BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

DEFENISI Keluarga : Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di b

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental yang cukup membingungkan mereka. Pikiran, perasaan, perasaan tanggung jawab, kemauan dan nilai-nilai kehidupan memang sedang mengalami perkembangan dan kematangan menuju taraf kemasakan atau kedewasaannya. Masa remaja adalah masa peralihan, anak meninggalkan masa kanakkanak yang penuh dengan kemauan bermain dan akan memasuki masa dewasa yang memerlukan perasaan dan bertanggung jawab yang maksimal. Bermacam-macam permasalahan yang khas remaja dialami oleh sementara anak-anak remaja, baik yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikis, sosial. Semua permasalahan tersebut disebabkan perubahan-perubahan fisikbiologis, niali-nilai kehidupan yang belum sempurna, diketahui mungkin pula kurangnya upaya persiapan kedua orangtuanya dalam mengantarkan kealam remaja yang penuh pertanyaan dan kebingungan. Pada saat remaja sangat memerlukan bantuan dan pengarahan dari orangtua dan orang dewasa lainnya yang bertanggung jawab, kaum remaja diharapkan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sendiri menuju taraf kedewasaan dirinya yang dapat diandalkan. Oleh karena itu konflik dengan orangtua perlu 1

2 dihilangkan dan tetap dipelihara dan dikembangkan semangat kerja sama yang baik dalam hubungan penuh kasih sayang. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam Kertamuda, 2009). Sementara itu, Suryanto, (dalam Kertamuda, 2009) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas bapak, ibu, anak dan lain-lain (kakek, nenek dan sebagainya) yang hidup di bawah satu atap dan saling berhubungan Hubungan orangtua yang efektif penuh kemesraan dan tanggung jawab yang didasari oleh kasih sayang yang tulus, setiap hubungan yang baik antara kedua orangtua dengan anak-anaknya. Hubungan dengan kedua orangtua yang sangat mesra, hangat dan penuh kasih sayang yang sehat, sangat bermanfaat dalam usaha pengembangan diri anak-anak di masa selanjutnya khususnya pada masa remaja yang berlangsung pada usia 12 tahun-21tahun (Zulkifli, 2012). Menurut Hawari (1997) suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis usia terutama pada masa remaja. Berdasarkan penelitian Sari (dalam Asih dkk., 2012) hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial / amoral. Kualitas hubungan dengan orang 2

3 tua dan orang-orang dekat dengan remaja memegang peranan penting. Melalui dukungan sosial, remaja akan memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga akan berdampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Wujud relasi orang tua dan anak berupa hubungan penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya (Asih dkk., 2012) Hasil penelitian Novita (2012) ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa perilaku beresiko pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh perlakukan yang seorang anak terima dari orang tuanya. Dari hasil penelitian Dewi & Valentina (2013) pada remaja di SMKN 1 Denpasar, menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kelekatan yang tinggi mencerminkan kelekatan yang aman pada orangtua. Hal ini menandakan orangtua menjadi figur lekat yang aman bagi remaja. Remaja memandang orangtua sebagai orang yang memberikan keamanan psikologis bagi diri remaja yang ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang baik dan kepercayaan antara orangtua dan remaja. Berbeda dengan anak yang tumbuh dari keluarga yang kurang atau tidak harmonis, mereka cenderung banyak mengalami dinamika emosi yang labil. Hal ini ditunjukkan pada perilaku mereka yang cenderung kurang ekspresif dan over ekspresif. Misalnya anak sangat tidak percaya diri dalam menonjolkan bakat dan kemampuannya sehingga mempengaruhi dalam pencapaian prestasi yang minim, atau sangat tidak punya motivasi untuk 3

4 berprestsi, cenderung impulsive yaitu memiliki sikap yang kurang control seperti berani berkelahi dengan siapapun, senang membuat sensasi, melukai orang, berbuat troublemaker (onar). Jelasnya anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis akan mengalami dinamika emosi yang labil. Banyak penelitian yang dilakukan para ahli bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya menurut Hurlock (dalam Ulfa www.damandiri.or.id/file/tesis_ulfah%20maria.pdf diaskes pada tanggal 16 Desember 2014). Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsikan keluarga mereka sebagai suatu hal yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsikan keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka anak akan terbebani dengan masalah yang dihadapi oleh orangtua tersebut. Persepsi tentang keharmonisan keluarga adalah proses mengamati oleh panca indra yang dilakukan terus menerus oleh seseorang didalam keluarga yang disana terdapat dua orang atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan didalamnya berhubungan secara serasi, seimbang, saling terbuka, saling menjaga, saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di duga adanya persepsi negatif diketahui dari wawancara dan observasi. Informan 4

5 DS berumur 17 tahun, memiliki 3 saudara kandung dan informan anak kedua. Orangtua informan memiliki usaha dagang yang membuat susah membagi waktu dan sulit untuk memantau informan. Permasalahan yang ada pada informan adalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan informan serta tidak merasakan kasih sayang seperti anak-anak keluarga lainnya. Untuk saling bercerita kepada orangtuanya saja informan mengalami kesulitan, karena orangtuanya kurang memiliki waktu lenggang dan informan juga kurang didengarkan. informan merasa, jika adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka akan ada rasa kedekatan antara orangtua dan anak. Dari komunikasi, juga akan timbul rasa kepercayaan yang ditaruh oleh orangtua kepada anak. Karena selama ini orangtua informan kurang menaruh rasa kepercayaan kepadanya dan lebih sering dicurigai. informan sangat menginginkan adanya keterikatan kepercayaan antara orangtua dan anak. Terlebih lagi informan kurang merasakan adanya kasih sayang yang diberikan oleh orangtua, disini informan merasa kesepian dan menjadi pribadi yang kurang percaya diri. informan mempunyai pandangan tentang keluarga yang harmonis adalah keluarga yang setiap harinya meluangkan waktu disetiap harinya, mau mendengarkan keluhan-keluhan permasalahan yang dihadapi informan, bertukar ceita dengan informan, menanyakan keadaan informan, tidak membanding-bandingkan informan dengan oranglain atau dengan kakak informan. 5

6 Berdasarkan pernyataan informan, permasalahan informan dengan keluarganya ditunjukkan dengan pernyataan informan tidak memiliki komunikasi yang baik dengan anggota keluarganya, jarang memiliki waktu bersama dengan keluarga, dan tidak menunjukan adanya saling perhatian dan saling menghargai. Permasalahan yang dirasakan informan mengarah pada kondisi keharmonisan keluarga. Berdasarkan permasalahan-permaslahan yang telah disampaikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga dimana permasalahan yang terjadi terkait dengan aspek- aspek yang terdapat pada persepsi. Dimana persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan (Walgito, 2003). Proses persepsi tidak dapat lepas dari penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Stimulus yang mengenal individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpetasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya, proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Adapun ideal keluarga harmonis yaitu seperti keluarga yang membahagiakan dan menyenangkan semua anggota keluarga. Keharmonisan terwujud dari hubungan antar pribadi yang memberikan suasana emosional menyenangkan atau membahagiakan bagi pribadi yang bersangkutan. Terciptanya hubungan baik orangtua dengan anak seperti kurangnya ketegangan dalam keluarga, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, 6

7 memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi Menurut Gunarsa & Gunarsa (dalam Nancy 2013), menyatakan sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota keluarga. Perbedaan persepsi itu mengakibatkan muncul masalah seperti anak dan orangtua menjadi miss komunikasi, sering terjadi perdebatan antara orangtua dan anak, sehigga anak tidak merasa nyaman berada dirumah dan mencari kenyamanan atau kesenangan diluar rumah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu remaja, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. F. Perumusan Masalah Dari uraian di atas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut Bagaimana persepsi remaja tentang keharmonisan keluarganya G. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja tentang keharmonisan keluarganya 7

8 H. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan pengembangan ilmu psikologi pada umumnya serta bidang psikologi sosial pada khususnya yang membahas tentang Persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti, yaitu untuk memahami lebih dalam tentang aspek psikologis dan Persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. b. Bagi keluarga, terutama yang memiliki anak remaja yaitu dapat memberikan gambaran mengenai keharmonisan keluarga. 8