PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI BAGI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 ULAKAN TAPAKIS Nana Karenina 1 Yenni Melia 2 Darmairal Rahmad 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat nanakarenina92@gmail.com ABSTRACT This research is based on the learning process of Sociology where the interaction between teacher and student is very less and tend to passive. Also found students in learning sociology just pensive, telling stories with friends, drowsy and disturbing friends so that the results obtained less learning. On the basis of this problem, this research is focused on the implementation of Student Facilitator And Explaining learning model in Class XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis to improve performance learning. This study intend to determine the effect of applying Student Facilitator and Explaining learning model to student performance learning of class XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. The theory used in this research is constructivism theory. Type of research used is quantitative research type experiment. The research population was all students of class XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. Sampling is done by Cluster Random Sampling technique, so that the selected become control class XI IPS 3 and experiment class XI IPS 1. The result of the research shows that there is a significant difference by using learning model of Student facilitator and explaining on student performance learning with t count is 1.72 with real level of 0.05 obtained t table 1.671. This means that the average achievement of the experimental class is higher than the control class, that is average 76.63 in the experimental class and 70.43 in the control class. Keyword: Model, Student Facilitator and Explaining, Performance learning PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Pemahaman yang dimaksud bukanlah pemahaman dalam arti sempit yaitu menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yaitu lebih cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi menemukan konsep, mencari dan lain sebagainya serta peserta didik
dituntut untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun praktek pembelajaran yang demikian masih belum diterapkan secara keseluruhan, sehingga tujuan dan hasil pendidikan belum sesuai dari apa yang diharapkan (Nurhadi 2001:1). Salah satu masalah yang menjadi sorotan dalam dunia pendidikan adalah masalah mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya perhatian terhadap dunia pendidikan selama ini. Berbagai upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya penyempurnaan, pengembangan dan pembinaan pendidikan, baik dari pihak pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dengan pendidikan tersebut (Hamalik 2008:1). Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang dialami siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajarsangat diperlukan, karena dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai komponen. Masing-masing komponen. Diusahakan saling mempengaruhi sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut. guru mempunyai peranan penting dalam proses pelaksanaan pendidikan. Salah satunya dalam proses pembelajaran sosiologi. Permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran masalah lain yang ditemukan adalah siswa malu bertanya kepada guru. Rasa ingin tahu siswa rendah terhadap materi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang berkemampuan tinggi mendominasi saat proses pembelajaran berlangsung ini terlihat saat guru memberikan latihan siswa yang mengajarkan cenderung orang yang sama (Suprijono 2009:46). Berbagai usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa (Mulyasa 2009:213). Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru bertujuan untuk mencerdaskan dan meningkatkan hasil
belajar siswa serta membuka peluang besar bagi tamatan dari suatu sekolah. Demi tercapainya tujuan itu maka dalam proses pengajarannya guru dapat menerapkan metode pengajaran yang tepat dan tidak membosankan bagi para siswa. Pemilihan metode pembelajaraan yang tepat akan membuat para siswa lebih bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran dan menimbulkan minat belajar siswa dalam suatu bidang studi serta membuat hasil belajar siswa meningkat. Pemilihan metode pembelajaran ini harus selaras dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Agar tujuan tersebut dapat tercapai semaksimal mungkin (Mulyasa 2009:219). Berdasarkan hasil wawacara dengan ibu Sri Rahayu Ermadini. S.Pd dan anak murid saya bernama Ronaldi dan guru yang mengajar sosiologi di SMAN 1 Ulakan Tapakis sebagai permasalah berikut. 1) Siswa kurang merasa tertantang untuk memahami materi secara sendiri 2) Rasa ingin tahu siswa masih rendah terhadap materi yang disampaikan oleh guru 3) Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran 4) Siswa yang berkemampuan tinggi mendominasi proses pembelajaran. Selanjutnya, ketika guru memberikan latihan atau tugas, siswa lebih memilih menyalin punya temannya dari pada memikirkan sendiri jawabannya. Keadaan ini membuat tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Kondisi siswa yang tidak tuntas dikelas XI IPS SMA N I Ulakan Tapakis dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Siswa Sosiologi dikelas XI IPS SMA N 1 Ulakan Tapakis No Kelas Jumlah Tidak Tuntas Presentase % Tuntas Presentase % 1. XI IPS 1 31 18 58,06% 13 41,94% 2. XI IPS 2 31 14 45,16% 17 54,84% 3. XI IPS 3 29 15 51,72% 14 48,28% 91 Sumber: Guru Bidang Studi Sosiologi SMA N 1 Ulakan Tapakis Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 41,94%, siswa tindak tuntas dengan jumlah 18 orang dan yang tuntas sebanyak 13 dengan jumlah siswa
