BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Sudirman Green Office

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

Universitas Sumatera Utara

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Pemerataan pembangunan yang belum terlaksana di Indonesia menyebabkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan. kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

LP3A Tugas Akhir 135: Apartemen Tanjung Barat BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

PENGEMBANGAN POLA INSENTIF DAN DISINSENTIF RUSUNA DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

PENGANTAR BANGUNAN BERTINGKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan pemukiman tidak dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan sematamata, akan tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya dan menampakan jati diri. Permasalahan pemukiman dan perumahan (papan) yang menjadi salah satu parameter (tolak ukur) tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu masyarakat, yang memenuhi standar kesehatan (cukup sirkulasi udara, cahaya, dan terjaga sanitasinya) dan bangunan yang secara teknis memenuhi persyaratan teknis perumahan yang layak, masih sangat memperihatinkan. Masih banyak kita jumpai pemandangan pemukiman kumuh dibantaran kali dan ditanah-tanah tak bertuan dan atau tanah-tanah Negara yang belum difungsikan, khususnya didaerah perkotaan, seperti DKI Jakarta. Selain persediaan lahan yang terbatas, hal ini disebabkan juga oleh tidak adanya pemerataan pembangunan di daerah-daerah, menyebabkan kaum urban berduyun-duyun datang ke kota-kota besar berusaha mencari kerja untuk memperbaiki nasib hidupnya. Karena dari mereka tidak semuanya berhasil dalam mengadu nasib di Ibukota, ditambah lagi kedatangan mereka tanpa didukung keahlian dan modal yang pas-pasan, akhirnya merekapun menempati tanah-tanah secara liar untuk bermukim, seperti bantaran kali, jalur hijau, sepanjang jalur perlintasan Kereta Api, dan lahan-lahan kosong (milik perseorangan maupun tanah yang dikuasai pemerintah) dengan bangunan yang seadanya sehingga menyebabkan timbulnya pemukiman kumuh. Jangankan mereka berpikir Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 1

untuk air bersih, listrik dan sebagainya, bahkan kondisi rumah mereka saja sudah tidak memenuhi standar kelayakan rumah sehat. Persoalan ini yang harus menjadi salah satu agenda utama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, karena pada tingkat nasional perumahan sangat penting sekali bukan hanya dalam hal untuk kesejahteraan dan kesehatan saja melainkan juga berkaitan dengan prinsip-prinsip politik sebagai kesempatan sederajat dan standar minimum, yaitu sebagai faktor vital dari ekonomi nasional. Oleh karenanya, pembangunan perumahan dan pemukiman harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah dengan memperhatikan keseimbangan antara pengembangan daerah pedesaan dan perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman, perlu kerja sama secara terpadu antara pemerintah, koperasi, usaha Negara (BUMN/BUMD), usaha swasta, dan masyarakat dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman, dan serasi dengan lingkungan, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah dan rendah (Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993). Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 1,7% pertahun membuat kebutuhan perumahan diperkotaan semakin meningkat, sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di pusat kota sehingga mendorong masyarakat berpenghasilan menengah bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, waktu tempuh dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan produktifitas masyarakat. Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh dari aktifitas ekonomi sehingga menyebabkan ketidakteraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh baru. Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 2

Pengadaan rumah sederhana serta peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan dan terutama berpenduduk padat, haruslah dilakukan sesuai dengan peningkatan daya guna dan hasil guna lahan bagi pembangunan perumahan dan untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman. Untuk mendekatkan kembali masyarakat berpenghasilan menengah bawah ke pusat aktifitas ekonomi kesehariannya dan mencegah tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan maka direncanakan suatu pembangunan hunian secara vertikal berupa Rumah Susun (Rusun). Dengan pembangunan Rusun di pusat-pusat kota, dengan intensitas tinggi diharapkan dapat mendorong pemanfatan lahan dan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan hunian vertikal seperti rusunami, saat ini merupakan cara yang terbaik untuk mengatasi kebutuhan hunian di perkotaan, dengan lahan yang terbatas. Rusunami adalah solusi untuk pemenuhan kebutuhan hunian dengan lahan yang terbatas di dalam kota. Selain itu, dengan rusunami, maka warga Jakarta akan mendapatkan ruang terbuka hijau yang cukup. Karena, rusunami dirancang dengan salah satu persyaratan halaman hijau yang terbuka. UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pengembangan rusunami berarsitektur lokal dengan iklim tropis yang lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Bangunan bercirikan identitas dan keragaman budaya Indonesia. Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap dan dipasangi panel sel surya Metode konstruksinya semisal berapa bentang yang efisien dari segi struktur, karena harga struktur mencapai 50-60%. Juga dengan mempergunakan bahan-bahan yang ringan untuk dinding dan facade, sehingga beban struktur ringan dan menerapkan sistim pracetak. Dengan demikian harga bangunannya bisa ditekan sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 3

1.2 Maksud dan Tujuan Pembangunan Rusun bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah di kawasan perkotaan dengan penduduk diatas 1,5 juta jiwa sehingga akan berdampak pada : 1. Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya tampung kota. 2. Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh perkotaan. 3. Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas perkotaan. 4. Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah 5. Pembangunan rumah susun sebagai langkah peremajaan dan penataan permukiman 6. Melaksanakan program Pemerintah dalam mencanangkan program pemabangunan Rusun 1000 tower 7. Intensifikasi, Rasionalisasi dan Optimalisasi nilai lahan pusat kota 8. Mempertahankan struktur sosial yang sudah terjadi di lingkungan tersebut 9. Memperbaiki kondisi fisik dan lingkungan lewat perbaikan mutu hunian dan prasarana lingkungan 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan hasil Survey Sensus Ekonomi Nasional Tahun 2004 Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa, terdapat lebih dari 55 juta keluarga dari jumlah penduduk Inonesia sebesar 217,1 juta jiwa. Sebanyak 5,9 juta keluarga belum memiliki rumah. Sementara setiap tahun terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru rata-rata 820.000 unit rumah. Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 4

Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan telah menyebabkan permasalahan ketersediaan lahan bagi perumahan. Akibat langka dan semakin mahalnya tanah di perkotaan pembangunan perumahan baru layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menjauh dari tempat kerja. Keadaan ini menimbulkan ketidakteraturan penataan ruang dan kawasan, permasalahan mobilitas manusia dan barang, beban investasi dan operasi dan pemeliharaan PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas), penurunan produktifitas kerja serta berdampak buruk terhadap kondisi sosial dan lingkungan. Selain langka dan mahalnya harga tanah/lahan di pusat kota untuk pembangunan perumahan serta keterbatasan pasokan rusun dikarenakan beberapa permasalahan mendasar berupa : beban biaya yang tinggi dalam pengurusan proses perijinan (ijin pemanfaatan ruang, ijin lokasi, sertifikat tanah, dan ijin mendirikan bangunan), beban pajak, keterbatasan dukungan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) serta masih tingginya beban bunga pinjaman. Sedangkan dari permintaan Rusun, masih terkendala antara lain : terbatasnya daya beli masyarakat berpenghasilan menengah bawah, terbatasnya penyediaan uang muka, rendahnya kemampuan meminjam akibat tenor pinjaman yang pendek, serta permasalahan sosial dan budaya. Penjelasan dari permasalahan tersebut akan menjadi suatu perumusan perancangan bangunan secara menyeluruh baik dari tahap pengumpulan data, pembuatan analisa, sampai penyusunan konsep perancangan sehingga akan mendapatkan pemikiran desain dan hasil rancangan yang sesuai dengan tema arsitektur tropis sebagai hasil akomodasi dari kebutuhan penghuni sehingga bangunan ini memberikan sebuah citra yang dapat mengangkat nilai penghuni ke hal yang lebih baik dan dapat menyelaraskan dengan kondisi kawasan secara makro ataupun site secara mikro sebagai bentuk responseability terhadap lingkungan. 1.4 Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah metode Kualitatif dan kuantitatif, metode kuailitatif digunakan untuk mendapatkan informasi dan Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 5

