RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
|
|
- Yandi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BONTANG 2016 PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2 DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DIKPLH) TAHUN 2016 A. Latar Belakang Menguatkan Bontang Sebagai Kota Maritim Berkebudayaan Industri Yang Bertumpu Pada Kualitas Sumberdaya Manusia Dan Lingkungan Hidup Untuk Kesejahteraan Masyarakat adalah visi yang digaungkan oleh Pemerintah Kota Bontang dalam upaya menciptakan kota yang memiliki kualitas lingkungan hidup yang sangat baik dan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pengembangan kegiatan perekonomian berbasis sektor maritim. Demi mencapai visi tersebut Pemerintah Kota Bontang menyempurnakan misi Kota Bontang untuk menjadikan Kota Bontang sebagai Smart City, Creative City, dan Green City. Sebagai kota industri yang memiliki 2 perusahaan industri berskala internasional yaitu PT. Badak NGL dan PT. Pupuk Kaltim ditambah dengan beberapa perusahaan industri berskala nasional lainnya, Kota Bontang memiliki kecenderungan untuk terpapar dari proses industri tersebut. Dari kecenderungan tersebut maka dilakukan analisis terhadap 3 (tiga) masalah lingkungan prioritas yang terjadi di Kota Bontang, dengan menggunakan metode penyaringan melalui tiga kriteria masalah lingkungan prioritas didapati masalah lingkungan prioritas di Kota Bontang pada tahun 2016 adalah : 1. Potensi Pencemaran Air Laut 2. Potensi Pencemaran Udara 3. Kebutuhan Air Bersih Yang Meningkat B. Isu Lingkungan Prioritas 1. Potensi Pencemaran Air Laut Kota Bontang merupakan kota sedang berbasis industri yang menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Timur, dimana sebanyak berbagai industri berskala internasional dan nasional berdiri di Kota Bontang ditambah dengan usaha kecil lainnya. Berdasarkan data pada tahun 2016 terdapat 12 perusahaan besar yang berada di Kota Bontang yang 1
3 bergerak di sektor gas, pupuk, ammonia, methanol, dan ammonium nitrat. Dari keseluruhan sektor tersebut industri gas dan pupuk merupakan sektor yang terbesar dan berskala internasional. Dari keseluruhan sektor industri yang ada di Kota Bontang sepanjang tahun 2016 mampu menghasilkan produksi sebesar ton/tahun. Dengan jumlah produksi yang besar tentunya akan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan, dimana sepanjang tahun 2016 dari data yang dimiliki Pemerintah Kota Bontang tercatat sektor industri menghasilkan limbah cair BOD sebesar 384,57 ton/tahun, limbah COD 653,91 ton/tahun dan limbah TSS 619,97 ton/tahun. Limbah cair yang dihasilkan tentunya akan melalui pengolahan limbah yang disyaratkan, meskipun demikian efek akumulatif yang ditimbulkan dari limbah yang terus menerus dibuang ke lingkungan tentunya menjadi pertimbangan yang cukup penting. Selain itu pada beberapa titik terdapat kerusakan pada ekosistem terumbu karang, seperti yang diketahui terumbu karang merupakan wadah kehidupan dari berbagai biota laut. Kerusakan pada terumbu karang dapat menjadi salah satu indikasi terjadinya pencemaran air laut, sehingga adanya kerusakan pada beberapa titik menjadikan potensi terjadinya pencemaran air laut meningkat. Respon dalam mengatasi isu potensi pecemaran air laut di Kota Bontang beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bontang seperti : Melakukan pemantauan rutin kualitas air laut State saat ini berdasarkan tabel 20 tentang kualitas air laut di Kota Bontang, telah dilakukan pengujian kualitas air laut Kota Bontang yang dilakukan pada 5 titik sampling, yaitu : 1. Pelabuhan Loktuan 2. Pelabuhan Tanjung Limau 3. Perairan Bontang Kuala 4. Muara Kanal Sekangat 5. Water Intake PT. Indominco Mandiri 2
4 Titik sampling tersebut mewakili wilayah pelabuhan, wilayah wisata laut dan wilayah yang berdekatan dengan industri. Berdasarkan hasil uji kualitas air laut, tidak didapati parameter yang melebih baku mutu atau dapat dikatakan secara umum bahwa kualitas air laut pada Kota Bontang dinyatakan aman. Pressure pada kualitas air laut adalah banyaknya industri yang memanfaatkan air laut dan juga mengalirkan air sisa pengolahan kegiatan industrinya ke perairan laut Kota Bontang, adanya belasan perusahaan berskala internaional dan internasional yang berada di Kota bontang memberikan tekanan lebih terutama pada sisi resiko pencemaran air laut. Dimana perusahaan tersebut mengalirkan air sisa kegiatan industri mereka ke perairan laut Kota Bontang. Kondisi Kota Bontang yang 70% terdiri dari perairan laut membuat hal ini menjadi sangat penting, ada resiko kerusakan biota laut, terumbu karang, dan kerugian yang diderita akibat tercemarnya perairan laut Kota Bontang. Respon dari Pemerintah Kota Bontang adalah dengan terus melakukan pengawasan secara intensif sehingga resiko pencemaran lingkungan dapat ditekan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kualitas air laut hasil dari pemantauan rutin Pemerintah Kota Bontang masih berada dalam batasan aman, selain itu Pemerintah Kota Bontang juga mewajibkan bagi kegiatan usaha yang membuang air limbah ke perairan agar sebelumnya melakukan pengolahan terlebih dahulu hingga air yang dibuang ke perairan Kota Bontang berada dalam tingkat yang aman sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Pemerintah Kota Bontang bersama dengan stakeholder merespon kondisi dan tutupan terumbu karang di perairan Kota Bontang dengan terus berupaya meningkatkan kondisi dan juga tutupan terumbu karang, antara lain dengan melakukan : 1. Sepanjang tahun Pemerintah Kota Bontang telah melakukan unit transplantasi karang, unit terumbu buatan dan unit kombinasi keduanya. 2. Pembuatan terumbu karang buatan sebanyak unit oleh PT. PKT 3
5 3. Pembuatan terumbu karang buatan sebanyak 430 unit oleh PT. Indominco Mandiri 4. Pembuatan terumbu karang buatan sebanyak 425 unit oleh PT. Badak NGL 5. Pembuatan terumbu karang buatan sebanyak unit oleh PT. KPA 6. Monitoring rutin setiap tahun terhadap terumbu karang alami dan buatan serta padang lamun. Kondisi Terumbu Buatan pada Awal Penempatan Pada tahun 2011 pemerintah Kota Bontang juga melakukan kegiatan monitoring padang lamun, serta terumbu karang dengan wilayah monitoring Daerah Beras Basah, Karang Segajah, Kedindingan, Tanjung Sengkubur, Tihi-Tihi dan Karang Kiampau. Untuk kegiatan pada tahun 2013 dilakukan pembuatan 2000 unit terumbu karang buatan yang ditempatkan di pos pengawasan perikanan. Monitoring kondisi padang lamun, terumbu karang alami serta buatan dan rehabilitasi karang juga terus dilakukan di tahun 2014 dengan wilayah pemantauan Manuk-Manuk, Perairan Pasiran, Kedindingan, Tebok Batang dan Segajah. Pada tahun itu pula dilakukan pembuatan istana ikan yang kemudian diletakkan di Pos Pengawasan Perikanan Kota Bontang. 4
6 Gambar Monitoring Terumbu Karang Alami dan Buatan Gambar Monitoring Padang Lamun Gambar Penempatan Terumbu Karang Buatan dan Istana Ikan 2. Potensi Pencemaran Udara Sektor industri dalam aktifitasnya tidak hanya menghasilkan limbah cair dan padat namun juga dalam proses produksinya menghasilkan emisi udara yang berasal dari aktifitas industri tersebut. Selain dari sektor industri tekanan pencemaran udara juga 5
7 berasal dari emisi gas kendaraan bermotor, dimana tren jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Bontang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai contoh pada tahun 2013 jumlah mobil beban tercatat hanya unit sedangkan pada tahun 2015 meningkat lebih dari 2 kali lipat menjadi unit, begitu juga kendaraan roda dua yang pada tahun 2013 sejumlah unit menjadi unit pada tahun Berdasarkan hasil sampling udara ambien yang dilakukan Pemerintah Kota Bontang pada tahun 2016 didapati fakta kadar beberapa parameter melewati baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu parameter SO2, CO, dan NO2. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan pesatnya peningkatan kendaraan bermotor di Kota Bontang dan adanya industri berskala besar di Kota Bontang menjadi salah satu pertimbangan akan bahayanya potensi pencemaran udara di Kota Bontang. Respon dalam mengatasi isu kecenderungan kualitas udara di Kota Bontang beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bontang seperti : Pemerintah Kota Bontang melakukan upaya pemantauan kualitas emisi sumber tidak bergerak dan pemantauan kualitas udara ambient yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Pemantauan biasanya dilakukan dengan memanfaatkan pihak ketiga, namun seiring dengan penurunan anggaran yang dialami oleh daerah yang tergantung pada dana bagi hasil migas maka pemantauan dilakukan dengan laporan rutin dari perusahaan yang secara rutin diwajibkan untuk melaporkan emisi yang dihasilkan dari kegiatan industri mereka. Kegiatan pemantauan emisi dan udara ambient 6
8 Pemerintah Kota Bontang selain melakukan pemantauan kualitas emisi pada perusahaan, juga memberikan persyaratan pada kegiatan yang berdampak pada lingkungan agar mengurus izin lingkungan sehingga resiko kerusakan terhadap lingkungan akibat adanya suatu kegiatan dapat diminimalkan. Tidak hanya mengeluarkan izin tetapi juga dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan terhadap izin yang diberikan pada suatu kegiatan yang berdampak pada lingkungan hidup. Pengawasan dilakukan secara rutin setiap tahunnya untuk meminimalkan resiko terjadinya kerusakan lingkungan akibat suatu kegiatan. Pemerintah Kota Bontang melakukan pemantauan kualitas emisi sumber bergerak melalui uji emisi yang dilakukan pada tahun 2014 kepada kendaraan dinas di lingkungan Pemerintah Kota Bontang. Selain itu dalam melakukan Uji KIR terhadap kendaraan angkutan di Kota Bontang, Pemerintah Kota Bontang mensyaratkan perbaikan dan perawatan pada kendaraan yang melakukan uji emisi, sehingga bisa dipastikan kendaraan yang lulus uji KIR di Kota Bontang telah lulus uji emisi sehingga meminimalkan resiko pencemaran udara akibat emisi kendaraan. Kegiatan pemantauan emisi kendaraan Pemerintah Kota Bontang sepanjang tahun telah melakukan reboisasi dengan luas total 250 Ha dan jumlah pohon , sedangkan untuk penghijauan Pemerintah Kota Bontang bekerjasama dengan pihak swasta, LSM dan masyarakat pada tahun, tahun 2012 seluas 256,87 ha ( pohon), tahun 7
9 2013 seluas 136,48 ha ( pohon), tahun 2014 seluas 138,62 (98000 pohon), tahun 2015 seluas 579,77 ha ( pohon) dan tahun pohon. Melalui upaya reboisasi dan penghijauan yang dilakukan Pemerintah Kota Bontang diharapkan vegetasi yang ditanam seperti diketahui mempunyai fungsi sebagai penyerap polutan yang berada diudara, selain itu dapat membantu iklim setempat untuk lebih nyaman dihuni, juga mampu menyediakan kadar O 2 (Oksigen) yang bermanfaat bagi mahluk hidup. Kegiatan reboisasi dan penghijauan Penambahan kawasan lindung; Pemerintah Kota Bontang berupaya terus meningkatkan luasan kawasan lindung dari tahun ke tahun, hingga tahun 2016 telah dibangun 31 ruang terbuka hijau, taman dan hutan kota dengan total luasan mencapai 499,03 Ha. Selain menjadi kawasan hijau kota, kawasan lindung juga berfungsi sebagai taman rekreasi yang bisa menggerakan perekonomian masyarakat dan sebagai ekosistem bagi flora fauna yang ada di Kota Bontang. 8
10 RTH Kota Bontang Penambahan RTH Kota Bontang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya untuk mencapai target sesuai dengan RTRW yaitu 38,37% dari luas wilayah. Pada tahun 2016 RTH Kota Bontang telah mencapai 32,67%. Melaksanakan Car Free Day; salah satu upaya untuk mengurangi kadar polutan udara, Pemerintah Kota Bontang melaksanakan kegiatan Car Free Day yang dilaksanakan setiap hari minggu dengan tujuan mengurangi pemakaian kendaraan yang menghasilkan emisi. Pelaksanaan CFD dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yaitu Jln. Catelya PC VI Komplek PT. PKT, Jln. MH. Thamrin dan Jln. Hayam Wuruk. Pelaksanaan Car Free Day di Kota Bontang 9
11 Penggunaan sarana transportasi massal; Walikota Bontang menghimbau kepada pejabat esselon II dan III agar pada setiap hari Senin menggunakan bus yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Bontang sebagai sarana transportasi menuju ke kantor. Bus juga tersedia bagi seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bontang sehingga diharapkan dapat mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan dapat menurunkan konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi dari kendaraan di Kota Bontang. Penggunaan sarana transportasi massal oleh pejabat dan pegawai Pemkot Bontang Penggunaan Sarana Transportasi Bis Menggunakan Bahan Bakar Gas; salah satu upaya pengurangan emisi yang dilakukan di Kota Bontang adalah dengan menggunakan Bis berbahan bakar gas LNG sebagai sarana transportasi. Dengan menggunakan bahan bakar gas LNG emisi yang dihasilkan dari kendaraan menjadi lebih ramah lingkungan. 10
12 Penggunaan sarana transportasi bis berbahan bakar gas di Kota Bontang Pemanfaatan gas methan; Pemerintah Kota Bontang berupaya untuk mengurangi kadar gas methan yang merupakan salah satu emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan memanfaatkannya menjadi bahan bakar, dimana gas methan yang dihasilkan lewat proses pengolahan sampah di TPA Bontang Lestari disalurkan melalui jaringan gas ke rumah penduduk sekitar TPA dan juga dikemas kedalam tabung elpiji 3 kg sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat. Launching stasiun pengisian gas methan yang dihasilkan TPA Bontang Lestari Pemanfaatan gas methan TPA oleh masyarakat melalui jaringan gas methan 11
