BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental yang cukup membingungkan mereka. Pikiran, perasaan, perasaan tanggung jawab, kemauan dan nilai-nilai kehidupan memang sedang mengalami perkembangan dan kematangan menuju taraf kemasakan atau kedewasaannya. Masa remaja adalah masa peralihan, anak meninggalkan masa kanakkanak yang penuh dengan kemauan bermain dan akan memasuki masa dewasa yang memerlukan perasaan dan bertanggung jawab yang maksimal. Bermacam-macam permasalahan yang khas remaja dialami oleh sementara anak-anak remaja, baik yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikis, sosial. Semua permasalahan tersebut disebabkan perubahan-perubahan fisikbiologis, niali-nilai kehidupan yang belum sempurna, diketahui mungkin pula kurangnya upaya persiapan kedua orangtuanya dalam mengantarkan kealam remaja yang penuh pertanyaan dan kebingungan. Pada saat remaja sangat memerlukan bantuan dan pengarahan dari orangtua dan orang dewasa lainnya yang bertanggung jawab, kaum remaja diharapkan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sendiri menuju taraf kedewasaan dirinya yang dapat diandalkan. Oleh karena itu konflik dengan orangtua perlu 1
2 dihilangkan dan tetap dipelihara dan dikembangkan semangat kerja sama yang baik dalam hubungan penuh kasih sayang. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam Kertamuda, 2009). Sementara itu, Suryanto, (dalam Kertamuda, 2009) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas bapak, ibu, anak dan lain-lain (kakek, nenek dan sebagainya) yang hidup di bawah satu atap dan saling berhubungan Hubungan orangtua yang efektif penuh kemesraan dan tanggung jawab yang didasari oleh kasih sayang yang tulus, setiap hubungan yang baik antara kedua orangtua dengan anak-anaknya. Hubungan dengan kedua orangtua yang sangat mesra, hangat dan penuh kasih sayang yang sehat, sangat bermanfaat dalam usaha pengembangan diri anak-anak di masa selanjutnya khususnya pada masa remaja yang berlangsung pada usia 12 tahun-21tahun (Zulkifli, 2012). Menurut Hawari (1997) suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis usia terutama pada masa remaja. Berdasarkan penelitian Sari (dalam Asih dkk., 2012) hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial / amoral. Kualitas hubungan dengan orang 2
3 tua dan orang-orang dekat dengan remaja memegang peranan penting. Melalui dukungan sosial, remaja akan memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga akan berdampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Wujud relasi orang tua dan anak berupa hubungan penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya (Asih dkk., 2012) Hasil penelitian Novita (2012) ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa perilaku beresiko pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh perlakukan yang seorang anak terima dari orang tuanya. Dari hasil penelitian Dewi & Valentina (2013) pada remaja di SMKN 1 Denpasar, menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kelekatan yang tinggi mencerminkan kelekatan yang aman pada orangtua. Hal ini menandakan orangtua menjadi figur lekat yang aman bagi remaja. Remaja memandang orangtua sebagai orang yang memberikan keamanan psikologis bagi diri remaja yang ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang baik dan kepercayaan antara orangtua dan remaja. Berbeda dengan anak yang tumbuh dari keluarga yang kurang atau tidak harmonis, mereka cenderung banyak mengalami dinamika emosi yang labil. Hal ini ditunjukkan pada perilaku mereka yang cenderung kurang ekspresif dan over ekspresif. Misalnya anak sangat tidak percaya diri dalam menonjolkan bakat dan kemampuannya sehingga mempengaruhi dalam pencapaian prestasi yang minim, atau sangat tidak punya motivasi untuk 3
4 berprestsi, cenderung impulsive yaitu memiliki sikap yang kurang control seperti berani berkelahi dengan siapapun, senang membuat sensasi, melukai orang, berbuat troublemaker (onar). Jelasnya anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis akan mengalami dinamika emosi yang labil. Banyak penelitian yang dilakukan para ahli bahwa remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya menurut Hurlock (dalam Ulfa www.damandiri.or.id/file/tesis_ulfah%20maria.pdf diaskes pada tanggal 16 Desember 2014). Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsikan keluarga mereka sebagai suatu hal yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsikan keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka anak akan terbebani dengan masalah yang dihadapi oleh orangtua tersebut. Persepsi tentang keharmonisan keluarga adalah proses mengamati oleh panca indra yang dilakukan terus menerus oleh seseorang didalam keluarga yang disana terdapat dua orang atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan didalamnya berhubungan secara serasi, seimbang, saling terbuka, saling menjaga, saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di duga adanya persepsi negatif diketahui dari wawancara dan observasi. Informan 4
5 DS berumur 17 tahun, memiliki 3 saudara kandung dan informan anak kedua. Orangtua informan memiliki usaha dagang yang membuat susah membagi waktu dan sulit untuk memantau informan. Permasalahan yang ada pada informan adalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan informan serta tidak merasakan kasih sayang seperti anak-anak keluarga lainnya. Untuk saling bercerita kepada orangtuanya saja informan mengalami kesulitan, karena orangtuanya kurang memiliki waktu lenggang dan informan juga kurang didengarkan. informan merasa, jika adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka akan ada rasa kedekatan antara orangtua dan anak. Dari komunikasi, juga akan timbul rasa kepercayaan yang ditaruh oleh orangtua kepada anak. Karena selama ini orangtua informan kurang menaruh rasa kepercayaan kepadanya dan lebih sering dicurigai. informan sangat menginginkan adanya keterikatan kepercayaan antara orangtua dan anak. Terlebih lagi informan kurang merasakan adanya kasih sayang yang diberikan oleh orangtua, disini informan merasa kesepian dan menjadi pribadi yang kurang percaya diri. informan mempunyai pandangan tentang keluarga yang harmonis adalah keluarga yang setiap harinya meluangkan waktu disetiap harinya, mau mendengarkan keluhan-keluhan permasalahan yang dihadapi informan, bertukar ceita dengan informan, menanyakan keadaan informan, tidak membanding-bandingkan informan dengan oranglain atau dengan kakak informan. 5
6 Berdasarkan pernyataan informan, permasalahan informan dengan keluarganya ditunjukkan dengan pernyataan informan tidak memiliki komunikasi yang baik dengan anggota keluarganya, jarang memiliki waktu bersama dengan keluarga, dan tidak menunjukan adanya saling perhatian dan saling menghargai. Permasalahan yang dirasakan informan mengarah pada kondisi keharmonisan keluarga. Berdasarkan permasalahan-permaslahan yang telah disampaikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga dimana permasalahan yang terjadi terkait dengan aspek- aspek yang terdapat pada persepsi. Dimana persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan (Walgito, 2003). Proses persepsi tidak dapat lepas dari penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Stimulus yang mengenal individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpetasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya, proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Adapun ideal keluarga harmonis yaitu seperti keluarga yang membahagiakan dan menyenangkan semua anggota keluarga. Keharmonisan terwujud dari hubungan antar pribadi yang memberikan suasana emosional menyenangkan atau membahagiakan bagi pribadi yang bersangkutan. Terciptanya hubungan baik orangtua dengan anak seperti kurangnya ketegangan dalam keluarga, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga, 6
7 memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi Menurut Gunarsa & Gunarsa (dalam Nancy 2013), menyatakan sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota keluarga. Perbedaan persepsi itu mengakibatkan muncul masalah seperti anak dan orangtua menjadi miss komunikasi, sering terjadi perdebatan antara orangtua dan anak, sehigga anak tidak merasa nyaman berada dirumah dan mencari kenyamanan atau kesenangan diluar rumah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu remaja, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. F. Perumusan Masalah Dari uraian di atas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut Bagaimana persepsi remaja tentang keharmonisan keluarganya G. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja tentang keharmonisan keluarganya 7
8 H. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan pengembangan ilmu psikologi pada umumnya serta bidang psikologi sosial pada khususnya yang membahas tentang Persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti, yaitu untuk memahami lebih dalam tentang aspek psikologis dan Persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga. b. Bagi keluarga, terutama yang memiliki anak remaja yaitu dapat memberikan gambaran mengenai keharmonisan keluarga. 8