BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi antar rumah sakit dan terbukanya AFTA di tahun 2013 membuat semua rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan Bangsa Indonesia. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

Insiden Rate IDO pada Triwulan III di RSUD Karawang, Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB VII KESIMPULAN. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan : dilakukan dalam bentuk in house training oleh tim pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Rumah sakit memiliki resiko untuk terjadi Health care Associated

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

LAPORAN DATA INDIKATOR MUTU PELAYANAN RSUD KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

MANAJEMEN PENCEGAHAN & SURVEILANS UNTUK INFEKSI NOSOKOMIAL

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan serta keberhasilan perusahaan atau organisasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang telah ditentukan (Kemenkes RI, tahun 2011). Rumah sakit selain sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat (Bety, tahun 2012). Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untukk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien ( yang lain) atau bahkan petugas kesehatan itu sendiri (Kemenkes RI, tahun 2011). Nosokomial berasal dari Bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomial berarti tempat untuk merawat/ rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, dalam Bety, 2012). Karena sering tidak bisa ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial ( Hospital Acquired infection ) diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare-associated infections (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya dirumah sakit, tetapi juga difasiltas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saaat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk

2 infeksi yang terjadi atau didapat dirumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah sakit ( Hospital Infection ) ( Kemenkes RI, tahun 2011). Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama angka kesakitan, dan kematian didunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari diseluruh dunia (Bety, 2012). Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, dalam Kemenkes 2011) mencapai sekitar 9%, ( variasi 2-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap dirumah sakit seluruh dunia. Hasil survei point prevalensi dari 11 rumah sakit sakit di DKI Jakarta yang dilakukan perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (infeksi Luka operasi) 18,9%, ISK ( Infeksi saluran kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan infeksi saluran nafas lain 15,1% serta infeksi lainnya 32,1%( Kemenkes RI, tahun 2011). Infeksi nosokomial menyebabkan Length of Stay (LOS) bertambah 5-10 hari, angka kematian pasien lebih tinggi 6% dibanding yang tidak infeksi nosokomial (Bady, 2007). Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit (Kemenkes RI, tahun 2011). Perawat sebagai petugas kesehatan yang memberikan pelayanan keperawatan dan melakukan prosedur keperawatan baik yang invasive ataupun non invasive untuk

3 memenuhi kebutuhan pasien akan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien. Hal ini sangat berisiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, dan menjadi tempat dimana agen infeksius dapat berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari satu pasien ke pasien lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikhwanda angga dan kawan-kawan (2014) didapatkan bahwa hasil swab tangan perawat yang telah dikultur pada media isolasi dilihat menggunakan mikroskop menunjukkan terdapat empat jenis bakteri pada hasil swab tangan perawat, yaitu Staphylococcus aureus sebanyak 53,85%, Staphylococcus epidermidis sebanyak 34,62%, Escherichia coli sebanyak 7,69%, dan Bacillus sp sebanyak 3,84%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bakteri kontaminan yang terdapat pada tangan perawat adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, dan Bacillus sp. Dalam pelaksanaan Program Pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit diperlukan kemampuan perawat sebagai pelaksana, ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta SPO yang mengatur langkah- langkah dalam pelaksanaan pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. Kinerja perawat adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan (Triwibowo, tahun 2013). Kinerja Perawat dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit sangat besar dalam meningkatkan mutu dari pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya.

4 Kinerja merupakan hasil karya nyata dari pekerjaan karyawan yang dapat diukur secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan standar pekerjaannya dalam suatu organisasi (Mangkunegara, 2013). Menurut Simanjuntak (2011), kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian. Pertama kompetensi individu, meliputi pelatihan, motivasi dan sikap. Kedua dukungan organisasi, meliputi penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Ketiga dukungan manajemen, meliputi cara manajemen mempertahankan kinerja karyawan yang dilakukan atasan langsung melalui supervisi langsung terhadap karyawan. Peran manajemen rumah sakit sangat penting dalam menunjang program pengendalian infeksi. Rumah sakit bertanggungjawab terhadap komite pengendalian infeksi dalam mengidentifikasi sumber daya program pencegahan infeksi, memberikan pendidikan dan pelatihan staf tentang program pengendalian infeksi seperti tehnik sterilisasi, mewajibkan staf (perawat, laboratorium, petugas kebersihan) untuk tetap menjaga kebersihan rumah sakit, melakukan evaluasi berkala terhadap efektivitas dan tindakan pengendalian infeksi, memfasilitasi dan mendukung tindakan pengendalian infeksi, serta turut berpartisipasi dalam penelusuran terjadinya infeksi (Kemenkes RI, 2011). Berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial, penelitian yang dilakukan oleh Bady, Kusnanto, & Handono, (2007) di ruangan rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakrta didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan kinerja SDM perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial (r = 0,03 dan p = 0,788). Akan tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan kinerja SDM dalam pengendalian infeksi nosokomial (r = 0,233 dan p = 0,045).

5 Selain itu dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara fasilitas RS dengan kinerja SDM dalam pengendalian infeksi nosokomial (r = 0,184 dan p = 0,100). Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat adalah rumah sakit swasta dengan klasifikasi rumah sakit Tipe C dengan kapasitas 60 tempat tidur. Berdasarkan hasil surveillance yang dilakukan Komite Pengendalian dan Pencegahan infeksi rumah sakit tahun 2015 di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat adalah didapatkan Angka kejadian Phlebitis adalah 5,7 dari 6265 jumlah pemakaian jarum infus, Angka Infeksi daerah operasi adalah 0,07% dari 1367 operasi, Angka kejadian Dekubitus 8,3 dari jumlah hari tirah baring. Sedangkan standard angka kejadian infeksi nosokomial adalah < 1,5 % (Kemenkes, 2008). Hasil wawancara dengan surveyor Pengendalian dan Pencegahan Infeksi di rumah sakit pada tanggal 7 juni 2016 bahwa masih terdapat perawat pelaksana yang tidak mematuhi standar operational prosedure dan Bundle dari pelaksanaan pemasangan jarum infus dan perawatan tirah baring. Dari hasil laporan komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat tahun 2015 didapatkan kepatuhan terhadap hand higiene petugas rumah sakit adalah 61% sebelum melakukan tindakan medis dari 30 orang petugas terdiri dari 10 orang dokter, 10 orang perawat dan 10 orang petugas labor yang dilakukan survei dan 80% setelah melakukan tindakan medis. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten difasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, dalam kemenkes RI 2011).

6 Manajemen Rumah sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat sangat memperhatikan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Hal ini ditunjukkan dengan pemasangan desinfektan handrub di ruang tunggu /pintu kamar sudah tercapai 89%, diruangan rawatan sudah tercapai 12% dan pembangunan wastafel medis sudah mencapai 52%. Kurang lebih 80% karyawan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat sudah dilatih program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit baik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina sendiri maupun yang dilatih oleh Perhimpunan Pengendali Infeksi Indonesia. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung program pencegahan dan pengendali infeksi rumah sakit juga terus dibangun secara bertahap. Akan tetapi, angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat masih belum memenuhi standar. Hasil wawancara dengan ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat masih belum standarnya angka kejadian infeksi nosokomial ini terutama pada kejadian phlebitis dan decubitus, dikarenakan perilaku karyawan baik dokter maupun perawat yang masih kurang terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dan ada perbedaaan pandangan dengan beberapa dokter terhadap pengendalian dan pencegahan infeksi rumah sakit. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu diteliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dan peran managerial dalam meningkatkan kinerja perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat

7 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan mengingat perawat adalah petugas kesehatan yang selalu berinteraksi dengan pasien, serta memiliki peran dalam upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Maka, rumusan penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pengendalian dan pencegahan infeksi rumah sakit dan peran manajerial rumah sakit dalam rangka meningkatan kinerja perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dan peran manajerial rumah sakit dalam rangka meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dirumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat. 1.3.2. Tujuan Khusus kuantitatif Tujuan khusus kuantitatif pada penelitian ini adalah mengetahui : 1. Distribusi frekuensi kinerja perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat.

8 2. Distribusi frekuensi kompetensi individu ( Pelatihan, motivasi, sikap dan etos kerja) perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Ibnu Sina Simpang Empat. 3. Distribusi frekuensi dukungan organisasi( ketersediaan sarana prasarana, kenyamanan lingkungan kerja dan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja ) perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat 4. Distribusi frekuensi dukungan manajemen ( supervisi kepala ruangan) perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Ibnu Sina Simpang Empat. 5. Hubungan antara kompetensi individu (pelatihan, motivasi dan sikap) dengan kinerja perawat pelaksana dalam pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. 6. Hubungan antara dukungan organisasi (ketersediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, dan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja) dengan kinerja perawat pelaksana dalam pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. 7. Hubungan antara dukungan manajemen (supervisi kepala ruangan) dengan kinerja perawat pelaksana dalam pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit. 1.3.3. Tujuan Khusus Kualitatif Untuk mengetahui bagaimana peran managerial dalam rangka meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat.

9 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi para akademisi dan pengembangan ilmu kesehatan masyarakat tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dan bagaimana peran manajerial dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. 1.4.2. Aspek Praktis Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi pihak Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat untuk meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat.