Kajian Pemerolehan Bahasa Masyarakat Pangandaran. Avini Martini 1. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Proceeding IICLLTLC

KAJIAN TINDAK TUTUR PEDAGANG SUVENIR DI PANTAI PANGANDARAN BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER (Tinjauan Sosiolinguistik) Tri Pujiati 1 Rai Bagus Triadi 2

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, pada dasarnya manusia hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

Situasi Kebahasaan di Wilayah Pangandaran: Suatu Kajian Sosiolinguistik tentang Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa SUSI YULIAWATI NIP

PENGARUH KONTAK BAHASA MASYARAKAT DESA MAJALAYA DENGAN PENDATANG DAN PENZIARAH TERHADAP CAMPUR KODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam metodologi penelitian ini, terdapat metode penelitian, sumber dan

BAB VI DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP HUBUNGAN AKTOR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi. masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO,

TATAKRAMA DINA NYARITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

PEMILIHAN KODE BAHASA PADA MASYARAKAT TUTUR DI KELURAHAN SUKAPURA, KECAMATAN KIARACONDONG, KOTA BANDUNG (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan

: Dita Sukmayanti NIM : : Bimbingan Dan Konseling Dosen pengampu : Arie Rahmat Riyadi, M.Pd.

PANDUAN PENDAFTARAN ONLINE LATIHAN KAPAMINGPINAN MAHASISWA SUNDA ( MIMITRAN GABUNGAN 2017)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Pendekatan kualitatif berfokus pada penunjukan makna, deskripsi,

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE BAHASA DI DESA SINDANGJAWA KECAMATAN DUKUH PUNTANG KABUPATEN CIREBON

INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA APARAT DESA KELURAHAN UNDRUSBINANGUN

KONFLIK PKI DAN MASYUMI

Lampiran 1 PETA. Peta Letak Wilayah Garut, Provinsi Jawa Barat. Peta Kecamatan Sukaresmi

RAGAM BAHASA PENAWARAN PEDAGANG ASONGAN DI PANTAI PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

PENGGUNAAN BAHASA LISAN DI PESISIR LAUT SELATAN (Studi Deskriptif tentang Kedwibahasaan Para penutur di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Deskripsi, Analisis, dan Pembahasan Peristiwa Tutur pada Anak Usia 3-5 Tahun

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE MASYARAKAT TUTUR DI PASAR TRADISIONAL PLERED CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2. Persamaan sebuah kurva ditentukan dengan rumus. . Jika kurva melalui titik ( ), ( ), ( ), persamaan kurva adalah.

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian tesis ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMBINA

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Alkitab kanggo murangkalih Nyanggakeun. Paskah Nu Mimiti

PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RS SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

Kisah Dua Tukang Sol Kamis, 07 Juli :23. Kisah Dua Tukang Sol

Alkitab kanggo murangkalih Nyanggakeun. Nuh Sareng Caah Gede

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

BAB VI HASIL PENELITIAN

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Keragaman Sapaan dalam Tuturan Seputar Kegiatan Perdagangan di Pasar Banjaran, Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang dilalui garis Khatulistiwa,

PERAN-EKONOMI PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

Alkitab kanggo murangkalih. Nyanggakeun. Lahirna Gusti Yesus

BAB III METODE PENELITIAN

Alkitab kanggo murangkalih Nyanggakeun. Lahirna Gusti Yesus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

Alkitab kanggo murangkalih. Nyanggakeun. Paskah Nu Mimiti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

Indonesian Continuers

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB V KEPENTINGAN AKTOR SOSIAL TERHADAP KONVERSI LAHAN

:Penjual bakso, mie ayam, batagor,dll.

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bahasa, baik yang positif atau bahkan memberi suatu

HASIL REKAMAN SILATURRAHMI DENGAN KELUARGA BESAR BAPAK DR. (HC). KH. E. Z. MUTTAQIEN Selasa, 17 Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

Indonesian Continuers (Section I Listening and Responding) Transcript

LAMPIRAN Harga pas pak, tidak bisa kurang lagi. Banyak warne kalo yang itu Bisa, tunggu sebentar ya. Tak kurang lagi, Buk. Nak ambel tige kilo?

Transkripsi:

Kajian Pemerolehan Bahasa Masyarakat Pangandaran Avini Martini 1 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi adanya ketertarikan mengenai penggunaan variasi bahasa di suatu daerah. Ketika sedang mempelajari variasi, apakah itu dikaji dari segi perspektif kuantitatif atau kualitatif. Hal ini penting untuk menentukan setepat mungkin apa yang akan menjadi objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yang mengungkap keadaan yang sebenarnya mengenai penggunaan variasi bahasa yang terjadi di daerah Pangandaran.Karena meneliti variasi bahasa akan lebih cocok bila peneliti terjun langsung ke lapangan atau dengan kata lain peneliti mengobservasi langsung ke lapangan. Karena dengan observasi peneliti dapat langsung merasakan, melihat, dan mendengarkan gejala-gejala variasi bahasa yang terjadi di lapangan yang tentunya terjadi di lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa para partisipan dalam setiap percakapan adalah bilingual, baik pembeli, pemilik warung dan penjual rujak. Mereka menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Indonesia, dengan baik. Dengan adanya peralihan bahasa, ini juga menunjukkan adanya satu peristiwa kebahasaan yang disebut dengan alih kode. Dari percakapan tersebut juga didapatkan kesaksian bahwa penduduk dan pedagang di sekitar pantai Pangandaran merupakan multilingual. Mereka setidaknya menguasai tiga bahasa, bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa. Hal ini merupakan bagian dari variasi bahasa, variasi bahasa ini terjadi disebabkan masyarakat yang heterogen. Kata Kunci: Pemerolehan, Bahasa, Pangandaran 1 Avini Martini, dosen STKIP Sebelas April Sumedang. Email: avinimartini84@gmail.com ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 60

PENDAHULUAN Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya ialah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa, sebagai properti yang hanya dimiliki manusia dan membedakannya dengan kelompok binatang, memiliki peranan yang sangat penting. Dengan bahasa, manusia dapat bertukar informasi ataupun mengekspresikan perasaannya sehingga manusia mampu menghasilkan tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia harus selalu berada dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan sesamanya. Dari hal itu manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Selain hal itu, bahasa juga menjadi sebuah identitas diri atau kelompok sosial. Dari interaksi itu, akan timbul variasi bahasa. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang heterogen, dari sisi sosial dapat dilihat dari segi ekonomi, pendidikan, jabatan, dan pekerjaan. Variasi bahasa merupakan bagian kajian dari ilmu sosiolinguitik, karena bahasa tidak akan pernah lepas dari penggunanya yaitu anggota masyarakat. Variasi bahasa dapat diartikan keberagaman bahasa yang disebabkan oleh kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beranekaragam. Variasi bahasa dipandang sebagai suatu fenomena kebahasaan yang memiliki dua sisi. Dari sisi internal, variasi dianggap sebagai suatu varian yang tidak memberi pengaruh. Variasi bahasa merupakan pokok bahasan dalam studi sosiolinguistik. Dalam penelitian ini berhubungan dengan variasi bahasa yang digunakan dalam interaksi sosial di daerah Pangandaran. Pangandaran merupakan lokasi pariwisata pantai, seperti yang kita ketahui, lokasi pariwisata pasti banyak orang-orang yang berdatangan dari segala penjuru daerah. Hal demikian pasti menyebabkan variasi bahasa yang terjadi di daerah tersebut. Karena dalam interaksinya pasti tidak hanya bertemu dengan penduduk asli daerah tersebut. Selain itu, variasi bahasa juga dapat diteliti dari segi mata pencaharian misalnya nelayan, pedagang, penjaga pantai, tukang parkir, dan lainya. Ketika sedang mempelajari variasi, apakah itu dikaji dari segi perspektif kuantitatif atau kualitatif. Hal ini penting untuk menentukan setepat mungkin apa yang akan menjadi objek penelitian. Variasi bahasa dapat dikaji dengan pendekatan kualitatif. Karena meneliti variasi bahasa akan lebih cocok bila peneliti terjun langsung ke lapangan atau dengan kata lain peneliti meng.observasi langsung ke lapangan. Karena dengan observasi peneliti dapat langsung merasakan, melihat, dan mendengarkan gejala-gejala ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 61

variasi bahasa yang terjadi di lapangan yang tentunya terjadi di lingkungan masyarakat. LANDASAN TEORI 1. Variasi Bahasa Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Variasi bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya. METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada dan sesuai dengan tujuan, objek, sifat ilu atau teori yang mendukung. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan (Koentjaraningrat, 2000:7-8). Dengan demikian, metode dipilih berdasarkan pertimbangan kesesuaian objek yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam penelitian dapat menghasilkan hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. Jadi yang dimaksud dengan metode adalah langkahlangkah yang harus ditempuh oleh peneliti dengan harapan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurur Bognan (Moleong, 1993: 3) mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati. Penggunaan metode kualitatif dianggap relevan karena karakteristik metode kualitatif sesuai dengan karakteristik dalam penelitian karya sastra. Karakteristik tersebut menurut Hasan (dalam Aminuddin, 1990: 15-18) meliputi: (1) data dikumpulkan langsung dari situasi sebagaimana adanya karena fenomena memperlihatkan maknanya secara penuh dalam konteksnya (2) peneliti sebagai instrumen kunci dalam pengumpulan analisis data karena sifatnya yang respontif dan adaptif terhadap fenomena yang terjadi, (3) bersifat deskriptif, artinya data dianalisis dan disampaikan tidak dalam bentuk angkaangka, (4) proses lebih penting daripada hasil, dan (5) analisis dilakukan secara induktif, penelitian tidak dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yang mengungkap keadaan yang sebenarnya mengenai penggunaan variasi bahasa yang terjadi di daerah Pangandaran. ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 62

Metode deskriptif analitik adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan menguraikan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang dijadikan pusat perhatian dan penelitian (Ratna, 2007:39). Metode Deskriptif analitik sesuai dengan haikatnya adalah data yang telah terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, diinterpretasikan, dan disimpulkan. Kemudian hasil simpulan tersebut di deskripsikan. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang berupa konteks dan tuturan di sekitar wilayah pantai Pangandaran. Pengumpulan data ini dilakukan melalui teknikwawancara dan pengamatan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa data yang terkumpul dan penulis analisis tidak cukup mewakili untuk penelitian yang mengkaji bagaimana dinamika pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat tutur hingga akhirnya dapat dilihat apakah fenomena yang ada menunjukkan pergerakan ke arah pergeseran bahasa atau pemertahanan bahasa. Hal ini disebabkan oleh segala keterbatasan yang penulis alami. Namun, laporan penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu gambaran untuk melihat situasi kebahasaan di sana dan menjadi dasar hipotesis bagi penelitian yang lebih besar. Tempat : tepi pantai Pangandaran Partisipan : - penyewa perahu - pengunjung Situasi : informal Bahasa Tuturan Penyewa perahu didieu mah. : bahasa Sunda dan bahasa Indonesia : A sewa perahu A, mirah Pengunjung : Mang, ada paket sewa perahu yang murah gak? Penyewa perahu : Ada, cukup murah yang sapuluh lokasi. Ada paket yang mahal, setengah mahal, atanapi anu murah, mangga. Pengunjung : Sabaraha mang? Penyewa perahu : Anu paket keliling sapuluh lokasi tilu ratus lima puluh ayeuna dua ratus lima puluh, mangga. Mun bade ka Pasir Putih wungkul limabelas rebu. Jadi itu udah dipesen ama tiket, A. Kalau kita jalan kaki tiketnya kan sebelas ribu lima ratus. Lagian kita liattaman laut yang satu meter ke bawah. Dijamin gak basah kalau naek perahu, gak basah. Meungpeung lagi bagus. Pengunjung : Oh lumayan murahnya. Kela nya mang badami heula sareng rerencangan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa penyewa perahu adalah bilingual. Dia menguasi duabahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam memberikan penawaran pada pengunjung pantai pada awalnya dia menggunakan bahasa Sunda. Karena mendapatkan tanggapan jawaban dari pengunjung menggunakan bahasa Indonesia,kemudian penyewa perahu beralihmenggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipakainya bukanlah bahasa Indonesia standar melainkan bahasa Indonesia informal, bahkan kemudian muncul interferensi bahasa Sunda, seperti munculnya kata meungpeung dan naek di tengah-tengahtuturan dalam bahasa Indonesia. ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 63

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam data ini terjadi campur kode, yaitu dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang dicampurdengan serpihan-serpihan bahasa Sunda. Dalam tuturan di atas jelas adanya variasi bahasa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi terhadap tuturan yang terjadi, karena komunikasi dua arah masih dapat terjadi. Dapat ditarik kesimpulan dari tuturan di atas, penyewa perahu dan pengunjung merupakan bilingual, karena setidaknya mampu menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Nama Jenis kelamin Usia Status/pekerjaan Analisis Data Waktu Tempat Suasana Media Ragam : Bu Siska : Perempuan : 40 tahun : penjual aksesoris : Pagi hari : kios : Perbincangan ringan : Rekaman : Non baku Percakapan dengan pedagang aksesoris Asal orang Jawa, bahasa yang digunakan di rumah bahasa Jawa. Bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Sunda Penjual Heula! : Mangga neng tingalian. Avini : Ibu ieu geulang sabarahaan? Penjual : Nu palih dieu 10.000 tilu, pami nu ieu 5000 an. Avini : 10.000 opat wae nya, Bu Penjual : Aduh te tiasa neng 10.000 tilu wae. Avini : Nya atos atuh nu eta wae dibungkus, Bu. Penjual : Atos nu ieu wae neng, atanapi bade nu sanesna? Avini : Atos wae bu, sabarahaeun sadayana? Penjual : Sadayana 35.000 eun neng. Avini : Nampi atuh, Bu. Penjual : Nyanggakeun neng. Nama Jenis kelamin Usia : Bu Fuji : Perempuan : 35 tahun Status/pekerjaan : penjual baju Analisis Data Waktu Tempat Suasana Media Ragam : Pagi hari : kios : Perbincangan ringan : Rekaman : Non baku Percakapan dengan penjual baju Bu Fuji asal Jawa tapi suami orang Sunda Bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa sunda, jawa dan indonesia Penggunaan kedua bahasa tersebut tergolong baik karena ia bisa menggunakan bahasa Sunda dan bahasa jawa halus. Bu Fuji : Ayo neng dipilih bajunya siapa tahu ada yang cocok. Trisna : Celana pendek ini berapa bu harganya? Bu Fuji : Yang ini neng? Ini murah cuma 30.000 Trisna : Bisa kurang kan, Bu? ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 64

Bu Fuji : Bisa dikurangin sedikit, emang mau beli berapa? Trisna : Nggak banyak kok, bu Cuma 2.Tapi nanti lihat-lihat dulu yang lainnya. Bu Fuji : Iya sok atuh neng dilihat-lihat dulu, banyak kok modelnya, siapa tahumau beli oleh-oleh buat mamah sama bapaknya. Model kaos sama daster juga banyak. Trisna : Kalau daster berapa harganya, bu? Bu Fuji : Daster macam-macam tergantung model sama bahannya. Kalau yang seperti ini harganya 50.000 Trisna : Bisa kurang kan, Bu? Soalnya aku mau beli lumayan banyak jadi harus dapat potongan harga. Bu Fuji : Iya atuh neng itu mah pasti, apalagi kalau neng belinya banyak, kita bagi-bagi saja, ibu juga kan harus ada untungnya. Trisna : Ya udah kalau gitu aku mau beli celana pendek 2, daster 1, kaos oblong 1sama baju rajutan 1, jadi semuanya berapa? Bu Fuji : Semuanya 190.000. Trisna : Kata ibu tadi dapat potongan harga, kok mahal banget. Bu Fuji : Itu udah dipotong harga neng, harusnya 230.000. tenang aja neng nggak bakalan kemahalan. Trisna : Ya udah ini uangnya, Bu. Terima kasih, bu Bu Fuji : Sama-sama neng, mudah-mudahan awet. Dari data di atas dapat dilihat bahwa penjual baju adalah bilingual. Dia menguasi dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam memberikan penawaran pada pengunjung pantai pada awalnya dia menggunakan bahasa Indonesia tapi kemudian penjual bajuberalihmenggunakan campuran bahasa Sunda. Bahasa Indonesia yang dipakainya bukanlah bahasa Indonesia standar melainkan bahasa Indonesia informal, bahkan kemudian muncul interferensi bahasa Sunda, seperti munculnya katamah di tengah-tengahtuturan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam data ini terjadi campur kode, yaitu dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang dicampurdengan serpihan-serpihan bahasa Sunda. Dalam tuturan di atas jelas adanya variasi bahasa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi terhadap tuturan yang terjadi, karena komunikasi dua arah masih dapat terjadi. Dapat ditarik kesimpulan dari tuturan di atas, penjual baju dan pengunjung merupakan bilingual, karena setidaknya mampu menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Nama : Ikin Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 32 tahun Status/pekerjaan : tukang sewa perahu Analisis Data Waktu : siang hari Tempat : pantai Suasana : Perbincangan ringan Media : Rekaman Ragam : Non baku Percakapan dengan tukang sewa perahu Ikin asal Jawa cilacap namun dia sudah lama tinggal di Pangandaran. Bahasa ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 65

sehari-hari yang digunakan adalah bahasa sunda namun dalam keluarga dia menggunakan bahasa Jawa. Ikin : Hayu neng bilih bade ka pasir putih atanapi ka batu orang mancing. Nunik : Sabarah kitu mang pami nyewa perahu ka pasir putih? Ikin : Pami ka pasir putih wungkul mah wios 15.000 wae biasa na mh 25.000. Nunik : Ni awis-awis teuing atuh mang,,,emang teu tiasa kirang deui nya? Ikin : Tos mirah eta teh neng, bilih bade sakantenan ningali batu orang mancing anu dikutuk ku ramana tea kantun nambih 15.000 janten 30.000 Nunik : Muhun ke mang naros heula rerencangan anu sanesna. Teman-teman mau nggak kalau kita langsung melihat patung batu itu? Mahasiswa : serempak menjawab, Mau mang mumpung kita kesini harus dijelajahi. Nunik : Ongkosnya 30.000 teman-teman. Mahasiswa sekarang. : Ya udah kita jalan Nunik : Hayu mang, tariiiiiiiiiik. Ikin : Muhun mangga. Ali : Mang kok gelombangnya tambah besar aja, mending putar balik lagi mang saya nggak mau. Ikin : Tenang saja, insya alloh nggak apaapa. Itu nu namina batu mancing teh, pami tos tebih mah katingali tapi pami caket sapertos tadi mah janten teu aya nanaon. Pami batu karang ieu tempat pemandian sareng upacara nyai ratu pantai selatan menutur cerita kapungkur mah. Avini : Hayu atuh mang, ayeuna mah teras ka pasir putih wae. Ikin : Muhun mangga, ke ku abdi dijemput deui sms wae pami tos bade uih mah. Dari data di atas dapat dilihat bahwa penyewa perahu adalah bilingual. Dia menguasi dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam memberikan penawaran pada pengunjung pantai pada awalnya dia menggunakan bahasa Sunda. Karena mendapatkan tanggapan jawaban dari pengunjung menggunakan bahasa Indonesia,kemudian penyewa perahu beralihmenggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipakainya bukanlah bahasa Indonesia standar melainkan bahasa Indonesia informal, bahkan kemudian muncul interferensi bahasa Sunda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam data ini terjadi campur kode, yaitu dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang dicampurdengan serpihan-serpihan bahasa Sunda. Dalam tuturan di atas jelas adanya variasi bahasa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi terhadap tuturan yang terjadi, karena komunikasi dua arah masih dapat terjadi. Dapat ditarik kesimpulan dari tuturan di atas, penyewa perahu dan pengunjung merupakan bilingual, karena setidaknya mampu menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Nama Jenis kelamin Usia : Bu Nining : Perempuan : 40 tahun Status/pekerjaan: pemilik penginapan Analisis Data ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 66

Waktu Tempat Suasana Media Ragam : pagi hari : penginapan : Perbincangan ringan : wawancara : Non baku Percakapan dengan pemilik penginapan Asli Sunda Bahasa sehari-hari Sunda, Indonesia Bu Nining : Punten Neng, bade sarapan jam sabarahanya? Tamu : Tanya dulu ketuanya ya bu. Bu Nining : Tadi saur ketuana sekitar jam 7an Tamu : Oh muhun atuh Bu jam 7 wae. Bu upami penduduk asli didieu mah jarang penduduk aslinya Bu? Seueurna pendatang nya Bu? Bu Nining : Abdi penduduk asli neng, caroge oge penduduk asli. Tamu : Pasti aya orang asing nginep didieu bu? Bu Nining : Muhun Neng, tapi abdi mah teu tiasa bahasa Inggris, abdi mah tiasana ge ngan bahasa sunda sareng Indonesia, bahasa Jawa abdi mah teu tiasa, padahal pembantu orang jawa. Tamu : Bu upami ketua RT rumahna palih mananya? Bu nining : Eta belakang penginapan anu bumina lantai 2, tapi upami siang mah tara aya, da TU sakola Neng Tamu : Oh gitunya bu, wios atuh hatur nuhun Bu Bu Nining : Sami-sami Neng Tempat : warung kecil di tepi pantai Pangandaran Partisipan : - pemilik warung Situasi Bahasa Sunda Tuturan - pedagang rujak - pembeli : informal : bahasa Indonesia dan bahasa Pemilik warung : Tos seep can rujakna? Penjual rujak : Lumayan seueur keneh. Pemilik warung : hayu a jajan ke sini, neduh dulu. Pembeli : Bu beli Green Tea, sabarahaan bu? Pemilik warung : Ini A, genep rebu a. Pembeli mana? : Nuhun bu, ai ibu asli ti Pemilik warung : Ibu mah aslina ti Jawa a, tos lami tinggal didieu. Pembeli : Oh ti Jawa, tapi gening tiasa nyarios Sunda? Pemilik warung: Nya eta tea a, didieu mah rata-rata Jasun alias Jawa Sunda. Bahasa Jawa sareng Sunda teh pasti bisa. Campuran kitu jalmina. Pedagang rujak : A mau rujak?seger jam segini ngerujak. Pembeli : Oh kitu nya bu, pantesan tiasa nyarios Sunda. Ai bahasa Indonesia tiasa teu? berapa bu rujak na? Pemilik warung : Bisa a, cuma bahasa Indonesia na pacampur sareng bahasa Sunda lamun teu Jawa. Pedagang rujak : lima ribu per porsi a, bade? Pembeli : Oh muhun-muhun, berarti pake bahasa Indonesia teh lamun aya pembeli nu pake bahasa Indonesia. Bade bu, ngagaleuh hiji. Tong lada teuing bu. ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 67

Pemilik warung : Muhun a, kan aya wae jalmi nu teu tiasa bahasa Sunda atawa Jawa. Contohna orang ti Jakarta. Pedagang rujak : Ieu a rujak na. Pembeli : Muhun-muhun, sae atuh ai kitu mah. jadi bisa tilu bahasa ibu teh.hebatlah. nuhun bu, kelanya artos na. Pembeli : Raoseun bu rujak na, seger. Ai ibu sami tiasa tilu bahasa? Pedagang rujak : Tiasa a, nya sami weh sareng si ibu. Da pan didieu mah rata-rata tiasa tilu bahasa. Bahasa Sunda, Jawa sareng Indonesia. Nya pangaruh ti pengunjung oge, kan nu kadieu teh ti mana-mana. Terus nu jualan baju, makanan, kebanyakan bukan orang asli sini. Pembeli : Oh nya, bener oge. Kebanyakan pendatang, jadi pangaruh ka bahasa didieu. Leres ai kitu mah. ieu bu artosna, nuhun bu, mangga. Dari percakapan yang dilakukan di atas antara penjual makanan dan pembeli terjadi alih kode dan campur kode. Terjadi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda, dan sebaliknya dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Percakapan yang dilakukan oleh sesama pedagang, yakni seorang pedagang rujak dan pemilik warung, dilakukan dalam bahasa Sunda. Namun, ketika seorang pembeli menghampiri kios tersebut, bahasa yang dipakai oleh pedagang makanan/ pemilik warung beralih ke dalam bahasa Indonesia ketika menawarkan dagangannya. Namun ketika pembeli menanggapi dengan bahasa Sunda, para pedagang ini kembali lagi menggunakan bahasa Sunda. Dari sini, dapat dilihat bahwa para partisipan dalam percakapan tersebut adalah bilingual, baik pembeli, pemilik warung dan penjual rujak. Mereka menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Indonesia, dengan baik. Dengan adanya peralihan bahasa, ini juga menunjukkan adanya satu peristiwa kebahasaan yang disebut dengan alih kode. Hal ini terbukti dengan adanya peralihan bahasa ketika berganti topik pembicaraan atau dapat dikatakan berganti domain dari domain pertemanan ke domain transaksi. Dari percakapan tersebut juga didapatkan kesaksian bahwa penduduk dan pedagang di sekitar pantai Pangandaran merupakan multilingual. Mereka setidaknya menguasai tiga bahasa, bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa. Hal ini merupakan bagian dari variasi bahasa, variasi bahasa ini terjadi disebabkan masyarakat yang heterogen. Karena di pantai Pangandaran merupakan tempat bertemunya berbagai macam bahasa, disebabkan lokasi pariwisata yang terkenal. Berbagai macam bahasa yang dibawa oleh para wisatawan yang datang dari berbagai penjuru daerah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa para partisipan dalam setiap percakapan adalah bilingual, baik pembeli, pemilik warung dan penjual rujak,penyewa perahu. Mereka menguasai minimal dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Indonesia, dengan baik. Dengan adanya peralihan bahasa, ini juga menunjukkan adanya satu peristiwa kebahasaan yang disebut dengan alih kode. Bahkan, dalam setiap percakapan tidak menutup kemungkinan terjadi campur kode. Dari percakapan tersebut juga, didapatkan ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 68

kesaksian bahwa penduduk dan pedagang di sekitar pantai Pangandaran merupakan multilingual. Mereka setidaknya menguasai tiga bahasa, bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa. Hal ini merupakan bagian dari variasi bahasa, variasi bahasa ini terjadi disebabkan masyarakat yang heterogen. Karena di pantai Pangandaran merupakan tempat bertemunya berbagai macam bahasa, disebabkan lokasi pariwisata yang terkenal. Berbagai macam bahasa yang dibawa oleh para wisatawan yang datang dari berbagai penjuru daerah. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa penduduk daerah pesisir pantai Pangandaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, seperti yang digambarkan pada gambar di bawah ini: KATEGORI I Penduduk asli Berbahasa ibu Sunda Dan terampil berbahasa Indonesia KATEGORI II Pendatang Berbahasa ibu Sunda Dan terampil berbahasa Indonesia KATEGORI III Pendatang BerbahasaibuJawadan Terampilberbahasa Indonesia KATEGORI IV Pendatang Berbahasa ibu Jawa, terampil berbahasa Sunda dan Indonesia ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 69

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Algensindo. Koentjaraningrat. 2000. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedi. Moleong, Lexy J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. ISSN 2338-0306 Volume IV Nomor 2 Juli - Desember 2016 70