1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU 41/1999). Salah satu jenis hutan menurut kondisi iklimnya adalah hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis adalah salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 0 LU 10 0 LS dan terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2000-4000 mm per tahun, rata-rata temperatur 25 0 C (Vickery dalam Indriyanto, 2006). Hutan hujan tropis dicirikan memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Kekayaan akan sumberdaya hutannya memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan secara langsung hutan hujan tropis (hutan alam) di Indonesia yaitu melalui hasil hutan kayunya didukung oleh PP No.3 tahun 2008 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan dan P.26/Menhut/2012 tentang tata cara pemberian dan perluasan areal kerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) dalam hutan alam, IUPHHK restorasi ekosistem, atau IUPHHK hutan tanaman industri. Adanya peraturan tersebut membuat meningkatnya pemanfaatan kayu terutama di hutan alam. Meningkatnya pemanfaatan kayu juga didukung oleh permintaan yang tinggi akan kayu tropis di pasaran yang dikenal memiliki kualitas yang baik. Eksploitasi hutan untuk diambil kayunya, salah satunya dilakukan pada hutan alam melalui badan usaha milik swasta (BUMS) yang memiliki Ijin
2 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Sebesar 5,25 juta m 3 dihasilkan dari kegiatan IUPHHK selama tahun 2010 dan jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya (Anonim, 2011). Besarnya eksploitasi yang dilakukan terhadap sumberdaya hutan (terutama kayu) menyebabkan terganggunya fungsi ekosistem hutan salah satunya adalah fungsi hutan dalam pengendalian daur hidrologi. Hutan berperan penting dalam pengendalian daur hidrologi. Dalam daur hidrologi, hutan melalui pepohonannya antara lain berperan dalam proses intersepsi tajuk. Intersepsi tajuk adalah proses dimana air hujan tersimpan sementara pada tajuk vegetasi, air hujan yang tersimpan itu dapat menguap ke atmosfer atau pada akhirnya jatuh kepermukaan tanah (Maidment, 1992). Proses intersepsi tajuk menjadi penting dalam daur hidrologi karena adanya intersepsi tajuk tersebut memodifikasikan neraca air, menaikkan kehilangan penguapan total (evaporization), dan mengurangi aliran sungai (Lee, 1980). Selain itu, intersepsi tajuk merupakan proses yang pertama dalam urutan proses hidrologi di permukaan tanah dan proses ini merupakan komponen penting dalam keseimbangan air permukaan (Wang, 2007). Curah hujan yang tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun membuat intersepsi tajuk menjadi penting pada kawasan hutan hujan tropis, terutama pada kawasan hutan hujan tropis yang dijadikan areal konsesi hutan, misalnya penebangan hutan. PT.Narkata Rimba merupakan salah perusahaan yang memiliki ijin pemanfaatan hasil hutan selama 45 tahun berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.278/Menhut-II/2008. Dalam kegiatan eksploitasi yang dilakukan akan
3 menyebabkan perubahan pada struktur tajuk di hutan hujan tropis. Hal ini dikarenakan sistem pemanenan yang digunakan adalah Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sehingga akan menghilangkan tajuk-tajuk pohon dominan seperti yang diterapkan pada konsesi hutan PT.Narkata Rimba Kalimantan Timur. Berubahnya struktur tajuk tersebut akan berpengaruh pada proses intersepsi tajuk dan daur hidrologi pada kawasan yang bersangkutan. PT. Narkata Rimba sendiri sebagai pemilik IUPHHK perlu mengetahui dampak pengelolaan hutan dan pengaruhnya terhadap intersepsi tajuk dan daur hidrologi di kawasan hutan yang dikelola. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian tahun 1998, pemanenan hutan dengan sistem TPTI di Kalimantan Tengah telah menurunkan intersepsi dari 11% di hutan tidak terganggu menjadi 6 % dari curah hujan total di daerah tebangan (Asdak, 2010). Adanya eksploitasi hutan ditambah dengan curah hujun yang tinggi dan lokasi perusahaan berada di daerah hulu membuat intersepsi menjadi penting dalam daur hidrologi suatu ekosistem hutan hujan tropis, sehingga perlu diketahui hubungan antara tebal hujan dengan intersepsi tajuk pada areal bekas tebangan dan areal tegakan benih.
4 1.2. Permasalahan Permintaan akan kayu tropis meningkat setiap tahunnya sebesar ± 0,732 m 3 per tahun dan eksploitasi hutan menyebabkan berubahnya kemampuan hutan dalam pengendalian daur hidrologi. Curah hujan tahunan yang cukup tinggi di areal kerja PT.Narkata Rimba mencapai 2.764,46 mm berdasarkan hasil Laporan Monitoring Curah Hujan PT. Narkata Rimba Tahun 2011 membuat perlunya diketahui besarnya intersepsi tajuk pada areal yang tidak dimanfaatkan secara langsung kayunya dan pada areal yang diproduksi serta mengetahui hubungan tebal hujan dengan intersepsi pada kedua lokasi tersebut. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini mempunyai tujuan : 1. Mengetahui besarnya intersepsi tajuk rata-rata pada areal tegakan benih. 2. Mengetahui besarnya intersepsi tajuk rata-rata pada areal bekas tebangan. 3. Mengetahui hubungan tebal hujan dengan intersepsi tajuk pada areal tegakan benih. 4. Mengetahui hubungan tebal hujan dengan intersepsi tajuk pada areal bekas tebangan.
5 1.4. Manfaat Penelitian Memberikan informasi hasil penelitian kepada PT.Narkata Rimba, yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan proses eksploitasi hasil hutan (kayu).