BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut dibuktikan dengan dibentuknya wacana social forestry dan pembentukan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), yang menitikberatkan kepada keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan hutan itu sendiri. Untuk mengatur keterlibatan dalam pengelolaan hutan tersebut, pemerintah juga mengeluarkan aturan yakni Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman. Berfungsi sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan dan mencapai kondisi hutan yang lestari. Hadirnya PT Global Agro Bisnis sebagai sektor privat melalui program I- GIST di Desa Cimahi, menjadi salah satu alternatif solusi pemecahan masalah terkait pengelolaan hutan. Selama ini program swadaya dan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah di Desa Cimahi dirasa belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena masih berorientasi pada pemanfaatan lahan tidur, reboisasi lahan kritis, dan belum fokus pada peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan masih banyak petani yang kesulitan memperoleh pinjaman modal untuk 171
pembukaan lahan, proses penanaman, perawatan, dan masih banyak juga petani yang terkendala dalam memasarkan hasil hutan. Dengan menggunakan skema plasma dalam proses implementasi program I-GIST, dirasa mampu meningkatkan partisipasi dan kinerja masyarakat. Skema plasma yang menekankan kepada commitment agreement dengan penawaran bagi hasil ekonomi yang cukup besar mampu mendorong petani untuk meningkatkan kinerja produksi. Walaupun dengan skema yang ditawarkan berpotensi menimbulkan ketergantungan petani terhadap program, bila tidak didampingi oleh upaya-upaya pemberdayaan dan kemandirian. Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan penelitian ini melihat implementasi social forestry melalui program I-GIST di Desa Cimahi sebagai program alternatif kesejahteraan. Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa program I-GIST yang dilakukan oleh PT GAB dapat dijadikan sebagai salah satu contoh alternatif program social forestry,yang sesuai dengan tujuan diadakannya kongres Forest for People yakni pengelolaan hutan yang memasukkan pembagian keuntungan kepada masyarakat lokal berdasarkan pada anggapan bahwa pertumbuhan industri harus diiringi oleh strategi yang bertujuan menciptakan keadilan (equity), peran rakyat, dan terpenuhinya kebutuhan pokok. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat pada program I-GIST, sejauh ini bergantung pada keinginan petani dalam meningkatkan kualitas kehidupannya melalui skemaskema dan program yang ditawarkan. Karena besaran bagi hasil dan pendapatan 172
yang diperoleh oleh petani sesuai dengan kinerja setiap petani itu sendiri. Secara keseluruhan implementasi program I-GIST berhasil memberikan manfaat tidak hanya pada aspek ekonominya saja, tetapi juga berdampak pada aspek lingkugan dan aspek sosial kemasyarakatan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait proses implementasi program I-GIST, ditemukan beberapa kendala persoalan yang memerlukan penanganan lebih lanjut demi keberlanjutan program. Oleh sebab itu peneliti mencoba memberikan rekomendasi saran untuk PT Global Agro Bisnis, Pemerintah Desa Cimahi, penerima manfaat program I-GIST, dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. 1) Kendala pelaksanaan yang peneliti temukan berkaitan dengan keterlambatan jadwal proses perawatan yang dirasakan oleh sebagian besar petani di Desa Cimahi. Mengingat jumlah lahan dan pohon yang mengalami peningkatan, maka pihak perusahaan perlu segera mencari solusi terkait keterlamabat tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah tim perawatan maupun CSV yang berasal dari masyarakat desa tersebut. Jika tidak dapat mengakibatkan tidak hanya bagi pertumbuhan pohon, tetapi juga berakibat kepada kepercayaan petani kepada pihak perusahaan, karena pohon merupakan aset bersama maka keterlambatan perawatan akan membuat petani khawatir terhadap perkembangan pohon itu sendiri. 173
2) Perusahaan sebaiknya melakukan kajian lebih jauh terkait kelompok sasaran program, dalam hal ini adalah para petani. Karena mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Cimahi sebagai buruh tani, yang dalam pekerjaanya hanya sebagai petani penggarap. Sedangkan syarat utama yang diajukan oleh perusahaan adalah legalitas kepemilikan lahan. Walaupun pada pelaksanaanya perusahaan masih memfasilitasi petani yang tidak memiliki lahan untuk tetap bermitra dalam program. Namun, pengkajian ulang tersebut dapat menjadi salah satu langkah antisipasi yang perlu dilakukan agar menghindari kecemburuan sosial pada masyarakat dan agar distribusi ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat di sekitar kawasan hutan. 3) Tercapainya keberlanjutan program tidak lepas dari peran pemerintah dalam proses pelaksanaan program, seperti keterlibatan penyuluh kehutanan sudah secara langsung ikut terlibat dalam proses pelaksanaan program I-GIST. Selain itu peneliti melihat bahwa pemerintah pusat dan provinsi juga perlu melakukan kerjasama dalam hal mensosialisasikan program agar semakin banyak petani yang merasakan manfaat program dan memiliki aset jangka panjang. Serta pemerintah juga harus ikut melakukan pengawasan dan evaluasi agar keberadaan program tidak hanya dimanfaatkan oleh kepentingan kelompok-kelompok tertentu. 4) Perusahaan dan Pemerintah Desa Cimahi dapat memberikan dorongan kepada para petani dengan membentuk kelompok petani yang tergabung dalam program I-GIST. Kemudian mendorong kelompok tersebut 174
melakukan kegiatan yang akan mendukung pelaksanaan program dan melakukan pertemuan rutin sehingga dapat terintegrasi menjadi suatu komunitas petani I-GIST. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu cara untuk mempererat rasa saling memiliki antar penerima manfaat program. Selain itu kehadiran kelompok tani akan mendorong kemandirian masyarakat dan meminimalisasi ketergantungan terhadap program. 5) Berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan isu social forestry, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh kehadiran program I-GIST terhadap kesejahteraan buruh tani, sebagai pihak yang tidak terlibat langsung dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan dengan pihak perusahaan. Sehingga akan didapatkan hasil mengenai kesejahteraan petani secara keseluruhan baik pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani itu sendiri. 175