HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

1

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013


BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang baik maka tidak tersedia modal untuk melangkah ke depan

Fajarina Lathu INTISARI

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang: Lansia identik dengan adanya perubahan baik secara psikis maupun fisiologis, perubahan fisiologis akibat proses penuaan akan dialami oleh lansia yang diantaranya mengarah pada gangguan sistem kardiovaskuler, termasuk terjadinya hipertensi. Hipertensi ini terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi garam, stress yang dialami, obesitas. Bagi laki-laki kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol akan memacu timbulnya hipertensi. Tujuan: Untuk mengetahui pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan metode pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan riwayat hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling selain yang digunakan sebagai responden dalam uji validitas, sehingga jumlah sampel sebanyak 62 orang. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang hipertensi dan pola hidup sehat pada lansia. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Rank Spearman. Hasil: Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang hipertensi sebanyak 41 orang (50,0%), pola hidup sehat lansia sebagian besar adalah kurang yaitu yaitu sebanyak 37 orang (45,1%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan pola hidup sehat pada lansia dengan riwayat hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan nilai koofesien korelasi 0,545, dan nilai p-value 0,000 < α (0,05). Saran: Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut maka diharapkan lansia dapat mencegah terjadinya hipertensi melalui pola hidup sehat antara lain mengurangi konsumsi garam dan menghindari kebiasaan merokok. Kata kunci: pengetahuan, lansia, hipertensi 1

PENDAHULUAN eseorang pada usia diatas 55 tahun akan mengalami proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologi. Bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau degeneratife (Nugroho,2000). Berbagai perubahan fisiologis akibat proses penuaan akan dialami oleh lansia yang diantaranya mengarah pada gangguan sistem kardiovaskuler, termasuk terjadinya hipertensi (Mickey, 2007). Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia (Palmer, 2005). Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Gejalanya terkadang tidak terasa, maka hipertensi menjadi salah satu penyakit yang disebut sebagai silent killer, karena penyakit hipertensi mengakibatkan berbagai komplikasi pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, ginjal dan stroke dikemudian hari (Palmer, 2005). Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia lanjut pada golongan umur 55-64 tahun. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3% dengan faktor utama adalah hipetensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap, karena sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya (Kusuma, 2010).

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek, diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Quota Sampling. Sampel yang digunakan 82 responden di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Alat pengumpulan data dengan kuesioner yang telah dilakukan uji coba sebelumnya. Proses penelitian berlangsung pada tanggal 21 Juli 1 Agustus 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji (Rank Spearman) HASIL Sebagian besar berusia berusia antara 60-74 tahun yaitu sebanyak 67 orang (81,7%), dan yang berusia lebih dari 90 tahun sebanyak 1 orang (1,2%). Jenis kelamin lansia sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 55 orang (67,1%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (32,9%). Sebagian besar berpendidikan tidak tamat SD yaitu sebanyak 51 orang (62,2%), sedangkan responden yang berpendidikan SMA sebanyak 6 orang (7,3%). Tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi sebagian adalah kurang yaitu sebanyak 41 orang (50,0%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik tentang hipertensi yaitu sebanyak 19 orang (23,2%). Pola hidup sehat lansia sebagian adalah kurang baik yaitu sebanyak 37 orang (45,1%), sedangkan responden yang memiliki pola hidup sehat baik yaitu sebanyak 11 orang (13,4%). Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pola hidup sehat pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan nilai p value 0,000 dan nilai koofesien korelasi 0, 545. Berikut hasil penelitian dalam bentuk tabel : 3

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) No Umur responden Jumlah Persentase (%) 1. 60-74 tahun 67 81,7 2. 75-90 tahun 14 17,1 3. > 90 tahun 1 1,2 Jumlah 82 100 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) Jenis kelamin No Jumlah Persentase (%) responden 1. Laki-laki 27 32,9 2. Perempuan 55 67,1 Jumlah 82 100 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) Pendidikan No Jumlah Persentase (%) Responden 1. Tidak tamat SD 51 62,2 2. SR/SD 7 8,5 3. SMP 18 22,0 4. SMA 6 7,3 Jumlah 82 100

