi peminatan Kesehatan Lingkungan. 2. Sebagai bahan masukan dalam menyusun pedoman pelaksanaan kegiatan penanganan limbah rumah sakit di Pematangsiantar, baik untuk limbah padat maupun limbah cair. 3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di bidang sanitasi khususnya penanganan limbah rumah sakit. 4. Menambah pengetahuan bagi pembaca tentang penanganan limbah rumah sakit di Pematangsiantar.