data yang tak dapat diukur atau angka-angka pasti dan sifatnya lebih kepada pemahaman serta perasaan yang timbul dalam menghadirkan ruang yang tepat bagi penghuni secara psikologis dan dampak yang di timbulkan dari ruang ruang tersebut bagi pengguna. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang dapat dihitung dan memerlukan kepastian jumlah dalam angka-angka seperti data penduduk yang belum mempunyai rumah di Jakarta, jumlah keluarga baru yang ada di Jakarta sebagai target pasar berikutnya. Serta penulis melakukan pengamatan dengan metode empiris yakni dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan, dengan langsung datang ke tempat-tempat di mana rumah susun akan dibangun sehingga lebih terasa suasana dan dapat menyimpulkan kelelebihan dan kekurangan sehingga didalam desain yang akan di keluarkan meminimalkan kekurangan dan menambah kelebihan- kelebihan yang sudah ada. Pembahasan dimulai dari pengertian rumah susun sederhana milik, tatanan kebutuhan ruang bagi penghuni, tatanan komunitas-komunitas yang akan beraktifitas, tatanan prodak yang akan di keluarkan, tatanan elemenelemen lain sebagai pendukung, setelah itu dilakukan analisa agar dapat mensinergikan pemikiran desain rumah susun sederhana dengan tema yang akan penulis aplikasikan ke dalam perancangan arsitektur. Sedangkan metode yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan informasi dilakukan dengan cara : 1. Penelusuran data dan informasi melalui internet 2. Studi pustaka atau literatur melalui buku-buku dan materi perkuliahan mengenai rumah susun dan temanya 3. Studi banding dengan melakukan pengamatan langsung dan pengumpulan data melalui buku atau majalah terhadap beberapa rumah susun untuk mencari jenis dan fasilitas yang sama 1.5 Perumusan masalah arsitektural Ada beberapa permasalahan dalam perancangan rumah susun yaitu : Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 6

Bagaimana menciptakan rumah susun sederhana yang murah pembangunannnya melalui penggunaan bahan bangunan yang murahtetapi mahal perawatannya atau mahal pembangunannya tetapi murah perawatannya Bagaimana memanfaatkan teknologi yang maju saat ini seperti teknologi pra cetak (pre cast) untuk memudahkan dan memurahkan pembangunan rumah susun sederhana Bagaimana mentranformasikan tema arsitektur tropis terhadap bangunan sehingga bangunan itu memberikan sebuah makna bagi lingkungan sekitarnya Bagaimana keterkaitan bangunan dengan segmentasi dan pola konsumsi pasar properti Bagaimana merancang atau mendesain bangunan dengan memperhatikan iklim sekitar bangunan Bagaimana utilitas bangunan tidak mengganggu dan merusak kelestarian lingkungan Penulis menganggap bahwa permasalahan-permasalahan tersebut bukanlah suatu hambatan dalam perancangan melainkan sebagai suatu tantangan dan merupakan poin-poin penting yang harus diperhatikan dalam proses perancangan sehingga menghasilkan suatu rancangan yang optimal. Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 7

1.6 Kerangka berpikir Penulis akan mengunakan metode pemikiran sebagai berikut : Rumah Susun Sederhana Milik/ Apartemen Bersubsidi Latar Belakang Maksud dan Tujuan Permasalahan Ruang Lingkup Studi data dan informasi : Data Rumah Susun di Jakarta Data Tapak Pengertian Rumah Susun Sederhana & Kebutuhan Studi Banding Studi literatur dan pustaka I N P U T Tema : Arsitektur Tropis Analisa kegiatan, kebutuhan ruang dan bangunan Analisa Analisa tapak dan lingkungan P R O S E S Konsep Perancangan Program Ruang Konsep dasar perancangan Konsep zoning Konsep sarana Konsep bangunan Design O U T P U T Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 8

1.7 Sistematika Pembahasan Design Sistematika penulisan yang akan di gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang berisikan : Latar belakang, maksud dan tujuan, pembatasan lingkup pembahasan, metode pembahasan, perumusan masalah arsitektural, kerangka berpikir, sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan umum Proyek yang berisikan : Gambaran umum proyek, tinjauan teoritis tentang judul proyek, tinjauan tentang rumah susun serta kebutuhan-kebutuhannya, kriteria pemilihan tapak. Bab III Tinjauan Khusus yang berisikan : Penjelasan tentang tema, studi banding terhadap bangunan dengan judul dan fungsi serupa, pengertian tema, tinjauan teoritis tentang penerapan tema, studi banding dengan tema serupa. Bab IV Analisa Perancangan yang berisikan : Analisa pemilihan tapak, analisa konteks lingkungan, analisa fisik tapak, analisa bentuk, analisa program perencanaan dan perancangan. Bab V Konsep Perancangan yang berisikan : Konsep dasar perancangan, konsep tapak dan lingkungan, konsep perencanaan dan perancangan bangunan. Muhammad 4120411-046/Skripsi Angkatan - 55/2008 9