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) No Pengetahuan tentang hipertensi Jumlah Persentase (%) 1. Baik 19 23,2 2. Cukup 22 26,8 3. Kurang 41 50,0 Jumlah 82 100 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola hidup Sehat Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) No Pola hidup sehat pada lansia Jumlah Persentase (%) 1. Baik 11 13,4 2. Cukup 34 41,5 3. Kurang 37 45,1 Jumlah 82 100 Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Pola Hidup Sehat pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, Agustus 2012 (n=82) 5

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang hipertensi yaitu sebesar 41 orang (50,0%). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor tingkat pengetahuan responden sebesar 14,88, skor terendah 5 dan skor tertinggi adalah 25. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menurut peneliti dimungkinkan karena responden kurang mendapatkan informasi yang tepat tentang hipertensi. Selain itu tingkat pendidikan responden yang mayoritas adalah berpendidikan tidak tamat SD juga akan berpengaruh terhadap informasi yang diperoleh oleh responden sebelumnya, karena responden tidak mendapatkan materi khusus tentang hipertensi selama proses pendidikan. Sehingga informasi yang diperoleh responden hanya terbatas dari media, pengalaman maupun dari tenaga kesehatan melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Walaupun lansia telah mendapatkan penyuluhan tentang hipertensi, namun lansia sebagian besar lupa tentang bagaimana upaya pencegahan yang harus dilakukan pada penderita hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarman (2010), tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 64,2%, sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 35,8%. Kurangnya pengetahuan responden dikarenakan kurangnya sumber informasi terkait dengan hipertensi, selain itu pada lansia sudah mengalami degenerasi fungsi organ dalam hal ini adalah kemunduran fungsi kognitif sehingga lansia lebih susah menerima informasi sehingga pengetahuan lansia menjadi kurang. Pengetahuan memberi informasi kepada seseorang yang mempelajarinya sehingga jika diterapkan dalam kehidupannya akan bisa mendatangkan perubahan perilaku atau tingkah laku, dalam hal ini berupa perilaku pola hidup sehat pada lansia denga riwayat hipertensi. Selain pengetahuan, perilaku atau tingkah laku

juga didukung dengan sikap positif dan dukungan dari pihak lain, sehingga seseorang dapat mengambil keputusan dalam menentukan pilihan untuk mempermudah menyelesaikan permasalahannya. Pengetahuan akan membentuk keyakinan tertentu yang pada akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan keyakinan (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku pola hidup sehat dalam pencegahan penyakit, sehingga pengetahuan pada lansia tentang hipertensi perlu ditingkatkan dengan baik agar lansia dapat menentukan pola hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dari hipertensi (Purwati, 2000). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pola hidup sehat yang kurang yaitu sebanyak 37 orang (45,1%). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor pola hidup sehat responden sebesar 14,02, skor terendah 5 dan skor tertinggi adalah 22. Menurut peneliti hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan responden tentang hipertensi. Tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat menentukan cara pandang seseorang serta untuk melakukan suatu perilaku kesehatan. Pola hidup sehat pada lansia dalam penelitian ini dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan perilaku yang cukup berpengaruh. Alur pembentukan perilaku dimulai ketika seseorang menerima informasi dan informasi tersebut kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan individu, serta hasil akhirnya adalah terbentuknya perilaku pola hidup sehat pada lansia dengan riwayat hipertensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karomah (2010), tentang studi deskriptif pola hidup sehat pada lansia penderita hipertensi dengan hasil bahwa mayoritas lansia memiliki pola hidup yang tidak 7

sehat yaitu sebanyak 67,2%. Hal ini dikarenakan lansia pada umumnya tidak memperhatikan pola hidup yang dapat menunjang kesehatannya, adanya stigma bahwa lansia selalu dituruti untuk mengkonsumsi seiap makanan yang di inginkan maka dapat meningkatkan resiko mengalami hipertensi pada lansia. Baik dan tidaknya pola hidup seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, dan sarana informasi. Sarana informasi yang kurang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini berupa pola hidup sehat pada lansia dengan riwayat hipertensi. Selain itu juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola hidup sehat pada lansia yaitu tingkat pengetahuan, sosial ekonomi, budaya atau agama, dan pengalaman. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman didapatkan nilai p value 0,000 < α (0,05) dan Koofesien korelasi 0,545 yang menunjukkan bahwa kekuatan hubungan erat dengan arah korelasi positif, artinya semakin baik tingkat pengetahuan tentang hipertensi maka semakin baik pula pola hidup sehat pada lansia dengan riwayat hipertensi. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2010), tentang hubungan tentang tingkat pengetahuan dengan pola makan penderita hipertensi di Sampangan RW 04 Bintoro Demak, dengan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pola makan penderita hipertensi yang dibuktikan dengan nilai p value 0.012 < 0,05. Beberapa hasil penelitian ini menurut peneliti dimungkinkan karena sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang adalah kurang baik sehingga dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam pola hidup sehat menjadi kurang baik pula. Hal ini terjadi karena informasi yang diperoleh lansia tentang hipertensi masih relatif kurang, informasi tersebut diperoleh lansia baik dari media massa atau

elektronik maupun penyuluhan dari pembina unit rehabilitasi sosial sehingga dapat mempengaruhi pola hidup sehat untuk pencegahan hipertensi. Tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap dan perilaku dalam hal ini adalah pola hidup sehat pada lansia. Sikap akan menentukan apakah seseorang akan setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, dan apa yang harus dihindari (Mahfoedz, 2005). Masalah-masalah penyebab timbulnya penyakit hipertensi tersebut salah satu faktornya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan cara yang paling baik untuk menghadapi timbulnya tekanan darah tinggi adalah upaya pencegahan. Selain itu tingkat pengetahuan pada responden tentunya juga akan mempengaruhi pola hidup sehat untuk mencegah hipertensi (Purwati, 2000). Hal tersebut karena jumlah informasi yang diperoleh oleh responden dapat meningkatkan pengetahuan dalam hal ini berupa pengetahuan responden tentang hipertensi dan pencegahannya melalui pola hidup sehat (Depkes, 2003). Berdasarkan hal tersebut maka, jika semakin baik pengetahuan warga tentang hipertensi maka perilaku warga tentang pola hidup sehat terhadap hipertensi juga semakin lebih baik (Notoatmodjo, 2003). Kesimpulkan yang dapat diambil pada teori tersebut adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat pada lansia dengan riwayat hipertensi. PENUTUP Tingkat pengetahuan tentang hipertensi responden sebagian besar adalah kurang yaitu sebanyak 30 orang (48,4%). Pola hidup sehat pada lansia sebagian besar adalah kurang yaitu sebanyak 28 orang (45,2%). Hasil analisis bivariat ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat 9

lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan nilai koofesien korelasi 0,545, dan nilai p-value 0,000 < α (0,05). Diharapkan lansia dapat meningkatkan pola hidup sehat hipertensi dengan meningkatkan pengetahuan hipertensi baik melalui media massa maupun dengan mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh Unit Rehabilitasi Sosial. Diharapkan tenaga kesehatan atau perawat komunitas dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan cara pencegahannya melalui pola hidup sehat pada lansia secara rutin dan berkelanjutan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi pola hidup sehat pada lansia misalnya sikap atau dukungan keluarga 1 Anik Eka Purwanti: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Ns. Tri Nur Hidayati, S.Kep, Med. Ed: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Ir. Agustin Syamsianah, M. Kes.: Dosen Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang KEPUSTAKAAN Depkes RI. (2003). Hipertensi Dapat Dicegah dengan Pola Hidup Sehat. Diakses pada tangal 4 Februari 2012. Dari: http://www.depkes.go.id. Kusuma, lany. (2010). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius. Mahfoedz, Ircham. (2005). Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat.

Mickey, L. (2007). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Promosi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta. cipta. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakart: PT. Rineka Nugroho,Wahyudi,(2000) Keperawatan Gerontik edisi 1, Jakarta: EGC. Palmer, A. (2005). Tekanan darah tinggi. Alih bahasa: Elizabeth Yasmine. Jakarta: Erlangga. Purwati, S. (2000). Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya. Sumarman, E. (2010). Pengetahuan penderita hipertensi tentang diet rendah garam dan pengaruhnya terhadap kepatuhan melaksanakan diet rendah garam.studi di klinik As Sakinah Tamansari Tegalsari Banyuwangi. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebalas Maret Surakarta. 11