BAB I PENDAHULUAN. sektor industri dan pertanian. Pertanian sebagai sektor utama dan menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN PEMBUATAN JAMU INSTAN BAGI SISWA TINGKAT SMU DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Agrowisata Tanaman Obat Tradisional (ATOT) di Tlogodlingo Tawangmangu Karanganyar.

TINJAUAN PUSTAKA. obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI KECAMATAN GERAGAI 1

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Teridentifikasi sebanyak jenis flora

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

TINJAUAN PUSTAKA. obat.tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manis, aroma harum dan nilai gizi tinggi sehingga digemari masyarakat banyak.

Dampak penggunaan pestisida non-nabati Mengapa pestisida nabati diperlukan?

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

TINGKAT MANFAAT DAN KEAMANAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL *) Katno 1), S.Pramono 2) ABSTRAK

JAMBU BIJI BAB. I. (Psidium guajava L.) Gambar 1.1. Macam-Macam Warna Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Cara Pemanfaatan. Bagian yang digunakan 1. Allium cepa L. Umbi Penyedap rasa dan aroma Pewarna 2. A. fistulosum Daun Penyedap. Tumbuhan.

Bahan/campuran bahan yg digunakan untuk: -mencegah penyakit -menyembuhkan penyakit/gejala

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap organisme dikenali berdasar nama

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

HERBAL CAFE KEBUN TANAMAN OBAT FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

Pedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial. Pada awalnya di Negara

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) UNTUK KESEHATNA KELUARGA TUKIMAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

BAD I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini.

LAMPIRAN I: Jenis Tumbuhan Obat yang ada di Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanaman Obat Keluarga TOGA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah adalah menggalakkan sektor industri dan pertanian. Pertanian sebagai sektor utama dan menjadi andalan perekonomian negara serta sebagai mata pencaharian yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia. Pertanian merupakan sektor kehidupan manusia yang pertama dalam mempertahankan hidup serta dasar bagi perkembangan sektor-sektor lainnya seperti sektor industri dan perdagangan. Selain itu telah terbukti bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan dalam menghadapi krisis ekonomi yang menyebabkan perubahan pola pikir para perencana pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Pertanian sangat penting artinya bagi prospek pembangunan di dunia Ketiga dan pada tahun-tahun terakhir ini telah diberi prioritas tinggi dalam perencanaan-perencanaan pembangunan. Pertanian juga sebagai sumber penyediaan makanan baik bagi penduduk pedesaan dan juga untuk perluasan sektor-sektor perkotaan di negara-negara Dunia Ketiga termasuk Indonesia. Dalam banyak kasus, pertanian juga memberikan bahan ekspor dalam jumlah besar untuk menunjang devisa negara. Meskipun dengan teknologi terbatas, masyarakat petani telah menunjukkan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan 1

2 penduduk, diperkenalkannya jenis tanaman baru dan tekanan perdagangan internasional. Para petani tidak menutup mata dalam menghadapi perubahan tetapi tidak pula dapat dikatakan secara umum bahwa mereka adalah wiraswastawan yang berusaha memaksimalkan keuntungan. Strategi mereka lebih dapat dikatakan sebagai usaha pemuasan dalam arti bertujuan untuk mendapatkan hasil yang memadai dari usahanya dengan segala upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sangat wajar apabila banyak kasus terjadi adanya perubahan pertanian. Faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap perubahan salah satunya adalah bahwa strategi petani terhadap perubahan pertanian lebih berkaitan dengan upaya menghindari risiko atau menjadikan risiko sekecil mungkin. Sebagai suatu negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia mempunyai peluang yang amat besar dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya tersebut tidak hanya mengembangkan di bidang sektor pertanian tanaman pangan tetapi juga di sektor pertanian tanaman obat. Dalam upaya meningkatkan peran tanaman obat asli Indonesia sebagai bahan baku obat alami yang diakui keabsahannya secara medis oleh pemerintah dan masyarakat di dalam dan di luar negeri perlu melibatkan partisipasi aktif yang terintegrasi dari berbagai pihak yang terkait. Obat alami sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu (Sidik, 1998). Di Indonesia, penggunaan obat alami yang lebih dikenal sebagai jamu, telah

