BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

21 Februari Ibid 6 Peristilahan dan Batasan-Batasan Tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

TUNAGRAHITA. M. Umar Djani Martasuta

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Lina Rahmawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH SE-PROPINSI BANTEN. Nama Lengkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ika Kustika, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1. Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 disebutkan bahwa:

Kata kunci: Intelegensi *Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai

Panduan Observasi. No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina. disampaikan.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, dimana dalam penggunaannya organisme hidup, terutama manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Retardasi Mental (Mental Retardation atau Mentally Retarded) ketidakcakapan terhadap komunikasi sosial. 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi terhadap aspek-aspek kejiwaan anak, seperti perhatian, emosi, minat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. strategi yang digunakan serta media/ alat yang digunakan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tumbuh dan berkembang baik hanya tertuju pada aspek psikologis saja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya (Wahyudin, D, 2007 : 3.1). Kegiatan

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

laku baik intelektual, moral maupun sosial.

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, Tulungagung Di SDLB-C PGRI Among Putra terdapat tiga kategori anak tunagrahita di antaranya adalah tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Adapun pemaparan beberapa kategori anak tunagrahita sebagai berikut: a. Kategori Ringan Anak tunagrahita kategori ini masih dapat menerima pendidikan sebagaimana anak normal, tetapi dengan kadar ringan dan cukup menyita waktu. Anak tunagrahita ringan bisa melakukan kegiatan dengan tingkat kecerdasan anak-anak normal usia 12 tahun. b. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita kategori ini minimal mampu dilatih untuk mandiri, menjalankan aktivitas keseharian sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun, untuk memahami pelajaran yang bersifat 163

164 akademis, anak-anak ini kurang mampu melakukannya. Anak tunagrahita sedang rata-rata memiliki tingkat intelegensi antara 30-50. c. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita kategori ini ini sulit diajarkan mandiri karena keterbatasan mental dan pemikiran ke arah kemandirian. Untuk menolong dirinya sendiri dalam bertahan hidup, rasanya sulit bagi anak-anak golongan ini. Kadang berjalan, makan, dan membersihkan diri perlu dibantu oleh orang lain. Anak tunagrahita berat memiliki tingkat intelegensi di bawah 30. Oleh sebab itu, diperlukan kesabaran ekstra dan kasih sayang penuh untuk merawat mereka sepanjang hidupnya. Terdapat beberapa tipe klinis siswa tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra yaitu: 1) Down syndrom (dahulu disebut mongoloid), anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena raut mukanya seolah-olah menyerupai orang mongol dengan ciri-ciri: bermata sipit dan miring; lidah tebal dan berbelah; biasanya suka menjulur ke luar; telinga kecil; tangan kering; makin dewasa kulitnya semakin kasar, kebanyakan mempunyai susunan gigi geligi yang kurang baik sehingga berpengaruh pada pencernaan; dan lingkar tengkoraknya biasanya kecil.

165 2) Kretin, ciri-cirinya adalah badan gemuk dan pendek; kaki dan tangan pendek dan bengkok; badan dingin; kulit kering, tebal dan keriput; rambut kering; lidah dan bibir tebal; kelopak mata; telapak tangan; dan kuduk tebal; pertumbuhan gigi terlambat; serta hidung lebar. 3) Hydrocypal, ciri-cirinya adalah kepala besar; raut muka kecil; tengkoraknya ada yang membesar ada yang tidak; pandangan dan pendengaran tidak sempurna; mata kadang-kadang juling. 4) Microcephal, memiliki ukuran kepala yang kecil. Kebanyakan dari mereka menyandang tunagrahita yang berat atau sedang. Selain itu, terdapat beberapa kesulitan belajar yang dialami oleh anak SDLB-C PGRI Among Putra yaitu: kesulitan membaca, kesulitan menulis, kesulitan berhitung matematika. Dari hasil pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya siswa tunagrahita dalam akademis yang berhubungan dengan intelektual, mereka mengalami banyak kesulitan. Selain itu, juga mengalami kesulitan dalam mengingat, memahami, dan menyelesaikan masalah tersebut. 2. Strategi guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, Tulungagung Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita adalah pendekatan individual, artinya pelatihan yang bersifat individual karena pertimbangan adanya perbedaanperbedaan di antara para peserta didik tunagrahita. Selain itu, anak tunagrahita memerlukan kasih sayang yang mendalam dan kesabaran yang

166 besar dari guru ataupun dari orang-orang sekitarnya. Adapun metode yang digunakan pada saat pembelajaran pendidikan agama Islam adalah metode ceramah, metode drill, dan metode pemberian tugas. Selanjutnya, teknik yang digunakan yaitu dengan teknik yang bersifat konkrit, artinya siswa tunagrahita lebih mudah dalam menerima materi pelajaran apabila dikaitkan dengan hal-hal yang konkrit (nyata) dibandingkan hal-hal yang bersifat abstrak. 3. Hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, Tulungagung a. Kategori Tunagrahita Ringan Pada kegiatan proses pembelajaran pada siswa tunagrahita ringan ini masih bisa mengikuti kegiatan pembelajaran layaknya anak normal pada umumnya, akan tetapi proses untuk menerima materi yang disampaikan oleh guru itu membutuhkan beberapa waktu yang mungkin menyita waktu. Metode yang digunakan oleh guru yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode drill, dan metode pemberian tugas. Metode belajar yang diterapkan hampir sama dengan anak sekolah reguler pada umumnya. Pendekatan yang digunakan pada anak tunagrahita ringan yaitu dengan menggunakan pendekatan individual. Selain itu, memberikan reward bagi siswa yang dianggap bisa memahami materi

167 pembelajaran termasuk salah satu bentuk pendekatan pembelajaran pada anak tunagrahita. Teknik yang digunakan pada anak tunagrahita adalah lebih ditekankan pada hal-hal yang bersifat konkrit, dikarenakan siswa tunagrahita ringan mengalami keterbatasan dalam berfikir abstrak. b. Kategori Tunagrahita Sedang Siswa tunagrahita sedang dalam memahami pelajaran yang bersifat akademis kurang begitu bisa. Hal ini, dikarenakan dari segi fisik tunagrahita sedang tidak sebaik penyandang tunagrahita ringan. Mereka mengalami keterbatasan dalam bergerak dan kemampuan bicaranya juga sangat terbatas. Metode pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara guru yang jelas. Selain menggunakan metode ceramah juga menggunakan metode tanya jawab, metode drill dan metode pemberian tugas. Dikarenakan mereka merupakan siswa yang mampu didik maka harus disediakan berbagai alat atau media untuk menunjang pembelajaran mereka. Terkait dengan pendekatan dan teknik pembelajaran sama halnya dengan siswa tunagrahita baik itu kategori anak tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat yaitu pendekatan individual dengan memperhatikan prinsip kasih sayang, kelembutan.

168 Selain itu dengan pendekatan berupa pemberian reward kepada siswa tunagrahita. c. Kategori Tunagrahita Berat Siswa penyandang tunagrahita berat merupakan siswa yang sangat rendah intelegensinya dan tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Bahkan dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain. Penggunaan metode pembelajaran pada siswa tunagrahita berat sama halnya dengan siswa tunagrahita sedang yaitu menggunakan metode ceramah secara efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara guru yang jelas. Selain menggunakan metode ceramah juga menggunakan metode drill dan metode pemberian tugas. Sedangkan pendekatan dan teknik pembelajaran sama halnya dengan siswa tunagrahita baik itu kategori anak tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat yaitu pendekatan individual dengan memperhatikan prinsip kasih sayang, kelembutan. Selain itu dengan pendekatan berupa pemberian reward kepada siswa tunagrahita. B. Saran Memperhatikan butir-butir kesimpulan di atas, juga memperhatikan kegunaan hasil penelitian secara praktis sebagai termaktub dalam bab I; maka dapat penulis sampaikan saran seperti di bawah ini.

169 1. Bagi lembaga pendidikan atau kepala SLB PGRI Among Putra Ngunut Tulungagung Hendaknya pihak sekolah senantiasa mengupayakan pendidikan Agama Islam yang lebih baik, hal tersebut dapat dilakukan dengan menambah tenaga pendidik bidang studi pendidikan Agama Islam. Selain itu, untuk meningkatkan pengawasan terhadap kinerja guru sehingga guru termotivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya dalam bidang keguruan; maka sebaiknya guru sering diikut-sertakan ke dalam program pendidikan dan pelatihan (diklat), seminar, lokakarya, study banding dan sebagainya. 2. Bagi guru SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut Tulungagung Sebagai bahan masukan bagi para guru, kompetensi guru merupakan kunci dari keberhasilan pembelajaran, oleh karena itu guru diharapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta menerapkan strategi pembelajaran dan lebih memahami kebutuhan peserta didiknya. Membuat metode pembelajaran lebih berfariasi agar anak merasa senang saat belajar, tentu saja tetap disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. 3. Bagi siswa tunagrahita SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut Tulungagung Anak tunagrahita yang diterjunkan dalam lingkungan pembelajaran sebaiknya mereka mendapatkan penimbangan pelayanan yang lain, seperti diimbangi dengan layanan terapi, baik di sekolah maupun di rumah. Karena terapi tersebut menunjang dalam kegiatan pembelajaran mereka.

170 4. Bagi orang tua siswa SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut Tulungagung Tetap sabar dan tabah menerima keadaan anak dan memberikan motivasi padanya, bahwa keterbatasan tidak akan menjadi penghambat seseorang untuk mengembangkan bakat serta potensinya. Selau mendampingi anak saat melaksanakan ibadah (sholat), karena pembiasaan sejak dini sangat penting. Sering berkomunikasi dengan pihak sekolah, agar mengetahui apa saja yang diajarkan di sekolah dan dapat membantu anak belajar dirumah. 5. Bagi peneliti yang akan datang Mengingat bahwa hasil penelitian ini masih memiliki kekurangan tertentu, sehingga supaya hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu rujukan yang bermanfaat; maka sebaiknya peneliti yang akan datang dapat memberikan sebuah perspektif baru mengenai strategi guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita.