SURAT PERNYATAAN. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Probolinggo, April 2017 WALIKOTA PROBOLINGGO HJ. RUKMINI, SH, M.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DIKPLH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Daftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

BAB II PERENCANAAN KINERJA

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ISU STRATEGIS

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2009

LKj Provinsi Lampung Tahun 2015 DAFTAR TABEL. xiii. Hal DAFTAR TABEL

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Transkripsi:

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda-tangan di bawah ini : Nama : Hj. Rukmini, SH, M.Si Jabatan : Walikota Probolinggo Alamat Kantor : Kantor Pemerintah Kota Probolinggo Jl. Panglima Sudirman No. 19 Kota Probolinggo Selaku Pembina atas kegiatan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo, dengan ini menyatakan bahwa : 1. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo telah disusun dengan benar dan melibatkan tim dari berbagai unsur sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 188.45/191/KEP/425.012/2017 Tentang Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo. 2. Penetapan Isu Prioritas Daerah Kota Probolinggo dirumuskan dengan melibatkan pemangku kepentingan di daerah. 3. Pemerintah Kota Probolinggo tetap melakukan pengelolaan terhadap isu prioritas daerah. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Probolinggo, April 2017 WALIKOTA PROBOLINGGO HJ. RUKMINI, SH, M.SI

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Laporan Dokumen Infomasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan Pedoman Umum Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten/ Kota yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Penyusunan laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 terbagi dalam 2 (dua) buku yaitu Buku I dan Buku II. Buku I Adalah buku yang menyajikan ringkasan eksekutif dari informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah yang berisikan isu prioritas serta inisiatifinisiatif yang telah dilakukan oleh Walikota Probolinggo dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Buku II memuat kerangka laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah didasarkan kepada konsep hubungan sebab akibat dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan (pressure) dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan baik secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program maupun kegiatan (respon). Sehingga laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo ini diharapkan dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah, serta membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam mengelola lingkungan hidup dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di Kota Probolinggo.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap badan/ dinas /instansi /bagian dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan laporan ini, tidak hanya dalam hal penyediaan data dan informasi tapi juga dalam penyempurnaan isi laporan sehingga pada akhirnya Buku Laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 ini dapat memenuhi fungsinya seperti sebagaimana mestinya. WALIKOTA PROBOLINGGO HJ. RUKMINI, SH, M.SI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Gambaran Umum Kota Probolinggo... I-3 1.2.1 Kondisi Geografis... I-4 1.2.2 Geologi dan Jenis Tanah... I-5 1.2.3 Topografi... I-6 1.2.4 Kemampuan Tanah... I-6 1.2.5 Demografi, Sosial, Ekonomi... I-7 1.2.6 Visi dan Misi Pembangunan Kota Probolinggo... I-10 1.3 Perumusan Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah... I-14 1.4 Maksud dan Tujuan... I-15 1.4.1 Tujuan... I-16 1.4.2 Manfaat... I-17 1.5 Ruang Lingkup... I-17 BAB II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH... II-1 2.1 Isu Lingkungan Hidup... II-1 2.1.1 Pencemaran Air... II-2 2.1.2 Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan... II-5 2.1.3 Pengelolaan Persampahan... II-10 2.2 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup... II-12 2.2.1 Indeks Pencemaran Air... II-13 2.2.2 Indeks Tutupan Vegetasi... II-14 2.2.3 Indeks Pencemaran Udara... II-15 i

BAB III ANALISIS PRESSURE, STATE DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH... III-1 3.1 Analisa S-P-R... III-1 3.1.1 Pencemaran Kualitas Air Sungai... III-1 3.1.2 Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan... III-7 3.1.3 Pengelolaan Persampahan... III-10 3.2 Analisa S-P-R Berbagai Sektor... III-13 3.2.1 Tataguna Lahan... III-13 3.2.1.1 Penggunaan Lahan... III-22 3.2.1.2 Luas Kawasan Lindung... III-24 3.2.1.3 Evaluasi Kerusakan Tanah... III-27 3.2.1.4 Realisasi Penghijauan... III-29 3.2.1.5 Kegiatan Reboisasi... III-33 3.2.1.6 Laut, Pesisir dan Pantai... III-34 3.2.1.7 Mangrove... III-34 3.2.1.8 Padang Lamun... III-36 3.2.1.9 Ekosistem Terumbu Karang... III-36 3.2.1.10 Sumberdaya Ekosistem Daratan... III-37 3.2.2 Kualitas Air... III-38 3.2.2.1 Air Sungai... III-38 3.2.2.2 Sumber Air Minum... III-44 3.2.2.3 Kualitas Air Laut... III-49 3.2.2.4 Iklim... III-50 3.2.3 Kualitas Udara... III-52 3.2.3.1 Kualitas Udara Ambien... III-56 3.2.4 Resiko Bencana... III-57 3.2.5 Perkotaan... III-59 3.2.5.1 Kependudukan... III-59 3.2.5.2 Sanitasi... III-64 3.2.5.3 Kesehatan... III-66 ii

3.2.5.4 Persampahan... III-69 3.2.5.5 Permukiman... III-71 3.2.5.6 Industri... III-73 3.2.5.7 Pertambangan... III-75 3.2.5.8 Energi... III-75 3.2.5.9 Transportasi... III-77 3.2.5.10 Pariwisata... III-79 3.2.5.11 Limbah B3... III-81 3.2.5.12 Upaya Pengelolaan Lingkungan... III-84 3.2.5.13 Dokumen Izin Lingkungan... III-90 3.2.5.14 Pengawasan Ijin Lingkungan... III-93 3.2.5.15 Penegakan Hukum... III-95 3.2.5.16 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup... III-98 3.2.5.17 Peran Serta Masyarakat... III-98 3.2.5.18 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup... III-103 3.2.5.19 Kelembagaan... III-104 3.2.5.20 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... III-105 BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP... IV-1 4.1 Inovasi... IV-1 4.1.1 Peran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)... IV-2 4.1.2 Inovasi di Berbagai Sektor... IV-4 4.1.3 Pengendalian Sumberdaya Air... IV-14 4.1.4 Pengendalian Sumberdaya Udara... IV-14 4.1.5 Pengendalian Sumberdaya Lingkungan Pesisir... IV-20 BAB V PENUTUP 5.1 Inovasi... V-1 iii

DAFTAR ISI TABEL BAB I PENDAHULUAN Hal BAB II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel 2.1 Inventarisasi Sungai... II-3 Tabel 2.2 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB Kota Probolinggo... II-9 Tabel 2.3 Perhitungan Indeks Tutupan Vegetasi... II-15 Tabel 2.4 Perhitungan Indeks Kualitas Udara Kota Probolinggo Tahun 2015... II-15 BAB III ANALISIS PRESSURE, STATE DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar.. III-4 Tabel 3.2 Jumlah Total Hewan Ternak di Kota Probolinggo Tahun 2016.. III-5 Tabel 3.3 Timbulan Sampah Kota Probolinggo... III-10 Tabel 3.4 Luas Lahan Kritis di DAlam dan Luar Kawasan Hutan di Kota Probolinggo... III-18 Tabel 3.5 Luas Tutupan RTH Public... III-25 Tabel 3.6 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Probolinggo... III-27 Tabel 3.7 Kondisi Sungai di Kota Probolinggo... III-39 Tabel 3.8 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kota Probolinggo... III-47 Tabel 3.9 Hasil Uji Kualitas Air Sumur... III-48 Tabel 3.10 Kualitas Air Laut Kota Probolinggo... III-49 Tabel 3.11 Curah Hujan Rata-rata Bulanan di Kota Probolinggo... III-50 Tabel 3.12 Kualitas Air Hujan di Kota Probolinggo... III-51 Tabel 3.13 Penggunaan Bahan Bakar Dari Sektor Industri... III-53 Tabel 3.14 Penggunaan Bahan Bakar Dari Sektor Transportasi... III-54 Tabel 3.15 Penggunaan Bahan Bakar Dari Sektor Rumah Tangga... III-54 iv

Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Tabel 3.21 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien di Sekitar Industri di Kota Probolinggo... III-57 Perkiraan Volume Limbah Padat Berdasarkan Sarana Transportasi di Kota Probolinggo Tahun 2016... III-78 Penghargaan Lingkungan Yang Diperoleh Kota Probolinggo Tahun 2016... III-100 Kegiatan Penyuluhan Masyarakat Kota Probolinggo Tahun 2016... III-102 Anggaran Pengelolaan Lingkungan... III-103 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Probolinggo... III-106 BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Tabel 4.1 Anggaran Pengelolaan Lingkungan... IV-3 Tabel 4.2 Potensi dan Realisasi Penerimaan Retribusi Untuk Kebersihan. IV-3 BAB V PENUTUP v

DAFTAR ISI GAMBAR BAB I PENDAHULUAN Hal Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Probolinggo... I-5 Gambar 1.2 Peta Ketinggian/ elevasi Kota Probolinggo... I-6 Gambar 1.3 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo... I-8 Gambar 1.4 Grafik PDRB Kota Probolinggo... I-9 Gambar 1.5 Grafik Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo... I-10 Gambar 1.6 Flowchart Perumusan Isu Prioritas... I-15 BAB II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Gambar 2.1 Sungai yang Tercemar oleh Kegiatan Industri di Kota Probolinggo... II-4 Gambar 2.2 Kegiatan Pengambilan Sampel Air Sungai... II-5 Gambar 2.3 Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo... II-6 Gambar 2.4 Kegiatan Pelabuhan... II-7 Gambar 2.5 Sanitary Landfiil Baru... II-11 Gambar 2.6 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2016... II-12 Gambar 2.7 Grafik Parameter untuk Perhitungan Indeks Kualitas Air... II-14 BAB III ANALISIS PRESSURE, STATE DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Gambar 3.1 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter DO... III-2 Gambar 3.2 Grafik Uji Kualitas Air Parameter BOD... III-2 Gambar 3.3 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter COD... III-3 Gambar 3.4 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter TSS... III-3 Gambar 3.5 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter Nitrit... III-4 Gambar 3.6 Pengambilan Sampel Uji Kualitas Air Sungai... III-7 Gambar 3.7 Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaaan Lahan Utama di vi

Kota Probolinggo... III-22 Gambar 3.8 Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Probolinggo Berdasarkan Fungsinya... III-22 Gambar 3.9 Grafik Luas Lahan Non Pertanian... III-23 Gambar 3.10 Grafik Luas Hutan Berdasarkan Status... III-23 Gambar 3.11 Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya... III-24 Gambar 3.12 Grafik Luas Tutupan RTH Public... III-25 Gambar 3.13 Grafik Luas Tutupan RTH Public Yang Sesuai Dengan Luas Tutupan Vegetasi... III-26 Gambar 3.14 Kegiatan Penanaman Pohon di Kota Probolinggo... III-30 Gambar 3.15 Grafik Perbandingan Realisasi Penghijauan 2013-2016... III-31 Gambar 3.16 Kegiatan Penanaman Pohon Yang Melibatkan Masyarakat, Kodim dan Sekolah... III-32 Gambar 3.17 Mangrove di Wilayah Pesisir Kota Probolinggo... III-35 Gambar 3.18 Sungai Legundi di Kota Probolinggo... III-40 Gambar 3.19 Kegiatan Pengambilan Sampel Air Sungai... III-40 Gambar 3.20 Grafik Hasil TSS Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo... III-41 Gambar 3.21 Grafik Hasil DO Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo... III-42 Gambar 3.22 Hasil BOD Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo... III-43 Gambar 3.23 Hasil COD Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo... III-44 Gambar 3.24 Sumber Mata Air Jalil Kota Probolinggo... III-45 Gambar 3.25 Grafik Hail Analisa Beberapa Parameter Kualitas Sumber Mata Air di Kota Probolinggo... III-45 Gambar 3.26 Grafik Hasil Analisa Parameter Detergen Kualitas Sumber Mata Air di Kota Probolinggo... III-46 Gambar 3.27 Peta Sumber Mata Air di Kota Probolinggo... III-46 Gambar 3.28 Grafik Rumah Tangga dan Sumber Air Minum... III-48 Gambar 3.29 Peta Curah Hujan Kota Probolinggo... III-51 Gambar 3.30 Grafik Suhu Rata-Rata Bulanan... III-52 vii

Gambar 3.31 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor Tahun 2016... III-55 Gambar 3.32 Grafik Hasil Uji Kualitas Udara di Kota Probolinggo... III-56 Gambar 3.33 Pengambilan Sampel Udara Ambien... III-56 Gambar 3.34 Grafik Total Area Terendam di Kota Probolinggo... III-58 Gambar 3.35 Kegiatan Pembersihan Sungai Kedunggaleng... III-58 Gambar 3.36 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 2013-2015... III-61 Gambar 3.37 Grafik Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Penduduk Menurut Kecamatan... III-62 Gambar 3.38 Grafik Persebaran Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2016... III-63 Gambar 3.39 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2016... III-64 Gambar 3.40 Grafik Rumah Tangga dan FAsilitas Tempat Buangan Air Besar Tahun 2016... III-65 Gambar 3.41 Grafik Jenis Penyakit Utama Yang Didertita Penduduk Tahun 2016... III-68 Gambar 3.42 Grafik Perkiraan Timbulan Sampah Perhari... III-70 Gambar 3.43 Sel TPA Bestari Kota Probolinggo... III-70 Gambar 3.44 Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin Kota Probolinggo Tahun 2016... III-72 Gambar 3.45 Grafik Jumlah Kendaraan Menurut Bahan Bakar yang digunakan... III-75 Gambar 3.46 Digester Biogas Limbah Tahu... III-76 Gambar 3.47 Grafik Konsumsi Pemakaian Bahan Bakar... III-77 Gambar 3.48 Grafik Volume Limbah Padat dari Sektor Pariwisata... III-81 Gambar 3.49 Grafik Perbandingan Jumlah Perusahaan yang Mendapat Izin Pengelolaan Limbah B3... III-84 Gambar 3.50 Kegiatan Pemerintah Kota Probolinggo Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Lingkungan Tahun 2016... III-86 Gambar 3.51 Instalasi Biogas Limbah Tahu Sumber Baru... III-87 Gambar 3.52 Biogas Limbah Tahu Sumber Baru... III-88 Gambar 3.53 Jumlah Kavling Taman Tahun 2006 samp Tahun 2014... III-89 viii

Gambar 3.54 Grafik Jumlah Dokumen Lingkungan Tahun 2016... III-92 Gambar 3.55 Grafik Perbandingan Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan (SPPL,UKL-UPL,Amdal) dari TAhun 2011 sampai dengan Tahun 2016... III-93 Gambar 3.56 Kegiatan Pengawasan di Industri Tekstil dan Pengolahan Ikan.. III-94 Gambar 3.57 Pengaduan Pencemaran Sungai Oleh Kegiatan Industri Tahu... III-95 Gambar 3.58 Grafik Perbandingan Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan... III-97 Gambar 3.59 Grafik Perbandingan Jumlah Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan... III-98 Gambar 3.60 Grafik Jumlah Personil BLH Menurut Tingkat Pendidikan... III-105 Gambar 3.61 Grafik Peranan PDRB atas Harga Konstan Dari Berbagai Sektor... III-105 BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Gambar 4.1 Aktivitas Bank Sampah di Kota Probolinggo... IV-8 Gambar 4.2 Walikota Probolinggo dengan Dinas Pertanian menginiasiasi Program Gerakan Masyarakat Tanam Cabe... IV-9 Gambar 4.3 Taman Wisata Mangrove dan Taman Wisata Studi Lingkungan... IV-10 Gambar 4.4 Penanaman Pohon yang Dilakukan oleh Sekretaris Daerah Kota Probolinggo dan Kepala DLH... IV-11 Gambar 4.5 Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan yang dilakukan BLH Kota Probolinggo... IV-13 Gambar 4.6 Instalasi Pengolahan Limbah Tahu di Kota Probolinggo... IV-16 Gambar 4.7 Sosialisasi Perubahan Iklim Kota Probolinggo... IV-19 Gambar 4.8 Uji Kualitas Udara Ambien di Pemukiman Warga... IV-19 BAB V PENUTUP ix

DAFTAR LAMPIRAN Peta Kota Probolinggo SK Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Biodata Penyusun Tabel 1. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya di Kota Probolinggo Tabel 1A. Luas Tutupan RTH Public Tabel 1B. Luas Tutupan RTH Public dan Makam sesuai dengan Luas Tutupan Vegetasi Tahun 2016 Tabel 1C. Luas Tutupan RTH Public Jenis Taman Kota Tabel 1D. Luas Tutupan RTH Jenis Jalur Hijau Tabel 1E. Luas Tutupan RTH Jenis Makam Tabel 1F. Indeks Luas Tutupan Vegetasi Tabel 1G. Perbandingan Indeks Luas Tutupan Vegetasi Tahun 2014-2016 Tabel 1 H. Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Tahun 2015 Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel 2A. Jumlah Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kota Probolinggo Tahun 2016 Tabel 2B. Perubahan Lahan dari Sawah ke Non Pertanian Per Kecamatan... Tabel 2C. Peruntukan Luas Lahan Non Pertanian Tabel 2D. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun 2015 Tabel 2E. Perbandingan Luas Lahan Non Pertanian Tahun 2014-2016... Tabel 3. Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tabel 3A. Jumlah Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status di Kota Probolinggo x

Tabel 3B. Luas Kawsan Hutan Kota Menurut Kecamatan Tabel 3C. Perbandingan Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/status Tahun 2013-2016 Tabel 3D. Lokasi dan Luas Hutan Kota Sesuai dengan SK dari Dinas Pertanian Kota Probolinggo Tabel 4. Luas Lahan Kritis di Dalam Luar Kawasan Hutan Tabel 4A. Total Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di Kota Probolinggo Tabel 4B. Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2013-2016 Tabel 5. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air... Tabel 6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Tabel 6A. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Menurut Parameter Ketebalan Solum Tabel 6B. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Menurut Parameter Porositas Total Tabel 6C. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Menurut Parameter Derajat Pelulusan Air Tabel 6D. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Menurut Parameter Jumlah Mikroba Tabel 6E. Evaluasi Kerusakan Tanah Tahun 2015 Tabel 7. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Tabel 8. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Tabel 8A. Jumlah Vegetasi Mangrove Tabel 8B. Struktur Vegetasi Mangrove Tabel 8C. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Tabel 8D. Perbandingan Struktur Vegetasi Mangrove Tabel 8E. Struktur Vegetasi Mangrove Tahun 2015 Tabel 8F. Struktur Vegetasi Mangrove Tahun 2014 Tabel 9. Luas dan Kerusakan Padang Lamun Tabel 10. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang xi

Tabel 10A. Luasan dan Jenis Terumbu Karang Tabel 10B. Perbandingan Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang Tahun 2013 2016 Tabel 10C. Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Tahun 2013-2016 Tabel 10D. Perbandingan Luasan dan Jenis Terumbu Karang Tahun 2013-2016 Tabel 11. Luas Perubahan Penggunaan Lahan Tabel 11A. Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Probolinggo Tabel 11B. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian untuk Pemukiman Per Kecamatan Tabel 11C. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian untuk Jasa Tabel 11D. Perbandingan Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Tahun 2013-2016 Tabel 12. Jenis Pemanfaatan Lahan Tabel 12A. Total Luas Pemanfaatan Lahan di Kota Probolinggo Tabel 13. Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tabel 14. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi Tabel 14A. Jumlah Realisasi Kegiatan Penghijauan Tabel 14B. Kegiatan Penanaman Pohon oleh instansi dan masyarakat Tabel 14C. Realisasi Kegiatan Penghijauan oleh Pertanian Tabel 14D. Perbandingan Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi Thn 2013-2016 Tabel 15. Kondisi Sungai Tabel 15A. Inventarisasi Sungai dan Pemanfaatannya Tabel 15B. Daftar Saluran Wilayah Kota Probolinggo Tabel 15C. Daftar Saluran Wilayah Kota Probolinggo Tabel 16. Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung Tabel 16A. Inventarisasi Sumber Mata Air Tabel 17. Kualitas Air Sungai xii

Tabel 17A. Perhitungan Nilai Indeks Pencemaran bagi Peruntukan (PIj) dan Status Mutu Air di Kota Probolinggo Tabel 17B. Perhitungan Nilai Indeks Pencemaran Air di Kota Probolinggo Tabel 17C. Perbandingan Perhitungan Nilai Indeks Pencemaran Air di Kota Probolinggo Tabel 17D. Kualitas Air Sungai Tahun 2015 Tabel 17E. Kualitas Air Sungai Tahun 2014 Tabel 18. Kualitas Air Danau/Situ/Embung Tabel 18A. Kualitas Sumber Mata Air di Kota Probolinggo Tabel 18B. Kualitas Sumber Mata Air di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 19. Kualitas Air Sumur Tabel 19A. Kualitas Air Bersih PDAM Kota Problinggo Tabel 19B. Kualitas Air Sumur di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 19C. Kualitas Air Sumur Berdasarkan Titik Koordinat di Kota Probolinggo Tahun 2014 Tabel 20. Kualitas Air Laut Tabel 20A. Kualitas Air Laut pada Kawasan Biota Laut di Kota Probolinggo Tabel 20B. Kualitas Air Laut pada Kawasan Pariwisata di Kota Probolinggo Tabel 20C. Kualitas Air Laut Berdasarkan Perairan Biota, Laut, Mangrove Tabel 20D. Kualitas Air Laut Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 21. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tabel 21A. Jumlah Curah Hujan Rata-Rata pada lokasi Stasiun Tabel 21B. Jumlah Hari Hujan Bulanan Tabel 21C. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tahun 2015 Tabel 21D. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tahun 2014 Tabel 21E. Jumlah Hari Hujan Bulanan Tahun 2015 xiii

Tabel 22. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tabel 22A. Jumlah Total Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tabel 22B. Jumlah Rumah Tangga Pengguna PDAM Tabel 22C. Persen Pelayanan PDAM Menurut Kecamatan Tabel 22D. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tahun 2013-2016 Tabel 22E. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum dari PDAM Tabel 22F. Perbandingan Persen Pelayanan PDAM Menurut Kecamatan... Tabel 23. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar... Tabel 23-A. Volume Tinja yang masuk ke IPLT di Kota Probolinggo Tabel 23-B. Klasifikasi pelanggan yang menggunakan jasa sedot Tinja di Kota Probolinggo Tabel 23C. Jumlah Ipal Komunal dan Kapasitasnya Tabel 23-D. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2015 Tabel 23E. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2014 Tabel 24. Jumlah Penduduk Laki - laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan Tabel 24A. Jumlah Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan secara Keseluruhan Tabel 24-B. Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Tabel 24-C Jumlah Total Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan Tabel 25. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Tabel 25-A. Jenis Penyakit Utama Rawat Inap di RSUD Moch. Saleh Tabel 25-B. Jenis Penyakit Utama Rawat Jalan di RSUD Moch. Saleh Tabel 25-C. Penderita yang terdaftar di tempat pelayanan kesehatan xiv

Tabel 25-D. Perbandingan Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Tahun 2013-2016 di Kota Probolinggo Tabel 25-E. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di RSUD Moch Saleh Tabel 25-F Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RSUD Moch Saleh Tabel 26. Jumlah Rumah Tangga Miskin Tabel-26 A. Total Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Probolinggo Tabel-26 B. Jumlah Jiwa Rumah Tangga Miskin Perkecamatan di Kota Probolinggo Tabel-26-C. Jumlah Rumah Tangga Miskin tiap kelurahan di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 26D. Lokasi Perumahan Kumuh dan Perukiman Kumuh Tahun 2015 Tabel 26E. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Tiap Kelurahan Berdasarkan Kategori Tahun 2015 Tabel 26F. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin Tahun 2014-2016 Tabel 26G. Jumlah Rumah Tidak layak Huni per Kecamatan Tabel 27. Volume Limbah Padat dan Cair Berdasarkan Sumber Pencemaran Tabel 27A. Industri Kimia Dasar Tabel 27B. Industri Kecil Tabel 27C. Aneka Industri Tabel 27D. Jumlah Jenis Industri/Kegiatan Usaha Tahun 2015 Tabel 27E Hasil Uji Laboratorium industri besar, menengah dan kecil di Kota Probolinggo Tabel 27F. Perkiraan Volume Limbah Padat berdasarkan Panjang Jalan Tabel 27G. Perkiraan Jumlah Limbah Padat berdasarkan Lokasi Taman Kota dan Luas Kawasan di Kota Probolinggo Tabel 27H. Perbandingan Perkiraan Jumlah Limbah Padat berdasarkan Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung, dan Luas xv

Kawasan di Kota Probolinggo Tabel 27I. Perkiraan Limbah padat berdasarkan Sarana Hotel/Penginapan di Kota Probolinggo Tabel 27J. Perkiraan beban Limbah padat dan cair berdasarkan Sarana Hotel/Penginapan Tahun 2015 Tabel 27-K. Jumlah Rumah Kompos/TPST di Kota Probolinggo Tabel 28. Suhu Udara Rata - rata Bulanan Tabel 28-A. Perbandingan Suhu Udara Rata-Rata Bulanan tahun 2013-2016 di Kota Probolinggo Tabel 29. Kualitas Air Hujan Tabel-29A. Perbandingan Kualitas Air Hujan menurut Derajat Keasaman(Ph) di Kota Probolinggo Tabel -29B. Kualitas Air Hujan menurut Derajat Kesadahan air di Kota Probolinggo Tabel 29 C. Kualitas Air Hujan di Kota Probolinggo Tabel 30. Kualitas Udara Ambien Tabel 30-A. Perhitungan Indeks Kualitas Udara di Kota Probolinggo Tabel 30-B. Kualitas Udara Emisi Cerobong Industri di Kota Probolinggo Tabel 30-C. Kualitas Udara Lingkungan Kerja di Kota Probolinggo Tabel 30-D. Perbandingan Perhitungan Indeks Kualitas Udara th. 2014-2016 di Kota Probolinggo Tabel 31. Penggunaan Bahan Bakar Tabel 31A Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Konsumsi Bahan Bakar untuk Sektor Rumah Tangga Tabel 31B. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar untuk keperluan Rumah Tangga Tahun 2013-2015 Tabel 31C. Biogas untuk Rumah Tangga dari Dinas Pertanian dan BLH di Kota Probolinggo Tabel 31D. Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Konsumsi Energi Menurut Sektor Industri di Kota Probolinggo xvi

Tabel 31E. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Sektor Industri menurut Jenis Bahan Bakar Tabel 31F. Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar yang digunakan untuk Angkutan Air Tabel 31G. Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Konsumsi Energi Menurut Sektor Transportasi Air (Pelayaran) Tabel 31H. Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Konsumsi Energi Menurut Sektor Transportasi Darat Tabel 31I. Perbandingan Jumlah Kendaraan menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang digunakan Tahun 2015-2016 Tabel 31J. Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Penjualan BBM oleh SPBU Tabel 32. Penjualan Kendaraan Bermotor Tabel 32A. Total Penjualan Kendaraan Bermotor di Kota Probolinggo Tabel 33. Perubahan Penambahan Ruas Jalan Tabel 33 A. Panjang Jalan Menurut Keadaan Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kota Probolinggo Tabel 33 B. Panjang Jalan Menurut Keadaan Kondisi Jalan dan Status Jalan di Kota Probolinggo Tabel 34. Dokumen Izin Lingkungan Tabel 34A. Dokumen Izin Lingkungan di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 34 B. Dokumen Izin Lingkungan di Kota Probolinggo Tahun 2014 Tabel 34C. Perbandingan Jumlah Dokumen Izin Lingkungan di Kota Probolinggo Tabel 35. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 Tabel35-A. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 Tahun 2015 Tabel 35-B. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 di Kota Probolinggo TAhun 2014 Tabel 36. Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) xvii

Tabel 36 A. Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) tahun 2015 Tabel 36 B. Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) Tahun 2014 Tabel 37. Bencana Banjir, Korban dan Kerugian Tabel 37 A. Rekapitulasi kejadian bencana banjir Kota Probolinggo dan Upaya Penanganannya di Kota Probolinggo Tabel 37 B. Luasan wilayah rawan banjir di Kota Probolinggo Tabel 37 C. Luas wilayah rawan rob per kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 37 D. Luas wilayah Rawan Rob per Kecamatan di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 37E. Luasan wilayah Rawan Banjir per Kecamatan Di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 38. Bencana Kekeringan, Luas dan Kerugian Tabel 39. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas dan Kerugian Tabel 40. Bencana Alam, Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian Tabel 41. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tabel 41 A. Total Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 41-B. Banyaknya Kelahiran dan Kematian Menurut Kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 41-C. Banyaknya Perpindahan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 41-D. Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Menurut Kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 41-E. Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Kota Probolinggo Tabel 41-F. Perbandingan Jumlah Penduduk 2013-2016 Penduduk xviii

menurut Kecamatan di Kota Probolinggo Tabel 42. Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari Tabel 42 A. Jumlah Sampah yang masuk ke TPA di Kota Probolinggo Tabel 42-B. Rata-rata Jumlah Armada yang masuk ke TPA tiap Bulan Tabel 42-C. Persen Pelayanan Pengambilan Sampah di Kota Probolinggo Tabel 42-D. Rekapitulasi Data Sampah Yang Masuk UPT PSL dan Unit Pengolahan Sampah Pasar Terpadu Ungup-Ungup Tabel 43. Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi Tabel 43 A. Kegiatan Penanaman Pohon oleh instansi dan masyarakat di Kota Probolinggo Tabel 44. Status Pengaduan Masyarakat Tabel 44 A. Status Pengaduan Masyarakat melalui Radio Suara Kota di Kota Probolinggo Tabel 44 B. Status Pengaduan Masyarakat di Kota Probolinggo Tabel 45. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup Tabel 45 A. Jumlah Organisasi Masyarakat yang Bermitra dengan Badan Lingkungan Hidup Tabel 45 B. Jumlah Kelompok Masyarakat (Pokmas) Lingkungan Hidup di Kota Probolinggo Tabel 45 C. Jumlah Bank Sampah di Kota Probolinggo Tabel 45- D. Jumlah Kelompok Kerja Mangrove di Kota Probolinggo Tabel 46. Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Tabel 46-A. Penerima Penghargaan dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup pada Lomba Motivator di Kota Probolinggo Tabel 46-B. Penerima Penghargaan dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup pada Lomba Cerdas Cermat Tabel 46-C. Penerima Penghargaan dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup pada Lomba Musik Akustik xix

Tabel 46-D. Penerima Penghargaan dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup pada Lomba Fashion Show Daur Ulang Tabel 46-E. Penerima Penghargaan dalam Rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup pada Lomba Eco Mapping Village Tabel 47. Kegiatan/Program yang Diinisiasi Masyarakat Tabel 47-A. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup pada UPT. Pengolahan Sampah dan Limbah Tabel 47 B. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 48. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 48A. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2015 di Kota Probolinggo Tabel 48B. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2014 di Kota Probolinggo Tabel 49. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 49A. Capaian, Target dan Rencana Pembiayaan SPM Lingkungan Hidup Tabel 49B. Profil Pelayanan Dasar Bidang Lingkungan Hidup Berdasarkan Permen LH No.20 Tahun 2008 Di Kota Probolinggo Tabel 49-C. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2015 Tabel 49 D. Capaian, Target dan Rencana Pembiayaan SPM Lingkungan Hidup Tahun 2015 Tabel 49-E. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2014 Tabel 50. Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 50 A. Jumlah Karyawan Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tabel 50 B. Total Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015 xx

Tabel 51. Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang Telah Mengikuti Diklat Tabel 51 A. Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang telah mengikuti Diklat di Kota Probolinggo Tahun 2015 Tabel 51 B. Jumlah Staf Fungsional Lain Pada BLH Kota Probolinggo Tabel 52. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 52 A. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tabel 52 B. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen) Tabel 53. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tabel 53 A. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tabel 53 B. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen) xxi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi kita dan kebanyakan orang lain masih beranggapan bahwa data hanyalah sesuatu yang mungkin merepotkan untuk mengelola dan mendapatkannya. Akan tetapi pada kenyataannya data adalah modal utama keberhasilan perencanaan sebuah pekerjaan, baik yang berada di swasta maupun instansi pemerintah/birokrasi. Data boleh disebut sebagai tongkat pemandu untuk menentukan arah dalam melaksanakan roda suatu pekerjaan. Namun bagi instansi (pegawai) data kadang dianggap sebagai sesuatu yang asing dan tidak menjadi prioritas, bahkan tak terpikirkan sama sekali. Padahal dengan data, kita bisa memprediksi, mengkalkulasi dan sampai bisa menguasai apapun yang kita rencanakan. Tentu dengan asumsi bahwa strategi kita tepat dengan sasaran penggunaannya. Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Perpaduan antara orang, fasilitas, teknologi media, prosedur dan pengendalian yang bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang tepat, disebut dengan sistem informasi. Data memiliki fungsi yang sangat penting bagi kinerja dan kelancaran kerja suatu instansi pemerintah. Instansi Pemerintah membutuhkan penyusunan data yang baik agar dapat membantu para pimpinan/pengambil kebijakan dalam menyusun rencana kegiatan I-1

dan mengambil sebuah keputusan. Data yang baik dapat disusun dalam sebuah database(basis data). Database memiliki arti penting dalam instansi agar dapat mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa tugas dan fungsi setiap instansi pemerintah dalam rangka pencapaian rencana strategisnya. Dalam pengelolaan lingkungan hidup pun dibutuhkan data-data yang akurat, valid, reliable dan up to date sebagai dasar penyusunan kebijakan dan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik, Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo setiap tahun telah menyusun laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengeloaan Lingkungan Hidup Daerah atau yang selama ini lebih dikenal dengan dokumen SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) yang berisikan tentang diskripsi, analisis dan presentasi informasi ilmiah mengenai kondisi, kecenderungan dan pengaruh signifikan lingkungan yang optimum, status keberlanjutan ekosistem, pengaruh pada kegiatan manusia, serta pada kesehatan dan kesejahteraan sosial ekonomi yang terjadi di Kota Probolinggo. Pelaporan status lingkungan hidup merupakan sarana penyediaan data dan informasi lingkungan dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah, dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan. Diharapkan laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengeloaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo ini nantinya mampu mendokumentasikan perubahan/ kecenderungan kondisi laingkungan dan juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis bagi pembangunan ekonomi di Kota Probolinggo. I-2

1.2 GAMBARAN UMUM KOTA PROBOLINGGO Probolinggo berasal dari sejarah cerita kuno, yang berawal pada zaman dahulu kala terdapat sebuah meteor atau benda bercahaya yang jatuh dari langit. Karena hal itu tempat ini di jadikan untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan. Arti kata Probolinggo adalah Probo dalam bahasa sansekerta berarti sinar, sedangkan Lingga (Linggo) berarti tanda, dalam hal ini tanda perdamaian. Dapat juga diartikan asli atau sederhana seperti perwujudan seluruh lambang yang sederhana. Motto Kota Probolinggo yaitu BESTARI (Bersih, Sehat, Tertib, Rapi, dan Indah), yang juga dikenal dengan julukan Kota Seribu Taman dengan taman-taman yang berada di sepanjang kanan-kiri jalan raya sehingga Kota Probolinggo terasa sejuk dan asri. Selain itu kota Probolinngo juga dikenal sebagai Kota Bayuangga yaitu kota dengan khas angin (Bayu), Anggur dan Mangga. Secara Astronomis letak Kota Probolinggo berada pada 7º 43 41 sampai dengan 7º 49 04 Lintang Selatan dan 113º 10 sampai dengan 113º 15 Bujur Timur. Kota Probolinggo merupakan salah satu kota dari 38 Kota/Kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Timur, yang terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa. Budaya Pendalungan mewakili akulturasi sosial dan budaya etnis Jawa, Madura, Tionghoa dan Arab serta merupakan suatu kearifan lokal, religiusitas, toleransi serta karakter kerja keras dan dinamis. Budaya Pendalungan ini menjadi kekuatan social-ekonomi bagi percepatan pembangunan di Kota Probolinggo. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan I-3

ditinjau dari suku, sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi). Selain itu perpaduan masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan dengan gotong royong, dan adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur religius. Hal ini dapat dipandang sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi modal dalam peningkatan sumber daya manusia, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang handal dan berkembang mudah tanggap terhadap kemajuan. Lebih dari itu potensi-potensi yang ada menjadikan ketahanan sosial masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring kemungkinan adanya pengaruh budaya luar yang negatif. Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat ialah lahirnya seni budaya khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa. Hal ni selain memperkuat budaya masyarakat juga bisa menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk wisata maupun industri. Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota): Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya. Sumber daya alam yang terdapat di Kota Probolinggo sangat terbatas sekali. Kota Probolinggo tidak memiliki defisit sumber daya alam yang dapat dieksploitasi. Di samping miskin kandungan bahan tambang, Kota Probolinggo juga mempunyai lahan yang terbatas untuk dikembangkan. 1.2.1. Kondisi Geografis Luas Wilayah Kota Probolinggo sebesar 56,667 km2 terbagi menjadi 5 kecamatan dan 29 Kelurahan, yaitu Kecamatan Kademangan terdapat 6 Kelurahan dengan luas wilayah mencapai 12,754 km2 (22,51%), Kecamatan Kedopok terdapat 6 I-4

Kelurahan dan luas wilayah 13,624 km2 (24,04%), Kecamatan Wonoasih terdapat 6 Kelurahan dan luas wilayah 10,981 km2 (19,38%), Kecamatan Mayangan terdapat 5 Kelurahan dan luas 8,653 km2 (15,27%) dan Kecamatan Kanigaran dengan 6 Kelurahan dan luas wilayah mencapai 10,653 km2 (18,80%). Keberadaan Kota Probolinggo sangat strategis karena berada di daerah tapal kuda yang menghubungkan kabupaten berkembang yang ada di Jawa Timur seperti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi : 1. Sebelah Utara : Selat Madura 2. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo 3. Sebelah Selatan: Kecamatan Leces, Wonomerto, Sumberasih Kabupaten Probolinggo 4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Probolinggo 1.2.2. Geologi dan Jenis tanah Dilihat dari struktur geologi dan jenis tanah, wilayah Kota Probolinggo sebagian besar merupakan tanah jenis alluvial coklat kekelabuan yang terbentuk oleh jenis batuan tersebut pada umumnya sangat subur sehingga mempunyai potensi pertanian yang sangat tinggi. Jenis tanah lain yang terdapat di Kota Probolinggo antara lain adalah alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, regosol coklat, dan komplek grumosol hitam serta litosol dengan karakteristik tanah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. I-5

Dilihat dari formasi geologi diatas, menunjukan bahwa Kota Probolinggo merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya. Pada gambar di bawah ini disajikan peta jenis tanah di Kota Probolinggo. 1.2.3. Topografi Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai 50 meter diatas permukaan air laut. Semakin ke wilayah selatan, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun demikian seluruh wilayah Kota Probolinggo relatif berlereng (0 2%). Hal ini mengakibatkan masalah erosi tanah dan genangan cenderung terjadi di daerah ini. KLHS RDTRK 3. Gambar 1.2 Peta Ketinggian/elevasi Kota Probolinggo 1.2.4. Kemampuan Tanah Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai kedalaman efektif tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor pembatasnya. 1. Kedalaman efektif, Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah dimana perakaran tanaman masih bisa tumbuh denga baik. Kedalaman tanah di wilayah Kota Probolinggo adalah lebih dari 90 cm. I-6

2. Tekstur Tanah Tesktur tanah adalah perbandingan partikel liat, debu dan pasir yang terdapat pada suatu gumpalan tanah. Data mengenai tekstur tanah yang diperoleh adalah tekstur tanah pada kedalaman 20 cm. Tekstur tanah secara umum diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu halus, sedang dan kasar. Tekstur tanah di Kota Probolinggo terdiri dari tekstur halus dan sedang. Tanah bertekstur halus terdapat di wilayah bagian Utara, sedangkan tanah bertekstur sedang terdapat di bagian wilayah lainnya. Luas tanah bertekstur halus ialah 3.816 Ha (67,35% dari luas wilayah), sedang tanah bertekstur sedang ialah 1.849,93 Ha (32,65% luas wilayah). Tanah pertanian, tanah bertekstur sedang merupakan tanah yang paling mudah pengolahannya. 3. Drainase Drainase yang dimaksud adalah kemampuan permukaan tanah untuk merembeskan air secara alami. Keadaan drainase tanah dikelompokkan atas 3 kelas, yaitu drainase baik/tidak pernah tergenang, tergenang periodik, dan drainase tergenang terus-menerus. Sebagian besar wilayah Kota Probolinggo berdrainse cukup baik/tidak pernah tergenang. Drainase tergenang periodik terdapat di dekat pantai dan beberapa kawasan di daerah tengah. Areal persawahan dan tambak dimasukkan pada tanah berdrainase baik. Di Kota Probolinggo, hanya 52,5 Ha (0.93%) tanah berdrainase tergenang periodik dan terus-menerus. Tanah tergenang periodik tersebut diakibatkan oleh keadaan pasang surut air laut. Keadaan tanah yang sebagian besar berdrainase baik, tentunya menguntungkan dalam pengembangan fisik kota. 1.2.5. Demografi, Sosial Ekonomi Luas wilayah Kota Probolinggo keseluruhan hanya 56.667 Km 2 yang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kademangan, Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kedopok. Jumlah penduduk pada tahun 2016 mencapai 224.229 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk meningkat 1,08% dibanding dengan tahun 2015. Kepadatan rata-rata penduduk Kota Probolinggo I-7

Pertumbuhan Ekonomi DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO sebesar 4.182 jiwa/km 2, Kecamatan Mayangan merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terpadat. Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maka tantangan yang dihadapi adalah pemenuhan konsumsi, penyediaan permukiman, penambahan sarana prasarana umum dan penyediaan lapangan kerja serta makin cepatnya laju alih fungsi lahan untuk aktivitas perdagangan dan jasa.sementara disisi yang lain daya dukung lingkungan terbatas. Suatu kondisi yang menjadi tantangan pembangunan di Kota Probolinggo adalah masih adanya disparitas dari sisi ekonomi dan infrastruktur pendukung antara wilayah utara Kota Probolinggo ( Kecamatan Mayangan, Kanigaran dan Kademangan ) dengan wilayah Selatan Probolinggo ( Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kedopok ). Oleh karena itu tantangan kedepan adalah melakukan harmonisasi pembangunan sehingga disparitas ini semakin berkurang dan pembangunan disemua bidang bisa dilaksanakan secara merata disemua wilayah Pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo selama 5 tahun terakhir tidak terpaut jauh dari angka pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur dimana penyumbang terbesar adalah dari sektor perdanganan dan jasa. 6.6 6.5 6.4 6.3 6.2 6.1 6 5.9 5.8 5.7 5.6 Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo 2011-2016 5.94 6.48 6.46 5.93 5.94 2011 2012 2013 2014 2015 2016 TAHUN Pertumbuha n Ekonomi Gambar 1.3. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo I-8

9,000,000.00 8,000,000.00 7,000,000.00 6,000,000.00 5,000,000.00 4,000,000.00 3,000,000.00 2,000,000.00 1,000,000.00 0.00 PDRB KOTA PROBOLINGGO 2012-2015 8,071,958.01 7,260,608.07 6,563,967.59 5,945,742.40 PDRB Kota Probolinggo atas harga berlaku 2012 2013 2014* 2015** PDRB Kota Probolinggo atas harga konstan Gambar 1.4. Grafik PDRB Kota Probolinggo Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi dari yang tertinggi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restauran sebesar 26-28 persen setiap tahunnya, diikuti sektor angkutan & komunikasi sebesar 17-18 persen, kemudian sektor industry pengolahan 15-16 persen, dan sektor jasa sebesar 8-9 persen, selebihnya ada lima sektor yang nilainya dibawah 10 persen. Beberapa tahun terakhir sektor pertanian terus mengalami penurunan jika tahun 2011 sebesar 7,26 persen dan tahun 2015 sebesar 6,82 persen. Angka kemiskinan Kota Probolinggo pada tahun 2016 mengalami penurunan 2% atau 345 Kepala Keluarga dibandingkan dengan tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi kota telah mampu mengurangi masyarakat miskin dan diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kota Probolinggo. Dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi belum berkorelasi positif terhadapa pengurangan pencemaran air, udara dan tanah serta pelestarian keaneka ragaman hayati oleh karena itu prinsip pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan harus dipahami dan diwujudkan secara nyata oleh seluruh pemangku kepentingan di Kota Probolinggo. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM I-9

IPM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang dapat menggambarkan kualitas pembangunan suatu wilayah dengan lebih komprehensif tidak hanya dilihat dari sisi PDRB. IPM merupakan suatu pengukuran yang membandingkan indikator umur harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Indikator hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan usia harapan hidup saat kelahiran. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan komposisi pendidikan dasar, menengah Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dengan paritas daya beli ekonomi. Selama 5 tahun terakhir IPM Kota Probolinggo berada di angka tertinggi untuk wilayah Provinsi Jawa Timur bagian timur seperti tampak pada grafik dibawah ini Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo 2011-2016 78 76 74 72 70 68 66 74.65 75.44 75.94 69.52 69.56 73.51 Indeks Pembangunan Manusia 2011 2012 2013 2014 2015 2016 TAHUN Gambar 1.5. Grafik Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo 1.2.6 Visi dan Misi Pembangunan Kota Probolinggo Untuk pelaksanaan pembangunan yang terarah dan dapat mencapai tujuan diperlukan suatu kondisi dan situasi yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan serta memungkinkan dirasakannya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kondisi keamanan yang kondusif dan ketenteraman masyarakat yang terjaga I-10

merupakan situasi dan kondisi yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan di Kota Probolinggo. Kondisi yang aman dan tenteram akan terwujud apabila terdapat kesadaran kolektif dan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan telah disepakati bersama. Pembangunan oleh Kota Probolinggo bertujuan untuk menjadikan Kota yang mampu memanfatkan seoptimal mungkin sumberdaya yang dimiliki dalam rangka mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo yang sejahtera seutuhnya, mandiri dalam segala bidang kehidupan serta memiliki keunggulan daya saing (Comparative Advantage). Berdasarkan kondisi Kota Probolinggo saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki serta aspirasi masyarakat Kota Probolinggo, maka Visi pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 adalah: VISI KOTA PROBOLINGGO Terwujudnya Masyarakat Kota Probolinggo yang Aman, Demokratis, Adil dan Sejahtera MISI KOTA PROBOLINGGO 1. Mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat Kota Probolinggo untuk melestarikan ciri khas Kota Bayuangga (Angin, Anggur dan Mangga), membangun citra kota Indaditasi (Industri, Perdagangan, Pendidikan dan Transportasi), dan membudayakan motto Kota Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah) ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah tertuju pada dua fokus, yaitu memantapkan citra kota industri, perdagangan, pendidikan dan I-11

transportasi dan mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah. Kota Probolinggo akan terus dikembangkan sebagai kota industri, perdagangan dan transportasi karena posisinya yang sangat strategis dilihat dari koneksitasnya dengan kota-kota di wilayah Timur, Selatan dan Barat di Jawa Timur. Didukung juga oleh adanya fasilitas perhubungan darat dan laut yang cukup representatif. Sedangkan fokus sebagai kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah adalah bentuk kota idaman yang harus tetap diwujudkan mengiringi perkembangan kota sebagai kota metropolitan. 2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dan harmonisasi antar kelompok masyarakat ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan memantapkan harmoninasi hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Tujuan lebih lanjut dari upaya ini adalah untuk menjaga harmoni sosial didalam kelompok-kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan masyarakat. Selain itu juga mencegah kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik. 3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang ber-mutu dan terjangkau. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat penting demi peningkatan produktivitas sumber daya manusia, sebab hanya sumber daya manusia yang sehat, yang dapat beraktivitas dan mengembangkan diri. Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar sosial, yaitu hak masyarakat memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas. I-12

4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim ketenagakerjaan, dan memacu kewirausahaan; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya dan efektifitas penanggulangan kemiskinan, mewujudkan perluasan dan penciptaan lapangan kerja dan mewujudkan iklim kewirausahaan yang sehat guna menunjang pertumbuhan perekonomian kota. Serta meningkatkan upaya dan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran di wilayah perkotaan dengan menghormati, melindungi hak-hak dasar masyarakat miskin yang meliputi hak atas pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik. 5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan percepatan pembangunan infrastruktur ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan dan mempercepat perbaikan dan perluasan kapasitas infrastruktur kota. Percepatan pembangunan infrastruktur difokuskan pada upaya untuk meningkatkan dan mempercepat perbaikan infrastruktur yang rusak, terutama infrastruktur ekonomi strategis yang mampu menunjang pertumbuhan perekonomian kota, serta infrastruktur untuk melayani masyarakat miskin. Pembangunan sarana dan prasarana kota juga diharapkan mampu mendorong pengembangan kawasan distribusi dan mengurangi ketimpangan antar wilayah kota. 6. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah menciptakan keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup. Dengan menciptakan keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup, mencengah terjadinya atau I-13

berlanjutnya pencemaran lingkungan melalui media air, udara maupun tanah, serta mendorong pengembangan industri kecil, menengah dan besar yang ramah lingkungan. 7. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak azasi manusia ; Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah peningkatan upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta pencegahan tindak kriminal. Melalui meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencegah kriminalitas dan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan masingmasing, meningkatkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran narkoba, dan juga mendorong peningkatan perlindungan dan pengayoman masyarakat. 8. Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik. Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah memantapkan pelaksanaan otonomi daerah dan memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi. Mewujudkan penyelenggaraan otonomi daerah yang mampu mensejahterakan rakyat dan membangun transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan publik birokrasi pemerintah yang didukung oleh profesionalisme aparatur guna mewujudkan peningkatan kinerja birokasi berbasis kompetensi. 1.3 Perumusan Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah Dalam menyusun dokumen informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup ini dilakukan dengan cara-cara: I-14

1. Melakukan pertemuan (rapat koordinasi dan FGD) dengan dinas-dinas terkait, kelompok masyarakat, perguruan tinggi, organisasi dan atau lembaga di bidang lingkungan hidup dan para pihak yang berkepentingan dalam mengelola lingkungan Kota Probolinggo mendapatkan guna data, informasi dan aspirasi terkait dengan kondisi kebijakan rencana dan program-program berimplikasi yang terhadap lingkungan hidup Kota Probolinggo 2. Mengumpulkan hasil-hasil kajian yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo lembaga terkait khususnya tentang lingkungan hidup 3. Melakukan analisis dari hasil pertemuan dan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Sosialisasi kepada instansi terkait, kelompok masyarakat, pihak perguruan tinggi, LSM lingkunganan Pengumpulan data, informasi dan aspirasi terkait dengan kondisi kebijakan rencana dan program-program yang berimplikasi terhadap lingkungan hidup Kota Probolinggo Input data dan analisa data dan informasi yang didapatkan Menetapkan beberapa pilihan yang dapat menjadi isu prioritas dari data dan informasi yang didapat Melakukan sosialisasi perumusan isu prioritas dan menjaring aspirasi serta masukan terhadap penetapan isu tersebut PENETAPAN ISU PRIORITAS dan PENYUSUNAN DOKUMEN Gambar 1.6 Flowchart Perumusan Isu Prioritas kompilasi informasi hasil kajian selama ini untuk disusun menjadi isu prioritas. dan 1.4 Maksud dan Tujuan Pelaporan Dokumen informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah merupakan amanat Pasal 62 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. Dokumen ini sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan dapat menjadi alat yang I-15

berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah, dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan. 1.4.1 Tujuan Oleh karena itu tujuan dasar dari pembuatan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 adalah : 1. Sebagai laporan pertanggung jawaban atas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh Walikota kepada pemerintah pusat (berdasarkan PP 56/2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Gubernur Jatim 34/2006 tentang sistem dan prosedur pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur, dimana pada Pasal 3 menekankan perlunya pelaporan yang bersifat umum yaitu pelaporan yang dilakukan Perangkat Daerah dan/atau Bupati/Walikota secara periodik, yang salah satunya adalah Laporan Pengendalian Lingkungan Hidup). 2. Sebagai media informasi yang terbuka dan bertanggung jawab bagi masyarakat umum untuk menggugah kesadaran dan kepedulian mereka dalam upaya mendorong partisipasi aktifnya dalam pengelolaan lingkungan hidup. 3. Mendukung pemerintah di berbagai tingkat (pusat dan propinsi) dengan penyediaan basis data, informasi dan hasil analisanya dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan yang berupa penyusunan Rencana Strategis (Renstra), Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan informasi daearah untuk kepentingan penanaman investasi dari dalam dan luar negeri 4. Sebagai salah Public Management (manajemen publik baru) yang mengakomodasi Public Rights (hak-hak umum/kepentingan masyarakat) yang meliputi akuntabilitas, transparansi, penegakan hukum dan partisipasi (dalam pelaksanaan pembangunan) untuk mencapai sasaran akhir yaitu Good (Environment) Governance atau Tata Kepemerintahan (lingkungan) yang baik. I-16

1.4.2 Manfaat Keberadaan Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah merupakan suatu dokumen yang memuat kondisi perubahan dan kecenderungan lingkungan hidup dan pelaporan rutin akan menjamin akses informasi lingkungan hidup yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi public, industry, organisasi non-pemerintah, sertasemua tingkat lembaga pemerintah. Maka pemanfaatan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 dapat digunakan : 1. SKPD dalam lingkup Pemerintah Kota Probolinggo sehingga dapat diketahui ukuran efektifitas kebijakan dan program yang berhubungan dengan lingkungan hidup serta sebagai data sekunder bagi penyusunan Renstra bagi SKPD terkait 2. Sebagai data sekunder bagi BPS Kota Probolinggo dalam menyususn data dasar yang berkaitan dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di Kota Probolinggo 3. Sebagai data sekunder bagi stakeholder yang terlibat dalam penyusunan Regulasi Lingkungan Hidup di Kota Probolinggo maupun regulasi sektor lain yang membutuhkan aspek lingkungan hidup sebagai pertimbangan 4. Para Akademisi sebagai data dasar dalam penelitian dan penyusunan laporan lainnya. 5. Kelompok Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai referensi dasar dalam mengidentifikasi, kecenderungan lingkungan, rekomendasi strategis serta membantu membuat penilaian dan informasi mengenai konsekwensi kebijakan, rencana social, kebijakan ekonomi yang terkait dengan lingkungan hidup. 1.5 Ruang Lingkup Selanjutnya guna mempermudah dalam presentasi suatu Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016 ini, maka dokumen ini dibagi menjadi dua buah buku yaitu: 1. Buku I (Ringkasan Eksekutif) Adalah buku yang menyajikan ringkasan eksekutif dari informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah yang berisikan isu prioritas serta inisiatif- I-17

inisiatif yang telah dilakukan oleh Walikota Probolinggo dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup. 2. Buku II (Buku Laporan Utama) Kerangka laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah didasarkan kepada konsep hubungan sebab akibat dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan (pressure) dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan baik secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program maupun kegiatan (respon). Hal yang terakhir merupakan umpan balik terhadap tekanan melalui kegiatan manusia. Aktivitas manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam akan menimbulkan tekanan pada lingkungan dan merubah keadaannya, atau kondisinya. Manusia kemudian memberikan respons terhadap perubahan tersebut dengan proses pembangunan dan sebagai perwujudan kebijakan. Analisis terhadap tekanan yang muncul, kondisi eksisting yang terjadi berikut dampaknya serta respons yang dilakukan kemudian dikenal sebagai pendekatan S-P-R (State- Pressure-Respons). Proses sistem pelaporan yang ideal adalah kerangka pelaporan yang didukung oleh basis data informasi lingkungan yang komprehensif. Atau dapat disebut sebagai database informasi lingkungan yang terdiri dari data/ informasi yang lengkap/ mendalam berdasarkan suatu set indikator yang secara berkala diriview dan dilaporkan. Sehingga tujuan utama penyusunan database ini adalah untuk membangun dan menyediakan mekanisme yang disepakati untuk memperbaharui jaringan informasi lingkungan. Database informasi lingkungan berisi data media lingkungan (air, tanah, udara), data kegiatan/ hasilnya yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup, data upaya atau kegiatan untuk mengatasi permasalahan lingkungan, dan data penunjang lainnya untuk melengkapi analisis. I-18

Ruang lingkup penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo ini terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi. 1. Lingkup Wilayah: Data dan informasi yang disajikan dalam dokumen ini meliputi seluruh wilayah Kota Probolinggo 2. Lingkup Substansi: Kegiatan ini adalah melakukan penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo dengan metode dan pendekatan yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap data dan informasi yang akan digunakan untuk kebijakan, rencana dan program pembangunan jangka menengah Kota Probolinggo. Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo mencakup beberapa hal di bawah ini: a. Inventarisasi dan sinkronisasi data lingkungan hidup sesuai dengan data yag dibutuhkan yang harus sesuai dengan pedoman penyusunan yang terdiri atas data: Sumber daya alam dan lingkungan hidup (sumberdaya air, lahan, mineral dan energi); Demografi Sosial dan ekonomi Risiko bencana alam Sumber Pencemar perkotaan yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup Upaya pengelolaan lingkungan hidup b. Perumusan isu prioritas daerah berdasarkan kriteria kerusakan sumber daya alam atau kerusakan keanekaragaman hayati, pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dan berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup mendapat perhatian publik yang luas dan perlu ditangani dengan segera I-19

c. analisis pressure, state dan response isu lingkungan daerah yang dihubungkan dengan aspek tata guna lahan, kualitas air, kualitas udara, resiko bencana dan perkotaan d. penjabaran inovasi daerah dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup I-20

BAB II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 2.1 ISU LINGKUNGAN HIDUP Sumberdaya alam merupakan penopang sistem kehidupan yang harus senantiasa dijaga kelestariannya namun sumberdaya alam disisi lain juga merupakan modal pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan maka sumberdaya alam dikelola untuk kemakmuran rakyat tetapi harus tetap diperhatikan kelestariannya. Namun pada kenyataannya demi kepentingan ekonomi sumberdaya alam di eksplorasi secara berlebihan sehingga daya dukung dan fungsi lingkungan menjadi semakin menurun dan bahkan menimbulkan bencana bagi masyarakat. Prinsip pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dikembangkan seiring dengan penerapan tata pemerintahan yang baik II-1

yang didasarkan pada asas partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan yang dilakukan dengan tidak memperhitungkan daya dukung dan daya tampung lingkungan justru mengakibatkan kerusakan lingkungan dan menurunkan kualitas hidup masyarakat. Kesadaran akan arti pentingnya penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam membangun sebuah kota ditentukan oleh peran penduduk sebagai sumberdaya manusia pembangunan, baik sumberdaya manusia sebagai pelaku usaha serta sumberdaya manusia sebagai pengambil keputusan kebijakan pembangunan kota. Berdasarkan hasil analisa data informasi, sosialisasi dan FGD untuk menjaring aspirasi yang dilakukan untuk penentuan isu prioritas, maka ada beberapa isu lingkungan di Kota Probolinggo yang perlu dicermati yaitu isu Pencemaran Air Sungai, Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan, dan Pengelolaan Persampahan yang Ramah Lingkungan. Berikut merupakan ulasan dari isu-isu lingkungan tersebut. 2.1.1 Pencemaran Air Wilayah Kota Probolinggo berdasarkan aliran sungai terbagi kedalam 3 Daerah Aliran Sungai (DAS), di bagian barat merupakan wilayah yang termasuk dalam DAS Sepasir, di bagian tengah merupakan wilayah yang termasuk DAS Tempuran, dan di bagian timur merupakan wilayah yang termasuk DAS Lamdoyo. Berdasarkan luas wilayah, DAS Tempuran merupakan DAS terbesar di Kota Pobolinggo yang meliputi wilayah administrasi Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Wonoasih serta sebagian wilayah Kecamatan Kademangan Timur. Selanjutnya DAS kedua adalah DAS Sepaser yang meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Kademangan. Sedangkan DAS Lamdoyo hanya meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Wonoasih bagian timur yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Probolinggo. Sumberdaya air di Kota Probolinggo berasal dari air sungai, mata air, sumur dangkal dan sumur dalam. Terdapat 16 mata air dan 6 sungai yang mengalir di sepanjang wilayah Kota Probolinggo. Keenam sungai tersebut yaitu Sungai Kedunggaleng, Sungai Kasbah, Sungai Umbul, Sungai Pancor, Sungai Legundi dan II-2

Sungai Banger. Sungai-sungai tersebut sebagian besar berada di DAS Tempuran. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun, mengalir dari arah selatan dari wilayah Kabupaten Probolinggo. Selama ini sungai tersebut dimanfaatkan untuk keperluan usaha pertanian namun juga menjadi muara dari pembuangan aktifitas domestik maupun perindustrian. No Nama Sungai Panjang (KM) Tabel 2.1 Inventarisasi Sungai Lebar Permuka an (m) Lebar Dasar (m) Kedala man (m) Debit Maks (m3/dtk) Debit Min (m3/dtk) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Kedunggaleng 5,75 30-35 25-30 5-6 26,5 0,4 2 Umbul 5,14 11,00 8,8 1.50-2.50 6,6 0,8 3 Mangunharjo 1.00-2,87 4,00 3,5 (Banger) 2.30 2,63 0,31 4 Legundi 5,44 10.00-9.00-3.00-13.00 12.00 4.00 13,5 0,81 5 Sukabumi 2.00-1.50-1,25 2.50-800 (Kasbah) 7.00 2.30 4,5 0,63 6 Pancor 4,24 1.00-5.50 1.00-1.40-4.500 1.70 3,15 0,3 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo secara rutin melakukan pengujian terhadap kualitas air sungai di Kota Probolinggo, dengan titik sampel berada di bagian hulu, hilir dan titik tengah setiap sungai tersebut. Karena peranan air sungai yang penting, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan dari hasil perhitungan, Indeks Kualitas Air Kota Probolinggo tahun 2016 memiliki nilai sebesar 49,09 atau bisa dikatakan bahwa sebagian besar air sungai tercemar ringan. Semakin kecil nilai prosentase indeks maka kualitas air semakin jelek. Diperoleh data bahwa satu (1) dari enam (6) sungai yang di lakukan uji laboratorium status kualitas airnya tercemar sedang, empat (4) sungai status kualitas airnya Tercemar Ringan dan hanya satu (1) sungai lainnya yaitu Sungai Legundi II-3

dengan status Memenuhi. Sungai yang status nya tercemar ringan adalah sungai Banger dan empat sungai yang status kualitas airnya tercemar ringan yaitu Sungai Kasbah, Sungai Pancor, Sungai Umbul dan Sungai Kedunggaleng karena tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur Klas III. Gambar 2.1 Salah satu sungai yang tercemar oleh kegiatan industri di Kota Probolinggo Adapun hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh UPT. Laboratorium Lingkungan dan bidang Tata dan Penaatan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo adalah sebagai berikut: Sebagian besar hasil uji kandungan DO pada daerah hulu Keenam Sungai saat diambil pada musim penghujan kurang dari baku mutu air kelas III yang ditetapkan, namun saat diambil pada musim kemarau hasilnya memenuhi baku mutu. Sungai Legundi memiliki kualitas DO yang paling baik dibandingkan dengan sungai yang lain. Semua sungai kandungan BOD dan COD melebihi bakumutu air kelas III. Tiga sungai yang ada di Kota Probolinggo yaitu sungai Umbul, sungai Kasbah, dan sungai Legundi kandungan Nitrit melebihi baku mutu, sedangkan sungai Kedunggaleng, Sungai Banger dan sungai Pancor tidak melebihi baku mutu Nitrit. Semua sungai kandungan TSS nya melebihi bakumutu air kelas III terutama saat musim penghujan tiba. Lima sungai kandungan phospat nya memenuhi bakumutu air kelas III dan hanya Sungai Banger yang parameter Phospat melampaui baku mutu air klas III. II-4

Pencemaran air sungai ini disebabkan dari aktifitas kegiatan usaha/industri yang tidak dilengkapi sarana pengolahan limbah yang optimal serta limbah domestik rumah tangga dan aktivitas pertanian. Kegiatan didaerah hulu turut menyumbang pencemaran air sungai didaerah hilir dimana sebagia sungai berhulu di wilayah luar Kota Probolinggo. Gambar 2.2. Kegiatan Pengambilan Sampel Air Sungai 2.1.2 Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan Perkembangan wilayah Kota Probolinggo yang sedemikian pesat, baik dari sektor industri, jasa dan perdagangan menuntut upaya perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis, berkesinambungan dan pro lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah yang berlandaskan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan akan menjaga tekanantekanan eksternalitas maupun internal yang mempengaruhi terhadap perkembangan Kota Probolinggo ke arah yang semakin terkendali. Saat ini perkembangan fisik Kota Probolinggo dapat dikategorikan sangat cepat yang terlihat dari pesatnya pembangunan pergudangan, peridustrian dan perdagangan. Oleh sebab itu pemerintah telah melakukan rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga menjadi pelabuhan nasional. Pelabuhan tanjung tembaga merupakan pilihan yang tepat sebagai pelabuhan penyangga dri keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan Pelabuhan di Gresik yang saat ini mengalami kejenuhan akibat peningkatan arus barang/ penumpang yang pesat, karena lokasinya relatif dekat dengan II-5

kedua pelabuhan tersebut, mempunyai akses langsung ke jalan propinsi Probolinggo- Surabaya, mempunyai garis pantai dengan interface yang ideal ke arah alur laut dan dikelilingi oleh industri-industri besar di wilayah Probolinggo dan Pasuruan. Pelabuhan Tanjung Tembaga merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dari seluruh proses perdagangan antar daerah. Pelabuhan Tanjung Tembaga bukan sekedar tempat bongkar muat barang maupun naik turunnya penumpang tetapi juga sebagai titik temu antar moda angkutan dan gerbang ekonomi bagi pengembangan ekonomi di sekitarnya. Sebagai bagian dari sistem transportasi, pelabuhan memegang peranan penting dalam perekonomian. Pelabuhan Tanjung Tembaga dapat berperan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi, perdagangan dan industri dari wilayah sekitar Kota Probolinggo. Gambar 2.3 Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo Sesuai dengan rencana induk pengembangan pelabuhan nasional maka telah direncanakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga seluas 120 hektar dengan terbentuknya pusat perdagangan dan kawasan industri terpadu di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kecamatan Mayangan. Saat ini dalam Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun 2009-2028 telah disampaikan mengenai adanya rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga Baru yang berlokasi di sebelah barat Pelabuhan Tanjung Tembaga di Kecamatan Mayangan; Pengembangan pelabuhan tanjung tembaga direncanakan dalam 3 tahap yakni tahap pengembangan (a) jangka pendek yang dilaksanakan antara tahun 2013-2017, (b) jangka menengah yang dilaksankan antara tahun 2018-2022 dan (c) jangka panjang yang dilaksanakan antara tahun 2023-2032. II-6

Pengembangan pelabuhan di Kota Probolinggo akan dilengkapi dengan pengembangan Terminal Peti Kemas, Terminal Penumpang, Terminal Kepentingan Sendiri untuk industri serta penyediaan lahan untuk industri dan pergudangan. Untuk keperluan tersebut selain memanfaatkan lahan pesisir juga telah dilakukan reklamasi pantai untuk pengembangan pelabuhan seluas 62 hektar, dan nantinya akan terus dikembangkan hingga 120 hektar. Gambar 2.4. Kegiatan Pelabuhan Pelabuhan Tanjung Tembaga nantinya dilengkapi dengan kawasan indutri dan perdagangan akan menjadikan kawasan sekitar pelabuhan sangat menarik bagi investor, pekerja formal dan nonformal, pembangunan permukiman serta kegiatan-kegiatan lain. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 70 Tahun 1996 tentang Pelabuhan pada pasal 8 menyatakan bahwa Fasilitas penunjang di kawasan pelabuhan yang diperlukan meliputi kawasan perkantoran, industry, gudang, permukiman, perhotelan, resto dan pariwisata. Dengan adanya kegiatan pengembangan kawasan penunjang pelabuhan ini maka tekanan terhadap lingkungan pesisir semakin besar dan rawan terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan serta berdampak bagi aktivitas nelayan tradisional dan penduduk sekitar pesisir. Kegiatan pengembangan pelabuhan tanjung tembaga jangka menengah memberikan beberapa manfaat baik bagi masyarakat, pemerintah juga pengusaha yang ada di Kota Probolinggo. II-7

a. Manfaat bagi masyarakat antara lain: Terciptanya kesempatan kerja dan peluang berusaha terutama untuk masyarakat di sekitar lokasi. Tersedianya alternatif transportasi karena ketergantungan masyarakat sekitar yang berupa transportasi laut Tersedianya fasilitas dermaga bagi kapal ikan b. Manfaat bagi pemerintah antara lain: Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Probolinggo Meningkatkan penerimaan pajak Meningkatkan aksesbilitas kota probolinggo dengan wilayah lain dengan adanya pelabuhan tersebut Upaya kontribusi terhadap perkembangan kota probolinggo da propinsi jawa timur Terbentuk pasar yang transparan bagi kayu yang legal Mendorong berkembangnya industri pendukung, seperti sentra usaha kecil dan penyerapan tenaga kerja c. Manfaat bagi pengusaha adalah: Merupakan pelabuhan alternatif dari pelabuhan tanjung perak-surabaya Terdapat potensi kontainerisasi yang cukup besar dari industri di sekitar pelabuhan Tersedianya fasilitas untuk memudahkan pengusaha dalam mendistribusikan barang dagangan di wilayah lain Terakomodasinya kebutuhan bongkar muat bagi kegiatan industri yang ada di kawsan hinterland pelabuhan Meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan dengan percepatan arus barang. II-8

Tabel 2.2 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB Kota Probolinggo No. Uraian Prosentase Terhadap PDRB (dalam %) (1) (2) 2011 2012 2013 2014 2015 1 PERTANIAN 7,26 6,89 6,60 6,94 6,82 a. Pertanian Sempit 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Tanaman Bahan Makanan 1,30 1,37 1,28 1,41 1,37 - Tanaman Perkebunan 0,16 0,15 0,15 0,13 0,12 - Peternakan dan Hasilhasilnya 1,13 1,05 1,00 0,98 0,96 b. Kehutanan 0,23 0,24 0,23 0,23 0,22 c. Perikanan 3,90 3,54 3,43 3,69 3,67 2 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Industri Pengolahan 16,68 16,21 16,03 15,75 15,72 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,39 0,38 0,37 0,34 0,33 5 Bangunan 5,95 6,18 6,12 6,16 5,97 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26,92 27,59 28,06 27,91 28,39 7 Pengangkutan dan Komunikasi 18,19 17,75 17,81 18,21 18,34 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9,37 9,64 10,06 10,22 10,34 9 Jasa-Jasa 3,89 3,66 3,45 3,43 3,37 PRODUK DOMESTIK BRUTO 100 100 100 100 100 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS Sumber: BPS Kota Probolinggo, 2016 Dari data yang diperoleh dari BPS Tahun 2016 dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Probolinggo bahwasannya selama 5 tahun terakhir 3 sektor usaha berturut-turut menduduki posisi tertinggi dibandingkan 6 sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,34% dan sektor industri pengolahan sebesar 15, 72 pada tahun 2015. Sektor ini menjadi sektor potensial yang harus mendapat perhatian. Dua sektor berikutnya yaitu sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor pertanian dapat berpotensi lebih berkemban lagi melalui peran pemerintah maupun masyarakat untuk lebih mengembangkan potensi lokal yang ada. II-9

Selain berpengaruh terhadap perekonomian di Kota Probolinggo, pengembangan kawasan pelabuhan juga berpengaruh terhadap sebagian alih fungsi lahan. Dari data yang diperoleh dari BPS Tahun 2016 alih fungsi lahan yang semula berupa lahan sawah beralih fungsi untuk pemukiman sebesar 16,8039 Ha dan untuk industry sebesar 1,5518 Ha. Terjadinya penurunan alih fungsi lahan hampir dibanding dengan tahun 2015. Alih fungsi lahan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: untuk pemukiman sebesar 21,240 Ha, untuk industry sebesar 2,126 Ha sedangkan untuk Jasa dan lain-lain sebesar 1,440 Ha. Penurunan ini terjadi dimungkinkan karena semakin sedikitya ruang yang tersedia di Kota Probolinggo dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang tetap berwawasan lingkungan. 2.1.3 Pengelolaan Persampahan Dengan adanya pertumbuhan kota yang pesat dan tingkat sosial yang berubah serta teknologi kemajuan manusia berkembang, sampah menjadi masalah yang serius dan diperlukan penanganan secara seksama secara terintegrasi dengan inovasi-inovasi baru yang lebih memadai ditinjau dari segala aspek, baik itu aspek sosial, aspek ekonomi maupun aspek teknis. Kondisi yang demikian dapat diprediksikan bahwa kedepan kota juga akan memproduksi sampah lebih banyak dan lebih bervariatif. Oleh karenanya apabila tidak dilakukan penanganan yang baik sejak sekarang ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udaradan estetika pandangan suatu kota serta dapat mengganggu kesehatan. Dalam UU RI No. 18 Tahun 2008 telah dijelaskan yang dimaksud dengan Pengelolaan Persampahan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan persampahan sebagai salah satu utilitas yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu II-10

daerah atau kota, membutuhkan penanganan yang benar karena keberadaan volume sampah semakin hari semakin bertambah besar. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Probolinggo untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh hal tersebut diatas antara lain dengan menerapkan suatu sistem pengelolaan operasional yang meliputi pewadahan.pengumpulan sementara, pemindahan, pengangkutan akhir dan pengolahan yang efektif dengan memperhatikan aspek kesehatan lingkungan. Permasalahan sampah dialami oleh hampir semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia termasuk Kota Probolinggo. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas ekonomi maka meningkat pula timbulan sampah yang dihasilkan. Diperkirakan timbulan sampah Kota Probolinggo mencapai 168,172 ton/hari. Sedangkan sampah yang masuk ke TPA rata-rata sebesar 50 ton/hari dan pelayanan pengangkutan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah Kota Probolinggo terutama wilayah bagian selatan. Meskipun telah dibangun sel TPA yang baru namun kapasitasnya diperkirakan hanya sampai 1-2 tahun kedepan. Hal tersebut tentunya akan menjadi masalah apabila tidak dari sekarang dilakukan upaya-upaya mengurangi sampah mulai dari sumbernya gencar dilakukan dan hanya sampah residu saja yang masuk ke TPA sehingga dapat memperpanjang umur dari TPA tersebut. Upaya penanganan masalah-masalah diatas pada hakikatnya bukan hanya menjadi tanggung jawab satu institusi saja melainkan merupakan kerja koordinatif yang menuntut keterlibatan seluruh stakeholders yang termasuk didalamnya unit-unit Gambar 2.5 Sanitary Landfiil Baru kerja terkait, masyarakat dan pihak swasta. Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dapat mengakomodir dan mensinergikan seluruh potensi yang dimiliki masing-masing pihak dan dapat mengcover secara menyeluruh semua aspek mendasar dalam pengelolaan II-11

persampahan yaitu: Law Enforcement, Pemberdayaan Institusi, Pengembangan dan Peningkatan Teknis serta Partisipasi Masyarakat. 2.2 INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Indikator lingkungan hidup diukur secara parsial, yaitu berdasarkan media lingkungan yaitu air, udara dan lahan sehingga kesulitan mendapatkan untuk gambaran yang mewakili kondisi lingkungan hidup secara menyeluruh. Diperlukan suatu ukuran untuk INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 150.00 100.00 50.00 0.00 103.92 Indeks Pencemaran Udara (IPU) 49.09 47.65 Indeks Pencemaran Air (IPA) Indeks Tutupan Vegetasi (ITV) Gambar 2.6 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo 2016 menyederhanakan kompleksitas dan dapat merangkum ukuran-ukuran parsial dengan menggunakan indeks. Setiap parameter pada setiap indicator digabungkan menjadi satu nilai indek kualitas lingkungan hidup. IKLH diharapkan dapat mempertajam prioritas program dan kegiatan dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan mengetahui media lingkungan yang masih kurang baik, sumber daya yang ada dapat dialokasikan secara lebih tepat sehingga akan lebih efektif dan efisien sejalan dengan arah penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo Tahun 2016.. Dari data-data yang diperoleh didapat hasil analisa perhitungan IKLH Kota Probolinggo tahun 2016 yaitu sebesar 64,96 yang masuk dalam klasifikasi kurang. Dengan rincian Indeks Kualitas air sebesar 49,09, Indeks Kualitas Udara 103,92 dan Indeks Luas Tutupan Berhutan mencapai 47.65. II-12

2.2.1 Indeks Pencemaran Air Perhitungan status mutu air di Kota Probolinggo yaitu untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan. Pengelolaan kualitas air dengan dasar indeks pencemaran dapat memberikan masukan pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukkan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat hadirnya senyawa pencemar. Perhitungan Indeks pencemaran air Kota Probolinggo 2016 dihitung terhadap enam wilayah sungai yang melewati Kota Probolinggo yaitu : sungai Umbul, sungai Kasbah, sungai Legundi, sungai Pancor, sungai Banger dan sungai Kedunggaleng. Selanjutnya dari perhitungan Indeks Pencemaran Air (terlampir pada Data Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup) diketahui bahwa 91% dari air sampel yang diambil yang mewakili keenam sungai yang diuji oleh UPT Laboratorium Lingkungan pada Kota Probolinggo hasilnya tercemar ringan. Berdasarkan Indek Kualitas Air Kota Probolinggo tahun 2016 diperoleh nilai indeks per mutu air sebesar 49,09 yang dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air pada posisi sangat kurang. Konsidi tersebut memiliki makna bahwa kualitas air di Kota Probolinggo pada parameter tertentu masih belum memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan. Grafik dibawah ini merupakan perhitungan indeks Kualitas Air Kota Probolinggo tahun 2016 yang diambil di enam sungai. II-13

Gambar 2.7 Grafik Parameter untuk Perhitungan Indek Kualitas Air 2.2.2 Indeks Tutupan Vegetasi Indeks Tutupan Vegetasi Kota Probolinggo yang dihitung tidak hanya dengan memperhitungkan luas dari hutan kota, hutan bakau/manggrove dan hutan rakyat saja melainkan dari RTH Publik yang relevan dengan tutupan vegetasi. RTH public yang dimaksud yaitu dari taman kota, jalur hijau dan makam yang pada umumnya di Kota probolinggo penuh dengan pohon yang sudah cukup besar dan tua. Dari hasil perhitungan Indek Tutupan Vegetasi Kota Probolinggo diperoleh hasil 47.65. Nilai indeks tersebut dikategorikan dalam IKLH termasuk dalam klasifikasi Waspada. Dengan demikian Kota Probolinggo masih memerlukan penambahan area sebagai hutan kota ataupun membuat taman-taman dengan konsep Vertical Garden karena keterbasan lahan yang ada. Tabel dibawah ini merupakan perhitungan indeks tutupan vegetasi Kota Probolinggo tahun 2016 per kecamatan. II-14

No Kecamatan Tabel 2.3 Perhitungan Indeks Tutupan Vegetasi Luas Tutupan Vegetasi (Km2) Luas Wilayah (Km2) Tutupan RTH Public (%) Indeks Tutupan Vegetasi 1 Mayangan 1,3304 12,7536 0,1043 25,3056 2 Kanigaran 0,3214 10,6531 0,0302 18,4783 3 Kademangan 1,3657 8,6554 0,1578 30,2295 4 Kedopok 0,7054 13,6240 0,0518 20,4675 5 Wonoasih 0,0357 10,9809 0,0033 15,9994 Kota Probolinggo 3,7587 56,6670 34,7306 47,6521 Sumber : Tim Analisa DIKPLHD 2.2.3 Indeks Pencemaran Udara Dari perhitungan Indeks Udara di Kota Probolinggo yaitu menentukan tingkat pencemaran relative terhadap parameter uji kualitas udara yang diijinkan. Pengelolaan kualitas udara dengan melihat hasil indeks pemcemaran dapat memberikan masukan pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas udara untuk suatu peruntukkan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas udara. Tabel dibawah ini Tabel dibawah ini merupakan perhitungan indeks Kualitas Udara Kota Probolinggo tahun 2016 yang mengambil sampel di lima titik yaitu di yang mewakili 3 kecamatan. NO. Tabel 2.4 Perhitungan Indeks Kualitas Udara Kota Probolinggo Tahun 2015 Kecamatan/Lokasi N02 (µg/nm3) SO2 (µg/nm3) Indeks NO2 Indeks SO2 Indeks Udara (Indeks Anual Model EU-Ieu) Indeks Udara 2016 IKLH 1 TPA Bestari 0,1240 0,0553 0,0031 0,0028 0,0029 105,393 2 Perumahan Sumbertaman Indah 0,1235 0,0548 0,0031 0,0027 0,0029 105,394 3 Terminal Bayuangga 5,5035 1,0127 0,1376 0,0506 0,0941 100,327 4 Kawasan Industri Jalan Brantas 1,5175 1,0203 0,0379 0,0510 0,0445 103,085 5 Perumahan DOK Mayangan 0,1245 0,0553 0,0031 0,0028 0,0029 105,392 Kota Probolinggo 1,4786 0,43964 0,0369 0,0219 0,02947 103,918 II-15

Perhitungan Indeks Kualitas Udara Kota Probolinggo tahun 2016 (terlampir pada lampiran dokumen informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup) diperoleh nilai indeks sebesar 103,918 yang dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas udara pada posisi sangat baik. Kondisi tersebut memiliki makna bahwa kualitas udara di Kota Probolinggo telah memenuhi baku mutu udara yang telah ditetapkan. II-16

BAB III ANALISIS PRESSURE, STATE DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 3.1 ANALISA S-P-R Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Tahun 2016 ini menyajikan data-data terkait lingkungan hidup yang bersifat tematik. Dalam analisis laporan menggunakan metode S-P-R (State-Pressure-Respon) yang didasarkan pada hubungan sebab-akibat antara status lingkungan (state) dengan perubahan kualitas lingkungan hidup atau tingkat tekanan lingkungan (pressure) dan tanggapan (respon) terhadap perubahan lingkungan hidup. 3.1.1 Pencemaran Kualitas Air Sungai A. State: - Berdasar dari hasil perhitungan, Indeks Kualitas Air Kota Probolinggo tahun 2016 memiliki nilai sebesar 49,09 atau dapat dikatakan bahwa sebagian besar air sungai tercemar ringan. - Sebagian besar hasil uji kandungan DO pada daerah Hulu Keenam Sungai yang diambil saat musim penghujan tidak memenuhi baku mutu air kelas II yang ditetapkan, namun saat diambil pada musim kemarau hasilnya memenuhi baku mutu. Sungai Legundi memiliki kualitas DO yang paling baik dibandingkan dengan sungai yang lain. III-1

umbul hulu umbul hilir kasbah hulu kasbah hilir legundi hulu legundi hilir kedunggaleng kedunggaleng banger hulu banger hilir pancor hulu pancor hilir HASIL DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 8 6 4 2 0 HASIL ANALISA SUNGAI PARAMETER DO BAKU MUTU LOKASI Gambar 3.1. Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter DO - Tiga sungai yang ada di Kota Probolinggo yaitu sungai Umbul, sungai Kasbah, dan sungai Legundi kandungan Nitrit melebihi baku mutu, sedangkan sungai Kedunggaleng, Sungai Banger dan sungai Pancor tidak melebihi baku mutu Nitrit. - Semua sungai kandungan BOD dan COD melebihi baku mutu air kelas III. HASIL ANALISA SUNGAI PARAMETER BOD 60 50 40 30 20 10 0 5.906.75 9.9513.05 13.250 11.400 5.400 4.600 48.800 37.800 15.1016.050 BAKU MUTU BOD Gambar 3.2. Grafik Uji Kualitas Air Parameter BOD III-2

umbul hulu umbul hilir kasbah hulu kasbah hilir legundi hulu legundi hilir kedunggalen kedunggalen banger hulu banger hilir pancor hulu pancor hilir DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 200.0 180.0 160.0 140.0 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 HASIL ANALISA SUNGAI PARAMETER COD 66.3 33.01 40.170 30.730 12.99.67 13.570 8.421 178.200 140.700 37.734.030 COD BAKU MUTU Gambar 3.3 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter COD - Semua sungai kandungan TSS nya melebihi bakumutu air kelas III terutama saat musim penghujan tiba. HASIL ANALISA SUNGAI PARAMETER TSS 400 350 300 250 200 150 100 50 0 55.1 25.1 371.2 0 116.000 135.200 BAKU MUTU 69.000 61.700 68.7059.600 TSS 12.000 15.600 Gambar 3.4. Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter TSS - Lima sungai kandungan phospat nya memenuhi bakumutu air kelas III dan hanya Sungai Banger yang parameter Phospat melampaui baku mutu air klas III. III-3

umbul hulu umbul hilir kasbah hulu kasbah hilir legundi hulu legundi hilir kedunggale kedunggale banger hulu banger hilir pancor hulu pancor hilir HASIL DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 GRAFIK HASIL ANALISA SUNGAI PARAMETER NITRIT BAKU MUTU LOKASI Gambar 3.5 Hasil Uji Kualitas Air Sungai Parameter Nitrit B. Pressure: - Jumlah penduduk terus meningkat dengan pertumbuhan 1,08% pada tahun 2016. Selain itu meningkatnya usaha hotel/ homestay sebesar 200%, tempat kos sekitar 92% dan restoran/cafe sebesar lebih dari 100% menyebabkan meningkatnya limbah cair domestik. - Terdapat 11,273 rumah tangga atau hampir 16% dari seluruh KK di Kota Probolinggo yang belum mempunyai jamban sendiri ataupun yang belum memdapat fasilitas jamban bersama. Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar No. Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota/Kec. Jumlah KK Fasilitas Tempat Buang Besar Sendiri Bersama Umum Sungai (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 KADEMANGAN 12759 8108 67 525 1634 2 KANIGARAN 20200 10739 120 510 3393 3 KEDOPOK 10469 3604 35 750 2467 4 MAYANGAN 18616 12737 187 1020 880 5 WONOASIH 9837 3153 690 840 2899 TOTAL 71881 38341 1099 3645 11273 - Menjamurnya usaha laundry, cucian kendaraan bermotor dan mobil yang belum dilengkapi dengan pengolahan air limbahnya turut meningkatnya kadar pencemar pada air sungai. III-4

- Keberadaan Industri kecil atau UKM yang belum diikuti dengan kesadaran penanganan limbah yang dihasilkan. Dari data SPPL terdapat 310 kegiatan dan atau usaha baru yang mendaftar. - Pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada lahan pertanian, akhirnya terbawa saluran irigasi menuju ke badan air/ sungai. Dari data Dinas Pertanian Kota Probolinggo penggunaan pupuk organic untuk tanaman padi dan palawija masih rendah yaitu kurang dari 1 persen bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia mencapai 4743 ton/tahun sedangkan penggunaan pupuk organic hanya sebesar 67.2 ton/tahun. - Masih banyaknya warga yang masih membuang kotoran hewan ternak ke sungai. Terdapat 17 kelompok Peternak Sapi dengan jumlah sapi potong sekitar 1675 ekor sapi dan peternakan ayam dengan Tabel 3.2 Jumlah Total Hewan Ternak di Kota Probolinggo Tahun 2016 No. Kecamatan Sapi Sapi Perah Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Babi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Wonoasih 4 2.815 0 2 1.124 1.725 0 2. Kademangan 21 1.920 0 2 1.982 2.354 0 3. Mayangan 188 178 0 4 962 971 0 4. Kedopok 0 4.057 0 2 1.861 1.995 0 5. Kanigaran 4 622 0 2 1.774 1.841 0 Total 217 9.592 0 12 7.703 8.886 0 C. Respon: - Pembuatan IPAL Komunal untuk limbah cair domestic. Dari data tahun 2012 sampai 2015 jumlah IPAL Komunal yang sudah dibangun mencapai 26 unit untuk limbah blackwater. - Telah dilaksanakannya program Sistem Layanan Tinja Terjadwal dimana secara berkala akan dilakukan penyedotan tinja pada III-5

septitank warga, penyusunan Feasibility Studi pembangunan IPLT Baru dan peningkatan kapasitas kelembagaan UPT Pengolahan dsampah dan Limbah. Volume tinja yang masuk ke IPLT sepanjang tahun 2016 telah mencapai 1,065 m3. - Arisan Jamban yang telah dikembangkan oleh Dinas Kesehatan sekarang telah membangun jamban keluarga sebanyak 373 rumah tangga yang tersebar di wilayah Kota Probolinggo mulai tahun 2012 dan sampai saat ini masih terus berjalan. - Sosialisasi pemilahan sampah dan pemakaian pupuk organic yang teru dilaksanakan oleh BLH dan Dinas Pertanian agar mendorong petani beralh menggunakan pupuk Organik yang ramah lingkungan. - Kota Probolinggo telah memeiliki 19 TPST/Rumah kompos dikawasan pemukiman dan padat penduduk yang banyak memiliki hewan ternak. - Pelatihan pembuatan kompos dari sampah organic dan kotoran hewan dilakukan secara terpadu antara BLH dan Dinas Pertanian. - Pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas ( jumlah biogas kotoran ternak ). - Pemanfaatan limbah tahu sebagai biogas yang telah disalurkan kepada 40 rumah tangga di Kelurahan Kedung Asem dan 42 rumah tangga di Kelurahan Jrebeng Lor sehingga mengurangi beban pencemaran air di sungai Kedunggaleng - Penerapan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2013 yang mengatur Pengelolaan Air Limbah Domestik. - Melaksanakan pengawasan bagi kegiatan usaha melalui dokumen UKL-UPL dan SPPL. - Penegakan regulasi lingkungan hidup yang lebih intensif kepada masyarakat maupun aktifitas industri. Jumlah teguran tertulis yang dikeluarkan ke industri ada 10 dan 12 surat teguran untuk banner promosi kegiatan usaha. III-6

- Pengembangan kegiatan partisipatif masyarakat yaitu siswa sekolah untuk memantau kualitas air sungai melalui indikator biologis air sungai melalui program Detektif Kecil Sungai ( DIK SUN ). - Sosialisasi tentang pemantauan kualitas air yang senantiasa dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo kepada masyarakat sekitar bantaran sungai. - Pengukuran daya tampung beban pencemaran air sungai di Kota Probolinggo, yang menunjukkan bahwa sebagian sungai sudah melampaui daya tampungnya. Gambar 3.6 Pengambilan sampel uji kualitas air sungai 3.1.2 Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan A. State: - Terjadinya alih fungsi lahan yang cukup signifikan sejak tiga tahun terakhir dari lahan sawah untuk Permukiman, Industri dan jasa. Perubahan alih fungsi lahan tahun 2013 sebesar 31.8 Ha, Tahun 2014 sebesar 15.64 Ha, tahun 2015 sebesar 24.37 Ha dan pada tahun 2016 ini sebesar 18.3577 Ha. - Data dari BPS tahun 2016 untuk alih fungsi lahan sebagai kegiatan industri sekitar 1.5518 Ha yang berlokasi di Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kademangan. Sedangkan perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman seberas 16.8039 Ha. III-7

- Berkembangnya usaha-usaha sebagai penunjang kawasan Pelabuhan seperti Homestay/Rumah Singgah, Rumah Kos, Ruko maupun agen perjalanan/travel. Dari data yang didapat, pada tahun 2015 terdapat 3 Homestay/ Rumah Singgah, 26 rumah kost, 18 rumah makan/kafe, 8 agen perjalanan/travel dan mengalami peningkatan yang cukup pesat pada tahun 2016 menjadi menjadi 8 hotel, 11 homestay/ rumah singgah, 1 bungalow, 44 cafe/ restoran, 49 rumah kost dan 20 agen travel - Meningkatnya Usaha Kecil Masyarakat (UKM) di Kota Probolinggo yaitu sebanyak 752 IKM pada tahun 2016 meningkat 100% dibandingkan tahun 2015 yang hanya 334 UKM. - Industri kecil yang mengolah hasil laut lebih dari 50 UKM atau sekitar 7% dari seluruh IKM. - Banyaknya industri yang mengincar lokasi disekitar pesisir karena dekat dengan pelabuhan, tahun 2016 terdapat alih fungsi lahan untuk gudang industri sebesar 1,5518 Ha yang berada di Kecamatan Mayangan dimana Pelabuhan Tanjung Tembaga berada Kecamatan Kademangan yang merupakan kawasan perindustrian, dan kedua kecamatan tersebut termasuk ke dalam wilayah pesisir Kota Probolinggo. - Dari data yang diperoleh dari BPS Tahun 2016 dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Probolinggo, bahwasannya selama 5 tahun terakhir 3 sektor usaha berturut-turut menduduki posisi tertinggi dibandingkan 6 sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,34% dan sektor industri pengolahan sebesar 15, 72 pada tahun 2015. Sektor ini menjadi sektor potensial yang harus mendapat perhatian. Dua sektor berikutnya yaitu sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor pertanian dapat berpotensi lebih berkemban lagi melalui peran pemerintah maupun masyarakat untuk lebih mengembangkan potensi lokal yang ada. III-8

B. Pressure: - Meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal dipesisir terutama di Kecamatan Mayangan. Prosentase pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mayangan sekitar 97% dari total pertumbuhan penduduk kota Probolinggo pada tahun 2016. Jumlah penduduk di Kecamatan Mayangan pada tahun 2015 adalah sebesar 56,657 jiwa dan meningkat menjadi 59,012 jiwa pada tahun 2016. Populasi penduduk di Kecamatan Mayangan adalah yang terbanyak di Kota Probolinggo. Sedangkan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kademangan mencapai 15,8% dari total pertumbuhan penduduk Kota Probolinggo pada tahun 2016. - Meningkatnya timbulan sampah di pesisir seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dibanding tahun sebelumnya. Jumlah timbulan sampah di Kecamatan Mayangan juga paling besar dibandingkan dengan yang lain. - Meningkatnya limbah cair domestik di pesisir dari pemukiman dan kegiatan usaha kecil yang belum dilengkapi dengan pengolahan air limbah. - Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan sehingga tekanan terhadap kawasan pesisir semakin berat. - Akses jalan banyak yang rusak karena beban jalan semakin meningkat dan Sistem drainase yang kurang memadai. Dari total panjang jalan lingkar utara 7820.7 m yang mengalami kerusakan hampir mencapai 40 persen. C. Respon: - Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui program ekonomi, pendidikan dan social, melalui pemberian bantuan stimulan, pendampingan dan pelatihan pada 68 UKM yang mengolah hasil laut. - Pemberdayaan masyarakat untuk melindungi ekosistem dan sumber daya pesisir, untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Sampai dengan tahun 2015 terdapat 38 Kelompok Nelayan dan 5 Kelompok Kerja Mangrove di Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kademangan. - Tersusunnya Masterplan Minapolitan pada tahun 2015 - Tersusunnya Masterplan Perikanan Tangkap tahun 2015 III-9

- Dilakukannya review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Probolinggo pada tahun 2016 - Dilaksanakannya sosialisasi dan pelatihan Produksi Bersih bagi UKM dan Industri bekerjasama dengan BPPT. - Penataan dan perbaikan Infrastruktur untuk mendukung kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga dan prose pengalihan Jalan Lingkar Utara dari jalan Kota Probolinggo menjadi Jalan Nasional - Diterapkannya Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Cair Domestk. - Review Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah untuk mengantisipasi pengembangan kawasan penunjang pelabuhan 3.1.3 Pengelolaan Persampahan Tabel 3.3 Timbulan Sampah Kota Probolinggo No Kecamatan Timbulan Sampah Timbulan Sampah Timbulan Sampah Timbulan Sampah 2013 2014 2015 2016 1 Mayangan 165,21 164,43 163,50 170,94 2 Kademangan 108,51 109,45 110,56 119,67 3 Kanigaran 154,24 154,9 155,81 156,7 4 Wonoasih 89,73 90,09 90,77 91,79 5 Kedopok 87,02 87,88 89,32 90,67 Keterangan : Timbulan sampah dalam m3/hari Sumber : BLH Kota Probolinggo A. State: - Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat pula timbulan sampah yang mencapai 168.172 ton/hari atau 217,55 ton/hari dan yang dikelola di TPA rata-rata mencapai 40,58 ton/hari. - Jumlah sampah yang dikelola masyarakat melalui rumah kompos mencapai 66.126 ton/tahun. III-10

- dibangunnya sel TPA sel baru dengan kapasitasnya diperkirakan sampai 1-2 tahun kedepan dengan luasan sel 0,47 Ha. - Kurangnya lahan (sel TPA) untuk pengelolaan persampahan ke depannya dikarenakan ada permasalahan dalam pembebasan lahan. - Pelayanan persampahan ditangani oleh 114 orang tenaga penyapu, dengan armada truk sampah sejumlah 26 unit. B. Pressure: - Jumlah penduduk terus meningkat sebesar 224,229 jiwa menyebabkan meningkatnya timbulan sampah - Kota Probolinggo sebagai kota perdagangan dan jasa dimana banyak tenaga kerja, pelaku usaha ataupun wisatawan yang berkunjung dan melakukan aktifitas di Kota Probolinggo semakin meningkatkan volume timbulan sampah. Terdapat 20 Hotel/ homestay dengan tingkat hunian rata-rata 82% setiap tahunnya. - Keberadaan Industri kecil/ukm yang belum diikuti dengan kesadaran penanganan sampah yang dihasilkan. Dengan jumlah UKM sekitar 752 pada tahun 2016. - Belum optimalnya kesadaran masyarakat dalam upaya mengelola sampah. Dari data Reduksi Sampah Kota Probolinggo masih sekitar 39.62 % sampah yang belum tertangani. C. Respon: - Meningkatkan pengelolaan sampah dengan 3R (reduce, Reuse dan Recycle) di lingkup Pemerintah, masyarakat, swasta dan sekolah. Jumlah pokmas sekitar 33, bank sampah sekitar 74, rumah kompos/tpst sebanyak 19 unit. - Meningkatkan jumlah dan peran Bank Sampah sehingga tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan namun jugadapat meningkatkan taraf ekonomi. - Meningkatkan peran Sekolah Adiwiyata di Kota Probolinggo. III-11

- Menyediakan tempat sampah pada fasilitas umum dan TPS terpilah. - Telah disusunnya Peraturan Walikota nomor 24 tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeloaan Persampahan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. - Menambah Armada pengangkutan sampah, terdapat 2 unit tambahan armada pengangkut sampah. - Membuat Biopori yang difungsikan juga sebagai tempat pengomposan sampah organic dimana kewajiban membuat biopori dituangkan dalam Peraturan Walikota nomor 11 tahun 2012 tentang Pemanfaatan Air Hujan dan Perda Permukiman Nomor 3 Tahun 2013. - Memberikan bantuan sarana pengelolaan sampah misalnya Komposter dan biopori aerob sebanyak 20 unit kepada masyarakat - Membentuk kelompok-kelompok masyarakat untuk peduli sampah - Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang teknis pengelolaan sampah secara ramah lingkungan. - Pengembangan energy alternative ramah lingkungan yang berasal dari sampah. - Dibangunnya TPST 3R di beberapa kecamatan yang dikelola dengan memberdayakan masyarakat setempat. - Melaksanakan sosialisasi dan kampanye lingkungan untuk peduli sampah dengan menggunakan media interaktif misalnya papan himbauan, talkshow di radio dan pelayanan public terpadu. Dengan jumlah 29 papan himbauan dan 11 talkshow di radio, kegiatan rutin pameran bertemakan lingkungan dan pelayanan lingkungan setiap minggu di Alun-alun Kota Probolinggo. - Memberikan pelatihan pengolahan sampah ramah lingkungan kepada masyarakat, swasta dan sekolah. - Melaksanakan pengawasan bagi kegiatan usaha melalui dokumen UKL-UPL dan SPPL. III-12

- Penegakan regulasi pengelolaan persampahan. - Tersusunnya masterplan persampahan Kota Probolinggo pada tahun 2016 - Rencana kerjasama pengolahan sampah dengan teknologi hidrotermal dengan PT. Richmount Agro Chem Yang akan mengolah dengan ramah lingkungan dan membutuhkan lahan yang tidak begitu besar serta akan menghasilkan energi yang mampu dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. 3.2 ANALISA S-P-R BERAGAI SEKTOR Guna mendukung analisa laporan yang menggunakan metode S-P-R (State Pressure-Respon), dibutuhkan data dan informasi yang yang akurat, valid, reliable dan up to date sehingga tersusun laporan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut merupakan kumpulan data dan informasi terkait dengan tata guna lahan, kualitas air, kualitas udara, bencana alam dan perkotaan yang ada di Kota Probolinggo. 3.2.1 TATAGUNA LAHAN Tataguna lahan ialah pengarahan penggunaan lahan dengan kebijakan dan program tata keruangan untuk memperoleh manfaat total sebaik-baiknya secara berkelanjutan dari daya dukung tiap bagian lahan yang tersediakan. Oleh karena daya dukung lahan dapat dikembangkan dengan teknologi sampai batas layak menurut ukuran efisiensi penggunaan masukan dan ambang keseimbangan lahan selaku sistem, tataguna lahan dapat dirancang dengan berbagai skenario tingkat teknologi yang diterapkan. Istilah tataguna menunjukkan fungsi-kemanfaatan yang bersifat dinamis-aktif. Tata keruangan dalam tataguna lahan berarti menempatkan tiap macam kegiatan penggunaan lahan pada. bagian lahan yang berkemampuan sepadan untuk mendukung secara berkelanjutan kegiatan bersangkutan. Jadi, "keruangan" mengunjuk kepada matra ruang dari pengagihan (distribution) kegiatan. Secara asasi ini bertentangan dengan."tata ruang" yang menyiratkan sekadar mengalokasikan sepetak III-13

lahan untuk suatu kegiatan tertentu, atau memetak-petak lahan untuk dibagi-bagikan kepada sejumlah kegiatan. Makna tataguna lahan menyiratkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengupayakan kelangsungan interaksi pada aras (level) optimum antara intensitas kegiatan dan kemampuang lahan yang ditempati kegiatan tersebut. 2. Upaya tersebut pada butir (1) dimaksudkan untuk dapat menempatkan jumlah maksimum bentuk penggunaan lahan takdeterioratif yang kompatibel, sehingga diperoleh jumlah manfaat terbaik yang dapat diperoleh dengan sumbangan dari semua bentuk penggunaan lahan yang dapat ditempatkan tersebut. 3. Jumlah manfaat terbaik tersebut pada butir (2) diperuntukkan, baik bagi individu pengguna lahan maupun bagi masyarakat secara berimbang. 4. Keterlanjutan fungsi sumberdaya lahan, berarti mencegah dampak negatif pembangunan atas tata ruang. Tataguna lahan merupakan suatu bentuk kebijakan peruntukan lahan. Maka dari itu tataguna lahan dapat bergeser dalam batas-batas suatu program pemanfaatan sumberdaya lahan berjangka panjang. Ini berarti bahwa tataguna lahan bermatra waktu pula, disamping bermatra ruang. Makna dan sifat tataguna lahan mengunjukkan bahwa tataguna lahan menggunakan konsep holistik, dinamik dan geografi pula, sebagaimana yang digunakan dalam menetapkan (define) lahan. Kelayakan atau kesepadanan penggunaan lahan merupakan. pengharkatan lahan secara tuntas (exhaustive) karena melibatkan pertimbangan jangka pendek, menengah dan panjang sebagai satuan waktu, dan pertimbangan setempat, regional dan nasional sebagai satuan ruang. Dengan demikian tataguna lahan merupakan bentuk kebijakan tertinggi dan program paling serbacakup (comprehensive) dalam hal pemanfaatan sumberdaya lahan. Tataguna lahan membimbing pembangunan wilayah yang bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan manfaat lahan. Dapat tedadi bahwa pembangunan wilayah harus melibatkan perubahan keadaan lahan kini. Perubahan keadaan lahan dapat berkenaan dengan penggantian bentuk atau sistem penggunaan lahan, misalnya pertanian diubah menjadi permukiman, atau pertanian pangan diganti dengan perkebunan. Perubahan keadan lahan dapat pula berkenaan dengan reklamasi untuk III-14

membuat keadaan lahan sesuai dengan syarat penggunaan lahan yang direncanakan, misalnya mengeringkan rawa untuk dijadikan kawasan industri. Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki banyak fungsi yaitu : a. Fungsi produksi Sebagai basis bagi berbagai system penunjang kehidupan,melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotic lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan. b. Fungsi lingkungan biotic Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrertrial) yang menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-mikro diatas dan dibawah permukaan tanah. c. Fungsi pengatur iklim Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink) gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energy radiasi matahari dan daur hidrologi global. d. Fungsi hidrologi Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya. e. Fungsi penyimpanan Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia. f. Fungsi pengendali sampah dan polusi Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah senyawasenyawa berbahaya. g. Fungsi ruang kehidupan Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan aktivitas social seperti olahraga dan rekreasi. III-15

h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu. i. Fungsi penghubung spasial Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antar daerah terpencil dari suatu ekosistem alami. Sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan, kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan (Jamulya, 1991:2). a. Karakteristik Lahan Karakteristik Lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah.satuan parameter lahan dalam survey sumberdaya lahan pada umumnya disertai deskripsi karakteristik lahan. b. Kualitas Lahan Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu.kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh.suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya. c. Pembatas Lahan Pembatas lahan merupakan faktor pembatas jika tidak atau hampir tidak dapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan pengelolaan dari suatu penggunaan lahan tertentu. Pembatas lahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Pembatas lahan permanen, pembatas lahan yang tidak dapat diperbaiki dengan usaha perbaikan lahan (land improvement). (2) pembatas lahan sementara, pembatas lahan yang dapat diperbaiki dengan cara pengelolaan lahan. d. Persyaratan Penggunaan Lahan Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu: III-16

1) Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan unsure hara, ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperature, kelembaban udara dan periode kering. 2) Persyaratan pengelolaan, contohnya persiapan pembibitan dan mekanisme selama panen. 3) Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplen tanah, resiko pembentukan kulit tanah. 4) Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggap terhadap pemupukan. e. Perbaikan Lahan Perbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan produksi pertanian. Perbaikan lahan mutlak dilakukan agar kualitas lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya.lahan ini bersifat tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut: Kekeringan, bi asanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan. Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa. Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng. III-17

Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah. Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah. Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi. Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis.beberapa jenis pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kesuburan lahan pertanian. No. Keca matan Tabel 3.4 Luas Lahan Kritis di dalam dan luar kawasan hutan di Kota Probolinggo Hutan Produk si Kritis (Ha) Hutan Lindu ng Hutan Konser vasi Luar Kawas an Hutan Huta n Prod uksi Sangat Kritis (Ha) Huta Huta n n Kons Lind ervas ung i Luar Kawa san Hutan Penyebab Lahan Kritis (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 2 Kaniga ran Mayan gan 0 0 0 2,4 0 0 0 0 0 0 0 43,23 0 0 0 0 Sumber: Dinas Pertanian Kota Probolinggo Digunaka n sebagai kitlur PLN (sebelah Ponpes KH. Massayad i) Digunaka n stadion dan pengemba ngan pelabuhan (area Pelabuhan ) III-18

Lahan yang berpotensi menjadi kritis di Kota Probolinggo hanya 45,63 Ha. Dari tahun 2013, luasan lahan kritis yang ada di Kota Probolinggo tidak mengalami perubahan, karena Lahan tersebut menjadi lahan kritis yang peruntukannya digunakan sebagai kitlur PLN dan akan digunakan sebagai pengembangan area pelabuhan. Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka dari itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan-lahan kritis di Indonesia. Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut. a. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha lainnya. b. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit. c. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan. d. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan. e. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih). f. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS). g. Pengembangan keanekaragaman hayati. h. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis. i. Menghilangkan unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan. j. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat dan terus-menerus. k. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola. l. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun, dalam hal ini kita harus hati-hati karena eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat menggangu lahan pertanian. III-19

Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan mempunyai nilai ekonimis yang besar karena mampunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensian merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.untuk itu harus ditangani dan dikelola secara bijak.daerah diluar jawa banyak memiliki daerah produktif yang sangat potensial, tetapi belum atau tidak dimanfaatkan sehingga daerah ini dikenal dengan daerah yan sedang tidur. Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tekanan terhadap tanah semakin meningkat. Hutan di luar pualu Jawa di ubah menjadi lahan pertanian, kawasan pertambangan, dan perkebunan.sementara itu, lahan pertanian di pulau Jawa diubah menjadi kawasan pemukiman dan industri serta waduk.kehutanan, pertambangan, dan pertanian juga dapat membuat tanah menjadi tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih lanjut. Program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan pemukiman dalam skala besar-besaran telah memberikan kontribusi dalam pembukaan hutan dan belukar. Hal ini menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, serta hilangnya habitat. Walaupun sejumlah kawanan alami, baik daratan maupun hutan, telah dilindungi dari dampak kegiatan manusia melalui penetapannyasebagai cagar alam dan taman nasional, sejumlah besar lahan masih belum diusahakan oleh manusia secara optimal. Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Maka dari itu, harus ditangani secara bijaksana dalam pemanfaatan lahan potensial dan jangan sampai malah merusak lingkungan. Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah alluvial (tanah hasil pengendapan).tanahini cukup subur karena banyak mengandung mineral-mineral yang diangkut bersama lumpur oleh sungai kemidian diendapkan di daerah muara sungai. Mulai dataran pantai sampai ketinggian 300 m dari permukaan laut merupakan areal lahan dataran rendah.bila curah hujannya cukup memadai, zona dataran rendah ini merupakan wilayah lahan hutan hujan tropis yang sangat subur. III-20

Mulai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah tanah tinggi, kondisi wilayahnya merupakan lahan bergelombang, berbukit-bukit sampai daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tanah tnggi yang dipengaruhi oleh gunung berapi,kondisi lahannya di dominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang terkandung mineral haranya cukup tinggi. Daerah pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, merupakan daerah yang rawan erosi tanah. Selain proses erosi, di daerah-daerah yang memiliki crah hujan tinggi keadaan tanahnya biasanya berwarna merah kecoklatan (pucat), karena unsureunsur hara dan humusnya banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur.conth tanah yang sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah podzolik serta tanah laterit. Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara lain dengan cara berikut. 1. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia. 2. Menciptakan keserasian da keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam wilayah tertentu. 3. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran. 4. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentinganmanusia. 5. Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industry, pertanian, perkantoran, dan usaha-usaha lainnya. 6. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengaliahn hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan. 7. Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan. 8. Menggnakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan di aderah pegunungan. 9. Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah. 10. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah di sekitar lautan. III-21

3.2.1.1 Penggunaan Lahan Adapun di Kota Probolinggo, masalah alih fungsi lahan ini juga terjadi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin berkembangnya kegiatan pembangunan yang ada. Walaupun sebagian besar lahan yang dialihfungsikan menjadi kawasan terbangun adalah areal persawahan, tetap saja tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya akan ada kawasan lindung yang harus Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kota Probolinggo Series1 Gambar 3.7 Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama di Kota Probolinggo dikorbankan untuk kelancaran kegiatan pembangunan yang dimaksudkan untuk kemajuan Kota Probolinggo itu sendiri. Sampai saat ini, kedua hal tersebut, masih merupakan dilema panjang yang belum juga terselesaikan. Berikut akan disajikan beberapa data yang akan menginformasikan tentang kualitas lahan/tanah, tutupan lahan, luas kawasan lindung, dan luas lahan kritis di Kota Probolinggo. Gambar 3.8 Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Probolinggo Berdasarkan Fungsinya LUAS WILAYAH MENURUT PENGGUNAAN LAHAN UTAMA DI KOTA PROBOBOLINGGO 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 - (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kademang an Kanigaran Mayangan Luas Lahan Non Luas Pertanian Lahan (Ha) Luas Sawah Lahan (Ha) Luas Kering Lahan (Ha) Perkebunan Luas Lahan Luas (Ha) Hutan Lahan (Ha) Badan Air (Ha) III-22

Luas lahan di Kota Probolinggo ini pada tahun 2016 mencapai 5.376,17 Ha yang terbagi atas lahan non pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air. Total luas lahan non pertanian di Kota Probolinggo pada tahun 2016 pada 5 kecamatan yakni 2.956,17 Ha, sedangkan total luas lahan yang digunakan untuk sawah yakni 1.792 Ha dan pada luasan lahan kering Luas Lahan Non Pertanian 30.9 0 Mar 31.2 yakni 628 Ha. Gambar 3.9 Grafik Luas Lahan Non Pertanian 5 Taman Keanekarag aman Hayati, 2 Berdasarkan gambar diagram lingkaran dibawah dapat disimpulkan bahwa lahan non pertanian didominasi oleh lahan permukiman, perkantoran, dan jalan seluas 2.956,17 Ha. Penggunaan lahan untuk tegal/kebun seluas 613,99 Ha, hutan rakyat seluas 1,55 Ha, sedangkan untuk lahan tambak, komal dan pekarangan seluas 183,24 Ha. LUAS HUTAN BERDASARKAN STATUS (DALAM Ha) 1 Hutan Negara (Kawasan Hutan), - 4 Taman Hutan Raya, - 3 Hutan Kota, 4.16 2 Hutan Hak/Hutan Rakyat, 1.5 5 Gambar 3.10 Grafik Luas Hutan Berdasarkan Status Kota Probolinggo tidak memiliki hutan berdasarkan fungsinya. Hutan yang ada di Kota Probolinggo hanya hutan Kota seluas 4,16 Ha, taman keanekaragaman hayati yang terletak di Kecamatan Kedopok seluas 2 Ha, serta Hutan rakyat seluas 1, 55 Ha. III-23

3.2.1.2 Luas Kawasan Lindung Luasan Kota probolinggo tidak begitu luas sehingga Luas kawasan lindung di Kota Probolinggo juga kecil. Berdasarkan RTRW dan tutupan lahannya di Kota Probolinggo pada tahun 2016 Luas Kawasan kawasan budidaya, 7131 kawasan lindung, 1 589.254 Lindung yakni 8720,254 Ha yang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Luas kawasan lindung 1589,254 Ha, sedangkan luas kawasan Budidaya 7131 Ha. Kawasan lindung hanya terdiri dari sempadan Pantai, sempadan sungai, ruang terbuka hijau dan kawasan pantai berhutan bakau, kawasan rawan banjir serta sempadan mata air. Kawasan lindung di Kota Probolinggo Kawasan Sempadan Kawasan Cagar Pantai, Rawan Kawasan 11 Budaya Gelomban Taman Rawan 6.000 dan Ilmu g Banjir, Wisata 553 Pengetahu Pasang, 0 Alam.470 dan an, 0 Taman Wisata Alam Laut, 0 Cagar Kawasan Alam Pantai Kawasan dan Berhutan Rawan Cagar Bakau, 18 Tanah Alam 3.000 Longsor, Laut, 0 0 Kawasa n Suaka Laut dan Perairan nya, 0 Sempadan Sungai, 18 4.100 Kawasan Taman Suaka Margasat Nasional Sekitar Danau, wa dan dan 0 Taman Suaka Nasional Marga Ruang Margasat Laut, Terbuka 0 wa Laut, Hijau, 0505. Kawasan 830 Suaka Alam, 0 Gambar 3.11 Grafik Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya didominasi oleh Ruang Terbuka Hijau yang terkenal dengan julukannya Kota Seribu Taman dan juga didominasi oleh Sempadan Pantai karena Kota Probolinggo termasuk kawasan pesisir pulai jawa Luas kawasan lindung berdasarkan RTRW dan tutupan lahan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: III-24

Tabel 3.5 Luas Tutupan RTH Public NO. JENIS Kecamatan Jumlah RTH Mayangan Kademangan Kanigaran Kedopok Wonoasih (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Taman 3.53 0.98 1.78 1.02 Kota 0.60 7.91 2 Hutan Kota 0 0.3 0.75 0 5.86 6.91 3 Lap 3.54 2.58 4.89 4.14 Terbuka 6.00 21.15 4 Jalur Hijau 1.98 2.75 2.38 2.94 Jalan 16.26 26.30 5 Jalur Hijau 0 6.46 7.08 4.61 SUTT 14.30 32.45 6 Jalur Rel 3.42 2.81 2.48 1.18 Kereta Api 3.98 13.87 7 Hutan 108 75 0 0 Mangrove 0.00 183.00 8 Sempadan 9.88 56.77 6.42 19.79 Sungai 182.44 275.30 9 Makam 9.84 18.84 9.38 9.80 8.77 56.63 Jumlah 140.19 166.49 35.15 43.48 238.20 623.51 Sumber: DLH, Dinas kelautan dan Perikanan, Dinas pertanian Kota Probolinggo Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa luas tutupan RTH public terbagi atas taman, hutan kota, lap terbuka, jalur hijau jalan, jalur hijau SUIT, jalur rel kereta api, hutan mangrove, sempadan sungai, dan makam. Luas tutupan RTH Public pada tahun 2016 didominasi oleh sempadan sungai dengan luas 275,08. Sedangkan untuk luasan tutupan RTH yang sesuai dengan luas tutupan hutan adalah 183 Ha untuk hutan mangrove; 7,91Ha untuk taman; WONOA SIH 38% KANIGARKEDOPO AN K 6% 7% Luas Tutupan RTH Public MAYANG AN 22% KADEMA NGAN 27% Gambar 3.12 Grafik Luas tutupan RTH Public III-25

6,91 Ha untuk hutan kota dan 26,30 untuk jalur hijau jalan. Adapun luas tutupan RTH public dapat dilihat pada diagram lingkaran dibawah ini. Gambar 3.13 Grafik Luas Tutupan RTH Public yang sesuai dengan Luas Tutupan Vegetasi 275.30 7.91 56.63 6.91 21.15 26.30 32.45 13.87 183.00 Taman Kota Hutan Kota Lap Terbuka Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau SUTT Jalur Rel Kereta Api Hutan Mangrove Sempadan Sungai Makam Selain tidak memiliki hutan, Sumber daya alam yang terdapat di Kota Probolinggo sangat terbatas sekali. Kota Probolinggo tidak memiliki deposit sumber daya alam yang dapat dieksploitasi. Di samping miskin kandungan bahan tambang, Kota Probolinggo juga mempunyai lahan sangat terbatas untuk dikembangkan. Pemanfaatan lahan di Kota Probolinggo sebagain besar dipergunakan untuk pemukiman, pertanian, perindustrian dan perdagangan dan jasa. Perkembangan investasi yang cukup pesat di Kota Probolinggo menjadikan alih fungsi lahan pertanian menjadi sektor pemukiman dan perindustrian. Pada tahun 2016, 16, 8039 Ha sawah beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan 1, 5518 Ha sawah beralih fungsi menjadi lahan untuk kegiatan perindutrian. Perubahan lahan harus tetap diiringi dengan pengelolaan lingkungan yang baik agar tidak terjadi kerusakan di amsa mendatang. Menyikapi semakin pesatnya perubahan fungsi lahan yang terjadi, oleh sebab itu Pemerintah Kota Probolinggo menyusun review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo pada tahun 2016. Diharapkan penyusunan RTRW tersebut mampu mengakomodir untuk menghadapi perubahan yang terjadi selama 20 tahun mendatang. III-26

Tabel 3.6 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Probolinggo No. Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha) Lama Baru Sumber Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) Dari sawah ke 1 Permukiman 21,240 16,8039 permukiman 2 Industri 2,126 1,5518 Dari sawah ke industri 3 Tanah kering 0 0-4 Perkebunan 0 0-5 Semak belukar 0 0-6 Tanah kosong 0 0-7 Perairan/kolam 0 0-8 Lainnya ( Jasa) 1,004 0 - Total 24,370 18,3557 Sumber: Dinas Pertanian Kota Probolinggo, 2016 Pemanfaatan hutan di Kota Probolinggo hanya terdiri atas hutan rakyat yang ada 1,55 Ha. Hutan ini dikelola oleh rakyat dengan pengawasan dan pembinaan dari pemerintah Kota Probolinggo. 3.2.1.3 Evaluasi Kerusakan Tanah Dalam Peraturan Pemerintah No 150 tahun 2000, yang dimaksud dengan tanah adalah salah satu komponen utama lahan yang merupakan lapisan terataskerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji, buah, daun, ranting, batang, III-27

dan akar, termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman.sifat dasar tanah adalah sifat dasar fisika, kimia, dan biologi tanah. Berubahnya sifat dasar tanah dalam hubungannya dengan produksi biomassa dapat disebabkan oleh tindakan-tindakan pengolahan tanah yang semena-mena, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan serta dapat juga disebabkan penggunaan pestisida maupun herbisida yang terus menerus dengan takaran yang melampau batas. Dalam hubungan inilah, maka analisis sifat-sifat tanah tertentu yang sekaligus merupakan kriteria kerusakan tanah diutamakan pada pusat-pusat budidaya pertanian intensif. Kota Probolinggo setiap tahun melakukan studi kerusakan tanah yang bekerja sama dengan Universitas Brawijaya. Dari studi yang duilakukan pada tahun 2016 yang di dasarkan hasil verifikasi lapangan dan evaluasi terhadap semua parameter kerusakan tanah untuk biomassa di Kecamatan Kademangan dan Wonoasih maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Status kerusakan tanah di Kecamatan Kademangan dan Wonoasih tergolong rusak ringan, karena tidak semua indikator masuk kategori kritis. Indikator yang masuk kategori kritis ialah redoks, Berat isi, porositas dan daya pelulusan air. Dari hasil evaluasi kerusakan tanah di lahan kering di Kota Probolinggo tahun 2016 (Tabel 6 Lampiran Data) didapatkan hasil pengamatan lapangan menunjukan bahwa semua solum tanah tergolong dalam, artinya akar mampu menembus tanah sampai kedalaman rerata >50 cm. Hal ini berarti dari aspek ketebalan solum tergolong aman karena semua hasil pengukuran menunjukan diluar ambang kritis yaitu < 20 cm. Bila dilihat dari ambnag kritis yaitu > 40% maka disemua titik pengamatan menujukan bahwa dari aspek kebatuan permukaan tergolong aman karena hasil diluar ambang kritis semua. Hasil analisa laboratorium menunjukan bahwa kondisi porositas total berkisar antara 46,6 64,1%, umumnya berada pada kisaran porositas tanah yang berada dalam kondisi yang baik. Batas ambang kritis kerusakan tanah berdasarkan kondisi porositas adalah <30% atau >70%. III-28

Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa semua titik pengamatan berada pada titik aman dan jauh dari ambang batas nilai DHL yaitu >4mS.Berdasarkan nilai ambang batas kritis DHL tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai DHL tidak berkontribusi sebagai penyebab kerusakan tanah produksi biomassa. Hasil analisa laboratorium menunjukkan jumlah mikroba di semua titik pengamatan tergolong aman dan jauh dari ambang batas.karena semua lokasi memiliki jumlah mikroba sebesar 10 7 cfu/ g tanah.sedang nilai ambang batasnya adalah <100 cfu/g tanah.jumlah mikroba ini juga sebagai indikator untuk kesuburan tanah.makin subur suatu tanah maka akan banyak mengandunng mikroba. Status kerusakan tanah diperoleh dari hasil uji verifikasi pengambilan sampel tanah dan anlisa sampel tanah di laboratorium. Sebelumnya titik-titik pengamatan diperoleh dari overlay peta-peta dasar penentu kerusakan tanah. Hasil analisis tanah setiap parameter dicocokkan dengan ambang batas kritis yang ada sesuai aturan yang berlaku. Hasil akhir dari proses ini adalah munculnya peta status kerusakan tanah dan faktor pembatas yang mempengaruhinya. Hasil verifikasi dan analisa di laboratorium menunjukkan bahwa parameter redoks berada pada posisi yang kritis. Semua indikator untuk melihat kerusakan tanah di Kota Probolinggo relatif aman kecuali redoks. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa nilai redoks di Kecamatan Kademangan dan Wonoasih berkisar -11,9 144,9 mv. Nilai ambang batas kritis redoks adalah < 200 mv, bila dilihat dari ambang batas kerusakan lahan tersebut maka wilayah ini kondisi tanahnya tergolong kritis terhadap kerusakan tanah karena nilai redoks tanah berada di dalam ambang kritis (penyediaan oksigen dalam tanah rendah). Kota Probolinggo tidak melakukan evaluasi kerusakan tanah di lahan basah karena Kota Probolinggo tidak memiliki lahan gambut. 3.2.1.4 Realisasi Penghijauan Sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap ancaman dan dampak dari perubahan iklim. Letak geografis dan kondisi geologisnya menjadikan negeri ini semakin rawan terhadap berbagai bencana alam yang terkait dengan iklim. Kenaikan permukaan air laut, meluasnya kekeringan dan banjir, menurunnya produksi pertanian, III-29

dan meningkatnya berbagai penyakit yang terkait iklim merupakan beberapa dampak dari perubahan iklim yang sudah dan akan terjadi di Indonesia.Dengan adanya program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan melalui kegiatan penghijauan kita dapat mengurangi suhu Gambar 3.14 Kegiatan Penanaman Pohon di Kota Probolinggo bumi yang semakin meningkat akibat pemanasan global dan perubahan iklim, dengan melakukan penanaman pohon di semua ruas jalan dan lahan yang terabaikan. Melihat kenyataan tersebut perhatian akan pentingnya lahan hijau di dalam kota semakin dirasakan perlu saat ini. Lahan hijau baik taman maupun hutan kota memberikan banyak sekali manfaat bagi kelestarian lingkungan kota. Lahan hijau sangat diperlukan bagi masyarakat kota. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang pada gilirannya akan membaktikan diri pada alam yang berupa kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi udara dan kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota. Realisasi Penghijauan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu dengan strategi pengembangan lahan perkotaan untuk peruntukan Ruang Terbuka Hijau. akhir-akhir ini timbul kesadaran masyarakat akan pentingnya pohon untuk kelestarian dan keseimbangan alam demi kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup. Berbagai gerakan konservasi hutan mulai digalakkan. Kota Probolinggo sedang bergiat melakukan pembangunan pun turut disibukkan oleh gerakan tanam pohon yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam dengan memperhatikan luasan ruang terbuka hijau dan menyisakan lahannya untuk menanam sejumlah pohon. Agar penyediaan ruang terbuka hijau dapat terus berjalan seiring dengan program tanam pohon di Ruas Kanan Kiri jalan kota Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup berinisiatif memotori program ini. Inisiasi tanam pohon ini akan dilanjutkan di lokasi-lokasi yang menjadi area publik milik Pemerintah Kota Probolinggo, lahan fasos III-30

Kadem Kaniga Kedop Mayan Wono DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO dan fasum milik Pemerintah Kota Probolinggo yang tersebar di lokasi-lokasi perumahan, serta ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh pabrik, rumah sakit, sekolah dan lainnya. Tentunya, dengan melibatkan para pemangku kepentingan di instansiinstasi tersebut. Dengan memperhatikan berbagai hal tersebut di atas, maka sangatlah tepat apabila Pemerintah Kota Probolinggo menggalakkan kegiatan dalam pelestarian lingkungan hidup dengan mengadakan penanaman secara terus menerus sepanjang tahun melalui Gerakan Penghijauan yang merupakan penjabaran dari program nasional dan Propinsi Jawa Timur, dan program tersebut dilaksanakan untuk mencapai : Menuju Kota Probolinggo Hijau Kegiatan penghijauan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat,asri dan sejuk, mengurangi dampak pemanasan global, meningkatkan mutu/kualitas lingkungan hidup, mendorong kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap upaya kelestarian lingkungan, menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup, memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan fungsi resapan air serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan. Selama Tahun 2016 Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dan Dinas Pertanian Kota Probolinggo dan juga masyarakat telah melakukan kegiatan penghijauan di Kecamatan Mayangan, Kedopok, Kademangan, Kanigaran dan Wonoasih. Jumlah pohon mencapai 17.370 pohon dengan luasan lahan 4,89 Ha. Dari gambar di samping dapat diambil kesimpulan bahwa penanaman untuk tahun 2016 150,000 100,000 50,000-300 200 100 0 PERBANDINGAN REALISASI JUMLAH POHON PENGHIAUAN 2013-2016 Realisasi Jumlah Pohon Tahun 2013 Realisasi Jumlah Pohon Tahun 2014 PERBANDINGAN LUAS REALISASI PENGHIJAUAN 2013-2016 Luas Realisasi Penghijauan (Ha) Tahun 2013 Luas Realisasi Penghijauan (Ha) Tahun 2014 Gambar 3.15 Grafik Perbandingan Realisasi Penghijauan 2013-2016 III-31

mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2015 dan 2014 dengan penanaman pohon sebanyak 63.235 pohon. Karena lahan yang untuk ditanami sudah terisi oleh kegiatan penanaman yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Pengembangan RTH di Kota Probolinggo memberikan banyak dampak positif bagi peningkatan kualitas lingkungan, antara lain : a. Menciptakan mekanisme pengendalian lingkungan hidup melalui penataan ruang, agar dapat berfungsi serupa dengan kondisi alami sebelum dibangun yang mampu menyimpan, meresapkan, menguapkan dan menangkap sumber daya air dan perbaikan kualitas udara; b. Mendorong kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap upaya kelestarian lingkungan; c. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan fungsi resapan air serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan; d. Sebagai salah satu alternatif tempat tujuan wisata di Kota Probolinggo. Gambar 3.16 Kegiatan Penanaman Pohon yang melibatkan masyarakat, Kodim dan sekolah. Pemerintah Kota Probolinggo menggalakkan kegiatan penghijauan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dengan mengadakan penanaman secara terus menerus sepanjang tahun melalui Gerakan Sejuta Pohon yang merupakan penjabaran dari program nasional dan Propinsi Jawa Timur. Selain kegiatan Gerakan Sejuta Pohon, Pemerintah Kota Probolinggo juga melakukan kegiatan Peirngatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) Tahun 2016 dan penanaman pohon rutin yang dilaksanakan pada peringatan hari yang bertemakan III-32

lingkungan hidup. Pelaksanaan Gerakan Sejuta Pohon lebih banyak diarahkan pada gerakan swadaya dan mandiri oleh semua pihak diikuti dengan kegiatan pemeliharaan tanaman yang baik. Selain kegiatan tersebut di atas kegiatan penghijauan juga terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dengan masyarakat, salah satunya adalah dengan melakukan penanaman bambu di sumber mata air, untuk tetap menjaga kelestarian sumber mata air. Selain itu dilakukan kegiatan penanaman pohon dengan masyarakat. Rangkaian kegiatan tersebut dijabarkan seperti di bawah ini: 1. Untuk mengatasi permasalahan rehabilitasi lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo selain melakukan penghijauan lingkungan juga melakukan kegiatan fisik yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan. Adapun kegiatan fisik untuk melakukan perbaikan lingkungan dilakukan antara pihak Pemerintah Kota Probolinggo, Masyarakat, Kodim, dan sekolah. 2. Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat, baik oleh pihak swasta, maupun darisekolah-sekolah. Sepanjang Tahun 2016, jumlah pohon yang sudah ditanam oleh masyarakat mencapai 660 pohon. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Probolinggo juga senantiasa aktif dalam kegiatan lingkungan demi mencapai Kota Probolinggo yang aman, bersih dan sejahtera. 3.2.1.5 Kegiatan Reboisasi Reboisasi merupakan kegiatan penghutanan kembali kawasan hutan bekas tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan (Manan 1978). Reboisasi meliputi kegiatan permudaan pohon, penanaman jenis pohon lainnya di area hutan negara dan area lain sesuai rencana tata guna lahan yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, kegiatan reboisasi tidak dilaksanakan dikarenakan Kota Probolinggo tidak mempunyai hutan sebagaimana yang dimaksud dalam definisi tersebut. III-33

3.2.1.6 Laut, Pesisir, dan Pantai Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil). Batasan secara teknis terdiri dari daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Wilayah pesisir Kota Probolinggo, ke arah laut meliputi wilayah perairan berjarak 4 mil dari garis pantai sedangkan kearah daratan meliputi wilayah Kelurahan Mayangan, Mangunharjo, Sukabumi, Pilang dan Ketapang yang langsung berhadapan dengan laut. Wilayah pesisir Kota Probolinggo disusun oleh beberapa tipe ekosistem yang khas seperti ekosistem tambak, Terumbu Karang, Padang, Mangrove, Estuaria dan sebagainya. Masing-masing memiliki produktifitas tinggi, dan interaksi diantaranya sangat berpengaruh pada produktifitas wilayah pesisir secara keseluruhuan. Perairan pesisir Kota Probolinggo, berdasarkan hasil pengamatan berkala Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo masih tergolong baik, dimana semua parameter yang diukur masih lebih kecil dari baku mutu yang ditetapkan. 3.2.1.7 Mangrove Hutan Mangrove adalah ekosistem di bibir pesisir yang memiliki berbagai peran penting bagi kehidupan mahluk disekitarnya. Keberadaan mangrove bagi sumberdaya perikanan, merupakan tempat berpijah dan mencari makan berbagai macam biota laut; bagi ekosistem daratan, pelindung kerusakan/abrasi dari terpaan ombak dan III-34

gelombang; dan bagi manusia merupakan tempat mencari sumber mata pencaharian karena disekitar mangrove kaya ikan, kepiting dan kayu. Kawasan mangrove Kota Probolinggo di rumbuhi oleh 8 spesies tumbuhan mangrove yakni Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gimnorhiza, Heritiera litoralis, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia Alba.Ekosistem mangrove di Kota Probolinggo didominasi oleh Rhizophora Mucronata dan Avicennia alba dengan kerapatan tumbuhnya sekitar 504 pohon/ha. Pada tahun 2016 ini luasan tutupan mangrove meningkat dari 183 Ha pada tahun 2015 menjadi 188,065 Ha (Tabel 8 lampiran data) Gambar 3.17. Mangrove di wilayah pesisir Kota Probolinggo Adapun ekosistem hutan mangrove di wilayah pesisir Kota Probolinggo berada di Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Ketapang, Kelurahan Pilang. Dengan rincian luas hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo 83,265 Ha, Kelurahan Sukabumi 26 Ha, Kelurahan Pilang 22,8 Ha dan Kelurahan Ketapang 56 Ha. Struktur vegetasi mangrove di Kota Probolinggo didominasi oleh jenis Rhizopora mucronata dengan jumlah 7162 spesies.selain itu, komposisi vegetasi mangrove di tiap stasiun di Kota Probolinggo berbeda. Untuk menjaga ekosistem mangrove, Pemerintah Kota Probolinggo bekerjasama dengan pihak swasta telah membangun ekowisata mangrove di Kecamatan Mayangan. III-35

3.2.1.8 Padang Lamun Pada dasarnya, ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Dimana mangrove adalah penyedia nutrien yang akan dimanfaatkan oleh padang lamun untuk bertahan hidup. Di perairan pesisir wilayah Kota Probolinggo tidak terdapat ekositem padang lamun. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang sesuainya kondisi perairan pantai Kota Probolinggo yang berlumpur dengan habitat hidupnya padang lamun. 3.2.1.9 Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) adalah suatu ekosistem yang mempunyai produktivitas organik dan keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem lainnya. Hal ini disebabkan kemampuan terumbu karang untuk menahan nutrien dalam sistem dan berperan sebagai kolam untuk menampung masukan dari luar. Secara ekologis, terumbu karang berfungsi sebagai habitat, penyedia makanan, tempat berlindung serta tempat berkembang biak berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Selain itu, secara fisik terumbu karang juga berfungsi melindungi pantai dari abrasi, gelombang dan sebagai stabilisator perubahan morfologi garis pantai. Secara sosio-ekonomi, terumbu karang merupakan sumber kehidupan bagi kegiatan nelayan perikanan tangkap karena di sana III-36

hidup berbagai jenis kerang, udang karang, ikan karang, teripang dan kerang mutiara yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Terumbu karang juga berfungsi untuk melindungi pantai dari hempasan gelombang dan arus laut. Luas tutupan ini hanya terdapat di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Luasan terumbu karang meningkat 34 m², dari tahun 2014 yang memiliki luasan sebesar 0,015 Ha dan pada tahun meningkat menjadi 0,0184 Ha di tahun 2016 ini. Hal ini dikarenakan baru beberapa tahun ini diadakan pembudidayaan terumbu karang dari Dinas Kelautan dan Perikanan kota Probolinggo, untuk itu dimasa mendatang perlu dilakukan pendataan agar keberadaannya bisa dikelola dengan baik. 3.2.1.10 Sumberdaya Ekosistem Daratan Ekosistem pesisir daratan adalah wilayah pesisir yang berada dekosistem hutan mangrove.ekosistem ini pada umumnya berupa hamparan daratan yang telah dirubah menjadi kawasan budidaya.struktur prnggunaan lahan di wilayah pesisir daratan Kota Probolinggo secara umum adalah pemukiman, perdagangan, industri, pertanian dan infrastruktur. Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa penggunaan 844, 4 hektar (37 persen) kawasan pesisir daratan digunakan untuk pemukiman, 428 hektar (18,97 persen) untuk tuang terbuka hijau, 375,1 hektar (16,62 persen) untuk pertanian, 263,3 hektar (11,66 persen) utuk industri dan perdagangan, 229 hektar (10,14 persen) untuk fasilitas umum dan hanya 22 hektar (0,97 persen) untuk perdagangan dan Jasa. No Tabel 3.6. Penggunaan lahan kawasan pesisir wilayah daratan Kota Probolinggo Kecamatan Wilayah Pesisir daratan Kota Probolinggo Penggunaan Lahan Kademanga Prosentase Mayangan n 1 Pertanian 120 255,1 375,1 16,62 2 Industri dan Pergudangan 131,1 132,2 263,3 11,66 3 Permukiman 415,2 429,2 844,4 37,40 4 Perdagangan dan Jasa 8,5 13,5 22 0,97 5 Fasilitas Umum 142,5 86,5 229 10,14 6 Ruang Terbuka Hijau Publik 173,1 255,1 428,2 18,97 7 Jalan 62,2 33,3 95,5 4,23 Jumlah Kawasan Pesisir Wilayah daratan 1052,6 1204,9 2257,5 100,00 Sumber; BAPPEDA Kota Probolinggo III-37

3.2.2 KUALITAS AIR Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air menutupi hamper 71% permukaan bumi, air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (dikutub) dan puncak gunung, akan tetapi dapat juga hadir sebagai awan, sungai, hujan dan danau. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia serta untuk memajukan kesejahteraan umum. Manusia memerlukan air tidak hanya sebagai pendukung metabolisme tubuh, melainkan juga untuk kepentingan lainnya. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi diatur atau mengikuti suatu siklus hidrologi, yaitu suatu siklus yang menggambarkan sirkulasi air secara terus menerus melalui prose salami yaitu : melalui penguapan, hujan, dan aliran air diatas permukaan tanah (run off, mata air, sungai, danau) menuju laut. Melalui siklus ini, suplai air yang tersedia bagi manusia dan makhluk hidup lainnya dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Kecenderungan kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Berdasarkan data jumlah penduduk di Kota Probolinggo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan air bersih cenderung juga akan meningkat. Peningkatan jumlah penduduk membawa banyak konsekuensi, diantaranya terhadap kecukupan penyediaan air. Berdasarkan dugaan para ahli, kelangkaan air bersih akan terjadi dalam beberapa tahun yang akan datang. Diperkirakan pada tahun 2040 ketersediaan air bersih akan berkurang sebanyak 50% dari jumlah kebutuhan, hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, semakin panjangnya masa harapan hidup serta hampir selalu terjadi pemborosan dalam setiap pemakaian air. 3.2.2.1 Air Sungai Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kawasan lahan basah yang menyimpan potensi kehati yang tinggi dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar DAS, seperti memenuhi kebutuhan irigasi pertanian, bahan baku PDAM dan industri, mengalirkan dan menyerap air limpasan atau aliran banjir, serta memelihara kualitas air sungai. Karena sungai yang hidup akan mampu memperbaiki kualitas air sungai melalui III-38

proses biologis dengan menguraikan bahan pencemar dan secara fisik dengan menyaring bahan pencemar. Di wilayah Kota Probolinggo terdapat 6 sungai yaitu Kali Kedunggaleng, Umbul, Banger, Legundi, Kasbah (Sukabumi), dan Pancor. No. Tabel 3.7 Kondisi Sungai di Kota Probolinggo Nama Sungai Panjang (km) Lebar Permukaan (m) Lebar Dasar (m) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Kedunggaleng 5,75 30-35 25-30 2 Umbul 5,14 11,00 8,8 3 Mangunharjo (Banger) 2,87 4,00 3,5 4 Legundi 5,44 10.00-13.00 9.00-12.00 5 Sukabumi (Kasbah) 1,25 2.50 800 2.00-7.00 6 Pancor 4,24 1.00-5.50 1.00-4.500 No. Nama Sungai Kedalaman Debit Maks Debit Min (m) (m3/dtk) (m3/dtk) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Kedunggaleng 5-6 26,5 0,4 2 Umbul 1.50-2.50 6,6 0,8 3 Mangunharjo (Banger) 1.00-2.30 2,63 0,31 4 Legundi 3.00-4.00 13,5 0,81 5 Kasbah (Sukabumi) 1.50-2.30 4,5 0,63 6 Pancor 1.40-1.70 3,15 0,3 Berdasarkan tabel kondisi sungai di Kota Probolinggo, dapat diketahui bahwa sungai terpanjang adalah Sungai Kedunggaleng dengan panjang 5,75 km. Lebar permukaan 30-35 m, lebar dasar 25-30 m, kedalaman 5-6 m, dengan debit maksimal 26,5 m 3 /detik serta debit minimal 0,4 m 3 / detik. Apabila dilihat dari sungai yang paling pendek, maka Sungai Sukabumi merupakan sungai yang paling pendek dibanding dengan sungai lainnya yang ada di Kota Probolinggo dengan panjang 1,25 km, lebar permukaan 2,5-8 m, lebar dasar 2-7 m, kedalaman 1,5 2,3 m, dengan debit maksimal 4,5 m3/detik serta debit minimal 0,63 m3/detik. Sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun, mengalir dari arah selatan ke utara sesuai dengan kelerengan wilayah dan mempunyai hulu di wilayah Kabupaten Probolinggo. Untuk keperluan usaha III-39

pertanian, sungai-sungai tersebut telah dimanfaatkan seluruhnya melalui saluran-saluran irigasi yang dibangun. Semakin baik kondisi daerah hulu dan daerah sepanjang aliran sungai, maka semakin baik pula kualitas air sungainya. Namun, akhirakhir ini sungai di Kota Probolinggo sering dihadapkan pada masalah pencemaran air. Penyebab utama pencemaran air ini adalah adanya pembuangan limbah cair domestik serta limbah cair dari kegiatan Gambar. 3.18 Sungai Legundi di Kota Probolinggo. masyarakat lainnya yang mengandung zat pencemar sehingga mengakibatkan penurunan kualitas air di beberapa sungai di Kota Probolinggo. Untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai yang ada di Kota Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup melalui UPT. Laboratorium Lingkungan secara berkala melakukan pengambilan sampel air sungai untuk diperiksa di laboratorium lingkungan. Gambar 3.19 Kegiatan Pengambilan Sampel Air Sungai III-40

Sungai Umbul (hilir) Sungai Legundi (hilir) Sungai Umbul Sungai Kasbah Sungai Umbul (Hulu) Sungai Kasbah (Hulu) Sungai Legundi Sungai Legundi (HUlu) Sungai Sungai Sungai Pancor (Hulu) Sungai Pancor Sungai Sungai Pancor (Hilir) DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Air sungai di Kota Probolinggo termasuk sungai Kelas III yaitu sungai yang pemanfaatannya digunakan sebagai pertanian, pengairan dan perikanan karena memang air sungai di Kota Probolinggo tidak digunakan sebagai sumber air bersih. Dari uji laboratorium tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai pada 7 (tujuh) sungai yang melintas di Kota Probolinggo masih dibawah nilai baku mutu yang mana mengacu dengan Perda Propinsi Jatim No. 2 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Kulaitas Air dan Pengendalian,. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan sungai serta belum optimalnya pengolahan limbah pada kegiatan usaha atau industry sehingga ketika di buang ke badan air masih belum sesuai dengan baku mutu sehingga menyebabkan sungai tersebut mengalami pencemaran ringan. 160.0 140.0 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 55.1 25.1 106.4 66.3 116.0 12.0 68.7 59.6 15.6 135.2 69.0 61.7 43.60 38.00 29.20 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 34.00 35.00 52.00 32.00 19.20 21.0022.00 17.30 20.00 11.80 11.30 13.90 5.40 6.30 0.23 TSS (mg/l) baku mutu TSS (mg/l) baku mutu 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00-50.00 98.00 84.00 24.0025.00 34.00 12.0016.0012.00 276.00 292.00 0.2310.00.230.23 TSS (mg/l) baku mutu Gambar 3.20 Grafik Hasil TSS Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo Berdasarkan diagram TSS diatas yang diambil dari beberapa titik yang mewakili setiap sungai dan dalam periode tertentu, menunjukkan kondisi sungai mempunyai nilai konsentrasi TSS yang tinggi. Apabila nilai TSS tinggi dapat III-41

8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 mengganggu sistem osmoregulasi organik akuatik. Sungai Kedunggaleng mempunyai nilai konsentrasi TSS yang paling tinggi dibandingkan dengan sungai yang lainnya di Kota Probolinggo. Nilai konsentrasi TSS Sungai Kedunggaleng mencapai 292 mg/l. Adapun nilai konsentrasi yang memenuhi baku mutu TSS diantaranya adalah Sungai Legundi, Sungai Kasbah, Sungai Pancor, Serta Sungai Umbul. 3.9 1.3 6.40 2.3 7.90 1.2 2.1 5.9 2.8 2.8 1.0 1.1 4.5 8.40 7.50 6.30 6.50 5.70 6.006.10 4.60 4.70 2.60 1.6 6.70 6.80 6.30 7.00 5.20 DO (mg/l) baku mutu DO (mg/l) baku mutu Parameter oksigen terlarut dapatdigunakan sebagai indikator tingkat kesegaranair (Sutriati, 2011). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,karena oksigen terlarut berperan dalam prosesoksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 5.50 7.47 6.00 7.20 6.10 6.30 6.70 4.70 4.80 5.50 5.30 4.50 Gambar 3.21 Grafik Hasil DO Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo 7.48 4.30 5.60 DO (mg/l) baku mutu beban pencemaran pada perairan secara alami (Salmin,2005). Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) air sungai di Kota Probolinggo menunjukkan DO Sungai Banger (hulu) yakni 1,0 mg/l sedangkan Sungai Banger (hilir) mencapai 1,1 mg/l. Hal ini menandakan bahwa kualitas air Sungai Banger berdasarkan parameter DO, memiliki III-42

Pancor (hulu) Banger (hulu) Kedunggaleng (hulu) Umbul (hilir) Kasbah (hilir) Legundi (hilir) Pancor (hilir) Banger (hilir) Kedunggaleng (hilir) Banger Banger Banger Banger Banger Kasbah (hilir) Umbul (hilir) Legundi (hilir) Umbul (pertengahan) Kasbah (pertengahan) Umbul (Hulu) Kasbah (Hulu) Legundi (pertengahan) Legundi (HUlu) Kedunggaleng (HUlu) Kedunggaleng Pancor (Hulu) Pancor (pertengahan) Kedunggaleng (Hilir) Pancor (Hilir) DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO tingkat pencemaran yang sangat tinggi. Selain Sungai Banger, juga terdapat beberapa sungai yang nilai konsentrasinya rendah diantaranya adalah Sungai Pancor, Sungai Umbul, Sungai Kasbah, Sungai Legundi dan Sungai Kedunggaleng. 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Pada umumnya air yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, makin banyak bahan buangan organik di dalam air makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalam air (Wardhana, 2004). Aktivitas manusia seperti pertanian dan pembuangan limbah, menyebabkan penurunan kosentrasi oksigen terlarut (Blumeet al., 2010). 5.90 6.75 9.95 13.05 5.40 13.25 15.1016.05 9.00 3.00 20.00 BOD (mg/l) 21.00 11.30 13.0515.75 13.30 5.60 8.9011.1511.6013.30 44.00 48.80 37.80 baku mutu 5.00 6.00 8.00 10.0012.00 12.00 12.00 9.00 1.005.00 1.00 20.00 23.00 13.00 5.00 11.40 4.60 9.85 13.70 9.50 BOD (mg/l) baku mutu BOD (mg/l) baku mutu BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menguraikan bahan pencemar organik dalam air.makin besar kosentrasi BOD suatu perairan,menunjukan konsentrasi bahan organik di dalam air juga tinggi (Yudo, 2010). Berdasarkan grafik BOD Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo sebagian besar nilai konsentrasi BOD tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sungai tersebut telah tercemar. Sungai Banger (hulu) merupakan sungai yang mempunyai nilai konsentrasi BOD yang sangat tinggi dibandingkan dengan sungai yang lainnya, yakni mencapai 44mg/l. Gambar 3.22 Hasil BOD Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo III-43

Pancor (hulu) Banger (hulu) Kedunggaleng (hulu) Umbul (hilir) Kasbah (hilir) Legundi (hilir) Pancor (hilir) Banger (hilir) Kedunggaleng (hilir) Banger Banger Banger Banger Banger Kasbah (hilir) Umbul (hilir) Legundi (hilir) Umbul Kasbah Umbul (Hulu) Kasbah (Hulu) Legundi Legundi (HUlu) Kedunggaleng Kedunggaleng Pancor (Hulu) Pancor Kedunggaleng (Hilir) Pancor (Hilir) Umbul (Hulu) Umbul (Hilir) Kasbah (Hulu) Kasbah (Hilir) Legundi (Hulu) Legundi (Hilir) Pancor (Hulu) Pancor (Hilir) Banger (Hulu) Banger (Hilir) Kedunggaleng (Hulu) Kedunggaleng (Hilir) Umbul (hulu) Kasbah (hulu) Legundi (hulu) DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sedangkan nilai konsentrasi BOD yang terendah adalah Sungai Pancor (hulu) mencapai nilai 1 mg/l. Berdasarkan grafik disamping, nilai konsentrasi COD kualitas air sungai di Kota Probolingo sebagian besar melebihi nilai baku mutu yang telah ditetapkan. Nilai konsentrasi tertinggi mencapai 178,2 mg/l pada kualitas air Sungai Banger. Nilai konsentrasi terendah mencapai 0,77 mg/l pada kualitas air Sungai Kasbah dan Sungai Legundi. Konsentrasi COD yang 200.00 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 29.00 0.77 71.00 178.2 140.7 12.90 16.10 25.80 32.2041.90 29.00 38.70 0.7712.90 3.20 10.00 COD (mg/l) baku mutu COD (mg/l) baku mutu tinggi mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu perairan. 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 166.10 COD (mg/l) baku mutu Gambar 3.23 Hasil COD Kualitas Air Sungai di Kota Probolinggo 3.2.2.2 Sumber Air Minum Kota Probolinggo tidak memiliki danau/situ/embung, namun mempunyai 14 sumber mata air yang tersebar diseluruh wilayah kota. Yakni sumber air Kekok, sumber air Pacar, sumber air Kasbah, sumber air Umbul, sumber air Pilang, sumber air Pinang, sumber air Gentong, sumber air Jalil, sumber air Grinting, sumber air Ardi, sumber air III-44

Masjid Tiban Gentong Arum Jati Kasbah Jalil Ardhi Sentong Pinang kekok Grinting Umbul Pacar Pilang Masjid Tiban Gentong Arum Jati Kasbah Jalil Ardhi Sentong Pinang kekok Grinting Umbul Pacar Pilang Masjid Tiban Gentong Arum Jati Kasbah Jalil Ardhi Sentong Pinang kekok Grinting Umbul Pacar Pilang Masjid Tiban Gentong Arum Jati Kasbah Jalil Ardhi Sentong Pinang kekok Grinting Umbul Pacar Pilang DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sentong, sumber air Jati, sumber air masjid tiban dan sumber air Arum. Sumber air Grinting merupakan sumber air yang paling luas dibandingkan dengan sumber air yang lain yakni mencapai 1353,12 m 2. Namun debit air yang paling besar adalah sumber air Sentong, yakni mencapai 90 liter/detik. Sumber mata air yang ada di Kota Probolinggo ini menjadi urat nadi Gambar 3.24 Sumber Mata Air Jalil Kota Probolinggo kehidupan bagi masyarakat, dan juga sebagai penyedia kebutuhan air bersih. Oleh karena itu, seluruh masyarakat hendaknya ikut melestarikan sumber mata air yang ada dan tidak merusak keberdaan sumber mata air serta kawasan lindungnya. 80 1.2 70 60 50 67 1 0.8 40 30 20 10 0 2 27 9 9 22 2 2 16 9 4 22 17 12 Total coliform (jmlh/1000 ml) baku mutu 0.6 0.4 0.2 0 NO2 (mg/l) baku mutu 6000.0 12.000 5000.0 4968 10.000 4000.0 8.000 3000.0 6.000 2000.0 1000.0 1618 TDS (mg/l) baku mutu 4.000 2.000 NO3 (mg/l) baku mutu 0.0 0.000 Gambar 3.25 Grafik Hasil Analisa Beberapa Parameter Kualitas Sumber Mata Air di Kota Probolinggo III-45

Masjid Tiban Gentong Arum Jati Kasbah Jalil Ardhi Sentong Pinang kekok Grinting Umbul Pacar Pilang DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Detergen (µg/l) baku mutu Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa hasil uji detergen, uji NO3, dan NO2 tidak melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan. Namun konsentrasi nilai Total Coliform Gambar 3.26 Grafik Hasil Analisa Parameter Detergen Kualitas Sumber Mata Air Di Kota Probolinggo dan TDS ada yang melebihi baku mutu. Nilai konsentrasi TDS pada sumber Mata Air Arum sangat tinggi, yakni mencapai 4968 mg/ l sedangkan nilai konseantrasi total coliform tertinggi yakni Sumber Mata Air Gentong yang mencapai 67/1000 ml. Sumber mata air Grinting dan sumber mata air Ardi merupakan sumber mata air yang memenuhi baku mutu kualitas air bersih. Gambar 3.27 Peta Sumber Mata Air Kota Probolinggo III-46

Selain kualitas sumber mata air, Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo melalui UPT. Laboratorium Lingkungan secara rutin juga melakukan pengambilan sampel air sumur unturk diujikan dilaboratorium. Adapun hasil yang didapatkan dari lima kecamatan yang ada di Kota Probolinggo, masih ada yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Di Kecamatan Kedopok dan Kadeamangan nilai konsentrasi NO3 tergolong melebihi baku mutu, hal ini diindikasikan adanya zat pencemar berupa pupuk kimia dilahan pertanian yang meresap ke sumur. Nilai konsenrasi Arsen, Khrom, besi timbal, mangan, air raksa, nitrit, sulfat, belerang, pada sumur di Kota Probolinggo memenuhi baku mutu, namun pada konsentrasi total coliform kualitas air sumur di semua titik pengambilan sampel tidak memenuhi baku mutu, dengan artian tercemar. Selain sumber mata air yang ada di Kota Probolinggo, kualitas air dari sumber mata air Ronggojalu yang terletak di Kabupaten Probolinggo juga dilakukan pengujian mengingat sumber ini menjadi bahan baku air PDAM. Secara kimia hasil pengujian kualitas sumber air Ronggojalu memenuhi baku mutu persyaratan air bersih. Pemeriksaan secara biologi juga dilakukan dengan mengambil sampel air kepada orang yang menggunakan air PDAM, dan hasil uji dari semua sampel memenuhi baku mutu persyaratan air bersih. Tabel 3.8 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kota Probolinggo No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya 1 MAYANGAN 10192 6477 0 0 19 0 2 KANIGARAN 4563 10111 0 0 11 0 3 KADEMANGAN 1680 9446 0 0 16 0 4 WONOASIH 943 7578 0 0 3 0 5 KEDUPOK 738 7557 0 0 3 0 Total 18.116 41.169 0 0 52 0 Berdasarkan tabel diatas dan grafik dibawah, dapat diketahui bahwa masyarakat kota probolinggo menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih yaitu sebanyak 69%. Dan di peringkat kedua sebagian besar menggunakan air PDAM 31%. jumlah rumah tangga yang menggunakan ledeng/ PDAM sebanyak 18.116 rumah tangga, sedangkan III-47

pengguna air sumur sebanyak 41.169 rumah tangga, dan pengguna kemasan sebanyak 52 rumah tangga. Masih rendahnya penggunaan air PDAM dikarenakan sumber air bersih yang digunakan untuk air bersih berasal dari RUMAH TANGGA DAN SUMBER AIR MINUM Kemasan 0% Sumur 69% Sungai 0% Hujan Ledeng 0% 31% Lainnya 0% ronggojalu (Kabupaten Probolinggo) sehingga debit yang disalurkan tidak begitu besar dan sering dikeluhkan oleh sebagian masyarakat. Gambar 3.28 Grafik Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Pemerintah Kota Probolinggo secara rutin melakukan uji kualitas air sumur penduduk di setiap kecamatan. Dari hasil yang didapatkan, semua parameter masih memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Berish dan Pengawasan Kulaitas Air. Daerah Kota Probolinggo termasuk dalam daerah Cekungan Air Tanah sehingga kebutuhan air cukup berlimpah Tabel 3.9 Hasil Uji Kualitas Air Sumur No 1 2 3 4 5 Nama Lokasi NO 3 sebagai N (mg/l) Air Raksa (mg/l) Fluorida (mg/l) Nitrit sebagai N (mg/l) Sulfat (mg/l) Total coliform (jml/100 ml) (1) (17) (30) (34) (35) (36) (40) Kecamatan Kedopok 22,7 0 2,01 <0.03 39,6 46 Kecamatan Kademangan Kecamatan Kanigaran Kecamatan Wonoasih Kecamatan Mayangan 20,3 0,001 2,22 <0.03 61,3 23 4,6 0,001 2,08 0,07 26,2 >1600 7,2 0 1,88 <0.03 34 <1.8 <1 0 1,73 <0.03 14 7,8 III-48

3.2.2.3 Kualitas Air Laut Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mencemari dan atau merusak lingkungan laut. Kota Probolinggo khususnya dari Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo secara berkala juga melakukan pemeriksaan kualitas air laut. Hasil pengujian kualitas air laut menunjukkan bahwa pada lokasi depan gerbang dermaga (kedalaman 1 m), depan gerbang dermaga (kedalaman 5 m), dan mangrove pariwisata untuk parameter sulfida, amonia, kekeruhan, dan ph memenuhi baku mutu. Namun hasil uji untuk parameter DO dan BOD5 pada lokasi pengambilan sampel di Mangrove Pariwisata Probolinggo melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Selain itu, untuk nilai konsentrasi TSS, NO3, PO4 di tiga titik lokasi pengambilan sampel hasilnya melebihi baku mutu kualitas air laut. Tabel 3.10 Kualitas Air Laut Kota Probolinggo N o 1 2 3 Nama Lokasi Depan Gerbang Dermaga (kedala man 1 meter) Depan Gerbang Dermaga (kedala man 5 meter) Mangrov e Pariwisa ta Probolin ggo Lokasi Sampli ng S : 7 43' 40.8" E: 113 13' 2.2" S : 7 43' 40.8" E: 113 13' 2.2" S : 7 44' 11.7" E: 113 13' 25.5" War na (Mt) <0.2 58 Bau Tida k berb au Tida k berb au Tida k berb au Kekeru han (NTU) TSS (mg /l) Temper atur (Oc) ph Salin itas ( ) DO (mg /l) BOD5 (mg/l) Amoni a total (mg/l) 27,6 23,4 8,2 26,5 0,100 0,85 33,8 23,2 7,9 25,8 5,2 14,95 0,059 4,95 35,6 23,4 8,1 24,6 3,8 24,55 0,012 III-49

Jeleknya kualitas air laut menandakan telah terjadinya pencemaran. Sumber pencemar bisa berasal dari kegiatan di hulu. Sebagian besar sungai di Kota Probolinggo statusnya tercemar ringan yang tentu saja mengakibatkan kualitas air laut menjadi menurun. Pengelolaan kualitas air harus dilakukan dari hulu sehingga kualitas air di bagian hilir tetap terjaga dan kualitas air laut pun juga tidak lagi tercemar. Kualitas air laut berdasarkan perairan biota, laut, dan mangrove ada yang melebihi baku mutu, yaitu pada parameter uji TSS, NO3. Sedangkan pada parameter uji PO4, amonia, kekeruhan, ph, dan salinitas nilai konsentrasinya memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. 3.2.2.4 Iklim Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim 2 jenis setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan terjadi pada Bulan Desember sampai dengan Mei, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai bulan Nopember. Musim kering yang terjadi pada bulan Juni sampai dengan Nopember di Kota Probolinggo berpengaruh terjadinya angin kering yang bertiup cukup kencang (kecepatan mencapai 81 km/jam) dari arah Tenggara ke Barat Laut, angin ini biasanya disebut dengan Angin Gending. Secara klimatologis, Indonesia yang terletak di daerah ekuator, sebenarnya curah hujan cukup melimpah sepanjang tahun, hanya distribusinya tidak merata. Sebagian besar curah hujan turun hanya pada musim penghujan. Curah hujan rata-rata di Kota Probolinggo pada stasiun Probolinggo 23,9 mm, stasiun Tabel 3.11 Curah Hujan rata-rata bulanan di Kota Probolinggo Pakistaji 21,3 mm, stasiun Kademangan 23,6 mm, dan pada stasiun Triwung Kidul 21,2 mm. No. Nama dan Lokasi Stasiun Curah Hujan Rata-rata (mm) (1) (2) (3) 1 Stasiun Probolinggo 23.9 2 Stasiun Pakistaji 21.3 3 Stasiun Kademangan 23.6 4 Stasiun Triwung Kidul 21.2 III-50

Gambar 3.29 Peta Curah Hujan Kota Probolinggo air Tabel 3.12 Kualitas Air Hujsn Di Kota Probolinggo No Waktu Pemantauan ph DH SO NO Cr NH Na Ca 2 L 4 3 4 + μmhos/em mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Mg 2+ (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Jan 6,9-2,98 3,63 tt - - - <0.0121 2 Feb 6,8-3,27 2,74 tt - - - <0.0108 3 Mar 6,6-3,12 2,97 tt - - - <0.0121 4 Apr 6,8-2,86 3,15 tt - - - <0.0121 5 Mei 7,2-3,2 3,34 tt - - - <0.0121 6 Jun - - - - - - - - - 7 Jul - - - - - - - - - 8 Ags - - - - - - - - - 9 Sep - - - - - - - - - 10 Okt - - - - - - - - - 11 Nop 6,9-3,29 3,43 tt - - - <0.0108 12 Des 7,1-3,21 3,25 tt - - - <0.0108 III-51

Gambar 3.30 Grafik suhu rata-rata bulanan Dari hasil pengamatan statsiun klimatologi Karangploso Pasuruan, Suhu udara di Kota Probolinggo berada pada 29-33 0 C. 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 33.1 31.0 31.2 30.9 30.5 30.4 30.6 30.4 30.5 29.7 29.3 29.3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des Suhu udara Rata - Rata Bulanan ( C) 3.2.3 KUALITAS UDARA Udara adalah campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara tidak tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada rasanya. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya angin yang menggerakan benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam karena memiliki banyak fungsi bagi makhluk hidup. Kualitas udara di Kota Probolinggo jika dibandingkan dengan kualitas udara kota besar lainnya seperti Surabaya, Jakarta, dan Bandung, masih dapat dikategorikan baik. Namun demikian, tidak berarti bahwa dengan kondisi tersebut lantas bisa mengabaikan begitu saja pencemaran - pencemaran udara yang sudah terjadi di sekitar kita. Terutama pencemaran kualitas udara yang berasal dari kegiatan-kegiatan industri, transportasi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menyumbang pencemaran udara terbesar di wilayah Kota Probolinggo. Secara umum pencemaran udara atau sering disebut dengan polusi udara diartikan sebagai udara yang mengandung suatu atau beberapa zat kimia dalam konsentrasi tinggi; sehingga menggangu manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup lain di dalam suatu lingkungan. Berdasarkan polutan dalam udara, pencemaran udara dikategorikan menjadi dua tipe utama yaitu: 1. Polutan primer, yaitu zat kimia yang mengandung toksik dan masuk secara langsung ke udara dalam konsetrasi yang merugikan manusia. Polutan tersebut tersebut dapat berupa komponen alami udara yang konsentrasinya meningkat misalnya CO 2. III-52

2. Polutan sekunder, yaitu zat kimia yang merugikan manusia yang terbentuk dalam atmosfer melalui reaksi kimia di antara komponen udara yang ada. Sumber-sumber pencemaran udara dapat bersifat alami ataupun dapat pula antropogenik (aktifitas manusia). Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan udara di Indonesia pada PP No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemaran udara sebagai setiap usaha dan atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara dengan menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam Peraturan Pemerintah ini menggolongkan sumber pencemaran udara atas lima, yakni : 1) Sumber bergerak : sumber emisi yang bergerak atau tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor 2) Sumber bergerak spesifik : serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal, laut dan kendaraan berat lainnya. 3) Sumber tidak bergerak : sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. 4) Sumber tidak bergerak spesifik : serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. 5) Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk penyebarannya, sumber ini berupa dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lain. Tabel 3.13 Penggunaan Bahan Bakar Dari Sektor Industri Konsumsi BBM No. Nama Industri Solar Batubara Biomassa LPG (ton) (kiloltr) (ton) (ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Industri Kimia Dasar 179 60.520 10.692.000 0 2 Industri Mesin dan Logam Dasar 0 0 0 0 3 Industri Kecil 229 11.500 4 Aneka Industri 392,4 163 0 0 III-53

Tabel 3.14 Penggunaan Bahan Bakar Dari Sektor Transportasi No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Konsumsi (ltr/hari) * Premium Solar Premium Solar (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Beban 0 468 0,00 8.424,00 2 Penumpang pribadi 5784 1446 57.840,00 17.352,00 3 Penumpang umum 336 46 8.064,00 1.288,00 4 Bus besar pribadi 0 24 0,00 816,00 5 Bus besar umum 0 1589 0,00 127.120,00 6 Bus kecil pribadi 0 27 0,00 864,00 7 Bus kecil umum 0 134 0,00 5.360,00 8 Truk besar 0 832 0,00 49.920,00 9 Truk kecil 1395 1706 34.875,00 37.532,00 10 Roda tiga 78 0 86,00 0,00 11 Roda dua 75317 0 135.570,60 0,00 Total 82910 6272 236.435,60 248.676,00 Tabel 3.15 Penggunaan bahan bakar dari sektor Rumah Tangga No. Kecamatan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Briket LPG (ton) Tanah (ton) (kiloltr) Kayu Bakar (ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Mayangan 6.998,571 0,974 0 0 2 Kanigaran 6.029,35 0,764 0 0 3 Kademangan 6.002,50 0,622 0 0 4 Kedopok 4.232,29 0,426 0 0 5 Wonoasih 4.484,55 0,423 0 0 Total 27.747,259 3,209 0 0 III-54

Mobil Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus Besar Pribadi Bus Besar Umum Bus Kecil Pribadi Bus kecil umum Truk Besar Truk Kecil Roda Tiga Roda Dua DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemar udara dapat berasal dari sektor transportasi, industri dan rumah tangga. Penjualan kendaraan di Kota Probolinggo juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. pada tahun 2016 tercatat 128.110 kendaraan terjual dan didominasi oleh penjualan kendaraan roda dua yang mencapai 109.246 kendaraan bermotor. Sebagai upaya dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas udara, Pemerintah Kota Probolinggo Sejak tahun 2012 mulai menggalakkan program Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang bertujuan untuk melatih masyarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor. Diharapkan dengan kegiatan tersebut bisa mengurangi polusi akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dan memberi alternatif ruang terbuka khusus bagi masyarakat yang bisa digunakan untuk rekreasi, olahraga, dll. Pemerintah Probolinggo Selain itu Kota juga mempunyai UPT untuk Pengujian Kendaraan Emisi Bermotor untuk mengetahui tingkat emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor tersebut yang bisa mencemari lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Probolinggo senantiasa peduli terhadap lingkungan. Penjualan Kendaraan Bermotor Tahun 2016 9 10,719 200 112 1,492 - - 6,332 - - 109,246 Penjualan Kendaraan Bermotor Tahun 2016 Gambar 3.31 Grafik Penjualan Kendaraan Bermotor Tahun 2016 III-55

3.2.3.1 Kualitas Udara Ambien HASIL 30 UJI KUALITAS UDARA AMBIEN 25 20 15 10 5 0 SO2 (µg/nm3) CO (µg/nm3) O3 HC (µg/nm3) (µg/nm3) 3.32 Grafik Hasil Uji Kualitas Udara di Kota Probolinggo Gambar Pemantauan kualitas udara ambien di Kota Probolinggo Tahun 2016 dilaksanakan dengan periode 2 kali dalam setahun yakni di lima titik lokasi, diantaranya permukiman DOK Mayangan, Jalan Brantas, Terminal Bayuangga, Perumahan Sumbertaman Indah, dan Depan TPA Kota Probolinggo dengan lama pengukuran 1 jam. Parameter yang dipantau berjumlah 9, meliputi SO 2, CO, O3, HC, NO2, PM10, PM2.5, Pb, Dustfall. Hasil uji kualitas udara ambien menunjukkan bahwa kualitas udara di Kota Probolinggo sangat baik dan tidak ada parameter yang melebihi baku mutu. Selain melakukan uji kualitas udara di beberapa titik yang mewakili daerah pemukiman, perindustrian, dan terminal, dilakukan pula uji Kualitas udara ambien dalam lingkungan industri di Kota Probolinggo yang di laksanakan pada 5 lokasi meliputi PT SKI, PT KTI, PT Eratex Djaja, PT PAI, PT BFI. Parameter yang diuji meliputi NO2, SO2, Total Partikel, Karbon Monoksida, dan Opasitas, dan hasilnya memenuhi nilai baku Gambar 3.33 Pengambilan sampel udara ambien III-56

mutu kualias udara emisi cerobong. Nilai konsentrasi NO2 yang paling tinggi di PT PAI (113,2 mgr/nm 2 ), sedangkan yang paling rendah di PT SKI (41,1 mgr/nm 2 ). Nilai konsentrasi SO2 yang paling tinggi di PT KTI sebesar 0,09 mgr/nm3, yang paling rendah di PT. BFI sebesar 0,01mgr/Nm3. Hasil uji kualitas udara ambien Industri di Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.16 Hasil Uji Kualitas Udara Ambien Di Sekitar Industri Di Kota Probolinggo Lokasi Sampling : No. Parameter Satuan Baku Mutu PT.SKI PT. KTI PT. ERATEK DJAJA,Tbk PT. PAI PT. BFI 1. 2. 3. 4 Nitrogen Dioksida (NO 2) Sulfur Dioksida (SO 2) Total Partikel Karbon Monoksida (CO) mgr/nm 3 300 41,1 86,1 41,5 113,2 4,2 mgr/nm 3 250 0,07 0,09 0,06 0,07 0,01 mgr/nm 3 50 15,17 15,76 10,13 13,37 85,95 mgr/nm 3 100 - - - - - 5 Opasitas % 30 0 0 0 0 0 3.2.4 RESIKO BENCANA Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Di Kota Probolinggo pada tahun 2016 ini terjadi bencana banjir dan angin kencang yang menimpa hampir di seluruh kota. Area yang paling luas terendam banjir ada di Kecamatan Kedopok dengan total area 2,034 ha. Di Kecamatan Mayangan total III-57

area terendam 1,362 ha, Kecamatan Kanigaran 0,983 ha, Kecamatan Kademangan 0,538 ha. Wilayah yang tidak terkena banjir adalah Kecamatan Wonoasih. Total Area Terendam (Ha) 2.034 0 0.538 0.983 1.362 KADEMANGAN MAYANGAN KANIGARAN KEDOPOK WONOASIH Gambar 3.34 Grafik Total area terendam di Kota Probolinggo Grafik 3.35 Kegiatan pembersihan Sungai Kedunggaleng Dalam kejadian banjir dan angin kencang ini tidak menelan korban meninggal atau tidak mengungsi, diperkirakan namun mengalami kerugian sebanyak Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah). Meskipun dalam bencana tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa, namun bagaimanapun bencana tetap menimbulkan kerugian yang belum dihitung misalnya penduduk yang terkena dampak tidak dapat atau terhambat aktifitasnya sehingga penghasilan mereka berkurang. Kerugian lain yang belum dihitung termasuk dampak bencana adalah menurunnya kesehatan misalnya terkena sakit kulit, diare, influensa dan sebagainya.bencana banjir yang terjadi di Kota Probolinggo disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi, adanya banjir kiriman dari wilayah atas (Kabupaten Probolinggo). Wilayah rawan banjir di Kota Probolinggo dapat dikategorikan manjadi 3 kondisi meliputi sangat rawan, rawan dan pernah tergenang. Total luasan wilayah kategori sangat rawan mencapai 15,223 ha, rawan mencapai 1284,762 ha dan yang pernah tergenang mencapai 1540,774 ha. III-58

Dalam mengatasi bencana banjir yang sering terjadi di Kota Probolinggo, masyarakat bersama aparat TNI melakukan kegiatan gorong royong dalam pembersihan sungai Kedunggaleng yang terletak di Kecamatan Wonoasih. Selain kegiatan pembersihan sungai, kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pengerukan sedimen, pembersihan tanamanliar yang ada disekitar tanggul, dan membersihan sampah yang menyumbat aliran sungai. Selain kegiatan pembersihan, aparat menghimbau kepada masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan cara tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyumbat aliran sungai sehingga mengakibatkan banjir. Selain itu Kota Probolinggo memiliki tofografi yang rendah sehingga dimusim hujan beberapa daerah yang tergenang air, bahkan banjir. Diduga genangangenangan dan banjir tersebut terutama lama terjadinya diduga disebabkan oleh pembuangan yang tidak lancar. Untuk itu diperlukan program utama berupa penyadaran masyarakat akan perlunya mengelola sampah dengan baik sehingga tidak membuat dangkal dan menyumbat got. Program lain yang diperlukan adalah aturan pembatasan penutupan lahan terbuka dengan bahan masif seperti semen. Bencana alam kekeringan, tidak pernah terjadi karena Kota Probolinggo termasuk dalam daerah Cekungan Air Tanah sehingga kebutuhan air cukup berlimpah. sedangkan bencana kebakaran hutan juga tidak pernah terjadi sebab Kota Probolinggo tidak memiliki hutan. Topografi Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0-50 meter yang cukup landai menyebabkan tidak pernah terjadi bencana tanah longsor. 3.2.5 PERKOTAAN 3.2.5.1 Kependudukan Aktifitas yang dilakukan manusia secara langsung maupun tidak langsung memberikan tekanan yang besar terhadap lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat memberikan implikasi terhadap berbagai aspek kehidupan seperti lingkungan hidup, ekonomi, kesehatan, sosial budaya dan lain sebagainya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan meningkatkan jumlah kebutuhan seperti pangan, sandang, lahan perumahan, penyediaan air bersih, sarana transportasi, energi, lapangan pekerjaan III-59

dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan eksploitasi terhadap sumber daya yang ada di lingkungan. Dalam mengatasi masalah ligkungan, akibat dari peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai program diantaranya : 1. Program Konservasi Sumber Daya Alam dengan kegiatan-kegiatan, antara lain : pemeliharaan sungai, pembuatan sumur resapan dan biopori yang bertujuan untuk mengatasi bahaya banjir dan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) bertujuan untuk menanggulangi polusi udara di kota. 2. Program Pengawasan dan Penegakkan Hukum dengan kegiatan-kegiatan, antara lain: pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup, pengawasan terhadap kegiatan industry dan penanganan kasus yang mencemari lingkungan hidup. Tujuan pentaatan oleh masyarakat dan industry terhadap ketentuan dan kebijakan bidang lingkungan dan penanganan kasus bagi masyarakat/industri yang merusak dan mencemari lingkungan hidup. 3. Program Pemantauan dan Pemulihan Lingkungan Hidup dengan kegiatankegiatan : pemantauan kualitas lingkungan (air, tanah, udara) yang bertujuan untuk mengetahui status kondisi lingkungan di Kota Probolinggo secara terus menerus, III-60

peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Sebenarnya jumlah penduduk yang besar bukanlah suatu masalah, apabila semua penduduknya memiliki kualitas SDM yang baik maka justru akan memberikan kontribusi yang baik sehingga dapat terhindar dari kemiskinan dan lapangan pekerjan dapat terpenuhi dengan memanfaatkan alam atau lingkungan dengan baik dan berkelanjutan. 3.2.5.1.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kota Probolinggo selama kurun waktu lima tahun terakhir selalu mengalami pertambahan setiap tahunnya. Data kependudukan Kota Probolinggo Tahun 2016, menunjukkan bahwa Kota Probolinggo memiliki penduduk sebesar 224.229 jiwa yang terbagi di 5 Kecamatan, 29 Kelurahan, 200 RW, 1.014 RT serta 71.881 KK, dengan demikian penduduk mengalami penambahan yang signifikan sebanyak 2.424 jiwa dari tahun 2015 yang hanya berjumlah 221.805 jiwa. Adapun perbandingan jumlah penduduk dari tahun 2013-2015 dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Perbandingan Jumlah Penduduk Kota Probolinggo 2014-2016 225000 224000 223000 222000 221000 220000 219000 218000 220636 221805 224229 Perbandingan Jumlah Penduduk Kota Probolinggo 2014-2016 Jumlah Penduduk 2014 Jumlah Penduduk 2015 Jumlah Penduduk 2016 Gambar 3.36 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 2013-2015 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Probolinggo. III-61

Pertambahan penduduk pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor faktor demografi yakni Kematian (Mortalitas), Kelahiran (Natalitas), Migrasi (Mobilitas). Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Angka kelahiran bayi tahun 2016 di Kota Probolinggo mencapai 3.015 jiwa, yang terbagi menjadi laki-laki 1.515 jiwa dan perempuan 1.500 jiwa. Angka kematian pada tahun 2016 di Kota Probolinggo mencapai 2.032 jiwa yang terbagi atas laki-laki 1.071 jiwa dan perempuan 961 jiwa. Selain kelahiran dan kematian pertambahan penduduk juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk. Kota Probololinggo merupakan kota tujuan investasi jasa dan perdagangan, oleh karena itu perpindahan penduduk di Kota Probolinggo cukup besar. Banyaknya perpindahan penduduk di Kota Probolinggo tahun 2016 yakni penduduk yang datang mencapai 5.197 jiwa terdiri atas laki-laki 2.704 jiwa dan perempuan 2.493 jiwa sedangkan penduduk yang pindah mencapai 5.213 jiwa terdiri atas laki-laki 2.739 jiwa dan perempuan 2.474 jiwa.. Berikut grafik perpindahan penduduk menurut kecamatan di Kota Probolinggo Tahun 2016: 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Jumlah Penduduk datang Jumlah Penduduk pergi angka kelahiran angka kematian Gambar 3.37. Grafik Kelahitan. Kematian dan Perpindahan Penduduk Menurut Kecamatan Kepadatan penduduk sangat erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya. III-62

Jumlah penduduk terbanyak di Kota Probolinggo berada di Kecamatan Mayangan dengan jumlah penduduk yaitu 59.012 jiwa, kemudian Kecamatan Kanigaran dengan 58.298 jiwa selanjutnya Kecamatan Kademangan dengan 40.588 26% PERSEBARAN JUMLAH PENDUDUK KOTA PROBOLINGGO 15% 18% 26% 15% Kademangan Wonoasih Mayangan Kanigaran Kedopok jiwa, Kecamatan Wonoasih dengan 33.268 jiwa dan Kecamatan Kedopok dengan 32.063 jiwa Gambar 3.38 Grafik Persebaran Penduduk Kota Probolinggo tahun 2016 Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun, bila tidak diimbangi dengan pemerataan persebaran penduduk antar wilayah maka dapat menimbulkan ketimpangan persebaran penduduk di Kota Probolinggo Persebaran penduduk Kota Probolinggo belum merata antara wilayah utara dan wilayah selatan. Adapun wilayah selatan meliputi Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran dan sebagian wilayah Kecamatan Kademangan, sedangkan wilayah selatan terdiri atas Kecamatan Wonoasih, Kecamatan Kedopok dan sebagian Kecamatan Kademangan. Persebaran penduduk tertinggi berada di kecamatan Mayangan karena wilayahnya sebagai pusat kota dan terdapat pelabuhan Tanjung Tembaga. Selanjutnya Kecamatan Kanigaran yang juga sebagai pusat kota sehingga sebagaian besar aktifitas perkantoran dan perdagangan di Kota Probolinggo terpusat pada dua Kecamatan ini. Untuk Kecamatan Wonoasih dan kecamatan Kedopok persebaran penduduknya kurang merata dibanding luas wilayahnya karena wilayah kedua kecamatan ini berada jauh dari pusat kota dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Kepadatan penduduk ialah perbandingan antara jumlah penduduk dalam suatu wilayah dengan luaswilayah administratif. Kecamata n Mayangan mempunyai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang tertinggi dibanding dengan kecamatan III-63

yang lain, dengan luas wilayah paling sempit daripada luas wilayah di kecamatan lainnya yakni 8.655 Km 2. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mayangan mencapai 6.818 jiwa/km 2. Kepadatan Penduduk yang paling rendah berada di Kecamatan Kedopok mencapai 2.427 jiwa/km 2 dengan luas wilayah mencapai 13.624 km 2. Masalah kependudukan Kepadatan Penduduk Kota Probolinggo 5472 2427 6818 3182 3030 Kademangan Wonoasih Mayangan Kanigaran Kedopok Gambar 3.39 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Probolinggo tahun 2016 di Kota Probolinggo adalah jumlah penduduk yang semakin bertambah serta distribusi yang belum merata antara wilayah utara dan selatan. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi. oleh karena itu pada prioritas pembangunan Kota Probolinggo difokuskan pada program harmonisasi untuk wilayah utara dan selatan dalam semua aspek. 3.2.5.2 Sanitasi Dalam penyediaan sarana tempat buang air besar pada umumnya masyarakat sudah memiliki jamban sendiri, jamban bersama atau jamban umum. Persentase terbesar dalam penyediaan sarana tempat buang air besar adalah memiliki jamban sendiri yaitu sekitar 38.341 rumah tangga, jamban bersama sekitar 1.099 rumah tangga dan jamban umum sebesar 3.645 rumah tangga sedangkan yang belum ada jamban mencapai 11.273 rumah tangga. Jumlah rumah tangga yang belum memiliki jamban pada tahun 2016 cenderung mengalami penurunan mencapai 201 rumah tangga, hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kota Probolinggo mempunyai kesadaran akan pentingnya jamban. 11.509 rumah tangga. Sebagian masyarakat yang tidak mempunyai tempat pembuangan air besar dimungkinkan mereka membuang ke sungai atau pekarangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar dibawah ini: III-64

RUMAH TANGGA DAN FASILITAS BUANG AIR BESAR 11273 3645 1099 38341 Sendiri Bersama Umum Sungai Gambar 3.40Grafik Rumah Tangga & Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2016 Di Kecamatan Kademangan jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar secara sendiri ada 8.108 KK dan tempat buang air besar secara bersama ada 67 KK dan yang tidak mempunyai tempat buang air besar ada 1.634 KK sedangkan tempat buang air besar umum ada 525 KK. Kecamatan Kanigaran jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar secara sendiri ada 10739 KK, tempat buang air besar secara umum ada 510 KK, yang tidak mempunyai tempat buang air besar ada 3.393 KK, dan yang tempat buang air besar bersama ada 120 KK. Sedangkan untuk di Kecamatan Kedopok jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar secara sendiri ada 3.604 KK dan tempat buang air besar secara umum ada 750 KK dan yang tidak mempunyai tempat buang air besar ada 2.502 KK. Kecamatan Mayangan jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar secara sendiri ada 12.737 KK dan tempat buang air besar secara umum ada 1.020 KK dan yang tidak mempunyai tempat buang air besar ada 880 KK dan tempat buang air besar bersama 187 KK. Kecamatan Wonoasih jumlah jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar secara sendiri ada 3153 KK dan tempat buang air besar secara umum ada 840 KK, yang tidak mempunyai tempat buang air besar ada 2.899 KK sedangkan rumah tangga yang tempat buang air besar bersama ada 690KK. III-65

Setiap tahunnya Pemerintah Kota Probolinggo senantiasa berperan aktif dalam meningkatkan sanitasi di Kota Probolinggo. Program-program bantuan pembangunan jamban umum terus dijalankan. Adanya program Arisan WC yang dicetuskan oleh Dinas Kesehatan menarik minat masyarakat untuk memiliki jamban pribadi, karena mereka sadar pentingnya sanitasi yang akan turut serta meningkatkankan kesehatam dan berpengaruh terhadap meningkatnya perekonomian. 3.2.5.3 Kesehatan Kesehatan masyarakat memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menggerakkan seluruh potensi masyarakat. Dapat diartikan bahwa perilaku sehat masyarakat harus ditingkatkan dan dipelihara oleh petugas kesehatan. Kondisi masalah kesehatan di Indonesia sebagian besar terkait perilaku masyarakat dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung menuju perilaku hidup sehat. Upaya merubah perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan atau secara khusus promosi kesehatan. Atas dasar keadaan tersebut maka wajib bagi petugas kesehatan memiliki kompetensi melakukan promosi kesehatan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan dan kurang memuaskannya kinerja pembangunan kesehatan. Akar masalah terletak pada kenyataan bahwa pembangunan kesehatan belum berada dalam arus utama pembangunan nasional. Anggaran untuk pembangunan kesehatan di Indonesia masih sangat kecil, yaitu hanya sekitar 2 persen dari anggaran tahunan pembangunan nasional. Akibatnya banyak program pembangunan kesehatan yang penting untuk diselenggarakan terpaksa ditunda atau dilaksanakan secara kurang memadai. Selain dari itu, selama ini dirasakan bahwa sektor-sektor pembangunan yang lain belum cukup III-66

mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pada akhirnya hal ini tercermin antara lain dalam kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia. Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk mengoptimalkan hasil serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan tersebut, harus dapat diupayakan diterimanya wawasan kesehatan azas pokok program pembangunan. Dengan perkataan lain, untuk dapat mewujudkan Indonesia sehat, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukka pertimbangan akan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk itu, seluruh elemen jajaran kesehatan harus berperan aktif sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negara, yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia, tanpa meninggalkan upaya menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan kesehatan penderita. Untuk dapat terselenggaranya tugas ini, upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan preventif, yang didukung oleh upaya kuratif dan atau rehabilitatif. Selain itu, agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat secara paripurna, perlu pula diciptakan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan. III-67

3.2.5.3.1 Penduduk dan Jenis Penyakit Terbanyak Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk 3688 5965 3707 13866 Infeksi akut pada saluran nafas bag atas Influensa/ Commond Cold Hipertensi Infeksi kulit / Dermatosis 5998 4740 6940 7539 6042 7338 19096 Headache / Pusing Penyakit Kulit alergi Gastritis dan Duodenitis ( Maag ) Demam yang tidak diketahui sebabnya Diare & Gastroenteritis Diabetes mellitus Penyakit otot dan Jar. Pengikat ( Myalgia ) Gambar 3.41. Grafik Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk Tahun 2016 Penyakit influensa pada tahun 2016 menjadi penyakit yang banyak diderita oleh penduduk di Kota Probolinggo mencapai angka 19.096 orang penderita. Jumlah penderita ini mengalami peningkatan dari tahun 2015 yang hanya mencapai angka 16.420 orang penderita. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi penyakit peringkat kedua setelah Influensa yang paling banyak diderita oleh masyarakat Kota Probolinggo di tahun 2016 ini. Jumlah penduduk yang terkena penyakit ISPA pada tahun 2016 cenderung naik apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk penderita ISPA pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penduduk yang terkena ISPA sebanyak 13.395 orang penderit sedangkan pada tahun 2016 penduduk yang terkena ISPA berjumlah 13.866 orang penderita. Selain penyakit tersebut diatas, Kota Probolinggo mempunyai 12 jenis penyakit tertinggi yakni Influensa, ISPA, Nyeri Kepala, Penyakit Otot dan Jaringan Pengikat, Hypertensi, Demam yang tidak diketahui sebabnya, Penyakit Infeksi Kulit/ Dermatosis, Penyakit Kulit Alergi, Myalgia, Gastritis dan Duodenitis (Maag), Diare, Diabetes Melitus, serta Persistensi. Dari semua jenis penyakit yang terjadi pada tahun 2016 cenderung mengalami peningkatan jumlah penderita dari tahun sebelumnya. III-68

Tingginya penyakit influensa terjadi karena pergantian musim yang yang tidak lagi dapat diprediksi karena dampak pemanasan global. Pemerintah Probolinggo memberikan surat edaran untuk program gemar makan ikan, buah dan sayur serta bergaya hidup sehat untuk senantiasa meningkatkan taraf kesehatan masyarakatnya. 3.2.5.4 Persampahan Sampah merupakan salah satu permasalahan cukup serius yang selalu dihadapi oleh perkotaan. Semakin tinggi jumlah penduduk dan beragam aktifitasnya maka semakin meningkat pula volume dan variasi timbulan sampah yang dihasilkan. Sehingga memerlukan biaya yang semakin besar dan lahan yang luas untuk menangani permasalahan sampah tersebut. Berbagai permasalahan persampahan dapat terjadi serta menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan dan masyarakat, mulai masalah pencemaran lingkungan, kesehatan, sosial-ekonomi dan timbulnya emisi gas rumah kaca. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Kota Probolinggo dalam menangani sampah bahkan TPA Kota Probolinggo juga sudah menggunakan sisten sanitary landfill sejak 2007. Namun tetap terdapat pemasalahan persampahan antara lain belum meratanya pelayanan pengangkutan sampah terutama di daerah selatan, kurang tersedianya sarana prasarana, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sampah serta respon dari pengawasan dan penegakkan hukum. Pengelolaan sampah tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta. Untuk itu perlu partisipasi dari masyarakat dalam ikut serta menangani masalah persampahan. Pemilahan sampah dari sumber-sumber sampah seperti rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan lain sebagainya merupakan cara yang efektif dalam mengurangi sampah yang masuk atau diangkut ke TPA, selain didapat hasil lain dari pemilahan. Dengan diterbitkannya Perda nomor 5 tahun 2010 tentang Pengeloalan Sampah, Pemerintah Kota Probolinggo gencar melakukan sosialisasi dan pelatihan dalam pemilahan sampah serta membangun jaringan Bank Sampah. Agar sampah yang awalnya dianggap sesuatu yang sudah tidak dipakai atau tidak berguna dan harus dimusnahkan masih dapat diambil manfaatnya. Sampah organik dapat dijadikan kompos sedangkan sampah anorganik yang mempunyai nilai ekonomis dapat digunakan untuk III-69

produk daur ulang atau dapat ditabung di Bank Sampah, sehingga hanya sampah residu saja yang masuk ke TPA. Prakiraan Timbulan Sampah Per 24,797 Hari di Kota Probolinggo 24,951 43,724 44,259 30,441 Mayanga n Kademan gan Kanigaran Gambar 3.42 Grafik Prakiraan Timbulan Sampah Per Hari Gambar 3.43 Sel TPA Bestari kota Probolinggo Timbulan sampah terbanyak berasal dari kecamatan Mayangan yaitu sebesar 44,259 ton/hari, selanjutnya kecamatan Kanigaran sebesar 43,724 ton/hari, Kecamatan Kademangan sebanyak 30,441 ton/hari, Kecamatan Wonoasih dengan 24,951 ton/hari dan yang terakhir Kecamatan Kedopok 24,797 ton/hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Dengan mengkalikan faktor konversi timbulan sampah 2,75 liter/orang/hari dengan jumlah penduduk sebesar 224.229 jiwa maka dapat diketahui bahwa perkiraan total timbulan sampah Kota Probolinggo sebesar 168,172 ton/hari. Jumlah sampah yang masuk ke TPA dalam setahun mencapai 18462,53 ton/tahun. Masalah banyaknya timbulan sampah yang dihasilkan bukan hanya masalah bagi Pemerintah Kota Probolinggo saja, namun ini merupakan masalah bersama. Oleh karena itu semua masyarakat di Kota Probolinggo diwajibkan untuk melakukan hidup bersih dan sehat. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi sampah dari sumbernya namun merubah perilaku masyarakat memang tidak mudah, butuh waktu dan proses. Dengan telah terbentuknya III-70

Kelompok-kelompok Masyarakat Pemilah Sampah (Pokmas) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Probolinggo, berbagai paguyuban masyarakat serta peran pihak swasta diharapkan dapat lebih cepat dalam upaya mewujudkan usaha pengelolaan sampah. TPA Kota Probolinggo mempunyai lahan seluas 10 Ha dengan luas sel TPA hanya 1 Ha. Dengan semakin banyaknya sampah yang masuk ke TPA setiap tahunnya, umur sel TPA semakin berkurang. Umur sel TPA diperkirakan hanya mampu menampung sampah sampai 2 tahun ke depan. Untuk itulah Pemerintah Kota Probolinggo melakukan inovasi dengan melakukan kerjasama dengan PT. Richmount yang akan mengolah sampah menjadi energi dengan teknologi hydrotermal. Diharapkan dengan adanya rencana kegiatan ini nantinya mampu mengatasi masalah persampahan di Kota Probolinggo. Selama ini Pemerintah Kota Probolinggo juga senantiasa melakukan sosialisasi gerakan 3R (Reduce, reuse recycle) dengan membentuk Bank Sampah yang dikelola oleh masyarakat. Sampai tahun 2016 ini terdapat 83 bank sampah yang semula hanya 74 bank sampah di tahun 2015. Bank sampah ini melakukan pengelolaan sampah anorganik untuk menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis. Seiring dengan bertambahnya jumlah bank sampah, maka sampah yang dikelola semakin banyak. 3.2.5.5 Permukiman Salah satu permasalahan yang paling sering muncul pada masalah permukiman di Kota Probolinggo adalah tidak seimbangnya antara luas lahan areal permukiman dengan laju pertumbuhan penduduk. Ketidakseimbangan ini menyebabkan munculnya berbagai permasalahan terutama mengenai pemanfaatan lahan yang seharusnya tidak boleh dilakukan kegiatan pembangunan, seperti daerah bantaran sungai, sempadan jalan, ataupun daerah resapan air hujan. Bangunan-bangunan liar ini pada akhirnya tidak hanya akan mengurangi luasan daerah resapan air ataupun merusak daerah bantaran sungai, tapi juga menciptakan kawasan kumuh yang akan sangat sulit ditertibkan bila sudah terlanjur dibiarkan berkembang terlalu jauh. Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan urusan pokok pemerintah daerah dalam memberikan pengaturan-pengaturannya, sedangkan masyarakat diharapkan berperan serta dalam pembangunannya. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mempunyai suatu skenario pembangunan perumahan dan III-71

permukiman yang holistic (menyeluruh) dan terintegrasi dengan rencana-rencana lainnya. Atas dasar itu Pemerintah Kota Probolinggo memandang perlu adanya rencana yang dapat memadukan antara rencana sektoral perumahan dengan rencana tata ruang yang ada (Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2009-2028). 3.2.5.1 Rumah Tangga Miskin Diketahui secara luas bahwa kaum miskin menanggung konsekuensi terbesar dari kerusakan lingkungan untuk berbagai alasan, yaitu: 1. Mata pencaharian sebagian besar kaum miskin terkait langsung dengan mutu dan produktivitas sumber daya alam (air, tanah, hutan, perikanan) 2. Keluarga miskin memiliki tingkat akses terendah ke jasa dan manfaat lingkungan seperti air minum, sanitasi, energi bersih. 3. Rumah tangga yang berpenghasilan rendah lebih rentan terhadap bencana alam dan antropogenik karena mereka biasanya hidup di daerah yang beresiko lebih tinggi. 4. Kaum miskin tidak mampu menghadapi kerusakan lingkungan dibandingkan dengan masyarakat yang lebih berada. Jumlah rumah tangga miskin dipengaruhi oleh masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah Kota Probolinggo. Berdasarkan sumber dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo, jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Probolinggo dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000-20,200 18,616 12,759 10,469 9,837 3,638 4,425 3,004 3,590 3,693 Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin Gambar 3.44. Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin Kota Probolinggo Tahun 2016 III-72

Rendahnya kualitas sumber daya masyarakat dan masih tingginya tingkat pengangguran menyebabkan masih banyaknya rumah tangga miskin yang ada di Kota Probolinggo. Dapat kita lihat bahwa Rumah Tangga Miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Kanigaran yaitu 4.425 RTM, kemudian Kecamatan Wonoasih sebanyak 3693 RTM. Selanjutnya kecamatan Kademangan sebanyak 3.638 RTM dan Kecamatan Mayangan 3.590 RTM. Rumah tangga miskin paling sedikit terdapat di Kecamatan Kedopok dengan 3.004 RTM. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah rumah tangga miskin sekitar 18.350 KK atau 71.881 rumah tangga di Kota Probolinggo atau sekitar 25% dari jumlah RT yang ada. Namun dengan komitmen yang kuat, Pemerintah Kota Probolinggo terus berupaya menurunkan angka kemiskinan sehingga dari tahun ke tahun angka kemiskinan menjadi berkurang. 3.2.5.6 Industri Industri merupakan kegiatan manusia untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi. Industri juga dapat diartikan sebagai kegiatan bidang ekonomi yang bersifat produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup. Proses kegiatan indusri merupakan penggerak ekonomi di suatu daerah, bahkan masyarakat disekitar industri dapat memperoleh nilai tambah dan keuntungan dari industri. Disisi lain penurunan kualitas lingkungan dapat terjadi akibat dari keberadaan industri. Industri dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat dari aktifitas industri yang ada. Pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dihindari apabila limbah yang dihasilkan industri dapat dikelola dengan baik dan menerapkan sistem Industri Ramah Lingkungan pada proses industri serta pada kegiatan di lingkungan industri tersebut. Tekanan teradap lingkungan paling utama yang berasal dari sektor industri adalah: - Masih banyaknya industri kecil yang belum mengelola limbah cairnya dan emisi gas yang dihasilkan III-73

- Pencemaran dari limbah cair serta pencemaran udara pada beberapa industri skala besar dan menengah - Masih kurangnya pihak ketiga yang berizin dalam mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan oleh industri. Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Koperasi, Energi, Mineral, Industri dan Perdagangan Kota Probolinggo hasil produksi dari sektor industri pada tahun 2015 mencapai 242.317.066,64 ton/tahun. Hasil produksi tersebut berasal dari Industri Kimia Dasar sebesar 301.065,50 ton/tahun, dari Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika didapat 4.605,50 ton/tahun, dari Aneka Industri mencapai 218.806.842,82 ton/tahun serta dari Industri Kecil sebesar 23.204.552,82 ton/tahun. Di kota Probolinggo terdapat sekitar 18 industri/ kegiatan usaha skala besar dan menengah dengan jenis kegiatan antara lain pengolahan kayu, pakaian jadi, Surimi, coldstorage, kecap/ makanan kecil, asbes gelombang, lem, penyamaan kulit, keramik dsb. Industri-industri tersebut berpotensi mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar industri tersebut telah mempunyai dokumen lingkungan dan mengolah air limbah yang dihasilkan walaupun ada beberapa industri yang kurang maksimal. Pada tahun 2016 Industri skala kecil di Kota Probolinggo sebanyak 752 yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Industri skala kecil terus meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2009. Namun dalam hal ini jumlah industri besar pada tahun 2014 tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Probolinggo senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan unit usaha kecil sehingga tingkat perekonomian di Kota Probolinggo juga semakin meningkat. Dengan meningkatnya industri kecil di Kota Probolinggo juga menunjukkan semakin banyaknya lapangan kerja baru yang tersedia sehingga menurunkan angka pengangguran yang ada di Kota Probolinggo dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Industri skala kecil sangat berpotensi mencemari lingkungan karena limbah yang dihasilkan belum diolah, industri tahu di Kelurahan Kedungasem sudah ada IPAL dan dilengkapi dengan biogas sehingga limbah yang dihasilkan bisa bernilai ekonomis. III-74

3.2.5.7 Pertambangan Di Kota Probolinggo tidak mempunyai daerah pengusahaan pertambangan sehingga tidak ada pembahasan dan sub bab ini. 3.2.5.8 Energi Hampir semua kegiatan manusia memerlukan konsumsi bahan bakar, terutama untuk industri, transportasi dan rumah tangga yang banyak membutuhkan bahan bakar. Kebutuhan bakar di Kota Probolinggo dipengaruhi oleh jumlah industri dan kendaraan bermotor. Akhir-akhir ini sering kali kita mendengar berita tentang krisis energi, seperti terjadinya kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa tempat di Indonesia. Adapun jumlah kendaraan yang ada di Kota Probolinggo menurut bahan bakar yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 82910 Bensin 6272 Solar Gambar 3.45. Grafik Jumlah Kendaraan Menurut Bahan Bakar Yang Digunakan Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin sebanyak 82.910 kendaraan, menggunakan solar sebanyak 6.272 kendaraan. Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Probolinggo Tahun 2015 sebagian besar didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebanyak 75.317 kendaraan. Total jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin dan solar di Kota Probolinggo Tahun 2015 yakni 89.182 kendaraan. Bahan bakar untuk Jenis Angkutan Air di Kota Probolinggo dari data Pelindo III Probolinggo dan UPT Pelabuhan Perikanan Mayangan kebutuhannya mencapai 6.559.920 liter yang terbagi menjadi dua yaitu untuk keperluan Pelayaran Rakyat dan nelayan. Perkiraan emisi gas CO2 dari konsumsi energi menurut sektor transportasi air (pelayaran) mencapai 25.959,07 ton/tahun. III-75

Sedangkan bahan bakar untuk industri meliputi LPG, Minyak Bakar, Minyak Diesel, Solar, Minyak Tanah, Gas, Batubara, Biomassa. Konsumsi terbesar untuk bahan bakar industri tahun 2015 yaitu Batu bara yaitu sebanyak 10.703.500. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas, banyak industri yang beralih memakai batu bara karena batu bara merupakan energi alternatif yang murah tetapi limbah yang dihasilkan lebih banyak terhadap lingkungan. 3.2.5.8.1 Bahan Bakar Sektor Rumah Tangga Kebijakan pemerintah dalam konversi bahan bakar dari minyak tanah ke LPG, mengubah pola hidup masyarakat sehingga berpengaruh terhadap pemakian sumber daya. Di Kota Probolinggo tahun 2016 masyarakat yang menggunakan LPG sebagai bahan bakar sebanyak 27.747,259 ton, menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar sebanyak 3.209 kiloliter. Sedangkan penggunaan biogas mencapai 94 m 3. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat dari penggunaan BBM. Contoh beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan (beremisi karbon rendah) antara lain adalah bioethanol, tenaga panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, biogas dan sampah/limbah. Saat ini di Gambar 3.46. Digester Biogas Limbah Tahu Kota Probolinggo sudah ada pilot project pemanfaatan gas methan yang dihasilkan oleh sampah di TPA yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan juga bahan bakar listrik. Selain itu di Kota Probolinggo juga ada pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas yang sudah ada 7 unit dan sudah dimanfaatkan untuk 14 KK. Sedangkan pemakaian biogas untuk rumah tangga dari gas TPA terletak di Kecamatan Mayangan dengan jumlah pemanfaat 12 KK. Selain dari limbah kotoran ternak di Kota Probolinggo mempunyai biogas limbah tahu di Kedung Asem dengan jumlah pemanfaat sebanyak 29 KK kapasitas 40 III-76

m3/hari. Instalasi Biogas Limbah Tahu ini telah diresmikan pada bulan April 2015 yang dikerjasamakan dengan BPPT. 3.2.5.8.2 Emisi Gas CO2 dari Konsumsi Bahan Bakar untuk Sektor Rumah Tangga Dari konsumsi bahan bakar rumah tangga tersebut didapatkan juga perkiraan emisi gas CO2. Konsumsi bahan bakar rumah tangga berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Dari hasil yang didapatkan bahwa jumlah gas LPG dan minyak tanah yang dihasilkan juga berbanding lurus dengan gas CO2 yang dihasilkan, semakin banyak jumlah LPG dan minyak tanah maka semakin tinggi pula gas CO2 yang dihasilkan. Jumlah emisi gas CO2 dari bahan bakar sektor rumah tangga di Kota Probolinggo sebesar 1.357,71 ton/tj untuk LPG dan 0,11 ton/tj untuk pemakaian minyak tanah. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 342.45 295.02 293.71 207.09 219.43 0.03 0.03 0.02 0.01 0.01 LPG Minyak Tanah Gambar 3.47. Grafik Konsumsi Pemakaian Bahan Bakar Sehingga diketahui bahwa emisi gas CO2 dari bahan bakar rumah tangga Kota Probolinggo tahun 2015 tertinggi di Kecamatan Mayangan 342,45 ton kemudian Kecamatan Kanigaran 295,02 ton, Kecamatan Kademangan 293,71 ton, kecamatan Wonoasih 219,43 ton dan Kecamatan Kedopok 207,09 ton. 3.2.5.9 Transportasi Dalam bidang transportasi banyak sekali masalah-masalah yang selalu dihadapi, antara lain adalah: tingginya mobilitas pemakai jalan, III-77

ketersediaan transportasi umum yang tidak memadai, padatnya lalu lintas, rendahnya disiplin para pemakai jalan, dan ketidak-konsistenan pemanfaatan lahan. Statistik menunjukkan bahwa pertambahan ketersediaan jalan selalu diikuti dengan peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Fenomena ini juga terjadi di Kota Probolinggo, dimana laju pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai hingga 20% per tahun. Angka ini tergolong cukup besar, mengingat laju pertumbuhan penduduk di Kota Probolinggo dan pertumbuhan kendaraan bermotor tidak seimbang. Di Kota Probolinggo terdapat jalan nasional, propinsi dan kota, berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2015, panjang jalan nasional 22,036 km dengan jumlah sampah 0,441 m 3 /hari dan jalan kota sepanjang 205,320 km dengan jumlah sampah 4,106 m 3 /hari. Sehingga sampah yang dihasilkan dari panjang jalan sebanyak 4,547 m 3 /hari. Tabel 3.17 Perkiraan Volume Limbah Padat Berdasarkan Sarana Transportasi di Kota Probolinggo Tahun 2016 No. Darat 1 Nama Tempat Sarana Transportasi Terminal Bayuangga Tipe/Jenis/Klasi fikasi Type A Lokasi Jl. Raya Bromo, Triwung Lor Luas Kawasan (Ha) Volume Limbah Padat (m3/hari) 3,5 Ha 2,6 m3 2 Terminal Cargo Jl. Ikan Belanak, Mayangan 1,9 Ha 0,5 m3 3 Stasiun Kereta Api Probolinggo Kelas 1 Jl. KH Mas Mansyur 13,2 Ha 0,5 m3 Air 1 Pelabuhan Tanjung Tembaga Nasional Kelurahan Mayangan 34,83 2,3 m3 2 Pelabuhan Perikanan Pantai Angkutan Perikanan Kelurahan Mayangan 5 1 m3 Udara 1 NIHIL 0 2 NIHIL 0 Sumber: Dinas Perhubungan, PT KAI dan Pelindo III Kota Probolinggo Tahun 2015 III-78

Berdasarkan tabel data diatas menunjukkan bahwa sarana transportasi di Kota Probolinggo terbagi menjadi 3 yakni transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara. Sarana transportasi darat meliputi Terminal Bayuangga, Terminal Cargo, dan Stasiun Kereta Api Probolinggo, sedangkan sarana transportasi air meliputi Pelabuhan Tanjung Tembaga, dan Pelabuhan Perikanan Pantai. Namun, di Kota Probolinggo tidak terdapat sarana transportasi melalui udara. Untuk melayani penumpang umum, Pemerintah Kota Probolinggo menyediakan terminal Tipe A yaitu Terminal Bayuangga dengan luas kawasan mencapai 3,5 Ha dan menghasilkan volume limbah padat 2,6 m 3 /hari. Volume limbah padat yang dihasilkan di Terminal Cargo dan Stasiun Kerta Api Probolinggo mencapai 0,5 m 3 /hari. Untuk memenuhi pelayanan angkutan laut, juga terdapat Pelabuhan Tanjung Tembaga berkelas nasional dan regional yang rencananya untuk melayani angkutan laut mengingat kondisi di Pelabuhan Tanjung Perak yang over load. Disamping itu Kota Probolinggo juga mempunyai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang rencananya sebagai angkutan perikanan skala regional dan local. Dari pelayanan angkutan laut tersebut diketahui total volume limbah padat yang dihasilkan sebesar 3,3 m 3 /hari. 3.2.5.10 Pariwisata Terkait dengan mewujudkan Visi Kota Problinggo sebagai kota tujuan investasi yang prospektif, kondusif dan partisipatif, nampaknya Kota Probolinggo semakin berbenah untuk melakukan perbaikan struktur dan infrastruktur penunjang investasi. Salah satunya melalui sektor pariwisata, dimana yang dimaksud pariwisata adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata baik mengenai pengelola perjalanan wisata, objek wisata ataupun daya tarik wisata. Kota Probolinggo adalah salah satu kota yang cukup potensial di Jawa Timur. Selain itu, III-79

Probolinggo merupakan wilayah transit yang menghubungkan kota-kota lain seperti Jember, Banyuwangi, Situbondo, Lumajang yang berada di sebelah timur dengan kotakota yang ada di sebelah barat seperti Pasuruan, Malang dan Surabaya. Pariwisata yang ada di Kota Probolinggo memang masih dirasa sangat minim karena Kota Probolinggo belum memiliki suatu jenis/potensi pariwisata yang spesifik, namun potensi yang ada masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan seperti kawasan Pantai Tanjung Tembaga, Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) dan wisata kuliner yang saat ini menjadi andalan Kota Probolinggo. Letaknya yang berada di dekat wilayah Gunung Bromo, menjadikan Kota Probolinggo sebagai kota transit bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi Gunung Bromo, baik mancanegara maupun domestik. Yang menjadi pusat perhatian pemerintah baru-baru ini adalah Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) yang terletak di Jl. Basuki Rahmat. Didirikan empat tahun yang lalu oleh pemerintah setempat, taman wisata ini memperlihatkan miniatur kehidupan alam terbuka yang ada di sekitar kita untuk tujuan pendidikan. Terdapat kebun binatang mini seluas 2,4 hektar yang menampung spesies primata, burung, dan reptil. Beberapa jenis tanaman langka juga dihadirkan di taman wisata ini. Bagi pengunjung anak-anak, disediakan fasilitas outbond yang bisa dijadikan sarana untuk bersosialisasi dan mengalahkan rasa takut. Tidak hanya itu, taman wisata ini ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat melihat lebih dekat bagaiman cara hidup hewan dan tumbuhan serta interaksinya terhadap alam lingkungan. Selain TWSL ada juga Pelabuhan perikanan pantai (PPP) serta wisata mangrove yang menjadi tujuan wisata domestik bagi penduduk Kota Probolinggo. Ada juga museum yang senantiasa bisa menjadi tempat refreshing sekaligus menjadi tempat rekreasi bertema pendidikan yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Di museum ini kita bisa mengetahui sejarah berdirinya Kota Probolinggo, serta barangbarang peninggalan semasa penjajahan Belanda. Diharapkan museum ini juga bisa melestarikan kebudayaan dan warisan Indonesia pada masa lampau. Selain itu keberadaan cagar budaya sebagai destinasi tujuan wisata berupa gedung tua peninggalan kolonial Belanda juga menjadi salah satu tujuan wisata baru di Kota Probolinggo ini. III-80

Selebihnya, tinggal bagaimana kita bisa membuat terobosan atau kegiatan segar yang dapat menjadikan potensi yang ada menjadi sebuah peluang besar dalam pengembangan bisnis investasi ini di sektor pariwisata. Pengembangan industri pariwisata budaya sendiri sebenarnya merupakan komponen yang penting dalam mendukung program pengembangan obyek wisata yang dicanangkan, khususnya bagi daerah yang belum memiliki jenis wisata yang spesifik seperti Kota Probolinggo ini. Kedepannya, melalu program pengembangan potensi pariwisata di Kota Probolinggo ini, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, pariwisata dapat dijadikan salah satu sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, ataupun kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, dan pendapatan daerah Kota Probolinggo dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 3.48. Grafik Volume Limbah Padat dari Sektor Pariwisata (m3/hari) Volume Limbah Padat (m3/hari) Kolam Renang TRA Bayuangga Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Museum Probolinggo Gereja Merah Klenteng Tri Dharma 0.5 0.5 00.30.30.3 1.5 0.75 Taman Wisata Studi Lingkungan Mangrove Museum dr Moh Saleh Kolam Renang Olimpic 2 Volume limbah padat yang dihasilkan perhari dari sektor objek wisata yang ada di Kota Probolinggo mencapai 4,25 m 3 /hari. Sektor pariwisata tidak bisa dipisahkan dengan bidang perhotelan. Di Kota Probolinggo terdapat 8 hotel, 11 homestay/ rumah singgah, 1 bungalow, 44 cafe/ restoran. Sedangkan perkiraan beban limbah padat dan cair berdasarkan sarana hotel/ penginapan pada tahun 2016 mencapai 2,3082 m 3 /hari. Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa Taman Wisata Studi Lingkungan menghasilkan volume limbah padat terbanyak yakni 2 m 3 /hari. III-81

3.2.5.11 Limbah B3 Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lain. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut : mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Keberadaan Bahan Berbahaya dan Beracun, yang lebih akrab disingkat B3, di Indonesia, makin hari makin mengkhawatirkan. Karena saat ini, lebih dari 75% B3 merupakan sumbangan dari sektor industri melalui limbah-limbahnya, sedangkan 25% nya berasal dari sektor-sektor lain terutama dari sektor rumah tangga. Di Indonesia, pabrik sering langsung membuang limbah B3 yang dihasilkannya ke tanah tanpa diolah terlebih dahulu, baik dengan menimbunnya di lokasi pabrik, membuangnya di TPA, memanfaatkannya sebagai tanah urukan, atau bahkan membuangnya begitu saja ke sungai. Efek dari perbuatan ini mungkin tidak akan langsung terlihat begitu saja, tapi memerlukan proses menahun antara 10 hingga 15 tahun. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendorong industri agar lebih memenuhi ketentuan mengenai pengelolaan dan pengolahan limbah B3 dengan lebih baik, maka diluncurkanlah Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper). Proper merupakan program alternatif yang diharapkan mampu mendorong industri untuk III-82

bergerak secara sukarela untuk memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2 2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Pemerintah Kota Probolinggo dalam upaya mengendalikan dan mengelola limbah B3, telah dilakukan identifikasi mengenai jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh industri. Pada tahun 2016 ini di Kota Probolinggo mempunyai perusahaan pengolahan oli bekas yang bernama PT Berdikari Jaya Bersama yang beralamatkan di III-83

Jalan Raya Lumajang Kota Probolinggo. Perusahaan ini telah mendapatkan izin pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan jenis izin AMDAL Nomor 660/496.207.1/2015. 4 2 0 Sesuai dengan Perataruran Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, kewenangan pemberian izin pengelolaan limbah B3 diatur sesuai dengan kewenangannya. Pemerintah daerah hanya dapat menerbitkan izin penyimpanan sementara limbah B3 dan Ijin Pengumpulan Limbah B3 hanya jika pengumpulan berasal kabupaten/ kota tersebut. Perbandingan Jumlah Perusahaan yang mendapat izin pengelolaan limbah B3 4 1 2 2016 2015 2014 Perbandingan Jumlah Perusahaan yang mendapat izin pengelolaan limbah B3 Pemerintah Pada tahun 2016 Kota Probolinggo menerbitkan 4 Ijin penyimpanan sementara limbah B3. Semakin bari, semakin tinggi tingkat kesadaran penanggung Gambar 3.49 Grafik Perbandingan Jumlah Perusahaan yang Mendapat Izin Pengelolaan Limbah B3. pengelolaan lingkungan utamanya pengelolaan limbah B3. jawab kegiatan da atau usaha d Kota Probolinggo yang sadar akan pentingnya 3.2.5.12 Upaya Pengelolaan Lingkungan 3.2.5.12.1 Rehabilitasi Lingkungan Peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan fisik berupa rehabilitasi merupakan salah satu upaya yang wajib dilakukan secara berkesinambungan oleh pemerintah dan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan di Kota Probolinggo merupakan suatu proses yang bersifat integratif baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mewujudkan visi Kota Probolinggo yaitu terwujudnya masyarakat Kota Probolinggo yang aman, demokratis, adil dan sejahtera. III-84

Upaya Pemerintah Kota Probolinggo untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi haruslah dimaknai sebagai suatu pembangunan yang berkelanjutan dimana aspek ekonomi, sosial dan lingkungan bisa berjalan seimbang dan saling memberikan manfaat positif. Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi kualitas lingkungan menurun akan menimbulkan dampak keresahan sosial dan pada akhirnya kesejahteraan yang diharapkan juga tidak akan teraih. Dalam menyikapi kecenderungan penurunan kualitas lingkungan tersebut pemerintah Kota Probolinggo harus mengambil kebijakan dalam mengarahkan pembangunan agar menuju alur pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (sustainable development). Kebijakan tersebut difokuskan pada upaya pengendalian laju perusakan dan pencemaran lingkungan; perbaikan maupun peningkatan kualitas lingkungan yang telah pulih dari kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kebijakan ini tidak akan berarti tanpa dukungan masyarakat luas, oleh karena itu diperlukan motivasi kuat dari pemerintah kota untuk mendorong semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) bergerak bersama mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan sebagai wujud dari implementasi Good Environment Governance. Kemampuan melaksanakan pemantauan dan pemulihan terhadap aspek manajemen, kelembagaan, daya tanggap, fisik dan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah kota berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan akan mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah. Untuk itu Pemerintah Kota Probolinggo melalui Badan Lingkungan Hidup senantiasa membuat program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang meliputi: Mengadakan penanaman secara terus menerus sepanjang tahun melalui operasional rutin penyulaman/penggantian tanaman dan penanaman baru; Pembersihan Sumber Mata Air dari tanaman Gulma; Pelatihan daur ulang kertas untuk menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis. Pelatihan pembuatan briket dari limbah. Peringatan HCPSN dengan berbagai lomba bertema lingkungan; III-85

Perlombaan antar Kelurahan/RT/RW untuk meningkatkan apresiasi, partisipasi, dan responsibility terhadap ketersediaan tanaman dan terhadap kualitas lingkungan kota yang sehat dan indah, misalkan Penghijauan tingkat RW se Kota Probolinggo, Kelurahan Berseri, dll Penanaman Satu Milyar Pohon; dan Peringatan Hari Lingkungan Hidup dengan pameran dan lomba-lomba bertemakan lingkungan yang diperuntukkan bagi pelajar dan masyarakat umum. Sosialisasi penegakan hukum lingkungan hidup terpadu. Sosialisasi kepada sekolah-sekolah peserta adiwiyata. Rehabilitasi daerah pesisir pantai dengan penanaman mangrove, guna mengembalikan ekosistem daerah pesisir akibat perubahan fungsi lahan. Penyusunan Kajian- kajian Lingkungan Hidup (Naskah akademis pengelolaan Gambar 3.50 Kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota Probolinggo Dalam Rangka Perbaikan Kulaitas Lingkungan Tahun 2016 kawasan lindung, dokumen UKL-UPL UPT. Laboratorium, studi kelayakan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), dll) Kegiatan-kegiatan fisik dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan hidup. III-86

3.2.5.12.2 Kegiatan Fisik untuk peningkatan kualitas lingkungan Untuk kegiatan fisik yang dilakukan oleh Kota Probolinggo ada 27 macam kegiatan dan dilakukan oleh instansi Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo yang juga dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan di Kota Probolinggo. kegiatan fisik yang dilakukan antara lain yaitu meterisasi PJU, Pemiharaan fasilitas umum dan RTH di Kota Probolinggo, Pengadaan Rumah Kompos, Pengadaan taman keanekaragaman hayati, Pengadaan sumur resapan, Instalasi gas methane TPA Bestari, Pembangunan instalasi biogas tahu Sumber Baru, pengadaan sumur resapan, pembuatan bronjong di sumber mata air, pembuatan papan himbauan bertemakan lingkungan, normalisasi sungai oleh Dinas Pekrjaan Umum, pembangunan IPAL Komunal oleh Dinas PU, Pengadaan mesin pencacah dan komposter aerob, dll. Seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo melalui Badan Lingkungan Hidup dengan melakukan aksi kegiatan rutin yaitu kerja bakti sumber mata air serta melakukan kegiatan konservasi dengan menanam pohon di sekitar sumber mata air dan Ruang Terbuka Hijau. Dalam kegiatan konservasi yang dilaksanakan di Sumber Mata Air kali ini, telah kita ketahui bersama bahwa air adalah sumber kehidupan yang sangat berharga. Karenanya segala jenis gulma seperti enceng gondok serta sampah yang bisa menurunkan fungsi kualitas air harus secepatnya kita cegah. Selain pembersihan mata air, dilakukan juga pembangunan beronjong di sekitar sumber mata air. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan lingkungan sekitar sumber mata air dan menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar secara aktif dan gotong royong agar dapat berkelanjutan melestarikan lingkungan. Komitmen Pemerintah Kota Probolinggo untuk menuju Kota Ramah Lingkungan dan Kota Berketahanan Iklim diimplementasikan dalam berbagai program kegiatan salah satunya adalah pengelolaan limbah tahu menjadi biogas. Setelah berhasil membangun instalasi biogas limbah Gambar 3.51 Instalasi Biogas Limbah Tahu Sumber Baru III-87

pabrik tahu Proma yang dapat dimanfaatkan oleh 40 rumah tangga, pada tahun 2016 Pemerintah Probolinggo kembali membangun instalasi bioga limbah tahu di pabrik tahu Sumber Baru yang memiliki kapasitas lebih besar dan saat ini bisa dimanfaatkan oleh 70 rumah tangga. Pengolahan air limbah produksi tahu memanfaatakan mikroorganisme dengan sistem anaerobik yang ditampung dan dibiarkan selama beberapa waktu di dalam digester, yang nantinya akan menghasilkan gas methane. Gas methane tersebut ditampung dalam gas holder yang kemudian dapat disalurkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai energi alternatif penggeanti LPG, minyak tanah dan kayu bakar yang merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sat ini biogas limbah tahu telah dimanfaatkan oleh sekitar 45 rumah tangga di sekitar lokasi pabrik tahu Sumber Baru. Masyarakat sangat mendukung kegiatan ini. Kedepannya akan dibangun instalasi biogas limbah tahu di beberapa wilayah di Kota Probolinggo. Proses pengolahan limbah tahu menjadi biogas merupakan kerjasama Pemerintah Kota Probolinggo dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Gambar 3. 52 Biogas Limbah Tahu Sumber Baru Pabrik Tahu Sumber Baru yang berlokasi di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kota Probolinggo ini setiap harinya memproduksi tahu menggunakan bahan baku mencapai 1000 Kg Kedelai/ Hari dengan pemakaian air untuk proses produksi mencapai 25 m3/ hari yang. Besarnya kapasitas air yang digunakan tentu saja berdampak pula III-88

pada air limbah yang dihasilkan yang mencapai 20 m3/hari yang selama ini langsung dibuang ke badan air. Jumlah Taman Tahun 2006-2014 1 0.5 0 Program Tamanisasi merupakan perwujudan kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang teduh dan sehat, yaitu dengan melaksanakan pembuatan taman-taman kota yang dilengkapi tanaman hias, bunga dan pohon peneduh pada ruas kanan dan kiri di beberapa jalan yang ada di Kota Probolinggo. Lokasi yang akan dijadikan tamanisasi cukup luas sehingga pemerintah kota membagi luas kavling yang menjadi target tamanisasi kepada seluruh instansi pemerintah, swasta, industri, sekolah, dunia usaha, perbankan, organisasi sosial politik, organisasi kemasyarakatan, keagamaan dan partisipasi dari warga masyarakat Kota Probolinggo. Sedangkan untuk mengurangi beban rekening listrik kegiatan fisik yang dilakukan adalah dengan pengadaan lampu solar cell di beberapa titik tertentu. Keberhasilan program pemerintah ini untuk mewujudkan Kota Probolinggo menjadi Kota Seribu Taman tidak luput dari peran serta dan dukungan aktif dari masyarakat. Di samping itu masih banyak lagi kegiatan fisik yang dilakukan dalam rangka perbaikan 0 0 0 0 No (1) 1 Sumber : BMKG Provinsi Jawa Timur (Stasiun Taman di Kota Probolinggo kualitas lingkungan. Gambar 3.53 Jumlah Kavling Taman dari Tahun 2006 sampai 2014 Pelatihan Pembuatan Briket dari Limbah Selain kegiatan fisik yang dilakukan, banyak kegiatan-kegiatan non fisik seperti sosialisasi dalam rangka peningkatan III-89

kualitas lingkungan hidup dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran stake holder dan masyarakat dalam menerapkan 3 R (Reduce, Reuse, Reycycle) dan mengubah cara pandang masyarakat tentang sampah dan memberikan pengertian bahwa sampah adalah sumberdaya yang berguna dan bermanfaat. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan sampah styrofoam yang diubah menjadi briket arang agar dapat efisiensi bahan bakar fosil maupun kayu bakar. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Briket Plastik bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat dan pembuatan briket arang berbahan baku styrofoam agar dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kegiatan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas lingkungan, dalam penyelenggaraan Program kegiatan tahun 2016, BLH Kota Probolinggo mengadakan sosialisasi Kebijakan Nasional Penegakan Hukum Lingkungan merupakan program dari Pengembangan Peraturan dan Penegakkan Hukum Lingkungan dibidang Tata dan Penaatan Lingkungan Hidup pada Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individu melalui pengawasan dan penerapan sanksi administratif, keperdataan dan kepidanaan. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 bahwa pengawasan lingkungan dilakukan oleh PPLH atau PPLHD terhadap usaha-usaha yang berpotensi mencemari lingkungan dan ketaatan usaha pada Peraturan Perundangundangan dan izin lingkungan. 3.2.5.13 Dokumen Izin Lingkungan Perwujudan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dapat dilakukan melalui beberapa lingkup kegiatan, seperti upaya pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Dalam hal mengupayakan pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, di dalam peraturan dimaksud juga disebutkan bahwa terdapat III-90

beberapa instrumen yang dapat digunakan, diantaranya adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) serta Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menerangkan lebih lanjut bahwa usaha dan/atau kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup. Diharapkan dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan dapat dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. AMDAL hanya diwajibkan untuk jenis usaha atau kegiatan yang diduga dapat menimbulkan gangguan serius dan berdampak besar terhadap lingkungan. Wewenang penilaian AMDAL diserahkan kepada daerah dan menghapuskan komisikomisi penilai AMDAL pada instansi sektor di Pusat. Peraturan di bidang AMDAL yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Manfaat AMDAL adalah : 1. Sebagai bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah. 2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan. 3. Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan. 4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. 5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan Jenis kegiatan yang tidak tergolong wajib AMDAL tetap perlu menyusun rencana pengendalian dampak lingkungannya. Terhadap usaha atau kegiatan yang tidak wajib membuat dokumen AMDAL, sebisa mungkin diarahkan untuk membuat III-91

dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Jika dikaitkan dengan penerapan dan implementasi Izin Lingkungan, maka terdapat 2 (dua) cara pendekatan yang digunakan dalam melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yakni pada tingkatan perencanaan melalui upaya pengendalian dengan melengkapi suatu usaha dan/atau kegiatan dengan dokumen lingkungan hidup (Amdal dan/atau UKL-UPL), dan pada tingkatan pelaksanaan melalui pengawasan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup/RKL-RPL (untuk dokumen wajib Amdal) serta UKL- UPL. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012, pelaksanaan RKL-RPL ini dikenal dengan istilah pelaksanaan Izin Lingkungan. Mekanisme Izin Lingkungan hanya diterapkan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang termasuk kelompok wajib Amdal dan UKL-UPL. Jumlah Dokumen Lingkungan Tahun 2016 25 285 SPPL UKL-UPL Gambar 3.54 Grafik Jumlah Dokumen Lingkungan Tahun 2016 Selain dokumen Amdal dan UKL- UPL, maka terdapat jenis dokumen lain yaitu SPPL (Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup). SPPL yaitu surat pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari kegiatan usahanya.. SPPL di kenakan bagi industri yang berdampak kecil dan tidak diwajibkan membuat UKL-UPL. SPPL dilakukan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah. SPPL yang dikembangkan merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan UKL-UPL. Rekomendasi/ persetujuan AMDAL dan UKL-UPL yang ditetapkan oleh Komisi Penilai AMDAL Kota Probolinggo dan Komisi Pengarah UKL-UPL Kota Probolinggo Tahun 2016 meliputi dokumen UKL-UPL mencapai 25 usaha. Sedangkan III-92

2011 2012 2013 2014 2015 2016 DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO pemilik usaha yang telah membuat SPPL sebanyak 285 jenis usaha. Seperti pada grafik Dokumen Izin Lingkungan di bawah ini 400 300 200 100 0 Perbandingan Jumlah Dokumen Lingkungan 2011-2016 10 10 19 99 310 253 Perbandingan Jumlah Dokumen Lingkungan 2011-2016 Gambar 3.55 Grafik Perbandingan Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan (SPPL, UKL-UPL,Amdal) dari Tahun 2011 sampai Tahun 2016 Dari grafik tersebut di bawah dapat kita ambil kesimpulan untuk pengajuan rekomendasi SPPL/ UKL UPL/ AMDAL tahun 2016 mengalami kenaikan yang drastis dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Untuk tahun 2016 jumlah perusahaan yang mengajukan dokumen izin lingkungan mencapai 310 usaha/ kegiatan. Jumlah ini meningkat 20% dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kesadaran masyarakat Kota Probolinggo terhadap kepedulian lingkungan akibat dari kegiatan usaha dan kepatuhan terhadap aturan hukum lingkungan semakin meningkat. Perusahaan skala menengah / besar hampir seluruhnya telah memiliki dokumen lingkungan baik berupa AMDAL, UKL-UPL. Bagi kegiatan usaha yang tidak wajib AMDAL dan UKL-UPL diwajibkan untuk mempunyai SPPL. Kebanyakan kegiatan usaha yang tidak memiliki dokumen lingkungan adalah perusahaan dalam skala Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kebanyakan terkendala dana pada pengelolaan lingkungan misalnya pembuatan IPAL sederhana untuk usaha-usaha yang berpotensi menghasilkan limbah misalnya pabrik tahu, rumah makan, pembuatan batik dan lain sebagainya. 3.2.5.14 Pengawasan Ijin Lingkungan Setiap pelaku usaha dalam menjalankan usahanya diwajibkan untuk membuat dokumen lingkungan sebelum usaha/kegiatan tersebut berjalan atau pada tahap perencanaan. Setiap dokumen lingkungan tersebut dinyatakan tentang kewajiban yang III-93

harus dipenuhi oleh setiap pelaku usaha/kegiatan terhadap semua aspek lingkungan. Aspek lingkungan yang wajib ditaati oleh pelaku usaha/kegiatan adalah ketaatan terhadap pelaporan dokumen lingkungan yang dimiliki, ketaatan terhadap pengendalian pencemaran air, ketaatan terhadap pengendalian pencemaran udara dan ketaatan terhadap pengelolaan limbah B3 yang dimiliki. Pengelolaan terhadap 4 (empat) aspek lingkungan tersebut harus mengacu kepada peraturan yang berlaku. Dalam rangka melihat tingkat ketaatan yang dilakukan oleh pelaku usaha/kegiatan, maka pemerintah diwajibkan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha/kegiatan tersebut melalui dokumen lingkungannya. Pengawasan terhadap dokumen lingkungan menjadi penting karena dapat dilihat semua yang menjadi kewajiban pelaku usaha yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Gambar 3.56 Kegiatan Pengawasan di Industri Tekstil dan Pengolahan Ikan Pegawai negri Sipil. Seperti yang telah diamanatkan Undang-undang Nomer 32 Tahun 2009 pasal 71 yang menyatakan bahwa Menteri, Gubernur atau Bupati/ Walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang berwenang dapat menugaskan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) dalam melakukan pengawasan terhadap suatu usaha/kegiatan. Dalam melakukan tugasnya PPLH dapat melakukan koordinasi dengan Pejabat Penyidik Dari kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh Kota Probolinggo terhadap dokumen lingkungannya berupa dokumen Amdal, UKL-UPL serta SPPL, III-94

masih terdapat pelaku usaha yang UKL-UPLnya perlu diperbarui karena adanya perubahan pada usaha tersebut, masih terdapat pelaku usaha yang belum rutin melaporkan kegiatan berupa pemantauan dan pengelolaan lingkungan setiap 6 bulan sekali dan masih ada usaha yang belum memiliki SPPL. Namun terdapat juga pelaku usaha yang sudah melakukan beberapa kewajiban terhadap pelaporan pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Pengawasan Izin Lingkungan tahun 2016 dilaksanakan ke beberapa kegiatan di Kota Probolinggo seperti ecowisata mangrove BJBR, industri pengolahan ikan, industri pemanfaatan oli bekas, industri tekstil, industri keramik, serta IKM pembuatan tahu. Selain pengawasan di lapangan, juga dilaksanakan kegiatan pengawsan rutin terhadap uji swapantau hasil pengolahan limbah terhadap kegiatankegiatan tersebut. 3.2.5.15 Penegakan Hukum Gambar 3.57 Pengaduam Pencemaran Sungai oleh Kegiatan Industri Tahu Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup setiap orang mempunyai hak dan peran untuk melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Maka berdasarkan pertimbangan tersebut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ditindaklanjuti Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Pengesahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah titik kulminasi pengembangan hukum lingkungan di Indonesia yang akan terus bergerak dinamis. Ini menandakan Indonesia telah memasuki fase pendewasaan diri dalam mengelola lingkungan secara yuridis. Dalam Undang- Undang No 32 tahun 2009 ini memberikan kepastian hukum yang lebih baik dengan III-95

memberikan sanksi bagi yang melanggar hukum. Termasuk juga untuk Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota yang pengambilan keputusannya tidak didasari rekomendasi Komisi Penilai AMDAL. Mereka juga dapat dikenai sanksi jika mengeluarkan izin lingkungan untuk suatu rencana kegiatan yang belum memenuhi kewajiban penyusunan AMDAL/UKL-UPL. Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi masyarakat dalam melakukan pengaduan dan instansi yang bertanggung jawab dalam melakukan penanganan pengaduan. Adapun tata cara pengaduan adalah sebagai berikut : Pengaduan dapat disampaikan secara lisan dan/atau tertulis. 1. Pengaduan secara lisan dapat disampaikan dengan cara antara lain: a. langsung kepada petugas penerima pengaduan; dan/atau b. melalui telepon. 2. Pengaduan secara tertulis dapat disampaikan melalui antara lain: a. surat; b. surat elektronik; c. faksimile; d. layanan pesan singkat; dan/atau e. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penaatan hukum di bidang lingkungan hidup oleh para pelaku kegiatan di bidang lingkungan hidup mutlak diperlukan untuk mencegah dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan. Menurut struktur ketatanegaraan di era otonomi daerah, koordinasi pengelolaan lingkungan termasuk penaatan hukum perdata di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara institusi di tingkat pusat, dalam hal ini Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Bapedalda Provinsi, utamanya dalam hal penguatan kapasitas kelembagaan di bidang penegakan hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, sebisa mungkin selalu berusaha untuk menjadi jembatan dan pihak yang III-96

netral apabila dirasa mulai ada keluhan ataupun keresahan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh pencemaran. Jumlah pengaduan masalah lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah. 25 20 15 10 5 0 Pemerintah Kota Probolinggo senantiasa memberikan sarana pengaduan bagi masyarakat. Sarana untuk menerima pengaduan masyarakat terkait masalah lingkungan bisa melalui website Kota Probolinggo di www.pemerintahkotaprobolinggo.go.id atau bisa melalui hotline service di 0800-1404115. Jumlah Pengaduan 24 Tahun 2014 9 Tahun 2015 6 Tahun 2016 Jumlah Pengaduan Gambar 3. 58 Grafik Perbandingan Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan Dari gambar di samping dapat kita simpulkan bahwa jumlah pengaduan untuk tahun 2016 mengalami penurunan apabila dibandingkan tahun 2015. Dimana untuk tahun 2015 jumlah pengaduan 9 kasus, untuk tahun 2016 jumlah pengaduan sebanyak 6 kasus dan untuk tahun 2014 jumlah pengaduan masyarakat sebanyak 24 kasus. Untuk tahun 2015, kasus pengaduan masyarakat mengenai pencemaran lingkungan sebanyak 9 kasus, dengan berbagai keluhan pencemaran lingkungan akibat aktifitas kegiatan dan/ usaha yang ada di Kota Probolinggo seperti keluhan bau dari aktifitas industri pembuatan tahu, industri pengolahan ikan, dan pabrik pengolahan oli bekas serta kegiatan peternakan ayam. Saat ini Masyarakat lebih terbuka untuk memberikan pengaduan karena Pemerintah Kota Probolinggo memberikan kebebasan bahkan mengapresiasi dengan adanya program Laporo Rek di Radio Suara Kota, pengaduan juga dapat dilakukan melalui surat yang ditujukan kepada Walikota Probolinggo, melalui telepon ataupun datang langsung ke Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. Untuk tahun 2016 jumlah pengaduan yang ditujukan ke BLH Kota Probolinggo sebanyak 6 kasus dan telah terselesaikan semua. III-97

3.2.5.16 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup 15 10 5 0 Perbandingan Produk Hukum 2013-2016 2013 2014 2015 2016 Perbandingan Produk Hukum 2013-2016 Gambar 3.59 Grafik Perbandingan Jumlah Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Sebagai perlindungan bentuk terhadap lingkungan dan sebagai dasar untuk menyelesaikan suatu lingkungan, pemerintah permasalahan maka daerah menyusun produk hukum bidang pengelolaan lingkungan hidup berupa Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota. Pemerintah membuat regulasi ini untuk mengatur masyarakat dan stakeholder dalam mendukung upayanya untuk mengelola lingkungan hidup dengan benar sesuai aturan undang-undang yang ada. Pada tahun 2016, BLH kota Probolinggo menyusun Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pemanfaatan air hujan. Diharapkan dnegan adanya peraturan walikota ini mampu menjaga ketersediaan air tanah yang senantiasa masih menjadi mayoritas sumber air baku yang digunakan oleh penduduk Kota Probolinggo dan diharapkan memingkatkan kualitas air tanah. 3.2.5.17 Peran Serta Masyarakat Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. III-98

Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. (oman). Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, masih banyak yang harus dibenahi. Sebab pembangunan berkelanjutan tidak hanya pada konsep ekonomi yang menghasilkan keuntungan, tetapi bagaimana pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta mengupayakan sumbersumber pembiayaan bagi investasi lingkungan. Tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah melakukan perubahan keadaan dari kecenderungan degradasi lingkungan menjadi kecenderungan pemulihan dan perbaikan lingkungan di seluruh daerah. Penataan ruang yang mengakomodasikan kepentingan memakmurkan rakyat harus diharmoniskan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup melalui langkah-langkah perencanaan dan penerapannya yang sistematis dan komprehensif. Di samping itu upaya penyelamatan lingkungan sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Dan titik sentral dari semua itu adalah perubahan perilaku, perubahan etika, dan sikap masyarakat. Intinya bagaimana kita membuat masyarakat lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan. Karenanya perlu adanya perubahan perilaku dari semua pihak termasuk pemerintah, masyarakat, pengusaha, lembaga lokal dan internasional sehingga dapat mencegah kerusakan lingkungan ataupun beradaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam gerakan peduli lingkungan, diperlukan jaringan kerjasama dengan organisasi sosial keagamaan, sosial kemasyarakatan dan juga kelompokkelompok masyarakat yang non organisasi. Metode yang paling memungkinkan dan memudahkan pemerintah agar bisa melakukan upaya-upaya pencapaian tingkat masyarakat yang tahu, paham dan sadar betul tentang pola hidup ramah lingkungan adalah melalui media pendidikan melalui jalur formal, informal maupun non formal, dialog publik, media keagamaan, maupun media informasi publik, yang dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan dikerjakan secara bersama dengan berbagai komponen masyarakat. Keberadaan LSM adalah salah satu contoh mudah yang bisa kita pelajari sebagai tindakan nyata dalam pelibatan peran masyarakat untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang ada. Jumlah III-99

LSM Lingkungan di Kota Probolinggo terdapat 9 LSM yang berperan aktif memberikan dukungan terhadap program lingkungan pemerintah Kota Probolinggo. Selain LSM Lingkungan di Kota Probolinggo juga telah banyak organisasi masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan dan biasa disebut dengan mitra BLH, antara lain yaitu Paguyuban Peduli Sampah (PAPESA), Paguyuban Abang Becak, Paguyuban Penyandang Catat Peduli Lingkungan, Dewan Pembangunan Berkelanjutan, Eco Pesantren, dll. Organisasi masyarakat tersebut peduli terhadap lingkungan dan selalu aktif dalam kegiatan peningkatan kualitas lingkungan. Selain organisasi masyarakat juga ada kelompok masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan dan menjadi mitra BLH. Inovasi Pemerintah Kota Probolinggo di bidang lingkungan diakui secara nasional bahkan lembaga dari luar negeri hal ini dapat dibuktikan dengan telah diperolehnya berbagai penghargaan lingkungan, baik yang diperoleh personel, kelompok, maupun institusi. Penghargaan Lingkungan Hidup di Kota Probolinggo yang telah diraih antara lain: Kelurahan Berseri Pratama, Kelurahan Berseri Mandiri, Adipura Kirana, Adiwiyata Provinsi, Peringkat 5 terbaik penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo serta Adiwiyata Nasional. Prestasi tersebut diperoleh berkat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dalam usaha peningkatan peran serta masyarakat di bidang pelestarian lingkungan. Sebagai upaya penguatan komunitas dan sinergitas program kota menuju Probolinggo berkelanjutan, berketahanan iklim dan berdaya saing. No. Tabel 3.18 Penghargaan Lingkungan Yang diperoleh Kota Probolinggo Tahun 2016 Nama Orang /Kelompok/Organisasi Nama Penghargaan dan Pemberi Penghargaan 1 Kelurahan Mangunharjo Kelurahan Berseri Pratama BLH Provinsi Jatim 2 Kelurahan Kebonsri Wetan Kelurahan Berseri Pratama BLH Provinsi Jatim 3 Kelurahan Kanigaran Kelurahan Berseri Mandiri BLH Provinsi Jatim 4 Kelurahan Ketapang Kelurahan Berseri Mandiri BLH Provinsi Jatim 5 Pemerintah Kota Probolinggo Adipura Kirana Kementerian LH RI 6 Pemerintah Kota Probolinggo WTN Kementerian LH RI 7 SDN Sukoharjo I Adiwiyata Provinsi BLH Provinsi Jatim III-100

No. Nama Orang /Kelompok/Organisasi Nama Penghargaan Pemberi Penghargaan 8 SDN Mangunharjo I Adiwiyata Provinsi BLH Provinsi Jatim 9 SDN Tisnonegaran I Adiwiyata Provinsi BLH Provinsi Jatim 10 SDN Kebonsari I Adiwiyata Provinsi BLH Provinsi Jatim 11 SMPN 3 Adiwiyata Provinsi BLH Provinsi Jatim 12 SDN Tisnonegaran 2 Adiwiyata Nasional Kementerian LH RI 13 SMPN 5 Lomba Musik Akustik Juara 1 BLH Kota Probolinggo 14 SMPN 4 Lomba Musik Akustik Juara 2 BLH Kota Probolinggo 15 SMPN 1 Lomba Musik Akustik Juara 3 BLH Kota Probolinggo 16 MI Hidayatullah Lomba Fashion Show Juara 1 BLH Kota Probolinggo 17 SDK Materdei Lomba Fashion Show Juara 2 BLH Kota Probolinggo 18 MI Muhammadiyah Lomba Fashion Show Juara 3 BLH Kota Probolinggo 19 SDN Tisnonegaran 2 Lomba Fashion Show Juara 4 BLH Kota Probolinggo 20 SDN Sukoharjo 2 Lomba Fashion Show Juara 5 BLH Kota Probolinggo 21 SMAN 1 Lomba Motivator Juara 1 BLH Kota Probolinggo 22 SMKN 1 Lomba Motivator Juara 2 BLH Kota Probolinggo 23 SMAN 2 Lomba Motivator Juara 3 BLH Kota Probolinggo 24 SMAN 4 Lomba Motivator Juara 4 BLH Kota Probolinggo 25 Kel. Jrebeng Kulon Lomba Eco mapping Juara 1 BLH Kota Probolinggo 26 Kel. Pohsangit Kidul Lomba Eco mapping Juara 2 BLH Kota Probolinggo 27 Kel. Ketapang Lomba Eco mapping Juara 3 BLH Kota Probolinggo Berbagai program lingkungan hidup dan komitmen antara pemerintah dan masyarakat berhasil mendorong Kota Probolinggo meraih banyak penghargaan dan menjadi percontohan daerah di Indonesia. Sepuluh kali tiap tahun berturut-turut Kota Probolinggo berhasil mendapat penghargaan bergengsi di bidang lingkungan yaitu delapan kali Adipura dan satu kali Adipura Kencana serta Adipura Kirana. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan yang diraih tersebut karena keterlibatan pemerintah dengan masyarakat, dunia usaha dan dunia pendidikan. Meskipun sudah banyak meraih penghargaan dan punya program, bukan berarti Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup tidak bergerak melakukan inovasi. Upaya pemerintah untuk melibatkan peran masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan salah satu yang telah dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat di bidang pengelolaan lingkungan. Adapun kegiatan III-101

penyuluhan masyarakat yang dilakukan selama tahun 2016 dapat kita lihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.19 Kegiatan Penyuluhan Masyarakat Kota Probolinggo Tahun Nama Kegiatan 2016 Sosialisasi Kelurahan Berseri Tingkat Kota dan Provinsi Sosialisasi Pengelolaan Lingkungan Menuju Kampung Proklim Sosialisasi Kampung Hijau, Bersih dan Indah (KAHBI) Sosialisasi Saka Kalpataru Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Emisi GRK Sosialisasi Pengelolaan Sampah menggunakan Komposter Aerob Sosialisasi Lingkungan Bagi Mitra Peduli Lingkungan Sosialisasi Penegakan Hukum Lingkungan Sosialisasi Pengaruh Penggunaan Pupuk dan Pestisida yang Berlebihan Terhadap Kualitas Air Sungai dan Kesehatan Sosialisasi Rencana Pembentukan dan Pengaktifan Kembali Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pemanfaat IPAL Komunal Kota Probolinggo. Sosialisasi Rencana Pembangunan Biogas Limbah Tahu Dan Pemanfaatannya Bagi Masyarakat Sekitar Serta Peninjauan Lokasi Kegiatan Bersama Ibu Walikota Probolinggo. Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Udara dari Emisi Sumber Tidak Bergerak di Kota Probolinggo Sosialisasi pemantauan sungai banger dalam rangka pengukuran daya tampung sungai banger Kegiatan penguatan Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Instansi Penyelenggara BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH bidang P3KLH BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen Kelompok Sasaran Kelurahan kelurahan dan masyarakat Kelurahan, Tingkat RW Kelompok Tani/ Perorangan, SKPD SKPD kelurahan dan masyarakat Masyarakat Perusahaan dan SKPD Kelompok Tani/ Perorangan, SKPD Masyarakat dan SKPD Masyarakat Perussahaan dan SKPD Masyarakat dan SKPD terkait Rumah Sakit, Puskesmas, SKPD terkait III-102

Nama Kegiatan Pelayanan Kesehatan, terhadap penanggungjawab fasilitas pelayanan kesehatan khusunya dari instansi Pemerintah. Evaluasi dan Monitoring Perluasan Industri Bata Ringan PT Amak Firdaus Utomo Evaluasi dan Monitoring Pengelolaan Air Limbah di Puskesmas Sosialisasi, Evaluasi dan Penguatan Kelembagaan Pemanfaat IPAL Komunal Sosialisasi Rencana Penyusunan Naskah Akademis Raperda Kawasan Lindung Kota Probolinggo Sosialisasi Pemanfaatan Biogas Limbah Tahu Instansi Penyelenggara BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen BLH Bidang Tapen Kelompok Sasaran SKPD dan PT AFU Puskesmas, Dinkes Masyarakat dan SKPD SKPD Masyarakat sekitar pabrik tahu 3.2.5.18 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Anggaran pengelolaan lingkungan hidup tahun 2016 di Kota Probolinggo sebesar Rp. 135.356.913.735,- (Seratus tiga puluh lima milyar tiga ratus lima puluh enam juta sembilan ratus tiga belas ribu tujuh ratus tiga puluh lima rupiah). Anggaran tersebut mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan anggaran pengelolaan lingkunagn hidup tahun 2015 yang hanya Rp. 130.051.739.759,- (seratus tiga puluh milyar lima puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh sembilan rupiah). Sumber anggaran lingkungan tersebut berasal dari DAU, DAK, DAC dan Banprop. No. Tabel 3.20 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Sumber Anggaran Peruntukan Anggaran Jumlah Anggaran Tahun Sebelumnya (2015) Jumlah Anggaran Tahun Berjalan (2016) (1) (2) (3) (4) (5) 1 APBD Lembaga Pengelolaan Lingkungan Hidup Rp. 68.985.626.559 Rp. 75.884.189.215 2 APBD Sektor Lain terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup Rp. 48.881.143.280 Rp. 46.069.257.608 3 APBD Pengelolaan Kebersihan Rp. 12.184.969.920 Rp. 13.403.466.912 Sumber: Badan Lingkungan Hidup dan DPPKA Kota Probolinggo III-103

Besarnya anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup menandakan bahwa pemerintah Kota Probolinggo senantiasa berupaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan. Anggaran tersebut bukan hanya anggaran yang ada ada di Badan Linkgungan Hidup namun juga merupakan anggaran yanga ada pada Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan yang berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan. 3.2.5.19 Kelembagaan Dalam konteks kebijakan dan program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka sangat penting untuk mengembangkan dan menerapkan berbagai instrumen ekonomi lingkungan hidup. Sebagaimana dicantumkan dalam UU 32 Tahun 2009, khususnya Pasal 42 dan 43, instrumen ekonomi lingkungan hidup diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu : instrumen perencanaan pembangunan, instrumen pendanaan lingkungan, dan instrumen insentif dan disinsentif. Pengembangan instrumen ekonomi dimaksudkan untuk menyediakan dukungan (insentif) dalam bentuk moneter, baik fiskal financial, maupun non financial. Dukungan insentif ini diharapkan tidak hanya mampu mendorong penggunaan sumber daya alam dan lingkungan yang lebih efisien, tetapi juga akan mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Jumlah personil BLH Kota probolinggo adalah 422 orang terdiri dari 363 laki-laki dan 59 perempuan. Strata pendidikan tertinggi adalah pada tingkatan master (S2) berjumlah 12 orang (10 laki-laki dan 2 orang perempuan), Sarjana (S1) dengan jumlah 50 orang (23 laki-laki dan 17 perempuan), Diploma (D3) dengan jumlah 13 orang (3 laki-laki, 10 perempuan), Diploma (D1) dengan jumlah 2 orang (0 laki-laki, 2perempuan), SLTA dengan jumlah 262 orang (234 laki-laki, 28 perempuan), SMP dengan jumlah 42 orang (42 laki-laki), dan dengan ijazah SD dengan jumlah 51 orang (51 laki-laki dan tidak ada perempuan). 300 200 100 0 0 0 10 2 2317 3 12 28 Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma (D3/D4) 234 SLTA Laki-Laki Perempuan Gambar 3.60 Jumlah Personil BLH menurut Tingkat Pendidikan III-104

Kota Probolinggo mempunyai pejabat fungsional yang sudah mengikuti diklat fungsional di bidang lingkungan hidup yaitu pengendali dampak lingkungan hidup sebanyak 5 orang (1 laki-laki dan 4 perempuan). Selain itu ada 2 orang karyawan yang sudah mengikuti diklat fungsional pengawas lingkungan hidup daerah. 3.2.5.20 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator untuk melihat gambaran pembangunan ekonomi daerah adalah dengan menggunakan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Ditinjau dari segi pendapatan Kota Probolinggo, PDRB merupakan jumlah dari semua pendapatan yang timbul oleh karena ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi diwilayah Kota Probolinggo. PDRB atas Harga Konstan Kota Probolinggo Tahun 2016 PERTANIAN Pertanian Sempit Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan 20% 10% 4% 0% 1% 0% 4% 1% 0% 0% 7% 18% Peternakan dan Hasilhasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 29% 0% 6% Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Gambar 3.61 Grafik Peranan PDRB atas harga Konstan Dari Berbagai Sektor Berdasarkan data series pada Tabel dibawah peranan ekonomi sektoral PDRB Kota Probolinggo tersaji bahwasanya 3 sektor lapangan usaha berturut- turut selama 5 III-105

tahun terakhir menduduki posisi tertinggi dibandingkan 6 sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,34% dan sektor industri pengolahan sebesar 15, 72 pada tahun 2015. Sektor ini menjadi sektor potensial yang harus mendapat perhatian. Dua sektor berikutnya yaitu sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor pertanian dapat berpotensi lebih berkemban lagi melalui peran pemerintah maupun masyarakat untuk lebih mengembangkan potensi lokal yang ada. Tabel 3.21 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Probolinggo No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 PERTANIAN 390.284 409.921 433.444 503.750 550.676 a. Pertanian Sempit - Tanaman Bahan Makanan 69.915 81.730 84.346 102.234 110.736 - Tanaman Perkebunan 8.378 9.045 10.150 9.764 9.864 - Peternakan dan Hasilhasilnya 60.506 62.692 65.553 71.079 77.261 b. Kehutanan 12.612 13.989 15.201 16.478 17.785 2 c. Perikanan 209.477 210.474 225.388 267.761 296.275 Pertambangan dan Penggalian - - - - - 3 Industri Pengolahan 896.602 963.921 1.052.007 1.143.542 1.269.242 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 21.127 22.532 24.030 24.503 26.349 5 Bangunan 320.038 367.731 401.843 447.300 481.709 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.447.241 1.640.412 1.841.919 2.026.421 2.291.583 7 Pengangkutan dan Komunikasi 978.035 1.055.453 1.168.869 1.321.973 1.480.114 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 503.652 573.453 660.302 741.724 834.241 9 Jasa-Jasa 209.215 217.507 226.387 248.893 271.653 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.376.493 5.945.742 6.563.968 7.260.608 8.071.958 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS III-106

BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 4.1 INOVASI Pencapaian kemandirian dan daya saing sebuah bangsa harus diawali dengan penciptaan prakondisi yang kondusif agar dapat menjamin kelancaran ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi sebagai dasar peningkatan iklim inovasi secara holistik. Inovasi baiknya jangan hanya didengungkan di pusaran pemerintah pusat saja, namun inovasi juga perlu ditumbuhkembangkan melalui daerah-daerah. Hal ini senada dengan keinginan Presiden RI Joko Widodo untuk menggenjot pembangunan Indonesia yang bermuara dari daerah. Dikarenakan pembangunan suatu negara menjadi sangat tergantung pada perkembangan dan kebaruan daerah di dalamnya, maka inovasi menjadi sangat penting untuk menggali sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) demi meningkatkan daya saing atau nilai tambah pembangunan daerah tersebut. Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan jelas mengindikasikan bahwa inovasi menjadi salah satu tolok ukur kemakmuran di suatu Negara. Peningkatan daya saing antar derah merupakan agenda yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, inovasi dalam pembangunan yang berjalan secara komprehensif serta terjadinya kolaborasi antar aktor pembangunan merupakan faktor kunci peningkatan daya saing. Berbagai program pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis pada masyarakat berupaya digali dan dikembangkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo dengan harapan agar masyarakat dapat terlibat langsung dan aktif hingga secara bertahap dapat mandiri dalam mengelola lingkungannya. Pengembangan programprogram inovatif dalam pengelolaan lingkungan berbasis partisipatif dilakukan secara sinergis (terpadu) melibatkan berbagai elemen (Pemerintah, Masyarakat RT/RW, LSM, Pengusaha/Swasta, Sekolah, dan komponen lain yang terkait). IV-1