3 meluas sejak jaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Menurut Puslitbangtri (Maheshwari, 2002) bahwa: Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keanekaragaman obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di bumi Indonesia, termasuk tanaman obat. Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tersebut, memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat. Keanekaragaman hayati Indonesia ini diperkirakan terkaya kedua di dunia setelah Brazil, dan terutama tersebar di masing-masing pulaupulau besar di Indonesia. Padmawinata (Maheshwari, 2002) menyatakan bahwa: potensi yang besar ini, jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya sudah pasti tidak akan mempunyai faedah yang besar, sehingga harus dipikirkan agar penggunaan tanaman obat disertai pula dengan usaha pelestariannya untuk menunjang penggunaan yang berkelanjutan. Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik dalam usahatani maupun dalam usaha pengolahannya. Obat alami dapat didefinisikan sebagai obat-obatan yang berasal dari alam, tanpa rekayasa atau buatan, bisa berupa obat yang biasa digunakan secara tradisional, namun cara pembuatannya dipermodern. Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar dan supaya dapat menjadi unsur dalam

4 sistem ini, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu. No. Tabel 1.1 TANAMAN OBAT FITOFARMAKA YANG PROSPEKTIF Tanaman Obat 1. Temulawak (Curcuma xantorrhiza oxb) 2. Kunyit (Curcuma domestica Val) 3. Bawang putih (Allium sativum Lynn) 4. Jati Blanda (Guazuma ulmifolia Lamk) 5. Handeuleum ( ungu) (Gratophyllum pictum Griff) 6. Tempuyung (Sonchus arvensis Linn) 7. Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl) 8. Labu merah (Cucurbita moschata Duch) 9. Katuk (Sauropus androgynus Merr) 10. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) 11. Seledri (Apium graveolens Linn) 12. Jambu biji (Psidium guajava Linn) 13. Pare (Momordica charantia Linn) Bagian Tanaman Obat Umbi Umbi Umbi Biji Buah Biji Indikasi Potensi Hepatitis, artritis Hepatitis, artritis, antiseptik Kandidiasis, hiperlipidemia Anti hiperlipidemia Hemoroid Nefrolitiasis, diuretik Nefrolitiasis, diuretik Taeniasis Meningkatkan produksi ASI Diuretik Hipertensi Diare, Demam berdarah, Antioksidan, hipertensi Diabetes mellitus 14. Ceguk (wudani) (Quisqualis indica Linn) 15. Jambu Mete (Anacardium occidentale) 16. Sirih (Piper betle Linn) 17. Saga telik (Abrus precatorius Linn) 18. Sebung (Blumea balsamifera D.C) 19. Benalu teh (Loranthus spec. div.) 20. Pepaya (Carica papaya Linn) Biji Batang Getah Askariasis, oksiuriasis Analgesik Antiseptik Stomatitis aftosa Analgesik, antipiretik Anti kanker Sumber papain Anti malaria

5 Biji Kontrasepsi pria 21. Batrawali Batang Anti malaria, diabetes (Tinospora rumphii Boerl) melitus 22. Pegagan (kaki kuda) Diuretika, antiseptik, (Centella asiatica Urban) antikeloid, hipertensi 23. Legundi Antiseptik (Vitex trifolia Linn) 24. Inggu Analgesik, antipiretik (Ruta graveolens Linn) 25. Sidowajah Antiseptik, diuretik (Woodfordia floribunda Salibs) 26. Pala Buah Sedatif (Myristica fragrans Houtt) 27. Sambiloto Seluruh tanaman daun Antiseptik, diabetes (Adrographis paniculata Nees) melitus 28. Jahe (Halia) Umbi Analgesik. Antipiretik, (Zingibers officinale Rosc) antiinflamasi 29. Delima putih Kulit buah Antiseptik, antidiare (Punica granatum Linn) 30. Dringo Umbi Sedatif (Acorus calamus Linn) 31. Jeruk nipis Buah Antibatuk (Citrus aurantifolia Swiqk) Sumber: Hera Maheshwari, 2002 Salah satu produk pertanian tanaman obat Indonesia adalah tanaman jambu biji. Di luar negeri, jambu biji dikatakan sebagai buah masa depan karena mulai digemari. Walaupun pemasaran di dalam negeri belum memadai dan peluang ekspor masih kecil, buah ini berprospek cerah terutama karena nilai gizinya yang baik dan bentuk serta cita rasanya yang eksotik. Jambu biji merah merupakan hasil silangan jambu bangkok dengan jambu pasar minggu yang berdaging buah merah. Hasil silangan ini memang memiliki sifat yang dapat diunggulkan dari kedua induknya. Secara umum yang patut diunggulkan dari jambu ini ialah ukurannya besar, daging buahnya tebal, teksturnya lunak, bijinya sedikit, rasanya manis, dan aromanya harum. Produktifitas jambu biji ini pun tergolong tinggi, mengikuti produktifitas induk jambu bangkok. Dalam berproduksi jenis ini tidak mengenal musim.

6 Secara umum jambu biji dapat tumbuh di segala macam iklim dan lahan. Namun, hasil yang baik dapat diperoleh bila syarat tumbuhnya diperhatikan. Berkaitan dengan hasil atau mutu yang baik, maka evaluasi kesesuaian lahan sangat perlu dilakukan karena setiap lahan mempunyai karakteristik berbeda-beda, maka dalam pengelolaan dan pengusahaan suatu jenis tanaman harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman tersebut. Dalam menilai kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu perlu diamati karakteristik lahan dan hambatan-hambatan yang mempengaruhi produksi tanaman. Melalui penilaian hambatan-hambatan tersebut diharapkan lahan memiliki produktifitas maksimal. Dengan evaluasi kesesuaian lahan akan didapatkan gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu dimana dapat diketahui sifat-sifat lahan yang menunjang dalam keberhasilan suatu produksi pertanian. Masyarakat Kecamatan Panyingkiran terutama Desa Panyingkiran dan Desa Pasirmuncang pada awal tahun 2007 ini telah banyak mengembangkan tanaman jambu biji merah. Pada awalnya lahan yang dijadikan lahan garapan untuk tanaman jambu biji merah ini adalah lahan untuk tanaman padi sawah. Budidaya tanaman jambu biji merah ini dimulai setelah para petani memperoleh masukan tentang cara dan prospek budidaya tanaman jambu biji merah bagi peningkatan pendapatannya. Jumlah luas tanam padi sawah di Kecamatan Panyingkiran pada tahun 2006 menurut data Bappeda Kabupaten Majalengka adalah 1.802 Ha menurun sangat tinggi dari tahun 2005 dengan luas 6.354 Ha atau 71,64 %. Produksi

7 padi sawah mengalami penurunan yang signifikan dari 42.499 ton pada tahun 2005 menjadi 9.672 ton pada tahun 2006 atau sekitar 77,24 %. Menurunnya produksi padi sawah di Kecamatan Panyingkiran ini dipengaruhi oleh adanya konversi lahan yang sebagian besar digunakan menjadi lahan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan. Produksi buah-buahan yang paling dominan di Kabupaten Majalengka adalah Mangga dengan produksi sebesar 42.188,50 ton, yang dihasilkan hampir disetiap kecamatan. Pada akhir tahun 2006 sudah banyak dikembangkan tanaman jambu biji merah yang hanya ada di satu kecamatan yaitu Kecamatan Panyingkiran dengan jumlah produksi 10,40 ton dari luas lahan sekitar 9,75 Ha yang tersebar di beberapa desa di kecamatan tersebut.

8 No Tabel 1.2 PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH TAHUN 2006 Kecamatan Sumber: Bappeda Kabupaten Majalengka DI KABUPATEN MAJALENGKA Luas Panen (Ha) Jumlah Produksi (Ton) Jumlah Produktifitas (Ton/Ha) 1 Majalengka 3534 16334,15 4,62 2 Cigasong 1997 10953,55 5,49 3 Maja 4331 23326,77 5,39 4 Kadipaten 1877 11040,51 5,88 5 Panyingkiran 1732 9671,49 5,58 6 Jatiwangi 5149 31738,44 6,16 7 Dawuan 6565 36081,24 5,50 8 Ligung 7828 36274,95 4,63 9 Jatitujuh 6851 39845,42 5,82 10 Rajagaluh 2809 14033,76 5,00 11 Sindangwangi 1750 8352,75 4,77 12 Leuwimunding 3112 18062,05 5,80 13 Sukahaji 4163 25356,83 6,09 14 Talaga 2927 16487,79 5,63 15 Banjaran 1605 9023,31 5,62 16 Cikijing 2587 14484,61 5,60 17 Cingambul 1889 11158,32 5,91 18 Bantarujeg 5832 29037,53 4,98 19 Argapura 1605 9145,29 5,70 20 Kertajati 9657 50776,51 5,26 21 Sumberjaya 4290 24259,95 5,66 22 Palasah 4561 24898,50 5,46 23 Lemahsugih 4545 23106,78 5,08 Jumlah 91196 493450,49 5,41

9 No Tabel 1.3 PRODUKTIFITAS TANAMAN JAMBU BIJI TAHUN 2006 Kecamatan DI KABUPATEN MAJALENGKA Luas Panen (Ha) Jumlah Produksi (Ton) Jumlah Produktifitas (Ton/Ha) 1 Majalengka - - - 2 Cigasong - - - 3 Maja 5,57 6,39 1,15 4 Kadipaten - - - 5 Panyingkiran 10,37 10,40 1,00 6 Jatiwangi 50,60 169,61 3,35 7 Dawuan 9,24 36,41 3,94 8 Ligung 2,28 1,20 0,53 9 Jatitujuh 11,11 12,70 1,14 10 Rajagaluh 7,23 14,09 1,95 11 Sindangwangi 0,85 2,21 2,60 12 Leuwimunding 24,42 19,61 0,80 13 Sukahaji 25,53 32,81 1,29 14 Talaga 0,61 1,80 2,96 15 Banjaran 5,79 82,95 14,33 16 Cikijing 6,93 7,00 1,01 17 Cingambul 2,34 1,40 0,60 18 Bantarujeg - - - 19 Argapura 2,89 12,98 4,49 20 Kertajati 6,39 46,69 7,31 21 Sumberjaya 0,62 0,70 1,13 22 Palasah 5,70 9,01 1,58 23 Lemahsugih 12,50 32,39 2,59 Jumlah 190,97 500,34 2,62 Sumber: Bappeda Kabupaten Majalengka Jambu biji merah sebagai salah satu tanaman obat yang sangat dibutuhkan masyarakat, perlu diusahakan peningkatan kualitas produksi dengan jalan memperluas (ekstensifikasi) dan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jambu biji merah

10 (intensifikasi). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman jambu biji merah di Kecamatan Panyingkiran agar diketahui bahwa suatu daerah tidak selamanya dapat membudidayakan semua jenis tanaman tanpa diketahui terlebih dahulu tingkat kesesuaian lahannya untuk tanaman tersebut sehingga tanaman jambu biji merah ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, inti permasalahan dalam penelitian ini mengenai tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji merah di Kecamatan Panyingkiran yang dirumuskan dalam permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik lahan pertanian di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji merah di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka? 3. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan bagi perbaikan lahan pertanian di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka?

11 C. Definisi Operasional Proposal penelitian ini berjudul Evaluasi kesesuaian Lahan Untuk tanaman Jambu Biji Merah di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. Dengan tujuan menghindari kesalahan dalam mengartikan judul tersebut, maka penulis memberikan batasan sebagai berikut. 1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), evaluasi adalah Penilaian. Maksud dari penelitian ini adalah evaluasi lahan. Menurut Joung (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993:1) Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumberdaya lahan. 2. Kesesuaian Lahan Hardjowigeno (2001:15) mengemukakan bahwa Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu. 3. Evaluasi Kesesuaian Lahan Menurut Hardjowigeno (2001:15) menyatakan bahwa evaluasi kesesuaian lahan adalah : Membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Karakteristik dan kualitas lahan yang ada di Kecamatan Panyingkiran kemudian dibandingkan dengan syarat tumbuh optimal tanaman jambu biji merah untuk dianalisis tingkat kesesuaiannya.

12 4. Tanaman Jambu Biji Merah Jambu biji merah merupakan hasil silangan jambu bangkok dengan jambu pasar minggu yang berdaging buah merah. Hasil silangan ini memiliki sifat yang dapat diunggulkan dari kedua induknya. Secara umum yang patut diunggulkan dari jambu ini ialah ukurannya besar, daging buahnya tebal, teksturnya lunak, bijinya sedikit, rasanya manis, dan aromanya harum. Produktifitas jambu biji ini pun tergolong tinggi, mengikuti produktifitas induk jambu bangkok. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik lahan pertanian di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. 2. Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji merah di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. 3. Mengidentifikasi upaya-upaya yang perlu dilakukan bagi perbaikan lahan tersebut sehingga menghasilkan produksi pertanian yang optimal.

13 E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dan instansi yang terkait dalam kebijaksanaan pemanfaatan lahan khususnya tanaman jambu biji merah di daerah penelitian dan sekitarnya. 2. Sebagai bahan masukan kepada para petani di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka agar dapat memilih lahan pertanian yang sesuai bagi tanaman jambu biji merah. 3. Sebagai sumber data bagi penelitian selanjutnya.