I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar merupakan upaya untuk mempertahankan gigi yang telah mengalami infeksi pulpa atau periapeks agar berada selama mungkin di dalam rongga mulut dan merestorasinya hingga dapat kembali ke bentuk dan fungsinya semula dalam sistem pengunyahan (Weine, 2004). Perawatan saluran akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang terdiri dari tahap preparasi biomekanis saluran akar (shaping), disinfeksi (cleaning) dan obturasi (filing). Preparasi biomekanis atau disebut juga preparasi khemomekanis terdiri dari instrumentasi saluran akar secara mekanik dan irigasi saluran akar secara kimiawi. Ini merupakan tahap perawatan yang sangat penting terutama dalam mengeliminasi mikroorganisme (Young dkk., 2007). Pada instrumentasi saluran akar secara mekanik dilakukan pembuangan jaringan vital dan nekrotik, jaringan dentin yang telah terinfeksi dan obstruksi lainnya pada saluran akar dan dilakukan pembentukan saluran akar agar siap menerima bahan irigasi dan bahan pengisi nantinya (Weine, 2012), sedangkan bahan irigasi berperan sebagai anti miroba serta melarutkan debris sisa preparasi dan jaringan nekrotik yang tidak terambil saat preparasi mekanik. Telah banyak jenis instrumen dan teknik yang dikembangkan hingga saat ini yang berfokus pada prinsip less is more yang berarti menggunakan instrumen seminimal mungkin dengan hasil yang semaksimal mungkin. Klinisi saat ini 1
banyak memilih instrumen putar (rotary) untuk preparasi saluran akar karena lebih ringkas dan menghemat waktu. Tingkat keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi yang dipreparasi dengan instrumen rotary juga terbukti tinggi. Pembersihan yang maksimal tidak hanya didapatkan dari pembuangan debris dan jaringan nekrotik secara fisik menggunakan instrumen namun juga penggunaan bahan irigasi untuk membilas material yang telah terlepas dan sisasisa preparasi serta melarutkan material dari tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh instrumen preparasi (Ari dkk., 2004). Bahan irigasi pilihan yang digunakan saat ini antara lain sodium hipoklorit (NaOCl) konsentrasi 0,5%, 1%, 2,5%, 5,2% atau 6%, EDTA 15%-17% dan Klorheksidin diglukonat konsentrasi 0,12% (Mulyawati, 2011). Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar sangat rapuh dan rentan mengalami fraktur. Hal ini terjadi karena beberapa hal antara lain karena gigi telah kehilangan kelembaban dan telah kehilangan banyak jaringan kerasnya akibat karies, pembukaan akses kavitas dan preparasi biomekanis saluran akar. Risiko fraktur juga bergantung pada letak gigi dalam rongga mulut dan besarnya beban pengunyahan yang diterima. Pada gigi posterior terutama gigi premolar, beban pengunyahannya lebih besar dibandingkan gigi anterior karena bentuk dan letaknya yang lebih dekat dengan aksis horizontal transversal. (Cohen dkk., 2006; Rosenstiel dan Fujimoto, 2006). Kim dkk. (2010), Peters dkk. (2008), El Nasr dan El Kader (2013) menyebutkan adanya hubungan antara desain instrumen Ni-Ti terhadap insidensi fraktur akar vertikal, yaitu desain geometri, jenis kandungan logam, dan 2
kinematik (jenis putaran). Desain geometri suatu instrumen terdiri dari helical angle, pitch flutes, rake angle, core design, tipe ujung tip dan jenis taper. Desain file berpengaruh terhadap timbulnya konsentrasi tekanan disepanjang dinding dentin selama preparasi saluran akar. Konsentrasi tekanan akan menyebabkan terjadinya retakan pada dinding dentin. Retakan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya fraktur akar pada gigi yang dilakukan perawatan saluran akar (Kim dkk., 2010). Sebagian besar instrumen rotary berbahan dasar Nikel-Titanium (Ni-Ti) dengan ujung tip non cutting. Saat ini telah dikembangkan M-wire Ni-Ti yang memiliki fleksibilitas lebih baik sehingga dapat mengikuti kontur saluran akar dan mengurangi risiko transportasi saluran akar (Ruddle, 2012). Taper instrumen rotary lebih besar dari 2%, sehingga dapat memotong lebih banyak jaringan dentin dalam waktu lebih singkat. Taper yang besar akan memudahkan aplikasi bahan irigasi, disinfeksi dan obturasi. Namun, juga akan menyebabkan defek dentin atau pengurangan ketebalan jaringan dentin, sehingga gigi yang sudah getas menjadi lebih rentan terhadap fraktur akar. Instrumen rotary yang ada saat ini memiliki core design berupa tipe non landed, radial landed, atau modifikasinya. Pada ujung tip yang berbentuk non landed, titik instrumen yang berkontak dengan dinding saluran akar lebih sedikit dibandingkan dengan tipe radial landed, sehingga lebih sedikit menyebabkan tekanan yang dapat menyebabkan munculnya keretakan, namun hal ini juga masih dipengaruhi oleh jenis metal dan gerakan instrumen preparasi (Peters dkk., 2008; Ruddle, 2012; El Nasr dan El Kader, 2013). Instrumen rotary saat ini dapat bergerak dengan 3
