I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

Lampiran 1 Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dkk, 2005). Namun gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

PERBEDAAN JUMLAH EKSTRUSI DEBRIS ANTARA KITOSAN BLANGKAS MOLEKUL TINGGI DENGAN SODIUM HIPOKLORIT PADA TINDAKAN IRIGASI SALURAN AKAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

ribbon-shaped yang memutar 180 o dimulai dari mesial (mesiobukal dan atau mesiolingual) melintasi daerah bukal dan berakhir di distal. Sering ditemuka

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

IV. PRINSIP BIOMEKANIK PREPARASI

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

PERBANDINGAN LUAS DINDING SEPERTIGA APEKS SALURAN AKAR YANG TIDAK TERPREPARASI ANTARA INSTRUMEN OSILASI RECIPROC DAN WAVEONE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN KEKERASAN DENTIN PADA SALURAN AKAR. SETELAH APLIKASI NaOCl 3%, KOMBINASI NaOCl 3% - EDTA 17%, DAN NaOCl 3% - KLORHEKSIDIN 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

INSTRUMEN ENDODONTIK (PERALATAN PERAWATAN S.A)

EKSTRUSI DEBRI KE PERIAPEKS ANTARA PREPARASI SALURAN AKAR MENGGUNAKAN GERAKAN ROTASI KONTINYU DAN RESIPROKAL (EKSPERIMENTAL LABORATORIK) TESIS

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ALUR PIKIR. Kitosan Molekul Tinggi 1. Knor (1982) Kitosan mempunyai gugus amino bebas Dakin untuk merawat infeksi luka.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar merupakan upaya untuk mempertahankan gigi yang telah mengalami infeksi pulpa atau periapeks agar berada selama mungkin di dalam rongga mulut dan merestorasinya hingga dapat kembali ke bentuk dan fungsinya semula dalam sistem pengunyahan (Weine, 2004). Perawatan saluran akar terbagi menjadi tiga tahapan utama yang disebut Triad Endodontic yang terdiri dari tahap preparasi biomekanis saluran akar (shaping), disinfeksi (cleaning) dan obturasi (filing). Preparasi biomekanis atau disebut juga preparasi khemomekanis terdiri dari instrumentasi saluran akar secara mekanik dan irigasi saluran akar secara kimiawi. Ini merupakan tahap perawatan yang sangat penting terutama dalam mengeliminasi mikroorganisme (Young dkk., 2007). Pada instrumentasi saluran akar secara mekanik dilakukan pembuangan jaringan vital dan nekrotik, jaringan dentin yang telah terinfeksi dan obstruksi lainnya pada saluran akar dan dilakukan pembentukan saluran akar agar siap menerima bahan irigasi dan bahan pengisi nantinya (Weine, 2012), sedangkan bahan irigasi berperan sebagai anti miroba serta melarutkan debris sisa preparasi dan jaringan nekrotik yang tidak terambil saat preparasi mekanik. Telah banyak jenis instrumen dan teknik yang dikembangkan hingga saat ini yang berfokus pada prinsip less is more yang berarti menggunakan instrumen seminimal mungkin dengan hasil yang semaksimal mungkin. Klinisi saat ini 1

banyak memilih instrumen putar (rotary) untuk preparasi saluran akar karena lebih ringkas dan menghemat waktu. Tingkat keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi yang dipreparasi dengan instrumen rotary juga terbukti tinggi. Pembersihan yang maksimal tidak hanya didapatkan dari pembuangan debris dan jaringan nekrotik secara fisik menggunakan instrumen namun juga penggunaan bahan irigasi untuk membilas material yang telah terlepas dan sisasisa preparasi serta melarutkan material dari tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh instrumen preparasi (Ari dkk., 2004). Bahan irigasi pilihan yang digunakan saat ini antara lain sodium hipoklorit (NaOCl) konsentrasi 0,5%, 1%, 2,5%, 5,2% atau 6%, EDTA 15%-17% dan Klorheksidin diglukonat konsentrasi 0,12% (Mulyawati, 2011). Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar sangat rapuh dan rentan mengalami fraktur. Hal ini terjadi karena beberapa hal antara lain karena gigi telah kehilangan kelembaban dan telah kehilangan banyak jaringan kerasnya akibat karies, pembukaan akses kavitas dan preparasi biomekanis saluran akar. Risiko fraktur juga bergantung pada letak gigi dalam rongga mulut dan besarnya beban pengunyahan yang diterima. Pada gigi posterior terutama gigi premolar, beban pengunyahannya lebih besar dibandingkan gigi anterior karena bentuk dan letaknya yang lebih dekat dengan aksis horizontal transversal. (Cohen dkk., 2006; Rosenstiel dan Fujimoto, 2006). Kim dkk. (2010), Peters dkk. (2008), El Nasr dan El Kader (2013) menyebutkan adanya hubungan antara desain instrumen Ni-Ti terhadap insidensi fraktur akar vertikal, yaitu desain geometri, jenis kandungan logam, dan 2

kinematik (jenis putaran). Desain geometri suatu instrumen terdiri dari helical angle, pitch flutes, rake angle, core design, tipe ujung tip dan jenis taper. Desain file berpengaruh terhadap timbulnya konsentrasi tekanan disepanjang dinding dentin selama preparasi saluran akar. Konsentrasi tekanan akan menyebabkan terjadinya retakan pada dinding dentin. Retakan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya fraktur akar pada gigi yang dilakukan perawatan saluran akar (Kim dkk., 2010). Sebagian besar instrumen rotary berbahan dasar Nikel-Titanium (Ni-Ti) dengan ujung tip non cutting. Saat ini telah dikembangkan M-wire Ni-Ti yang memiliki fleksibilitas lebih baik sehingga dapat mengikuti kontur saluran akar dan mengurangi risiko transportasi saluran akar (Ruddle, 2012). Taper instrumen rotary lebih besar dari 2%, sehingga dapat memotong lebih banyak jaringan dentin dalam waktu lebih singkat. Taper yang besar akan memudahkan aplikasi bahan irigasi, disinfeksi dan obturasi. Namun, juga akan menyebabkan defek dentin atau pengurangan ketebalan jaringan dentin, sehingga gigi yang sudah getas menjadi lebih rentan terhadap fraktur akar. Instrumen rotary yang ada saat ini memiliki core design berupa tipe non landed, radial landed, atau modifikasinya. Pada ujung tip yang berbentuk non landed, titik instrumen yang berkontak dengan dinding saluran akar lebih sedikit dibandingkan dengan tipe radial landed, sehingga lebih sedikit menyebabkan tekanan yang dapat menyebabkan munculnya keretakan, namun hal ini juga masih dipengaruhi oleh jenis metal dan gerakan instrumen preparasi (Peters dkk., 2008; Ruddle, 2012; El Nasr dan El Kader, 2013). Instrumen rotary saat ini dapat bergerak dengan 3

gerakan putaran kontinyu (continuous rotation motion) atau gerakan resiprokal (reciprocating motion). Continuous rotation motion merupakan gerakan file berputar 360 secara kontinyu sedangkan reciprocating motion merupakan gerakan file maju dan mundur secara berulang-ulang. Gerakan ini biasanya berupa putaran maju searah jarum jam dilanjutkan dengan putaran mundur berlawanan arah jarum jam. Derajat putaran ini berbeda-beda tergantung desain geometri dan pabrikannya (Ruddle, 2012). Instrumen dengan reciprocating motion dapat mengurangi risiko terjadinya retakan dinding saluran akar karena memiliki gerakan searah dan berlawanan jarum jam sehingga memberikan waktu tepi pemotong instrumen untuk tidak berkontak dengan dinding saluran akar (Ruddle, 2012). Bahan irigasi yang digunakan juga mempengaruhi kekuatan mekanik dinding saluran akar yang pada akhirnya mempengaruhi ketahanan jaringan keras gigi terhadap risiko fraktur akar. Penelitian yang dilakukan oleh Ari dkk. (2004) menyebutkan adanya pengaruh bahan irigasi seperti EDTA dan NaOCl terhadap kekerasan mikro saluran akar dan hal ini didukung oleh Marending dkk. (2007) yang menjelaskan adanya hubungan antara bahan irigasi terhadap kekuatan mekanik dentin saluran akar. Saat ini telah ada banyak jenis bahan irigasi serta instrumen rotary yang menjadi pilihan dalam melakukan perawatan saluran akar. Instrumen rotary yang beredar saat ini memiliki desain geometri dan kandungan logam yang berbedabeda dan beberapa diantaranya merupakan alat baru yang belum diuji pengaruhnya terhadap pembentukan defek dentin serta pengaruhnya terhadap 4

ketahanan fraktur akar gigi. Selain instrumen rotary, bahan irigasi juga memiliki sifat dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap jaringan keras gigi. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh tipe instrumen rotary serta bahan irigasi yang digunakan saat preparasi saluran akar terhadap ketahanan fraktur akar gigi tersebut. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh antara instrumen Ni-Ti rotary (continuous rotation motion dan reciprocating motion) dan bahan irigasi (NaOCl 2,5% dan EDTA 17%) terhadap ketahanan fraktur akar gigi pasca preparasi saluran akar. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara instrumen Ni-Ti rotary (continuous rotation motion dan reciprocating motion) dan bahan irigasi (NaOCl 2,5% dan EDTA 17%) terhadap ketahanan fraktur akar gigi pasca preparasi saluran akar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai instrumen Ni-Ti rotary dan bahan irigasi yang memberikan risiko keretakan dentin dan fraktur akar paling kecil saat digunakan pada preparasi saluran akar. 2. Memberikan sumbangan informasi ilmiah terutama dibidang konservasi gigi. 5

E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis dari perpustakaan dan online, ditemukan beberapa penelitian mengenai pengaruh jenis instrumen rotary Ni-Ti terhadap pembentukan keretakan apikal, defek dentin dan fraktur akar vertikal. Penelitian mengenai pengaruh bahan irigasi terhadap kekerasan mikro dentin dilakukan oleh Ari dkk. (2004) menggunakan bahan irigasi NaOCl 5,25% dan 2,5%, H 2 O 2 3%, EDTA 17% dan klorheksidin diglukonat 0,2%. Tahun 2007, Marending melakukan penelitian mengenai pengaruh NaOCL 2,5% dan EDTA 17% terhadap kekuatan fleksural dan modulus elastisitas dentin saluran akar. Sepengetahuan penulis, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai ketahanan fraktur akar pada gigi yang telah dipreparasi menggunakan instrumen dengan reciprocating motion dan continuous rotation motion dengan bahan irigasi EDTA 17 % dan NaOCl 2,5 %. 6