KARAKTERISTIK GERUSAN DASAR DI SEKITAR STRUKTUR TIANG BULAT AKIBAT ARUS OLEH GELOMBANG*

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENENTUAN PARAMETER TEKNIS GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI

PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bangunan sungai seperti abutment jembatan, pilar jembatan, crib sungai,

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

PENELITIAN KARAKTERISTIK BLOK BETON TERKUNCI UNTUK PENGENDALIAN GERUSAN LOKAL DAN DEGRADASI DASAR SUNGAI

Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN PERLINDUNGAN GROUNDSILL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL MATEMATIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN ALIRAN SUBKRITIK (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI

PERBANDINGAN GERUSAN LOKAL YANG TERJADI DI SEKITAR ABUTMEN DINDING VERTIKAL TANPA SAYAP DAN DENGAN SAYAP PADA SALURAN LURUS (EKSPERIMEN) TUGAS AKHIR

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN

MEKANISME PERILAKU GERUSAN LOKAL PADA PILAR SEGIEMPAT DENGAN VARIASI DEBIT

Tabel 6.1 Gerusan Berdasarkan Eksperimen. Gerusan Pilar Ys Kanan Kiri. Jenis Aliran Sub kritik Super kritik. Jenis. Satuan. No.

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL BANDUNG 2004 ABSTRAK

TUGAS AKHIR PERBEDAAN POLA GERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN ANTARA PILAR SILINDER DENGAN ELLIPS

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

DESAIN KOLAM PENGENDAPAN

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK ALIRAN DAN SEDIMENTASI DI PERTEMUAN SUNGAI OLEH MINARNI NUR TRILITA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

PENGARUH DEBIT TERHADAP POLA GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN (UJI LABORATORIUM DENGAN SKALA MODEL JEMBATAN MEGAWATI)

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB III LANDASAN TEORI

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

MEKANISME GERUSAN LOKAL DENGAN VARIASI BENTUK PILAR (EKSPERIMEN)

Kata Kunci: Abutmen Spill-Through Abutment dan Vertical Wall Without Wing, Gerusan Lokal, Kedalaman Gerusan Relatif

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BENTUK PILAR TERHADAP PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI. Vinia Kaulika Karmaputeri

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

PENGARUH TIRAI BENTUK V BERPORI SEBAGAI PELINDUNG PILAR JEMBATAN DARI GERUSAN LOKAL

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEKANISME PERILAKU GERUSAN LOKAL PADA PILAR TUNGGAL DENGAN VARIASI DIAMETER

Bab III Metodologi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA. Aisyah, S Pola Gerusan Lokal di Berbagai Bentuk Pilar Akibat Adanya

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

GROUNDSILL REPLACEMENT ANALYSIS ANALISIS PENEMPATAN GROUNDSILL SEBAGAI PERLINDUNGAN ABUTMENT JEMBATAN TERHADAP GERUSAN LOKAL

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

MEKANISME GERUSAN LOKAL PADA PILAR SILINDER TUNGGAL DENGAN VARIASI DEBIT

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS MODEL FISIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

TAHANAN CABUT TULANGAN BAJAPADA TANAH BERPASIR

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di perairan laut Utara Jawa atau perairan sekitar Balikpapan, terdapat

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN

BAB III LANDASAN TEORI

UPAYA PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN

Transkripsi:

KARAKTERISTIK GERUSAN DASAR DI SEKITAR STRUKTUR TIANG BULAT AKIBAT ARUS OLEH GELOMBANG* Pangeran Simon Sihombing Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, sihombingpangeran@gmail.com Pangeran Simon Sihombing, Oki Setyandito ABSTRAK Karakteristik pola gerusan gerusan yang terjadi pada pantai terutama di area surfzone yang diakibatkan oleh adanya arus dasar oleh gelombang. Gerusan yang terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan perubahan pola dasar pada daerah pantai. Struktur tiang pada daerah pantai akan menahan beban terhadap arah verikal dan horizontal akibat gaya hidrodinamika yang terjadi. Laporan penelitian ini meneliti tentang pola gerusan dasar disekitar area surfzone yang terjadi akibat arus oleh gelombang. Gerusan yang terjadi disekitar struktur tiang berbentuk bulat pada area surfzone diakibatkan oleh pergerakan material dasar akibat arus dasar disekitar struktur tiang. Penelitian ini mempelajari pengaruh kecepatan arus dasar (Uw) oleh gelombang (H,T,d) terhadap perubahan gerusan dasar (ds). Pendekatan teoritis dilakukan dengan menggunakan persamaan dasar aliran yang dihubungkan dengan hasil analisa persamaan parameter non-dimensional yang diverifikasi dengan data hasil penelitian model fisik hidraulik. Hasil penelitian yang di dapat adalah hubungan antar parameter antara kondisi gelombang (H,T,d) dan kedalaman gerusan (ds) pada kondisi material (ω) non-cohesive Kata kunci : Gerusan, area surfzone, struktur tiang bulat PENDAHULUAN Gerusan lokal pada dasar merupakan fenomena yang banyak dialami oleh struktur bangunan air dan terutama di sungai dan daerah pantai. Gerusan dasar tersebut diakibatkan oleh gaya akibat arus, gelombang, maupun kombinasi keduanya. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan pada area dasar struktur maupun pada struktur diatasnya.struktur tiang dalam air merupakan bagian dari struktur yang biasanya ada pada struktur bangunan disungai dan pantai, yang merupakan bagian dari struktur pelindung pantai maupun yang berada pada struktur jembatan di area muara sungai. Struktur tiang merupakan komponen utama untuk menahan beban, baik dari arah vertikal maupun arah horizontal. Salah satu permasalahan pada dasar tiang yang berada pada area arus dasar adalah gerusan lokal yang terjadi pada dasar struktur tiang yang berada pada dasar struktur bangunan pantai akibat arus dan gelombang maupun kombinasi arus dan gelombang. Gerusan ini dapat menyebabkan terganggunya stabilitas konstruksi yang berakibat pada kerusakan struktur. METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan melakukan tinjauan pustaka untuk mencari dan mempelajari bahan referensi tentang teori gelombang dan gerusan dasar di sekitar struktur pantai terutama diarea surfzone. Kemudian mengidentifikasi masalah yang terdapat pada dasar struktur tiang yang berupa karakteristik hidraulik dan hubungannya dengan karakteristik gerusan dasar disekitar struktur tiang. Pengembangan kajian teoritis dilakukan dengan memperoleh parameter kecepatan arus dasar dari teori gelombang yang kemudian melakukan pengembangan teori kedalaman gerusan tanpa tiang dan dengan struktur tiang berbentuk bulat. Hasil pengembangan teoritis diverifikasi dengan menggunakan data hasil uji model fisik hasil penelitian laboratorium.

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian HASIL DAN BAHASAN Perhitungan Kedalaman Gerusan Tanpa Struktur Tiang Menggunakan Rumus Leo C.van Rjin (2013) : ds h0 = (αd * U0 -Ucr) Ucr Tabel 1 Kedalaman Gerusan (ds) Tanpa Struktur Tiang H/gT2 ds/lo ds/l u/( gd) Hd/L0 Hd/L 0,000796381 0,00161404 0,002482986 0,05054 0,007184 0,011052 0,000796381 0,001688324 0,002597261 0,04329 0,006758 0,010397 0,000796381 0,001764909 0,002715077 0,03785 0,006448 0,00992 0,000796381 0,001852831 0,002850334 0,03385 0,006208 0,00955 0,000796381 0,001910687 0,002939337 0,03059 0,006013 0,009249 0,000796381 0,001977607 0,003042284 0,02804 0,005852 0,009003 0,000796381 0,002053387 0,003158863 0,02586 0,005712 0,008788 0,000796381 0,002109866 0,003245748 0,02405 0,005597 0,008611 0,000796381 0,002160016 0,003322897 0,02249 0,005497 0,008457 0,000796381 0,002207105 0,003395337 0,02127 0,005407 0,008318 0,000796381 0,002239617 0,003445352 0,02008 0,005327 0,008195 0,000796381 0,002263742 0,003482465 0,01916 0,005257 0,008087 0,000796381 0,002273727 0,003497827 0,01823 0,005197 0,007995 0,000796381 0,002272234 0,00349553 0,01754 0,005137 0,007903

Menggunakan Rumus teoritus (2015) : ds = f(ω,d 50,µ,U, d 0,H,T,K) ds = K. ω. d50-0,002. 1 πh. µ gd0 TpSinh(kd0).d 0,dengan K = 0,2 H = m Tp = 8 s kd = 2πd/L = 2π (1/64,9)= 0,096764 Uw = π. 8 x Sinh(0,096764) = 2,024 m/s d 0 = 1 m d 50 = diameter butiran pasir = 0,33 mm = 0,00033 m ω = 0,06 m/s, diperoleh dari grafik menentukan kecepatan butir pasir dari ukuran diameter butir pasir. µ = viskositas air laut (1,520 x 10-6 m 2 /s) Maka diperoleh kedalaman gerusan tanpa struktur tiang (persamaan teoritis) : ds = 0,2. ω. d50-0,002. 1 πh. µ gd 0 TpSinh(kd.d 0 = 0,1599 m 0) Tabel 2 Kedalaman Gerusan (ds) Tanpa Struktur Tiang dengan persamaan teoritis (2015): d 0 (m) ds (m) ds/l0 ds/l 1 0,159989734 0,001602461 0,002465173 1,3 0,170743559 0,001710172 0,002630871 1,6 0,179719028 0,00180007 0,002769168 1,9 0,187455133 0,001877555 0,002888369 2,2 0,194266937 0,001945783 0,002993327 2,5 0,200355866 0,002006769 0,003087147 2,8 0,205859124 0,00206189 0,003171943 3,1 0,2108747 0,002112126 0,003249225 3,4 0,21547521 0,002158205 0,003320111 3,7 0,219716082 0,002200682 0,003385456 4 0,223640669 0,002239991 0,003445927 4,3 0,227283578 0,002276478 0,003502058 4,6 0,230672924 0,002310426 0,003554282 4,9 0,233831896 0,002342066 0,003602957 Gambar 2 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan tinggi gelombang H/gT 2 pada setiap

Gambar 3 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l dan tinggi gelombang H/gT 2 pada setiap periode (T). Perhitungan Kecepatan Puncak Arus Dasar Pada Tiang (Uw) Perhitunga kecepatan arus dasar pada tiang adalah dengan menggunakan persamaan kecepatan puncak partikel air (peak orbital velocity): πh Uw = TpSinh(kd) mencari angka gelombang kd = 2πd/L = 2π (1/64,9)= 0,096764 π. 1 Uw = = 2,024 m/s 8 x Sinh(0,096764) Perhitungan Kedalaman Gerusan Pada Struktur Tiang Kedalaman gerusan pada struktur tiang dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metoda, pada penelitian ini menggunakan pendekatan CSU (Colorado State University),1975 d s = 2,0.K 1.K 2. K 3. K 4. b d 0 0,65 F r 0,43 d 0 K1 = koef. Koreksi bentuk pilar (bulat) = 1,0 K2 = koef. Koreksi untuk arah datang aliran air 0 (L/a =4 ) =1,0 K3 = koef. Koreksi untuk kondisi dasar saluran (gundukan kecil) =1,1 K4 = koef. efek gradasi sedimen = 0,1 d 0 = 1 m b = lebar pilar/diameter menghadap aliran = 1 m (b/d0 ) 0,65 = 1 1 0,65 = 1 Fr =( Uw gd 0 ) 0,45 = ( 2,024 9,81*1 )0,43 = 0,82899 ds = 2,0.K1.K2.K3.K4. b d0 0,65 F 0 0,43 d 0 ds = 2,0 (1,0) (1,0) (1,1) (0,1) (1) (0,82899) (1) = 0,165798 m Tabel 3 Kedalaman Gerusan (ds) dengan Struktur Tiang Uw (m/s) (Fr) 0,43 ds (m) ds/l0 ds/l 2,024963457 0,828992412 0,165798482 0,001661 0,002555 1,55598924 0,69961027 0,153379157 0,001536 0,002363 1,262528255 0,611559959 0,144181996 0,001444 0,002222 1,061444346 47009599 0,136958409 0,001372 0,00211 0,914948645 0,497245516 0,131053556 0,001313 0,002019 0,803391197 0,457459553 0,1260845 0,001263 0,001943 0,715543678 0,424762072 0,121809465 0,00122 0,001877 0,64452441 0,397302528 0,118066834 0,001183 0,001819 85880718 0,373836029 0,114743679 0,001149 0,001768 36604193 0,353491552 0,111758262 0,001119 0,001722 0,494589092 0,33563977 0,109049683 0,001092 0,00168 0,458317445 0,319813647 0,106571468 0,001067 0,001642 0,42666739 0,305658652 0,104287422 0,001045 0,001607 0,398791909 0,292900378 0,102168862 0,001023 0,001574

Kedalaman gerusan dihitung dengan menggunakan rumus teoritis (2015) : ds = f(ω,d 50,µ,U, d,h,t, b, d 0, K,) ds = K. ω. d50-0,002. 1 πh. µ gd0 TpSinh(kd0).(d0). b d0 0,74 H = m Tp = 8 s kd = 2πd/L = 2π (1/64,9)= 0,096764 π. Uw = = 2,024 m/s d 0 d 50 8 x Sinh(0,096764) = 1 m = diameter butiran pasir = 0,33 mm = 0,00033 m ω = 0,06 m/s, diperoleh dari grafik menentukan kecepatan butir pasir dari ukuran diameter butir pasir (gambar 4.5) µ = viskositas air laut (1,520 x 10-6 m 2 /s) b = 1 m (diameter tiang) Maka diperoleh besar kedalaman gerusan : ds = 0,24. ω. d50 µ -0,002. 1 πh. gd 0 TpSinh(kd.(d 0 ). b 0,74 = 0,19199 m 0) d 0 Tabel 4 Kedalaman Gerusan (ds) dengan Struktur Tiang d ds ds/l0 ds/l 1 0,19199 0,001922954 0,002958208 1,3 0,16874 0,001690063 0,002599937 1,6 0,15231 0,001525534 0,002346831 1,9 0,13989 0,001401188 0,002155541 2,2 0,13007 0,001302815 0,002004207 2,5 0,12204 0,001222371 0,001880455 2,8 0,11531 0,001154915 0,001776682 3,1 0,10955 0,001097219 0,001687926 3,4 0,10454 0,001047079 0,001610792 3,7 0,10013 0,001002927 0,001542869 4 0,09621 0,000963614 0,001482392 4,3 0,09268 0,000928278 0,001428032 4,6 0,08948 0,000896257 0,001378772 4,9 0,08656 0,000867032 0,001333814 Gambar 4 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan tinggi gelombang H/gT 2 pada setiap

Gambar 5 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l dan tinggi gelombang H/gT 2 pada setiap periode (T) Verifikasi Pengembangan Teoritis Pengembangan teori yang diperoleh diverifikasi dengan menggunakan data running uji model hidraulik laboratorium yang ada, yang diperoleh dari hasil penelitian : Ikhsan (2006). Diperoleh grafik non-dimensional yang menyatakan bahwa data running hidraulik laboratorium masih berada di daerah penelitian. Dengan menggunakan rumus teoritis (2015) : ds = 0,24. ω. d50 µ -0,002. 1 gd 0 πh. TpSinh(kd.(d 0 ). b 0) d 0 0,74 dapat diperoleh kedalam gerusan pada setiap periode sebai berikut : Tabel 5 Pola kedalaman gerusan dasar pada T = 8 s T8 U (m/s) d 0 (m) ds (m) L0 (m) L (m) ds/l0 ds/l 0,9025 0,04 0,12411063 0,00124310 0,001912 1,7306 0,049 0,17221327 99,84 64,9 0,00172489 0,002654 1,907 0,057 0,18105097 0,00181341 0,00279 Tabel 6 Pola kedalaman gerusan dasar pada T = 10 s T10 U (m/s) d 0 (m) ds (m) L0 (m) L (m) ds/l0 ds/l 0,9025 0,04 0,12411063 0,00079558 0,001481 1,7306 0,049 0,17221327 156 83,81 0,00110393 0,002055 1,907 0,057 0,18105097 0,00116058 0,00216 Tabel 7 Pola kedalaman gerusan dasar pada T = 12 s T12 U (m/s) d 0 (m) ds (m) L0 (m) L (m) ds/l0 ds/l 0,9025 0,04 0,12411063 0,00055249 0,001213 1,7306 0,049 0,17221327 224,64 102,33 0,00076662 0,001683 1,907 0,057 0,18105097 0,00080596 0,001769 Tabel 8 Pola kedalaman gerusan dasar pada T = 14 s T14 U (m/s) d 0 (m) ds (m) L0 L (m) ds/l0 ds/l 0,9025 0,04 0,12411063 0,00040591 0,001029 1,7306 0,049 0,17221327 305,76 120,64 0,00056323 0,001427 1,907 0,057 0,18105097 0,00059213 0,001501 Tabel 9 Pola kedalaman gerusan dasar pada T = 16 s T16 U (m/s) d 0 (m) ds (m) L0 (m) L (m) ds/l0 ds/l 1,7306 0,049 0,12411063 0,00031077 0,000894 1,907 0,057 0,17221327 399,36 138,76 0,00043122 0,001241 0 0 0,18105097 0,00045335 0,001305

Gambar 6 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan tinggi gelombang H/gT2 pada verifikasi Ikhsan (2006) dengan persamaan teoritis (2015) Gambar 7 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l dan tinggi gelombang H/gT2 pada verifikasi Ikhsan (2006) dengan persamaan teoritis (2015) Hubungan antar Parameter yang diteliti disajikan dalam grafik non-dimensional Gambar 8 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan tinggi gelombang Hd/gT 2 pada setiap Gambar 9 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan tinggi gelombang Hd/gT 2 pada setiap

Gambar 10 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l0 dan kecepatan arus dasar Uw/ gd pada setiap Gambar 11 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/l dan kecepatan arus dasar Uw/ gd pada setiap Gambar 12 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/d 0 dan tinggi gelombang Hd/L0 pada setiap Gambar 15 Hubungan antara kedalaman gerusan ds/d 0 dan tinggi gelombang Hd/L0 pada setiap

SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut : a. Pada grafik menunjukkan hubungan bahwa semakin tinggi gelombang (h) maka kedalaman gerusan (ds) semakin besar, sedangkan semakin besar periode gelombang (T) maka kedalaman gerusan (ds) semakin kecil. b. Pada grafik menunjukkan hubungan bahwa semakin besar kecepatan arus dasar (Uw) maka kedalaman gerusan (ds) semakin besar. c. Pada grafik menunjukkan hubungan bahwa semakin tinggi gelombang (Hd) maka kedalaman gerusan (ds) semakin besar pada setiap kedalaman (d 0 ). d. Berdasarkan pendekatan teoritis diperoleh persamaan teoritis (2015) yaitu : ds = K. ω. d50 µ -0,002. 1 gd0 πh. TpSinh(kd0).(d 0 ). b 0,74, dengan K = 2,4 d 0 e. Karakteristik gerusan dasar yang terjadi disekitar struktur tiang tergantung pada parameter kecepatan arus dasar (U), tinggi gelombang (H), periode gelombang (T) dan kedalaman air (d 0 ). Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : a. Pengembangan teoritis selanjutnya dapat meneliti tentang pola gerusan yang dipengaruhi oleh variasi bentuk tiang dan pengaruhnya terhadap kecepatan arus dasar oleh gelombang yang terjadi di sekitar struktur tiang. b. Penelitian uji model hidraulik hidrodinamik pantai perlu dilakukan. c. Penelitian lebih lanjut untuk memperoleh dimensi perlindungan kaki struktur tiang dengan memperhatikan pola kedalaman gerusan yang diperoleh dari penelitian ini. REFERENSI Ikhsan, J. dan Hidayat,W, 2006. Pengaruh Bentuk Pilar Jembatan Terhadap Potensi Gerusan Lokal. Yogyakarta: Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 124 9, No. 2, 2006: 124 132. Dalrino., Yurisman., Syofyan, E.R., 2011. Gerusan Kaki Akibat Gelombang Pecah Pada Struktur Impermeable Sloping Wall. Padang : Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2. Sucipto, 2011. Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Gerusan Lokal Pada Pilar Jembatan Dengan Perlindungan Grooundsill.Semarang : Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Halim,Faud, 2014. Pengaruh Debit Terhadap Pola Gerusan Di Sekitar Abutmen Jembatan (Uji Laboratorium Dengan Skala Model Jembatan Megawati). Manado : Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.1 Christiana,J. dan Patuhena, M.V., 2009. Stability Evaluation Of Sea Wall Construction At Erie Vilage Location Nusaniwe District Amboina City.Maluku : Jurnal TEKNOLOGI, Vol.6 No. 2 Wiyono,A., dan Soekarno,I., 2006. Perbandingan Beberapa Formula Perhitungan Gerusan di Sekitar Pilar (Kajian Laboratorium). Bandung :Jurnal Teknik Sipil Vol.13 No.1 Van Rjin,L.C, 2013. Local scouring near structure. Van Rjin,L.C, 2013. Simple General Formulae For Sand Transport In Rivers, Estuaries And Coastal Waters No. FHWA-HIF-12-003, 2012. Text Book : Evaluating at Bridge RIWAYAT HIDUP Pangeran Simon Sihombing lahir di Tarutung pada tanggal 7 Mei 1993, Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam Bidang Teknik Sipil pada tahun 2015.