gerakan putaran kontinyu (continuous rotation motion) atau gerakan resiprokal (reciprocating motion). Continuous rotation motion merupakan gerakan file berputar 360 secara kontinyu sedangkan reciprocating motion merupakan gerakan file maju dan mundur secara berulang-ulang. Gerakan ini biasanya berupa putaran maju searah jarum jam dilanjutkan dengan putaran mundur berlawanan arah jarum jam. Derajat putaran ini berbeda-beda tergantung desain geometri dan pabrikannya (Ruddle, 2012). Instrumen dengan reciprocating motion dapat mengurangi risiko terjadinya retakan dinding saluran akar karena memiliki gerakan searah dan berlawanan jarum jam sehingga memberikan waktu tepi pemotong instrumen untuk tidak berkontak dengan dinding saluran akar (Ruddle, 2012). Bahan irigasi yang digunakan juga mempengaruhi kekuatan mekanik dinding saluran akar yang pada akhirnya mempengaruhi ketahanan jaringan keras gigi terhadap risiko fraktur akar. Penelitian yang dilakukan oleh Ari dkk. (2004) menyebutkan adanya pengaruh bahan irigasi seperti EDTA dan NaOCl terhadap kekerasan mikro saluran akar dan hal ini didukung oleh Marending dkk. (2007) yang menjelaskan adanya hubungan antara bahan irigasi terhadap kekuatan mekanik dentin saluran akar. Saat ini telah ada banyak jenis bahan irigasi serta instrumen rotary yang menjadi pilihan dalam melakukan perawatan saluran akar. Instrumen rotary yang beredar saat ini memiliki desain geometri dan kandungan logam yang berbedabeda dan beberapa diantaranya merupakan alat baru yang belum diuji pengaruhnya terhadap pembentukan defek dentin serta pengaruhnya terhadap 4
ketahanan fraktur akar gigi. Selain instrumen rotary, bahan irigasi juga memiliki sifat dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap jaringan keras gigi. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh tipe instrumen rotary serta bahan irigasi yang digunakan saat preparasi saluran akar terhadap ketahanan fraktur akar gigi tersebut. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh antara instrumen Ni-Ti rotary (continuous rotation motion dan reciprocating motion) dan bahan irigasi (NaOCl 2,5% dan EDTA 17%) terhadap ketahanan fraktur akar gigi pasca preparasi saluran akar. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara instrumen Ni-Ti rotary (continuous rotation motion dan reciprocating motion) dan bahan irigasi (NaOCl 2,5% dan EDTA 17%) terhadap ketahanan fraktur akar gigi pasca preparasi saluran akar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai instrumen Ni-Ti rotary dan bahan irigasi yang memberikan risiko keretakan dentin dan fraktur akar paling kecil saat digunakan pada preparasi saluran akar. 2. Memberikan sumbangan informasi ilmiah terutama dibidang konservasi gigi. 5
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis dari perpustakaan dan online, ditemukan beberapa penelitian mengenai pengaruh jenis instrumen rotary Ni-Ti terhadap pembentukan keretakan apikal, defek dentin dan fraktur akar vertikal. Penelitian mengenai pengaruh bahan irigasi terhadap kekerasan mikro dentin dilakukan oleh Ari dkk. (2004) menggunakan bahan irigasi NaOCl 5,25% dan 2,5%, H 2 O 2 3%, EDTA 17% dan klorheksidin diglukonat 0,2%. Tahun 2007, Marending melakukan penelitian mengenai pengaruh NaOCL 2,5% dan EDTA 17% terhadap kekuatan fleksural dan modulus elastisitas dentin saluran akar. Sepengetahuan penulis, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai ketahanan fraktur akar pada gigi yang telah dipreparasi menggunakan instrumen dengan reciprocating motion dan continuous rotation motion dengan bahan irigasi EDTA 17 % dan NaOCl 2,5 %. 6