58,06% dengan jumlah semuanya siswa 31 dikelas XI IPS 1, diketahui banyak siswa yang kurang memahami dalam pembelajaran sosiologi dilihat dari hasil ulangannya. Untuk kelas XI IPS 2, dapat dilihat jumlah yang tidak tuntas sebesar 54,84% dengan jumlah siswa 14 orang dan untuk yang tuntas 45,16% dengan banyak siswa 14 orang. Ini menjelaskan bahwa banyaknya siswa yang tidak tuntas daripada siswa yang tuntas dalam hasil Ulang harian. Selanjutnya Kelas XI IPS 3 dilihat jumlah siswa yang tidak tuntas 48,28% sebanyak 14 orang siswa yang tindak tuntas dan siswa yang mendapatkan tuntas 15 orang. Ini menjelaskan bahwa banyak siswa yang tuntas dibandingkan siswa yang tidak tuntas. Rendahnya hasil belajar siswa dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif, salah satunya model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah kegiatan pembelajaran secara berkelompok untuk bekerjasama menyelesaikan persoalan dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal dalam kelompok dengan cara mempresentasikan idea tau pendapat siswa. Model pembelajaran ini dapat mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan strategi ini diharapkan mampu dan tepat untuk pelaksanaan pembelajaran Sosiologi karena model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining bertujuan agar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar meningkat. Melalui kerja kelompok, seluruh siswa dapat memperoleh hasil yang optimal dalam mata pelajaran sosiologi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu dilakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining terhadap Hasil Pembelajaran Sosiologi Bagi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis Rumusan penelitian penelitian adalah Apakah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu kepada pola eksperimen random terhadap subjek. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Ulakan Tapakis. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel tersebut adalah teknik Cluster Random Sampling (pengambilan kelas secara acak kelompok), yaitu teknik yang menghendaki adanya kelompokkelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompokkelompok yang bersifat homogen pada populasi. Berdasarkan teknik tersebut yang dipilih menjadi kelas kontrol XI IPS 3 dan kelas Eksperimen XI IPS1 SMAN 1 Ulakan Tapakis, karena jumlah siswa sama serta diajar oleh guru yang sama. Responden dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis Pelajaran 2016/2017. Unit analisis dalam penelitian adalah kelompok yaitu siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis yang terdiri dari kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis menggunakan uji t. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Ulakan Tapakis, karenamasih ada siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi bertujuan untuk melihat kedua kelompok sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas kelas kontrol dan kelas eksprimen didapatkan F hitung = 1,14, sedangkan F pada tabel : F 0,01(29,31) = 2,32 (dilihat dari tabel nilai untuk distribusi F). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga F hitung lebih kecil dari harga F tabel (1,14 < 2,32) pada taraf signifikan 1%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok sampel adalah homogen, karena F hitung < F tabel. 2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Anderson-Darling dengan software MINITAB. Berdasarkan hasil minitab, didapatkan p-value nilai pre test adalah 0,117 dan nilai p-value nilai post test adalah 0,126. Hal ini berarti kedua kelas terdistribusi normal, karena p-value > 0,05 pada α = 5%. Hal ini berarti H0 diterima yaitu skor hasil belajar siswa berdistribusi normal. 