Diharapkan dengan menjadikan masyarakat serta komunitas lokal sebagai objek dan subjek pembangunan lingkungan maka akan tercipta suatu sistem masyarakat yang secara mandiri mampu mewujudkan sebuah pola interaksi antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya secara simbiosis mutualistis dalam jangka yang panjang. Pada pelaksanaan program-program lingkungan, keberadaan Mitra Kerja Peduli Lingkungan yang telah dibentuk oleh BLH Kota Probolinggo juga sangat berperan, baik dalam mensosialisasikan program, memperluas jaringan kepedulian maupun memprakarsai berbagai kegiatan. 4.1.1 Peran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Posisi strategis pembentukan APBD dalam konteks otonomi daerah menjadi determinan untuk terwujudnya aspek-aspek yang penting dalam pembangunan daerah, begitu pula aspek terwujudnya wawasan lingkungan. Besar kecilnya kepedulian dalam proses dan hasil pembentukan APBD bagi anggaran penerapan wawasan lingkungan sangat menentukan konfigurasi baik buruknya lingkungan di daerah setempat. APBD dapat menjadi motor penggerak pembangunan yang berwawasan lingkungan atau sebaliknya menjadi agen utama pengrusakan lingkungan di daerah. Otonomi daerah menjadikan posisi wawasan lingkungan sangat potensian terpinggirkan akibat orientasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Gambaran mengenai kualitas rencana berbagai sektor pembangunan suatu daerah dapat dilihat dalam APBD, demikian pula sektor lingkungan hidup. Dengan melihat dan mencermati APBD akan terlihat apakah suatu sektor pembangunan mendapatkan skala prioritas. Melihat APBD dari suatu tahun ke tahun berikutnya juga akan terlihat apakah sektor lingkungan hidup semakin ditingkatkan kepeduliannya. Mengkaji posisi rencana anggaran dari sektor lingkungan hidup dalam PABD menjadi suatu urgent, mengingat lingkungan hidup adalah persoalan keberlanjutan kehidupan dari generasi ke generasi. Alokasi anggaran juga dinilai punya peran strategis dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup. Daerah yang memiliki APBD besar dimungkinkan memiliki anggaran lingkungan hidup yang cukup besar, terlebih jika ditambah dana lain dari APBN dan lembaga donor lainnya. IV-2

Pemerintah Kota Probolinggo senantiasa mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk sektor lingkungan hidup. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup tahun 2016 di Kota Probolinggo sebesar Rp. 135.356.913.735,- (Seratus tiga puluh lima milyar tiga ratus lima puluh enam juta sembilan ratus tiga belas ribu tujuh ratus tiga puluh lima rupiah). Anggaran tersebut mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan anggaran pengelolaan lingkunagn hidup tahun 2015 yang hanya Rp. 130.051.739.759,- (seratus tiga puluh milyar lima puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh sembilan ribu tujuh ratus lima puluh sembilan rupiah). Sumber anggaran lingkungan tersebut berasal dari DAU, DAK, DAC dan Banprop. No. Peruntukan Anggaran Tabel 4.1 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Jumlah Anggaran Tahun Sebelumnya (2015) Jumlah Anggaran Tahun Berjalan (2016) Prosenta se (Tahun 2016) (1) (3) (4) (5) 1 TOTAL APBD Rp. 894.026.082.490,62 Rp. 1.129.160.190. 770,55 100 APBD Lembaga 7 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Rp. 68.985.626.559 Rp. 75.884.189.215 2 APBD Sektor Lain terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup Rp. 48.881.143.280 Rp. 46.069.257.608 4,1 3 APBD Pengelolaan Kebersihan Rp. 12.184.969.920 Rp. 13.403.466.912 Pendapatan Asli 3 Daerah dari pengelolaan Rp. 800.000,000,00 Rp. 800.000.000,00 kebersihan Sumber: Badan Lingkungan Hidup dan DPPKA Kota Probolinggo Tabel 4.2 Potensi Dan Realisasi Penerimaan Retribusi Untuk Kebersihan. No. Kompoen Tahun Penerimaan 1,2 Prosentase Realisasi Target Realisasi Kebersihan/ Rp. 745.403.450 93,18 1 2015 Rp. 800.000.000 Sampah Kebersihan/ Rp. 756.787.075 95,60 2 2016 Rp. 800.000.000 Sampah Sumber: Badan Lingkungan Hidup dan DPPKA Kota Probolinggo IV-3

Pada tahun 2016, prosentase anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup mencapai 12% dari total APBD. Besarnya anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup menandakan bahwa pemerintah Kota Probolinggo senantiasa berupaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan. Anggaran tersebut bukan hanya anggaran yang ada ada di Badan Linkgungan Hidup namun juga merupakan anggaran yanga ada pada Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan yang berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan. Selain mengalokasikan APBD untuk pengelolaan lingkungan yang cukup besar, Pemerintah Kota Probolinggo juga mendapatkan Pendapatan Asli Daerah yang akan menunjang pembangunan daerah yang bersumber dari pengelolaan kebersihan. Prosentase dari penerimaan retribusi mencapai 95,60% pada tahun 2016. 4.1.2 Inovasi Di Berbagai Sektor 4.1.2.1 Pengendalian Dan Pemeliharaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan A. Pengendalian Sumberdaya Lahan Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2009 dalam pasal 13 tercantum bahwa pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Secara umum, pengendalian pecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan melalui 3 cara yaitu : pencegahan,penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup dengan menerapkan berbagai instrument-instrument seperti: Kajian lingkungan hidup straegis (KLHS); Tata ruang; Baku mutu lingkungan hidup; Kreteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup; dan lain lain, sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. Kota Probolinggo senantiasa melakukan inovasi dan program-program dalam hal pengendalian dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan antara lain: Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Tahun 2016 Penyusunan Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo tahun 2016 Penyusunan Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2014 IV-4

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Wilayah Pesisir Tahun 2014 Penyusunan Naskah Akademis Pengelolaan Kawasan Lindung Kota Probolinggo Tahun 2016 B. Permukiman Pencegahan kerusakan dan pencemaran sumberdaya lahan permukiman, dilakukan dengan mempersiapkan kebijakan yang mengatur peruntukan lahan disebelah hulu sehingga tidak mengakibatkan kerusakan dan pencemaran sumberdaya lahan permukiman yang terletak dibagian hilir. Untuk meningkatkan kualitas lingkungan di dalam lingkungan permukiman perlu dilakukan pengelolaan sampah domestik dan limbah cair, sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan, penurunan kondisi sanitasi lingkungan permukiman, yang bisa saja selanjutnya berpengaruh terhadap lingkungan secara keseluruhan Dalam suatu kawasan permukiman, misalnya kebutuhan air, baik kualitas maupun kuantitas dapat dipenuhi. Namun demikian upaya pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari adanya kerusakan dan pencemaran air sehingga mengakibatkan aktifitas permukiman terganggu. Dalam rangka melakukan pemeliharaan lahan permukiman adalah kenyamanan kawasan permukiman, terutama menyangkut masalah transportasi masal, rawan banjir, rawan longsor, kekurangan pasokan air minum baik kuantitas maupun kualitas dan pengelolaan limbah domestik. Untuk itu, diperlukan adanya kemudahan mendapat informasi permasalahan permukiman tersebut. Sehingga jaminan permukiman yang sehat, aman dan tenteram bukan hanya selogan, tetapi terpancar sebagai cerminan permukiman dan masyarakat yang sejahtera. Permasalahan pengelolaan limbah domestic di Kota Probolinggo sudah mendapat porsi perhatian yang cukup, baik dari pihak Pemerintah, LSM dan masyarakat. Kedepan tentunya, dengan pesatnya perkembangan kawasan permukiman IV-5

adalah perhatian terhadap kecukupan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga dan menyangkut kualitas sanitasi lingkungan. Disamping itu,untuk mendukung fungsi RTH Kota Probolinggo, gerakan penghijauan lingkungan permukiman, perlu dimulai dari fungsi perencanaan kawasan permukiman, sehingga fungsi penghijauan juga terkait dengan upaya peresapan air hujan kedalam tanah, sehingga fungsi kelola air pun berjalan sebagai kelola lingkungan yang utuh. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya alam dan lingkungan di sektor pemukiman antara lain: Penyusunan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Penyusunan Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di beberapa lokasi termasuk di lingkungan pesantren. Menyusun peta rawan bencana dan Regulasi tanggap darurat bencana. Mengadakan lomba-lomba yang bertemakan lingkungan untuk masyarakat, seperti lomba Kampung KAHBI (Kampung Asri, Hijau, Berseri) Meningkatkan peran Sekolah Adiwiyata di Kota Probolinggo. Menyediakan tempat sampah pada fasilitas umum dan TPS terpilah. Telah disusunnya Peraturan Walikota nomor 24 tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeloaan Persampahan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Menambah Armada pengangkutan sampah, terdapat 2 unit tambahan armada pengangkut sampah. Membuat Biopori yang difungsikan juga sebagai tempat pengomposan sampah organic dimana kewajiban membuat biopori dituangkan dalam Peraturan Walikota nomor 11 tahun 2016 tentang Pemanfaatan Air Hujan dan Perda Permukiman Nomor 3 Tahun 2013. IV-6

Memberikan bantuan sarana pengelolaan sampah misalnya Komposter dan biopori aerob sebanyak 20 unit kepada masyarakat Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang teknis pengelolaan sampah secara ramah lingkungan. Pengembangan energy alternative ramah lingkungan yang berasal dari sampah. Dibangunnya TPST 3R di beberapa kecamatan yang dikelola dengan memberdayakan masyarakat setempat. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye lingkungan untuk peduli sampah dengan menggunakan media interaktif misalnya papan himbauan, talkshow di radio dan pelayanan public terpadu. Dengan jumlah 29 papan himbauan dan 11 talkshow di radio, kegiatan rutin pameran bertemakan lingkungan dan pelayanan lingkungan setiap minggu di Alun-alun Kota Probolinggo. Memberikan pelatihan pengolahan sampah ramah lingkungan kepada masyarakat, swasta dan sekolah. Penegakan regulasi pengelolaan persampahan. Tersusunnya masterplan persampahan Kota Probolinggo pada tahun 2016 Rencana kerjasama pengolahan sampah dengan teknologi hidrotermal dengan PT. Richmount Agro Chem Yang akan mengolah dengan ramah lingkungan dan membutuhkan lahan yang tidak begitu besar serta akan menghasilkan energi yang mampu dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar. Mengoptimalkan dan meningkatkan Pengelolaan sampah dengan peran serta dari masyarakat, peran serta masyarakat tersebut antara lain: 1. Pokmas pokmas di permukiman bertugas memilah sampah dan mengumpulkan khusus sampah organik yang dapat ditukarkan kompos ke BLH. Saat ini pokmas yang ada di Kota Probolinggo mencapai 36 pokmas. 2. Pembentukan bank sampah di masyarakat. Bank Sampah di permukiman dikelola langsung oleh masyarakat baik di RT/RW maupun skala Kelurahan yang bekerjasama dengan Bank Sampah Induk MASPRO MESRA milik Pemerintah Kota Probolinggo. Saat ini jumlah bank sampah yang ada di Kota Probolinggo mencapai 83 bank sampah. IV-7

3. Kelompok kelompok mitra yang mempunyai tanggung jawab menyampaikan informasi tentang pengelolaan sampah di lingkungan masing masing dan melakukan aksi sesuai domain masing masing, ada sekitar 26 mitra di bawah binaan BLH 4. Kelompok kelompok pengelola sampah Kali Banger yang bertugas membersihan sampah sepanjang kali Banger 5. Pemilahan sampah pasar oleh Paguyuban Pedagang pasar baik organik maupun anorganik. 6. Peran serta masyarakat melalui pengelola TPST TPST yang ada dengan mengurangi timbulan sampah organik untuk menjadi kompos. Saat ini TPST yang ada di Kota Probolinggo berjumlah 19 TPST. Gambar 4.1 Aktifitas Bank Sampah di Kota Probolinggo C. Pertanian Untuk pencegahan kerusakan dan pencemaran lahan pertanian seperti ladang, kebun dan sawah, perlu dilakukan dengan mempersiapkan kebijakan yang mengatur peruntukan lahan disebelah hulu agar tidak mengakibatkan kerusakan dan pencamaran sumberdaya lahan pertanian yang berada dibagian hilir. Atau sebaliknya kegiatan di lahan pertanian menimbulkan pencemaran di bagian hilir. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengelolaan lingkungan pertanian sesuai peraturan yang berlaku dan pengolahan sumber pencemar, baik yang masuk ke kawasan lahan pertanian, maupun yang akan keluar dari kegiatan di lahan pertanian. Salah satu alternative pengendalian kerusakan dan pencemaran sumberdaya lahan khususnya lahan pertanian adalah dengan menempatkan pembangunan di daerah IV-8

hulu tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi kehidupan biomassa di lahan pertanian. Misalnya menjadikan daerah hulu sebagai lahan konservasi, resapan air, Green Belt, lokasi wisata alam, Agrowisata dll. Dalam pemeliharaan lahan pertanian yang utama adalah menjaga kesuburan tanah yang merupakan tempat hidup bagi mahluk hidup. Semua hasil perkebunan, pertanian, dan hasil bumi lainnya berasal dari tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman yang baik. Tanah yang tandus perlu diolah agar menjadi subur. Selain itu, untuk menjaga kelestarian tanah, program penghijauan tanah kosong dan lahan keritis merupakan hal yang perlu diporgramkan. Demikian halnya untuk menjaga kesuburan lahan lahan pertanian, pemberian pupuk organik merupakan alternative terbaik, karena bisa memanfaatkan biomassa yang telah lapuk atau telah melalui pengkomposan yang tersedia disekitarnya dan melalui upaya insentif saprotan dan penyuluhan. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya alam dan lingkungan sektor pertanian antara lain: Sosialisasi dan penyuluhan rutin terkait penggunaan pupuk agar tidak merusak lingkungan kepada petani baik di bagian hulu maupun di bagian hilir. Sosialisasi pemilahan sampah dan pemakaian pupuk organic yang teru dilaksanakan oleh BLH dan Dinas Pertanian agar mendorong petani beralh menggunakan pupuk Organik yang ramah lingkungan. Pemberian bantuan tanaman produktif kepada masyarakat Menggalakkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan karang kitri Gambar 4.2 Walikota Probolinggo dengan Dinas Pertanian menginisiasi Program Gerakan masyarakat tanam cabe IV-9

D. RTH dan Keanekaragaman hayati Pengendalian, Pencegahan serta pemulihan kerusakan RTH dan keanekaragaman hayati dilakukan dengan mempersiapkan kebijakan yang mengatur peruntukan lahan untuk membangun RTH dan kawasan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah Kota Probolinggo. Berkurangnya RTH dan keanekaragaman hayati kadang terjadi akibat adanya alih fungsi lahan, tergusur oleh kepentingan ekonomis. Oleh karena itu, perlu adanya penataan hukum, melalui kebijakan yang bersumber dari regulasi tingkat nasional, tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota, sehingga gangguan gangguan terhadap fungsi RTH dan fungsi keanekaragaman hayati dapat dipertahankan, dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal. Program pembangunan RTH sebagai lahan untuk melestarikan flora fauna khas Kota Probolinggo atau flora fauna langka dapat dikaitkan dengan alternative upaya pemeliharaan lingkungan Kota. Dengan pemeliharaan flora fauna tersebut, kekhawatiran terputusnya mata rantai dalam ekosistem flora dan fauna tidak terjadi. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah: Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa, seperti Taman Wisata Studi Lingkungan yang berada di Kelurahan Mangunharjo, Kota Probolinggo, Wisata Edukasi Hutan Mangrove yang bekerjasama dengan pihak swasta yang menyajikan tempat hiburan keluarga dengan edukasi bertemakan hutan mangrove di kawasan pesisisr Kota Probolinggo IV-10

Menggalakkan kegiatan penghijauan. Selama Tahun 2016 Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo dan Dinas Pertanian Kota Probolinggo dan juga masyarakat telah melakukan kegiatan penghijauan di Kecamatan Mayangan, Kedopok, Kademangan, Kanigaran dan Wonoasih. Jumlah pohon mencapai 17.370 pohon dengan luasan lahan 4,89 Ha. Gambar 4.4 Penanaman Pohon yang dilakukan oleh Sekretaris Daerah Kota Probolinggo dan Kepala DLH Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dan Pemeliharaan taman-taman Kota yang senantiasa dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Kota Probolinggo tidak memiliki hutan berdasarkan fungsinya. Hutan yang ada di Kota Probolinggo hanya hutan Kota seluas 4,16 Ha, taman keanekaragaman hayati yang terletak di Kecamatan Kedopok seluas 2 Ha. Pengembangan RTH di Kota Probolinggo memberikan banyak dampak positif bagi peningkatan kualitas lingkungan, antara lain : a. Menciptakan mekanisme pengendalian lingkungan hidup melalui penataan ruang, agar dapat berfungsi serupa dengan kondisi alami sebelum dibangun yang mampu menyimpan, meresapkan, menguapkan dan menangkap sumber daya air dan perbaikan kualitas udara; b. Mendorong kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap upaya kelestarian lingkungan; Gambar 4. 3 Taman Wisata Mangrove Dan Taman Wisata Studi Lingkungan c. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan fungsi resapan air serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan; d. Sebagai salah satu alternatif tempat tujuan wisata di Kota Probolinggo. Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat, baik oleh pihak swasta, maupun dari sekolah-sekolah. Sepanjang Tahun 2016, jumlah pohon yang sudah ditanam oleh masyarakat mencapai 660 pohon. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat IV-11

Probolinggo juga senantiasa aktif dalam kegiatan lingkungan demi mencapai Kota Probolinggo yang aman, bersih dan sejahtera. Untuk itu, Instansi yang punya kapasitas melakukan inventarisasi dan pemeliharaan adalah Balai Konsevasi dari Instansi Kehutanan, Balai Benih dan Bibit dari Instansi Pertanian, Peternakan dan Perikanan, serta Taman Wisata milik Pemerintah Kota Probolinggo, perlu ditingkatkan. Dengan demikian, Pemerintah Kota Probolinggo, sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup,yang melibatkan stakeholder dan masyarakat dengan mengaplikasikan system jasa ekosistem. E. Industri Pengendalian serta pencegahan kerusakan dan pencemaran sumberdaya alam dan lingkungan oleh kegiatan industri dilakukan melalui upaya penataan hukum, baik dalam tahap konstruksi maupun tahap operasi suatu kegiatan industri. Hal tersebut dilakukan dengan mempersiapkan kebijakan yang mengatur pembangunannya, maupun mengatur prosess produksi, sehingga pencemaran terhadap lingkungan dapat dihindari. Kebijakan yang tertuang dalam dokumen AMDAL, RKL dan RPL adalah merupakan parameter yang wajib ditaati oleh pihak industri dalam rangka pembangunan berwawasan lingkungan. Selanjutnya secara fisik, dalam suatu kawasan industri secara komunal atau secara individu, disiapkan unit pengolah limbah domestic, pengolah limbah proses produksi dan unit pengolah pencemaran emisi udara saat proses produksi. Dengan upaya pengendalian tersebut, maka aktifitas suatu industri dapat berdampingan berkembang dengan optimal dengan sektor sektor lain. Pemeliharaan kawasan industri dapat dilakukan dengan cara melakukan kelola lingkungan yang meliputi pengelolaan limbah domestik, pengelolaan limbah proses industri dan pengelolaan kualitas udara emisi. Dalam kelola lingkungan tersebut dapat dilakukan dengan mendirikan unit pengolah limbah (cair-padat-udara). Selanjutnya secara estetika lingkungan, dilakukan penghijauan dengan tanaman tahunan, dan IV-12

pembuatan taman, sehingga selain mampu menghadirkan keindahan lingkungan tetapi juga mampu mereduksi pencemaran udara ambien yang berasal dari kawasan industri itu sendiri. Upaya pemeliharaan tersebut dilakukan dengan mengakomodasikan regulasi tingkat nasional, tingkat propinsi maupun tingkatkabupaten/kota. Dengan upaya pemeliharaan tersebut, diharapkan bukan hanya lingkungan industri menjadi sehat, juga lingkungan diluar kawasan tersebut menjadi nyaman. Selain melakukan upaya-upaya teknis, untuk keberlanjutan tindakan pengelolaan lingkungan dapat disusun suatu aturan aturan yang selanjutnya disosialisasikan untuk menjadi pedoman pengelolaan. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya alam dan lingkungan Sektor Industri antara lain: Menyusun kajian produksi bersih bagi industri besar, kecil dan menengah di Kota Probolinggo yang bertujuan agar industriindustri di Kota Probolinggo menerapkan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Melakukan Program Pengawasan dan pembinaan pada industri besar, kecil dan menengah di Kota Probolinggo secara rutin. Melakukan penegakan hukum terhadap kegiatan dan atau usaha yang diduga melakukan pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup. Gambar 4.5 Kegiatan Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan BLH Kota Probolinggo IV-13

Pembuatan aplikasi untuk inventarisasi/ database kegiatan pengawasan terhadap tingkat ketaatan industri serta aplikasi untuk inventarisasi dokumen lingkungan khususnya SPPL. Aplikasi dapat dilihat pada website www. blhkotaprobolinggo.com 4.1.3 Pengendalian Sumberdaya Air Kota Probolinggo memiliki Cekungan Airtanah (CAT) dengan jumlah imbuhan air tanah bebas 711 juta m 3 /tahun dan jumlah aliran air tanah tertekan 124 juta m 3 /tahun. CAT tersebut mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu sistem pembentukan air tanah; dan memiliki satu kesatuan sistem akuifer. Cadangan air tanah bebas tersebut dimanfaatkan oleh penduduk Kota Probolinggo melalui mata air, sumur dan sungai, baik dimanfaatkan untuk kebutuhan permukiman maupun irigasi lahan pertanian. Pemanfaatan tersebut, bila tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan berkurangnya potensi CAT Kota Probolinggo. Untuk itu, perlu dipersiapkan aturan aturan pembatasan pemanfaatan, aturan pemeliharaan, pembangunan daerah sempadan sungai, sempadan sumber mata air, atau bila sudah tersedia perlu dilakukan sosialsiasi low inforcement, sehingga sumbedaya air tersebut dapat dimanfaatkan sebaik baiknya, dengan kualitas dan kuantitas sesuai baku mutu sumber air yang berlaku. Disamping itu, dalam rangka mengendalikan kerusakan dan pencemaran sumberdaya air, maka harus diupayakan dibuat suatu kebijakan pembangunan agar supaya pemanfaatan kawasan DAS tersebut tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap potensi sumber-sumber air yang tersedia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan kegiatan pembangunan itu, tidak menimbulkan kerusakan lahan tersebut dikemudian hari. Setiap mahluk hidup memerlukan air, karena air merupakan sumber kehidupan bahkan pada manusia komponen terbesar penyusun tubuh adalah 80% air. Manusia memerlukan air bersih untuk dikonsumsi. Hewan memerlukan air untuk mandi dan IV-14

minum. Tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhan dan kesuburannya. Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara lain: Tidak membuang sampah sembarangan. Melakukan kegiatan penghijauan atau penanaman pohon. Menggunakan air secukupya sesuai dengan keperluan saja. Air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah, namun dialirkan ke saluran pembuangan. Oleha karena itu, selain kawasan DAS dan sempadan sungai merupakan target yang perlu dipelihara, melalui upaya upaya tersebut diatas, maka upaya pencadangan kawasan selatan Wilayah Kota Probolinggo sebagai areal tangkapan air hujan, green belt dan lain sebagainya, perlu menjadi suatu kebijakan dalam pemeliharaan lingkungan DAS dan sungainya, sehingga akan tercipta kecukupan air untuk irigasi lahan pertanian, kebutuhan permukiman penduduk dan kegiatan industri kedepan.. Meskipun sumberdaya air diperlukan dalam kegiatan permukiman, pertanian dan industri, namun peningkatan dari ketiga sector itu dalam memanfaatkan tata ruang Kota probolinggo, akan menjadi tekanan terhadap fungsi pemulihan sumberdaya air itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan tata kelola air yang cermat, sehingga mampu menjaga dan melestarikan sumberdaya air tersebut. Kota Probolinggo memiliki cadangan air tanah dangkal dan air tanah tertekan. Namun hal tersebut suatu saat tidak menjamin akan kelangsungan stok cadangan air, tanpa adanya imbuhan utamanya dari resapan air hujan dari berbagai tempat kawasan cadangan air tersebut. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya Air antara lain: Pembuatan IPAL Komunal untuk limbah cair domestic. Dari data tahun 2012 sampai 2015 jumlah IPAL Komunal yang sudah dibangun mencapai 26 unit untuk limbah blackwater. IV-15

Telah dilaksanakannya program Sistem Layanan Tinja Terjadwal dimana secara berkala akan dilakukan penyedotan tinja pada septitank warga, penyusunan Feasibility Studi pembangunan IPLT Baru dan peningkatan kapasitas kelembagaan UPT Pengolahan dsampah dan Limbah. Volume tinja yang masuk ke IPLT sepanjang tahun 2016 telah mencapai 1,065 m3. Penyusunan studi kelayakan Instalasi Pengolahan Lumpur Gambar 4.6 Instalasi Pengolahan Limbah Tahu Di Kota Probolinggo Tinja (IPLT) dan rencana pembangunan IPLT pada tahun 2018 Arisan Jamban yang telah dikembangkan oleh Dinas Kesehatan sekarang telah membangun jamban keluarga sebanyak 373 rumah tangga yang tersebar di wilayah Kota Probolinggo mulai tahun 2012 dan sampai saat ini masih terus berjalan. Pemanfaatan kotoran hewan sebagai biogas ( jumlah biogas kotoran ternak ). Pembangunan instalasi biogas limbah tahu, sehingga limbah tahu tidak lagi dibuang langsung ke sungai namun diolah terlebih dahulu sehingga tidak mencemari sungai. Pemanfaatan limbah tahu sebagai biogas telah disalurkan kepada 40 rumah tangga di Kelurahan Kedung Asem dan 42 rumah tangga di Kelurahan Jrebeng Lor sehingga mengurangi beban pencemaran air di sungai Kedunggaleng Penerapan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2013 yang mengatur Pengelolaan Air Limbah Domestik. IV-16

Pengembangan kegiatan partisipatif masyarakat yaitu siswa sekolah untuk memantau kualitas air sungai melalui indikator biologis air sungai melalui program Detektif Kecil Sungai ( DIK SUN ). Sosialisasi tentang pemantauan kualitas air yang senantiasa dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo kepada masyarakat sekitar bantaran sungai. Pengukuran daya tampung beban pencemaran air sungai di Kota Probolinggo, yang menunjukkan bahwa sebagian sungai sudah melampaui daya tampungnya. 4.1.4 Pengendalian Sumberdaya Udara Udara sebagai sumberdaya alam yang kehadirannya atau suplainya konstan/relatif konstan berapapun jumlahnya dimanfaatkan, walaupun selalu tersedia udara merupakan sumberdaya yang sangat penting artinya. Berbicara mengenai pengendalian pencemaran, harus diketahui terlebih dahulu tentang pencemaran itu sendiri. Meningkatnya pembangunan serta terusnya bertambah jumlah penduduk dengan segala aktifitas serta mobilitas mengakibatkan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap penurunan kualitas lingkungan, yakni pencemaran udara. Kegiatan industri dan transportasi yang merupakan bagian kegiatan pembangunan yang menjadi sumber pencemaran udara dan paling dominan pada saat ini disamping sumber lainnya seperti kebakaran hutan, gunung meletus. Hal ini menjadi masalah bagi kehidupan manusia, terutama yang tinggal kota-kota besar yang banyak industri dan padat transportasi bermotor yang kesemuanya mengeluarkan gas atau partikel yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Selanjutnya upaya upaya yang perlu dilakukan dalam pencegahan pencemaran udara adalah sebagai berikut; 1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan. 2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan IV-17

3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam larutan pengikat sebelum dibebaskan ke air. atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke udara bebas 4. Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu permukiman atau kota 5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi angkutan pribadi 6. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai inikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain. 7. Membuat kebijakan berupa larangan atau pembatasan penggunaan bahan polutan seperti insektisida berbahaya, ozon (O 3 ), Chloro fluoro carbon (CFC), pembakaran timah hitam (Pb) dan lain lain. Potensi sumber daya alam yang ada di Kota Probolinggo sangat sedikit sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara optimum dan tetap dilandasi dengan azas konservasi agar kelestariannya tetap terjaga untuk masa yang akan datang. Dalam pemeliharaan lingkungan hidup diperlukan peran serta masyarakat, untuk menjamin keberlanjutan dari upaya lingkungan yang lestari. Upaya upaya ini tidak terlepas dari penggalian kearifan lokal dalam mengelola lingungan misalnya menggunakan pertanian konvensional yang cenderung merusak seperti penggunaan berlebihan pestisida, pupuk anorganik dan lain-lain. Dalam melestarikan lingkungan khususnya sumber daya alam udara ini diperlukan kebijakan-kebijakan yang mengikat seluruh stakeholder diataranya 1. Aksi mitigasi perubahan iklim 2. Aksi adaptasi perubahan iklim 3. Mitigasi bencana khususnya gunung api 4. Investasi bagi industri yang diperbolehkan berdiri di Kota Probolinggo adalah industi yang hijau IV-18

5. Penataan sistem transportasi untuk jangka waktu 25-50 tahun ke depan 6. Penegakan aturan-aturan yang sudah diterbitkan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, serta merevisi peraturan yang bertentangan dengan kaidah Kota Jasa Berwawasan Lingkungan Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya udara antara lain: Penerapan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Adaptasi Perubahan Iklim. Target penurunan emisi GRK Kota Probolinggo adalah sebesar 12% pada tahun 2020. Gambar 4.7 Sosialisasi Perubahan Iklim Kota Probolinggo Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan PAKLIM (Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup & Perubahan Iklim) GIZ, untuk mengidentifikasi Profil Resiko dan merumuskan Rencana Aksi Terpadu yang meliputi upaya adaptasi dan antisipasi Kota Probolinggo terhadap perubahan iklim. Melakukan uji kualitas udara ambien yang mewakili kegiatan pemukiman, perindustrian dan komersial secara rutin dan juga melakukan uji kualitas emisi sumber pencemar pada beberapa industri di Kota Probolinggo Gambar 4.8 Uji Kualitas Udara Ambien di Pemukiman Warga IV-19

Sejak tahun 2012 mulai menggalakkan program Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang bertujuan untuk melatih masyarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor. Diharapkan dengan kegiatan tersebut bisa mengurangi polusi akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dan memberi alternatif ruang terbuka khusus bagi masyarakat yang bisa digunakan untuk rekreasi, olahraga, dll. 4.1.5 Pengendalian Sumberdaya Lingkungan Pesisir. 4.1.5.1 Kawasan Perairan Pesisir Pesisir adalah daerah yang sangat rentan perubahan, karena setiap saat pesisir menjadi tempat masuknya bermacam-macam limbah/pencemar/perusak dari berbagai kegiatan di daratan, baik yang di hulu maupun yang di pesisir sendiri. Sampai saat ini kualitas perairan pesisir Kota Probolinggo masih memenuhi baku mutu air yang berlaku, yang mengisyaratkan bahwa perairan pesisir masih mampu melakukan self purification (daya tampung) atau mendegradasi pencemar yang masuk ke perairan dengan sempurna tanpa mengakibatkan penurunan kualitasnya. Kedepan jika pencemar yang masuk terus bertambah sampai melewati batas self purication maka perairan pesisir akan dinyatakan tercemar oleh beberapa parameter air, tergantung jenis dan sumber pencemaranya. Aktifitas kawasan Pelabuhan Tanjung Tembaga di masa yang akan datang diperkirakan akan menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar. Limbah dalam jumlah besar tersebut harus diamati kualitasnya; limbah yang kualitasnya mengandung parameter diatas baku mutu yang berlaku tidak boleh dibuang langsung ke perairan pesisir kaena akan mencemari air pesisir. Pencemaran air pesisir dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, dengan besaran dampak sesuai dengan tingkat pencemarannya. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo dalam hal pengendalian sumberdaya alam dan lingkungan antara lain: - Penyusunan kajian lingkungan hidup strategis wilayah pesisir Kota Probolinggo Tahun 2014 IV-20

- Penyusunan Kajian Teknologi Hijau Konservasi Kawasan Mangrove Yang Dipadukan Dengan Kegiatan Budidaya Perikanan Sebagai Wahana Edukasi Dan Wahana Di Kecamatan Kedemangan Kota Probolinggo Tahun Anggaran 2015 - Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui program ekonomi, pendidikan dan social, melalui pemberian bantuan stimulan, pendampingan dan pelatihan pada 68 UKM yang mengolah hasil laut. - Pemberdayaan masyarakat untuk melindungi ekosistem dan sumber daya pesisir, untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Sampai dengan tahun 2015 terdapat 38 Kelompok Nelayan dan 5 Kelompok Kerja Mangrove di Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kademangan. - Tersusunnya Masterplan Minapolitan pada tahun 2015 - Tersusunnya Masterplan Perikanan Tangkap tahun 2015 - Dilakukannya review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Probolinggo pada tahun 2016 - Penataan dan perbaikan Infrastruktur untuk mendukung kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga dan prose pengalihan Jalan Lingkar Utara dari jalan Kota Probolinggo menjadi Jalan Nasional - Diterapkannya Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Cair Domestk. - Review Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah untuk mengantisipasi pengembangan kawasan penunjang pelabuhan IV-21

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Sebagai perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik, Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo setiap tahun telah menyusun laporan Dokumen Informasi Kinerja Pengeloaan Lingkungan Hidup Daerah atau yang selama ini lebih dikenal dengan dokumen SLHD (Status Lingkungan Hidup Daerah) yang berisikan tentang diskripsi, analisis dan presentasi informasi ilmiah mengenai kondisi, kecenderungan dan pengaruh signifikan lingkungan yang optimum, status keberlanjutan ekosistem, pengaruh pada kegiatan manusia, serta pada kesehatan dan kesejahteraan sosial ekonomi yang terjadi di Kota Probolinggo. Pelaporan status lingkungan hidup merupakan sarana penyediaan data dan informasi lingkungan dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan prioritas masalah, dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan. Berdasarkan hasil analisa data informasi, sosialisasi dan FGD untuk menjaring aspirasi yang dilakukan untuk penentuan isu prioritas, maka ada beberapa isu lingkungan di Kota Probolinggo yang perlu dicermati yaitu a. Pencemaran Air Sungai; Berdasar dari hasil perhitungan, Indeks Kualitas Air Kota Probolinggo tahun 2016 memiliki nilai sebesar 49,09 atau dapat dikatakan bahwa sebagian besar air sungai tercemar ringan. b. Pengembangan Kawasan Penunjang Pelabuhan; Dari data yang diperoleh dari BPS Tahun 2016 dapat dilihat bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Probolinggo, bahwasannya selama 5 tahun terakhir 3 sektor usaha berturut-turut menduduki posisi tertinggi dibandingkan 6 sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,34% dan sektor industri pengolahan sebesar 15, 72 pada tahun 2015. V-1

c. Pengelolaan Persampahan yang Ramah Lingkungan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas ekonomi maka meningkat pula timbulan sampah yang dihasilkan. Diperkirakan timbulan sampah Kota Probolinggo mencapai 168,172 ton/hari. Sedangkan sampah yang masuk ke TPA rata-rata sebesar 50 ton/hari dan pelayanan pengangkutan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah Kota Probolinggo terutama wilayah bagian selatan. Meskipun telah dibangun sel TPA yang baru namun kapasitasnya diperkirakan hanya sampai 1-2 tahun kedepan. Inovasi- inovasi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup senantiasa dilakukan oleh Pemenrintah Kota Probolinggo. Inovasi tersebut meliputi a. Pengendalian Dan Pemeliharaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, yang terdiri dari beberapa sektor yaitu: sumberdaya lahan, pemukiman, pertanian, industri dan, RTH dan Keanekaragaman Hayati b. Pengendalian Dan Pemeliharaan Sumberdaya Air c. Pengendalian Dan Pemeliharaan Sumberdaya Udara d. Pengendalian Dan Pemeliharaan Kawasan Pesisir V-2

DAFTAR PUSTAKA 2014, Laporan Akhir Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) Kota Probolinggo, Pusat Pelayanan Teknologi/ BPPT Enjiniring Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2014, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Klhs) Wilayah Pesisir Kota Probolinggo, Pusat Pelayanan Teknologi/ BPPT Enjiniring Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2016, Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Review Master Plan Persampahan Kota Probolinggo, Badan Perencanaan Pembangunan Kota Probolinggo. 2015, Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Probolinggo, Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.... 2016, Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo, Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo. 2010, Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah, Pemerintah Kota Probolinggo. 2010, Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pemerintah Kota Probolinggo. Wardhana, W. A., (2001), Dampak Pencemaran Lingkungan, ANDI, Yogyakarta