BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat banyak auditorium multifungsi yang mewadahi berbagai macam kegiatan. Efisiensi dan biaya menjadi alasan dalam pemilihan auditorium multifungsi. Keberagaman fungsi ini mempengaruhi kualitas akustik tertentu di dalamnya karena bentuk bangunan utama tidak mungkin berubah sehingga menuntut perlakuan akustik yang fleksibel. Upaya untuk menyesuaikan kualitas akustik dalam ruang yang memiliki fungsi beragam dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian terhadap elemen fisik ruang (passive design) dan penentuan sistem bunyi elektronik (active design) di dalamnya, namun pendekatan desain fisik ruang selalu menjadi pertimbangan utama (Barron, 2010). Kualitas akustik dalam sebuah ruang ditentukan oleh parameter objektif dan subjektif. Parameter objektif yang mempengaruhi kualitas akustik seperti waktu dengung, G strength, early decay time, C80, D50, centre time, lateral fraction, dan Speech Transmission Index telah dideskripsikan (Barron, 2010). Parameter subjektif seperti fullness, definition/clarity, intimacy, liveness, spaciousness dan loudness untuk menilai kualitas akustik sebuah ruang telah dipaparkan (Beranek, 2004). Untuk mencapai desain akustik ruang yang baik, diperlukan pemahaman yang cukup dalam memahami hubungan antara parameter objektif dan subjektif. Sebuah desain akustik ruang yang baik untuk percakapan (speech), sering bertolak belakang dengan fungsi untuk musik. Untuk mencapai kejelasan suara manusia yang baik, volume ruang dan waktu dengung sebaiknya kecil, pantulan awal sebaiknya diutamakan datang dari langit-langit, dan tidak membutuhkan difusi bunyi yang banyak. Sebaliknya, ruang yang didesain untuk musik tanpa pengeras bunyi membutuhkan waktu dengung yang panjang, bunyi yang lebih keras, diutamakan pantulan yang berasal dari samping dibandingkan dari atas, dan membutuhkan difusi bunyi yang banyak (Long, 2006). Formasi elemen akustik dalam sebuah ruangan akan menentukan kinerja akustik ruang tersebut sesuai dengan fungsinya (Sarwono, 2013). 1
2 Kemajuan teknologi komputer memungkinkan kita untuk melakukan pemodelan dan simulasi dalam desain akustik modern. Walaupun studi dengan menggunakan model skala tetap sebagai alat yang kuat, namun pemodelan dan simulasi dalam komputer terus berkembang sejak algoritma menjadi lebih mudah, akurat, dan murah (Garrido, Zamarreño, & Girón, 2012). Salah satu keuntungan dari pemodelan dalam komputer adalah fleksibilitas dalam perubahan geometri dan properti material (Kuttruff, 2009). Keunggulan simulasi dalam komputer sering digunakan untuk melakukan eksperimen atau prediksi terhadap desain akustik ruang (Dalenback, 2002). Semua material bangunan memiliki kemampuan untuk menyerap bunyi dalam angka tertentu (Doelle, 1980). Namun dalam praktiknya, perubahan terhadap elemen bangunan yang permanen sulit dilakukan sehingga untuk memenuhi berbagai kebutuhan akustik dalam sebuah ruang, maka eksperimen dengan menggunakan elemen ruang yang bervariasi dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan variasi dinding pembatas untuk menambah atau mengurangi volume ruang dengan tujuan memanipulasi nilai waktu dengung. Selain itu, penggunaan variasi bahan penyerap atau pemantul dengan tujuan memanipulasi energi pantulan awal juga berpotensi mempengaruhi parameter akustik ruang. Variasi tersebut dapat diterapkan dalam bentuk panel pemantul atau penyerap bunyi sebagai elemen langit-langit (Barron, 2010). Penggunaan variasi elemen ruang tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dalam mewadahi kebutuhan akustik untuk berbagai fungsi. 1.2 Latar Belakang Masalah Grha Sabha Pramana (GSP) merupakan gedung serba guna yang dimiliki Universitas Gadjah Mada dan terletak di tengah kampus. Gedung GSP diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1994 dengan fungsi untuk mewadahi berbagai kegiatan seperti wisuda, seminar, pameran, ataupun pertunjukan seni dan musik. Gedung ini memiliki 2 lantai dengan skala yang berbeda. Di lantai 1 terdapat ruangruang pertemuan dengan ruang terbesar berada di tengah dan sering difungsikan sebagai ruang resepsi pernikahan, pertemuan, pameran, dan ruang ujian. Di lantai
3 2 terdapat sebuah auditorium yang mewadahi beragam kegiatan (multifunction auditorium) seperti pertunjukan seni dan musik, acara wisuda, pameran, seminar, dan konferensi. Auditorium berbentuk simetris dengan tribun yang berada di sisi timur, barat, dan selatan yang dapat menampung hingga 5000 orang. Auditorium yang berada di lantai 2 ini memiliki bentuk ruang yang menyerupai rumah Joglo dengan langit-langitnya yang khas (tumpang sari) namun dengan material konstruksi yang berbeda dengan rumah Joglo pada umumnya. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, terdapat beberapa permasalahan akustik di auditorium ini seperti distribusi bunyi dari panggung yang tidak merata ke seluruh ruangan, bunyi dari panggung tidak terdengar jelas di bawah tribun, bunyi dari panggung tidak terdengar jelas di beberapa kursi di tribun terutama bagian atas, serta bising latar belakang dari area parkir dan jalan yang masuk ke tribun (Utami & Fela, 2015). Selain itu, terdapat keluhan baik dari pihak GSP UGM maupun dari kalangan mahasiswa yang merasa kurang jelas dalam mendengarkan bunyi terutama ketika acara wisuda. 1.3 Rumusan Permasalahan Berdasarkan permasalahan diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa nilai kualitas akustik ruang di dalam auditorium Grha Sabha Pramana saat ini ditinjau dari fungsi musik dan pidato (speech)? 2. Seberapa besar pengaruh penerapan variasi elemen ruang dalam meningkatkan kualitas akustik untuk fungsi tertentu? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kualitas akustik ruang saat terdapat bunyi musik atau manusia yang dihadirkan dalam ruang dengan metode respon impuls melalui variasi elemen ruang yang berpengaruh terhadap perubahan volume ruang, tingkat penyerapan bunyi, dan posisi audiens.
4 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk bidang ilmu arsitektur maupun dalam dunia praktek perancangan arsitektur. Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk bidang ilmu arsitektur, penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait akustik ruang untuk fungsi musik dan pidato (speech). 2. Hasil temuan dalam penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi para arsitek khususnya yang bergerak di bidang akustik ruang dalam perancangan ruang-ruang dengan kebutuhan akustik yang beragam. 1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian-penelitian Terdahulu Tentang Akustik Auditorium No Judul Penelitian Pengarang Objek Penelitian 1 Studi Perbaikan S.S. Utami, Grha Sistem Tata Bunyi R. F. Fela Sabha Gedung Grha Pramana Sabha Pramana UGM Universitas Gadjah Mada 2 Akustik Panggung Untuk Pertunjukan Orkestra di Grha Sabha Pramana 3 Acoustical Design of An Adjustable Acoustics Recital Hall for Indonesian Traditional Music Based on Optimum Acoustic Parameters Timotius Aristyo H. Alexander C. Nugroho, Shani S. Rohmah, IGN Merthayasa, Joko Sarwono Grha Sabha Pramana UGM Model Hipotetik Recital Hall Isi Penelitian membahas mengenai kondisi akustik ruang di GSP UGM dengan menggunakan software CATT dan EASE. Hasil penelitian menunjukkan adanya distribusi SPL yang tidak merata serta mencoba memberikan rekomendasi desain aktif dari peletakan dan jenis pengeras bunyi (loudspeaker) Penelitian membahas mengenai kondisi akustik panggung di GSP UGM dengan mengambil secara langsung data respons impuls di atas panggung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah panggung GSP membutuhkan acoustic treatment agar musisi lebih nyaman dalam bermain musik. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen terhadap formasi komponen adjustable acoustic yang berupa panel pemantul dan penyerap dalam sebuah recital hall yang dapat mewadahi kebutuhan akustik musik gamelan Jawa, gamelan Bali, dan Angklung. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan software CATT. Hasil penelitian merupakan rekomendasi formasi komponen adjustable acoustic.
5 4 Acoustical Analysis of a Multipurpose Hall by Computer Simulation Method: METU Northern Cyprus Campus Auditorium (NCCA) as A Case Study (2005) 5 Acoustics in The Multipurpose Halls of The New Main Library and The New Munch Museum in Oslo 6 Virtual Model for The Prediction of Acoustic Fields of Manuel de Falla Auditorium in Granada, Spain (2012) 7 Acoustical Remodelling of a Large Fan-Type Auditorium to Enhance Sound Strength and Spatial Responssiveness for Symphonic Music (2012) Tansu Yilmaz Jens Holger Rindel Jose A. Garrido, Teofilo Zamarreno, Sara Giron Jin Yong Jeon, Jae Ho Kim, Chun Ki Seo METU Northern Cyprus Campus Auditorium (NCCA) New Main Library and The New Munch Museum in Oslo Manuel de Falla Auditorium The Grand Theater in The Sejong Performin g Arts Center in Seoul, Korea Dalam penelitian ini dilakukan analisis akustik menggunakan software ODEON terhadap aula serba guna yang mewadahi fungsi pertunjukan musik maupun auditorium. Analisis dilakukan dengan 2 kondisi aula yang berbeda perlakuan desain akustiknya yaitu mode auditorium dan mode concert hall. Kesimpulan yang didapat adalah ruang tersebut membutuhkan kontrol energi frekuensi rendah. Rekomendasi berupa resonator yang dapat mengontrol energi bunyi pada frekuensi 125 Hz. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan software ODEON terhadap 2 ruang serba guna. Eksperimen dilakukan dengan mengubah-ubah variabel material penyerap yaitu tirai-tirai yang dapat disesuaikan. Hasil penelitian merupakan rekomendasi komposisi tirai-tirai yang dapat mempengaruhi waktu dengung untuk kebutuhan fungsi tertentu yaitu musik dan pidato. Penelitian ini mempresentasikan hasil simulasi terhadap kondisi akustik auditorium terutama pengaruh 44 lampu yang menjadi ikon auditorium tersebut. Hasil penelitian ini menyatakan pengaruh lampu yang tidak signifikan serta mengkonfirmasi pemilihan posisi tempat duduk yang baru sebagai posisi yang sesuai. Penelitian ini melakukan analisis terhadap kondisi akustik teater berdasarkan parameter RT, G Strength, dan binaural quality index (BQI). Modifikasi elemen pemantul dilakukan untuk meningkatkan kualitas akustik musik simfoni. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai G Strength sebesar 5dB dan BQI sebesar 0,25 serta waktu dengung yang dapat bervariasi antara 1,47 sampai 2,24 detik
6 Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dalam tabel 1, ditemukan 2 penelitian terkini yang mengambil objek di Grha Sabha Pramana UGM lantai 2, namun dalam penelitian ini belum dilakukan adanya pengkajian tentang kondisi akustik yang terletak di area audiens. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan adanya permasalahan terhadap kondisi akustik ruang yang terdapat di dalamnya. Kedua penelitian tersebut menjadi dasar dalam penelitian ini untuk mengambil lokus di Grha Sabha Pramana UGM lantai 2. Selain itu juga ditemukan penelitian-penelitian bersifat eksperimental yang berhubungan dengan akustik auditorium multifungsi (multifunction auditorium). Nugroho, et. al. melakukan eksperimen terhadap tiga jenis musik yaitu gamelan Jawa, gamelan Bali, dan Angklung yang membutuhkan kondisi akustik ruang yang berbeda dengan menggunakan panel-panel pemantul sebagai elemen langit-langit dan dapat disesuaikan ketinggian dan sudutnya, serta tirai-tirai yang dipasang di sebagian tembok yang dapat dibentangkan atau ditarik. Yilmaz (2005) melakukan evaluasi terhadap kualitas akustik auditorium yang berfungsi untuk mewadahi fungsi musik dan pidato (speech) serta mencoba melakukan eksperimen dengan menggunakan resonator sebagai elemen lantai panggung guna menambah waktu dengung. Rindel melakukan eksperimen dengan menggunakan komposisi tirai-tirai sebagai elemen dinding yang dapat dibentangkan atau ditarik secara fleksibel untuk mengatur tingkat penyerapan material di dalam ruang. Pengaturan komposisi tirai tersebut mempengaruhi waktu dengung di dalam ruang yang dibutuhkan untuk fungsi tertentu. Garrido, et. al. (2012) memodelkan dan melakukan simulasi terhadap auditorium Manuel de Falla dengan menggunakan komputer sehingga dapat diketahui pengaruh elemen-elemen ruang di dalamnya terutama terhadap 44 lampu yang menjadi ikon auditorium tersebut. Selain itu, simulasi juga ditujukan untuk mengkonfirmasi posisi dan tata letak audiens yang baru. Jeon, et. al. (2012) mencoba melakukan eksperimen dengan menggunakan panel-panel pemantul sebagai elemen langit-langit yang disesuaikan untuk fungsi musik simfoni guna meningkatkan nilai kekuatan suara (G Strength) dan suasana meruang atau binaural
7 quality index (BQI). Eksperimen dilakukan baik dengan simulasi dalam komputer maupun model skala. Hasil eksperimen adalah terdapat peningkatan nilai G Strength dan variasi waktu dengung. Dalam penelitian-penelitian yang membahas mengenai ruang serba guna dalam tabel 1, dilakukan eksperimen terhadap elemen-elemen ruang yang bervariasi sebagai elemen dinding, lantai, dan langit-langit. Di dalam penelitian ini akan dilakukan eksperimen terhadap variasi elemen ruang khususnya elemen dinding dan langit-langit serta kemungkinan untuk mengkombinasikan elemenelemen tersebut sehingga memenuhi kondisi akustik yang disarankan. 1.7 Batasan Penelitian Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Peneliti hanya membahas mengenai auditorium di dalam gedung Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada yang berada di lantai 2. 2. Peneliti hanya akan melakukan pendekatan terhadap desain fisik (passive design). Penggunaan desain aktif (elektro-akustik) bukan merupakan bagian dari rekayasa akustik ruang (Kuttruff, 2009). 3. Peneliti hanya berfokus pada fungsi akustik ruang untuk pertunjukan musik dan percakapan satu arah / pidato (speech) dengan sumber bunyi berada di panggung. Pembatasan terhadap fungsi ruang dilakukan karena dalam akustik ruang, bunyi yang paling dipertimbangkan adalah bunyi dari alat musik dan suara manusia. 4. Pengukuran dan parameter yang ditinjau adalah berdasarkan ISO 3382-1:2009 Part 1: Performance Spaces.