3. Statistik Deskriptif Posttest dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Posttest kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 9 Mei 2017 dan pos test kelas kontrol dilakukan tanggal 10 Mei 2017. Rata-rata skor kelas eksperimen sebagai berikut: = = 76,61 Rata-rata skor kelas kontrol sebagai berikut: = = 70,43 Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik pada kedua kelas sampel tersebut sehingga diperoleh rata-rata, standar deviasi dan varians untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, dari perhitungan tersebut terlihat perbedaan pencapaiannya. Rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu kelas eksperimen 76,63 dan kelas kontrol 70,43. Hasil analisis yang dilakukan terhadap nilai posttest diperoleh. Analisis data lapangan ternyata pencapaian belajar kelas eksperimen lebih heterogen dari kelas kontrol. Perbedaan nilai posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol Tabel 2. Perbedaan Nilai Postest kelas eksperimen dan kelas kontrol Ratarata Kelas N S S s Eksperimen 31 76,63 10,79 116,53 Kontrol 31 70,43 11,52 132,77 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata posttest kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa hasil belajar sosiologi siswa kelas eksperimen yang diajar dengan metode Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar kelas kontrol dengan Metode pembelajaran konvensional. 4. Uji Hipotesis Untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian, maka di lakukan uji hipotesis secara statistik yaitu dengan menggunakan uji t terhadap nilai skor postest yang diperoleh. Uji t ini bertujuan untuk penerapan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining terhadap Hasil Pembelajaran Sosiologi Bagi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. Sebelum dilakukan Uji Hipotesis, dilakukan Uji Normalitas dan Homogenitas karena syarat Uji t adalah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Hasil uji normalitas menunjukkan kedua kelompok data normal, dimana skor posttest kelas eksperimen didapatkan Pvalue= 0,117, berarti data normal karena Pvalue > 0,05. Selanjutnya hasil pengujian normalitas posttest kelas kontrol didapatkan Pvalue= 0,126, berarti data normal karena Pvalue > 0,05. Dari hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol didapatkan hitungan t hitung = 1,72 sedangkan t tabel =1,671, dengan demikian t hitung > t tabel maka hipotesis diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining terhadap hasil belajar siswa. Uji homogenitas didapatkan hasil sebesar 1,1422, nilai F pada tabel: F 0,01(29,31) = 2,32 (dilihat dari tabel nilai untuk distribusi F), berarti data kedua kelompok sampel adalah homogen. Pembahasan Hasil analisis nilai posttest untuk melihat penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Hasil Pembelajaran Sosiologi Bagi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. Setelah dilakukan uji rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu rata-rata kelas eksperimen adalah 76,63 dengan standar deviasi 10,79 dan rata-rata kelas kontrol adalah 70,34 dengan standar deviasi 11,53, hasil uji t hitung adalah 1,72 dengan taraf nyata 0.05 diperoleh t tabel 1,671 maka t t hitung > t tabel yang berarti hipotesis diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and
explaining terhadap hasil belajar siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Ulakan Tapakis. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2011:128) model pembelajaran Student fasilitator and explaining merupakan model yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan suatu materi sedangkan guru hanya menyimpulkan pendapat siswa dan menerangkan materi yang disajikan saat itu. Dengan kata lain,model pembelajaran Student fasilitator and explaining merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainya. Selanjutnya Widodo (2009:58) model pembelajaran Student fasilitator and explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar. Mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Prasetyo, (2011:67) bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifa belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining. Dikatakan dari hasil penelitian bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias,motivasi dan keaktifan siswa. Jadi, salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan didalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau ide-ide mereka sendiri dan mengajarkan siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis
dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri (Anisah 2011:30). Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan yang manusian membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberikan makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukanlah merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi dinamis (Sanjaya, 2011:248). KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining terhadap hasil belajar siswa dengan t hitung adalah 1,72 dengan taraf nyata 0.05 diperoleh t tabel 1.671. Hal ini berarti rata-rata pencapaian kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol, nilai postest yang telah dilakukan mendapatkan hasil rata-rata yaitu 76,63 pada kelas eksperimen dan 70,43 pada kelas kontrol. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Citra Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nurhadi. 2004. Pendekatan kontekstual/ Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Jakarta. Prasetyo, Bambang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suprijono, Agus. 2011 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining