Kasus Kegagalan Konstruksi Dinding Penahan Tanah Rumah Mewah Di Atas Tanah Lunak

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

Penggunaan Soldier Pile Sebagai Dinding Penahan Tanah Kasus : Design and Build Gerbang di Suatu Real Estate Surabaya Barat.

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

DESAIN KEBUTUHAN PVD UNTUK TANAH LUNAK

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB III KOMPILASI DATA

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PONDASI PILE RAFT PADA TANAH LUNAK DENGAN PLAXIS 2D

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

Penggunaan Bambu Untuk Mengatasi Sliding Pada Reklamasi Di Tanah Lunak. Helmy Darjanto

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN TIMBUNAN TERHADAP KESTABILAN LERENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

Perencanaan Perbaikan Lereng Longsor Pada Jalan Lintas Gunung Gumitir Ruas Jalan Banyuwangi - Jember

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Tiang Pancang Tunggal pada Tanah Lempung Lunak di Gedebage

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print D-44

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-140

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

ANALISIS TRANSFER BEBAN PADA SOIL NAILING (STUDI KASUS : KAWASAN CITRA LAND)

HITUNG BALIK NILAI KEKAKUAN TANAH DARI HASIL PILE LOADING TEST DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. TINJAUAN UMUM TAHAPAN PENELITIAN BERBASIS STUDI NUMERIK... 73

ANALISA PERKUATAN GEOTEKSTIL PADA TIMBUNAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN PLAXIS 2D

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD

STUDI TEKNIS DAN EKONOMIS ANTARA PONDASI BOR PILE DAN PONDASI MINIPILE DI ATAS TANAH LUNAK SKRIPSI

Analisis Kinerja Fondasi Kelompok Tiang Bor Gedung Museum Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Kata Kunci : Underpass, Dinding Penahan Tanah, Dinding Diafragma, Secant Pile, Sheet Pile

INFO TEKNIK Volume 11 No. 1, Juli 2010 (55-75)

Analisis Stabilitas Lereng dalam Penanganan Longsoran di Jalan Tol Cipularang Km dan Km Menggunakan Metode Elemen Hingga (FEM)

(FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan

Studi Kasus Analisis Kerusakan Abutmen Jembatan Sungai Bahalang Kalimantan Tengah

ANALISA PONDASI PILE RAFT PADA TANAH LUNAK DENGAN PLAXIS 2D

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

Alternatif Perbaikan Perkuatan Lereng Longsor Jalan Lintas Sumatra Ruas Jalan Lahat - Tebing tinggi Km

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

PERENCANAAN PERKUATAN TANAH PADA LERENG GUNUNG WILIS, DESA BODAG, KECAMATAN KARE, KABUPATEN MADIUN

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

Analisis Daya Dukung Lateral Fondasi Tiang Tunggal Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA DAN PENANGANAN KESTABILAN RUAS JALAN MUARO KALABAN TANAH BADANTUANG KILIRAN JAO SIJUNJUNG KM DAN KM (B1)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN:

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (STUDI KASUS: SEKITAR AREAL PT. TRAKINDO, DESA MAUMBI, KABUPATEN MINAHASA UTARA)

I. PENDAHULUAN. stabilitas lereng. Analisis ini sering dijumpai pada perancangan-perancangan

BAB IV PERENCANAAN LERENG GALIAN

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut.

Dedy Ardianto Fallo, Andre Primantyo Hendrawan, Evi Nur Cahya,

ANALISIS DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL TANAH LUNAK DI BAWAH PILED-GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka

Kegagalan lereng (slope failure) studi kasus : Jalan antara Samarinda Tenggarong

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun galian, salah satunya adalah soil nailing. Dalam soil nailing, perkuatan

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

Kasus Kegagalan Konstruksi Dinding Penahan Tanah Rumah Mewah Di Atas Tanah Lunak Idrus Muhammad A 1, Helmy Darjanto 2 Program Studi Teknik Sipil, ISTN, Jakarta Program Studi Teknik Sipil, Universitas Narotama, Surabaya Email: helmy.darjanto@narotama.ac.id ABSTRAK Kasus kegagalan konstruksi Dinding Penahan Tanah (DPT) suatu rumah mewah di atas tanah lunak diduga terjadinya dikarenakan lemahnya informasi penyelidikan tanah. Keruntuhan terjadi saat DPT setinggi 2,5 m selang 2 tahun ditinggikan menjadi 5 m. Dari hasil penyelidikan tanah setelah mengalami kegagalan konstruksi bahwa di lokasi proyek hasil stratigrafi lapisan tanah menggambarkan adanya lapisan tanah lempung lunak (N SPT = 2-5) setebal 6 meter yang terbentuk di atas lapisan cemented sand dengan nilai N SPT > 60. Kemudian selain stratigrafi lapisan tanah tersebut juga ada perbedaan muka air tanah dari hasil penyelidikan dan gambar desain sebesar 1,7 meter (muka air tanah berada 5 m 6,7 m dari permukaan tanah). Diduga perbedaan ini terjadi akibat adanya fluktuasi muka air tanah (m-a-t) pada danau di sekitar proyek. Dampak adanya fluktuasi ini bisa menurunkan kuat geser tanah. Oleh karena lemahnya informasi penyelidikan tanah maka penggunaan soldier strauss yang ujung strauss diduga berdiri di atas lapisan tanah cemented sand atau pada tanah lunak. Kondisi ini memungkinkan ujung strauss tergelincir saat terjadi pergerakan tanah akibat penambahan tinggi DPT sehingga terganggu stabilitasnya. Struktur DPT terdiri dari pasangan batu yang berdiri di atas pilecap soldier strauss. Menurut Nowak (2012) kegagalan konstruksi dipicu oleh: 1). Struktur geologi tanah, 2). Adanya zona permeabilitas yang berbeda kontras antara lapisan pasir tersementasi dan lempung (inter-bedded cemented sand and clays), 3). Adanya rekahan alami- slip surface, 4). Adanya perubahan kadar air tanah akibat fluktuasi m-a-t maupun akibat musim hujan. Kata kunci: Kegagalan Konstruksi, Tanah Lempung Lunak, Fluktuasi Muka Air Tanah PENDAHULUAN Ketidakpastian dalam rekayasa geoteknik harus disikapi dengan penuh kehati-hatian. Terjadi kembali kasus ke-gagalan konstruksi Dinding Penahan Tanah (DPT) suatu rumah mewah di atas tanah lunak diduga terjadinya dikarenakan lemahnya informasi penyelidikan tanah. Informasi awal tentang data penyelidikan tanah belum bisa diberikan sehingga harus dilakukan ulang penyelidikan tanah agar dapat dilakukan analisis balik kegagalan konstruksi tersebut. Keruntuhan terjadi saat DPT setinggi 2,5 m selang 2 tahun ditinggikan menjadi 5,3 m. Dari hasil penyelidikan tanah setelah mengalami kegagalan konstruksi bahwa di lokasi proyek hasil stratigrafi lapisan tanah menggambarkan adanya lapisan tanah lempung lunak (N SPT = 2-5) setebal 6 meter yang terbentuk di atas lapisan cemented sand dengan nilai N SPT > 60. Kemudian selain stratigrafi lapisan tanah tersebut juga ada perbedaan muka air tanah dari hasil penyelidikan dan gambar desain sebesar 1,7 meter (muka air tanah berada 5 m 6,7 m dari permukaan tanah). Diduga perbedaan ini terjadi akibat adanya fluktuasi muka air tanah (m-a-t) pada danau di sekitar proyek. Dampak adanya fluktuasi ini bisa menurunkan kuat geser tanah. Oleh karena lemahnya informasi penyelidikan tanah maka penggunaan soldier strauss yang ujung strauss diduga berdiri di atas lapisan tanah cemented sand. Kondisi ini memungkinkan ujung strauss tergelincir saat terjadi pergerakan tanah akibat penambahan tinggi DPT sehingga terganggu stabilitasnya. Struktur DPT terdiri dari pasangan batu yang berdiri di atas pilecap soldier strauss. Kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

HALAMAN 2 Gambar 1. Kegagalan Konstruksi DPT. METODE PENELITIAN Gerakan tanah merupakan suatu gerakan adanya lereng massa tanah akibat terganggunya kestabilan tanah penyusun lereng tersebut. Kajian mekanisme ketidakstabilan lereng dan kerentanan gerakan tanah merupakan salah satu usaha yang penting untuk mengurangi tingkat resiko bencana yang ditimbulkannya. Mekanisme gerakan dapat terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan-perubahan pada suatu lereng, bisa berlangsung cepat maupun lambat fungsi waktu, sebagai interaksi antara kondisi morfologi, geologi, hidrologi, dan tata guna lahan. Perubahan-perubahan ini bisa berlangsung alami atau dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan menyebabkan gangguan kesetimbangan lereng untuk cenderung bergerak (Das, 2002). Menurut Nowak (2012) kegagalan konstruksi akibat kelongsoran dipicu oleh: 1). Struktur geologi tanah, 2). Adanya zona permeabilitas yang berbeda kontras antara lapisan pasir tersementasi dan lempung (inter-bedded cemented sand and clays), 3). Adanya rekahan alami- slip surface, 4). Adanya perubahan kadar air tanah akibat fluktuasi m- a-t maupun akibat musim hujan. Konstruksi DPT dibangun 2 tahap. Tahap pertama didirikan pada tahun 2011-2013, kemudian untuk mengikuti levelling tanah maka dibangun dinding penahan tahap kedua. Dari Gambar 1, tahap pertama menggunakan konstruksi DPT yakni suatu konstruksi gabungan dari fondasi strauss dia. 30 cm per jarak 3 m dengan plat, pasangan batu kali dan geotextile. Oleh karena diinginkan level tanah setinggi tanah sekitar bangunan gedung maka tahap kedua dibangun DPT dengan konstruksi yang sama tetapi tanpa geotextile. Gambar 2. Rencana Konstruksi DPT Selanjutnya dari hasil penyelidikan tanah dua titik bor dalam DB-1 dan DB-2 dapat dibuat stratigrafi tanah di lokasi adalah sesuai Gambar 2.

HALAMAN 3 Gambar 3. Stratigrafi Tanah di Lokasi Hasil Penyelidikan Bor Dalam (Idrus, 2014) Muka air tanah (m-a-t) berada pada -7 m (sesuai desain Gambar 3-1). Kemudian dari stratigrafi tanah sesuai pada Gambar 3, lapisan tanah setebal 4-6 m yang merupakan lapisan tanah lempung dengan konsistensi lunak medium berdiri di atas lapisan tanah pasir tersementasi (cemented sand) hingga nilai N SPT di atas 60 pada sisi DB-02, sedangkan pada sisi DB-01 lapisan tanah hingga kedalaman -9 m lebih bervariasi jenis tanahnya: stiff clay, silty clay dan silt. Sesuai struktur lapisan tanah di atas maka besar kemungkinan perbatasan antara lapisan tanah dengan konsistensi lunak-medium dan cemented sand tersebut merupakan bidang gelincir tanah bila terjadi sliding dalam. Untuk data strauss yang digunakan adalah sebagai berikut: Diameter (cm): 30 cm Kedalaman (m): 3 6 m Jarak antar strauss : 3 m Momen: 1,8 ton-m HASIL PENELITIAN Masalah utama rusaknya DPT di lokasi adalah DPT tersebut berdiri di atas tanah lunak medium yang pada umumnya jenis tanah ini memiliki kuat dukung tanah rendah dan penurunan yang besar, selain itu lapisan tanah ini berada di atas lapisan tanah (cemented sand) dengan nilai N SPT > 60. Sehingga perbatasan ke dua lapisan tersebut merupakan bidang gelincir akibat terganggunya lereng alami dengan adanya struktur DPT. Kuat dukung tanah yang rendah pada area DPT akan mudah memicu terjadi ketidakseimbangan pada tebing atau mudah terjadi kelongsoran. Juga adanya pasang surut m-a-t akan mengubah perilaku mekanis dari tanah terkait dengan kuat gesernya. Selain itu ujung dari fondasi strauss (jika menggunakan

HALAMAN 4 mesin bor ringan) akan berada pada batas lapisan cemented sand- diduga tidak bisa menembus. Oleh karenanya ketika terjadi pergerakan tanah lateral kondisi ini menyebabkan fondasi besar kemungkinan bergeser- atau tidak mampu menahan pertambahan beban arah lateral akibat perubahan level tanah yang harus dipikul sistem DPT yang ada. Jadi ringkasan dari masalah utama ini adalah: 1). Permasalahan tanah lunak (utama), 2). Permasalahan posisi ujung fondasi strauss berada pada batas tanah medium cemented sand atau pada bidang gelincir jika terjadi kelongsoran, dan 3). Permasalahan pasang surut m-a-t yang bisa menurunkan nilai perilaku mekanis (kuat geser) dari tanah. Mekanisme apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Penurunan atau kelongsoran? Dengan terjadi penurunan konsolidasi selama 2 tahun saat DPT tahap pertama maka tanah lunak medium memadat yang mengakibatkan kekuatan tanah naik sehingga lapisan tanah lunak medium semakin stabil. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa selama 2 tahun menunjukkan bahwa konstruksi DPT tahap pertama tidak mengalami kerusakan. Hal ini disimpulkan bahwa penyebabnya bukan penurunan. Mekanisme yang terjadi cenderung akibat kelongsoran yang kemungkinan penyebabnya ada beberapa faktor yang dapat memberi kontribusi terhadap kelongsoran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penambahan tinggi elevasi? 2. Pergeseran fondasi strauss? Sisi lain bahwa permasalahan yang terjadi adalah permasalahan lokal yang penyebabnya lokal dan bukan sesuatu yang global. Diperkirakan penyebabnya bukan penyebab tunggal tetapi gabungan berbagai sebab dan masih mungkin ada penyebab lain yang belum sempat dipertimbangkan. Mekanisme yang terjadi di atas tentunya hal tersebut akan dibuktikan melalui data. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: Mengumpulkan data teknis: Penyelidikan tanah, pengukuran level tanah, as-built drawing, Informasi tentang aktifitas-aktifitas yang dapat merubah geometri, Tahap ini diperkirakan tidak lama dan mungkin sudah dikumpulkan oleh Perencana. Setelah mendapatkan data teknis, secara paralel melakukan perhitungan back-calculated untuk memastikan penyebab kelongsoran. Menggunakan DPT dengan prinsip kekakuan yang kekuatannya dapat dihitung terhadap pergerakan tanah (kepastian) untuk menyelesaikan bahwa dalam rekayasa geoteknik penuh dengan ketidakpastian (Darjanto et al, 2010). Untuk pemodelan program PLAXIS ver. 7.2 (PLAXIS 2D, 1998) menggunakan data penyelidikan tanah dan data gambar rencana DPT, sesuai Gambar 4.

HALAMAN 5 Gambar 4. Model DPT (Dinding Penahan Tanah). Dari sketsa, pengamatan di lapangan, data tanah, dan data gambar rencana maka dilakukan back-calculated/analysis dengan pemodelan numerik menggunakan program PLAXIS 2D (1998). Model dan hasil yang dilakukan adalah sebagai berikut: Back-Calculated dry wet k x =k y m/day E ref kn/m 2 ν c ref kn/m 2 R inter kn/m 3 kn/m 3 Lapis SoftClay 01: 14 16 0,0001 2500 0,33 3,5 15 0,70 Lapis MediumClay 02: 15,0 17,0 0,0001 3000 0,30 15 25 0,70 Lapis CementedSand 03: 17,0 21,0 0,5 120000 0,30 1 33 0,70 Catatan: Beams : (Plate01) EA : 8,400E+07 kn/m EI : 1,400E+07 kn/m 2 /m w : 2,80 kn/m/m : 0,25 Beams : (Borepile) EA : 4,725E+06 kn/m EI : 1,113E+05 kn/m 2 /m w : 1,60 kn/m/m : 0,20 Beams : (Strauss) EA : 4,725E+05 kn/m EI : 2783 kn/m 2 /m w : 0,20 kn/m/m : 0,25 Pasangan Batu Kali : (Linear Elastic) dry : 19 kn/m 3 wet : 20 kn/m 3 E ref : 10000 kn/m 2 : 0,28 Gambar Displ. 20 cm Model ini merupakan perhitungan balik dari DPT saat failure dan parameter tanah dari hasil analisis balik tersebut digunakan untuk menyelesaikan kelongsoran. Angka keamanan pada saat DPT awal dibangun dan telah mengalami konsolidasi selama 2 tahun adalah SF=1.15. Kemudian DPT tersebut ditinggikan berkisar 2 m, setelah 1 tahun peninggian terjadi kelongsoran. Diduga angka keamanan DPT awal tidak mencukupi menahan pertambahan tinggi DPT setinggi 2 m.

HALAMAN 6 Sebelum melakukan pekerjaan soldier borepile di elevasi +17,50 m di bawah elevasi teratas yakni +20 m (lihat: Model 01-PLAXIS), area selebar 3,5 m perlu dicerucuk dengan bambu 3 buah per cerucuk sedalam 3 4 m. Tahap berikutnya adalah melaksanakan pekerjaan soldier borepile sebagai dinding penahan tanah kemudian setelah itu dihilirnya baru mngerjakan DPT dari pasangan batu-pelat-strauss. Data Soldier Borepile Diameter : 0,60 m Konfigurasi : 2 baris, zig zag Spasi : 1,2 m Kedalaman : 12 m Model 01 (Gambar 5) Gambar 5. Model 01. Dari Model 01 didapat angka keamanan sebesar SF = 1,65 dan momen yang terjadi pada soldier borepile adalah sebesar 69,12 kn-m. Sedangkan total displacement yang terjadi adalah sebesar 43 mm (Gambar 6). Gambar 6. Total Displ. 43 mm. Model 01 posisi kepala soldier borepile berada 2,50 meter di bawah elevasi top dari hulu soldier borepile (+20,00 m) atau posisi kepala soldier pile berada di elevasi +17,50 m. Model 02 (Gambar 7) Dari Model 02 didapat angka keamanan sebesar SF = 1,635 dan momen yang terjadi pada soldier borepile adalah sebesar 170,5 kn-m. Sedangkan total displacement yang terjadi adalah sebesar 52 mm (Gambar 7).

HALAMAN 7 Gambar 7. Model 02. Model 02: di atas pilecap diberi DPT dari pasangan batu dan diberi geotextile selebar 7 m dari dinding DPT kemudian ditimbun tanah hingga elevasi +20,00 m. Sebelum pelaksanaan area timbunan perlu diberi perkuatan tanah dengan, misal cerucuk bambu seperti pada Gambar 8. Gambar 8. Perkuatan Timbunan. Step -1: Soil Grading, Compaction and Wooden Pile

HALAMAN 8 Step -2: Bored Piling Step -3: Cutting Bored Piling, Pile Cap, Retaining Wall-1, Stiffness Wall Step-4: Geotextile Work and Fill Soil (Leveling)

HALAMAN 9 Step-5: Retaining Wall-2 (Property Boundary) KESIMPULAN Dari ulasan di atas ada beberapa ringkasan yang perlu diketahui adalah sebagai berikut: 1. Telah terjadi kegagalan konstruksi DPT di suatu tempat yang ternyata setelah dilakukan penyelidikan kegagalan konstruksi tersebut diakibatkan karena tidak cukupnya faktor keamanan dalam desain, sehingga saat DPT tersebut dinaikan ketinggiannya seperti pada Gambar 3-1 tanpa memperhatikan penambahan kekuatan fondasi bawahnya, yang ternyata tidak cukup kuat mendukung pertambahan beban akibat kenaikan tinggi DPT.

HALAMAN 10 2. Terkait dengan aktifitas desain ilmu rekayasa geo-teknik, jangan diabaikan pentingnya penyelidikan tanah. Dari penyelidikan tanah dapat diketahui stratigrafi tanah juga fluktuasi muka air tanah. 3. Persyaratan desain kestabilan lereng yang memenuhi syarat terutama angka keamanan penting untuk diperhatikan, meskipun nampaknya hanya menambahkan tinggi DPT setinggi 2 m.. DAFTAR PUSTAKA Das, Braja, M., (2002), Principles of Geotechnical Engineering. 5th Edition, Brooks/Cole, US. Darjanto, H., Wardani, SPR., Suharyanto (2010), Perkuatan Tebing Pada Sungai Aliran Deras Ditinjau Dari Sisi Hidrolika Sungai & Tinjauan Geotekniknya, PIT-XIV Yogyakarta. Idrus, M. A., (2014), Laporan Penyelidikan Tanah, PT. Geoinves, Jakarta. Nowak, A. Atkins, (2012), Design of New Earthworks, ICE Manuals, Volume II Geotechnical Design, Construction, and Verification, BGA. PLAXIS 2D., (1998), Finite Element Code for Soil and Rock Analyses. AA. Balkema, PO. Box 1675, 3000 BR Rotterdam, Netherland.