13 3. Kebutuhan Air Bersih Yang Terus Meningkat Perkembangan penduduk suatu daerah akan membawa konsekuensi logis terjadinya peningkatan kebutuhan akan papan, pangan dan sandang. Kebutuhan akan papan akan sangat tergantung dengan ketersediaan ruang, sedangkan pemenuhan akan pangan dan sandang memacu upaya peningkatan produksi guna peningkatan ekonomi keluarga. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Soemarwoto (1991: ) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan salah satunya adalah semakin besar jumlah penduduk, semakin besar kebutuhan akan sumber daya, terutama lahan dan air. Dari hasil pemetaan zona konservasi air di Kota Bontang didapati zona kritis dan zona rawan dimana penurunan kedudukan muka air tanah untuk zona kritis 60-80% dan zona rawan 40-60%. Berdasarkan hasil pemetaan ini maka tidak dapat dilakukan konservasi terus menerus pada kedua zona tersebut sehingga berkurang jumlah sumber air bersih apabila tidak dilakukan konservasi di daerah lain. Respon Dalam mengatasi isu kebutuhan air bersih di Kota Bontang beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bontang seperti : Tidak mengizinkan pemakaian air tanah baru pada zona konservasi air kritis dan rawan. Membangun sumur pantau pada zona kritis dan rawan, hingga tahun 2016 Pemerintah Kota Bontang telah membangun 3 (tiga) sumur pantau dengan lokasi Kecamatan Bontang Barat, Kecamatan Bontang Utara dan Kelurahan Api-api. Ketiga sumur pantau tersebut telah dilengkapi dengan sistem telemetri yang terkoneksi dengan server pusat milik BLH, setiap sumur dilengkapi dengan sensor level air sebanyak 3 (tiga) buah dengan kedalaman akuifer yang dipantau berkisar -41 s.d -44 meter, -91 s.d 94 meter dan -141 s.d -144 meter. Melalui sumur pantau telemetri ini memudahkan untuk mengetahu ketinggian muka air, bahkan masyarakat dapat mengakses informasi tersebut cukup melalui pesan singkat menggunakan telepon genggam. 12
14 Sumur Pantau Telemetri Kota Bontang Selain sumur pantau yang dibangun oleh pemerintah, Pemerintah Kota Bontang juga meminta kepada PT. Pupuk Kaltim dan PT. Badak NGL untuk menyediakan sumur pantau, dimana untuk PT. Pupuk Kaltim menyediakan 2 (dua) sumur pantau, dan PT. Badak NGL 4 (empat) sumur pantau. Membangun sumur resapan dangkal sebanyak 15 buah dan alternatif sumber air yaitu pembuatan 7 (tujuh) sumur pemanfaatan air hujan yang berlokasi di Kelurahan Guntung dan Kelurahan Bontang Lestari. Dengan adanya sumur ini diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan sumber air yang ada di Kota Bontang. Lokasi kelurahan yang dipilih merupakan daerah yang terkadang mengalami kekurangan sumber air. Sumur resapan dan Sumur Penampungan Air Hujan yang dibangun Pemkot Bontang 13
15 Rehabilitasi hutan dan lahan; guna menambah cadangan air di dalam tanah, salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bontang adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Melalui rehabilitasi hutan dan lahan, tanaman akan mampu menyerap air yang mengalir di permukaan tanah masuk kedalam, sehingga mampu meningkatkan jumlah air tanah. Selama tahun Pemerintah Kota Bontang bersama seluruh elemen masyarakat dan stakeholder telah melakukan reboisasi dengan total luas 250 ha ( pohon) dan penghijauan seluas 579,77 ha ( pohon). Rehabilitasi yang dilaksanakan Pemkot Bontang Pembuatan embung; Pemerintah Kota Bontang membuat embung air bertempat di Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan dengan luas 0,3 Ha 14
16 Pembuatan Embung oleh Pemkot Bontang Gerakan pembuatan lubang resapan biopori; melalui sebuah gerakan yang sederhana namun memiliki segudang manfaat yaitu lubang resapan biopori, Pemerintah Kota Bontang mengupayakan penambahan jumlah air dalam tanah dan mampu menjadi salah satu solusi kebutuhan air bersih. Hingga tahun 2016 Pemerintah Kota Bontang bersama seluruh elemen masyarakat dan stake holder telah membuat dari target Lubang Resapan Biopori yang dicanangkan pada tahun Pembuatan Biopori oleh Pemkot Bontang dan Masyarakat 15
BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinciDaftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciDaftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015
Hal 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI Formulir RKA SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN : 1.0. LINGKUNGAN HIDUP ORGANISASI : 1.0.01. KANTOR LINGKUNGAN
Lebih terperinci`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH
`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan
Lebih terperinciPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto
WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Lebih terperinciSTATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan
Lebih terperinciTabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon. Rencana Tahun Target Capaian Kinerja
Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Nama SKPD : KANTOR PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN KOTA AMBON Kode Indikator 1 URUSAN WAJIB 1.0 Bidang Urusan : Lingkungan
Lebih terperinciBUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016
BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP JL. Pemuda Soempono Kel. Gedog Kec. Sananwetan Telp.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salahsatu sumberdaya utama dalam pembangunan. Tata ruang menata dan merencanakan seoptimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang ketersediaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Lebih terperinciGREEN TRANSPORTATION
GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
Lebih terperinciSLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini penting sebab tingkat pertambahan penduduk di Indonesia
Lebih terperinciJO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r
JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi Badan Hidup Provinsi Jawa Timur Ketersediaan Hidup Jawa Timur yang Baik dan Sehat 1.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinciA. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung V isi menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciGeografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.
Lebih terperinciKANTOR LINGKUNGAN HIDUP URAIAN JUMLAH Gaji Pokok PNS/Uang Representasi
LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 44 TAHUN 2014 TANGGAL 30 DESEMBER 2014 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PENJABARAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : KODE REKENING : 1.08. - LINGKUNGAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS
BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan
Lebih terperinciDaftar Isi. halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv
Daftar Isi halaman Kata Pengantar... i Pendahuluan... iii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xiv Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan... I-1 B. Keanekaragaman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya
Lebih terperinciPERENCANAAN PERLINDUNGAN
PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,
Lebih terperinciDAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TAHUN ANGGARAN 2017
8. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NO. KEGIATAN TARGET DANA LOKASI Total Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan A. Sub Bidang Lingkungan Hidup 1. Pengadaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan Hidup
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa lingkungan laut beserta sumber
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya
Lebih terperinciDATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II
Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan
Lebih terperinciTabel 2.4. Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Tahun 2016 Kota Bontang
2.1. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat Tabel 2.4. Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Bontang Kode Indikator / Pagu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Lebih terperinciPenguatan Ekonomi Masyarakat Menuju Kesejahteraan Yang Adil dan Merata Samarinda, 3 April 2017
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 Penguatan Ekonomi Masyarakat Menuju Kesejahteraan Yang Adil dan Merata Samarinda, 3 April 2017 Visi Menguatkan Bontang Sebagai Kota
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA INDIVIDU
INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : KEPALA SUB BIDANG PEMBEEDAYAAN MASYARAKAT DAN KOMUNIKASI LINGKUNGAN 2. TUGAS : melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dan strategis, koordinasi
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
Menimbang : Mengingat PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI
PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN
Lebih terperinciISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI
BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan
Lebih terperinciBAB III Tabel Provinsi Tahun (01)
BAB III Tabel Provinsi Tahun NO (01) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 NO (01) 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 NO (01) 47 48 49 50 51 52 53
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN
BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN 6.1. Pengukuran Indikator Kinerja Capaian kinerja Renstra setiap tahun diukur dari dimensi akuntabilitas dengan menggunakan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL
ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,
Lebih terperinciRENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO
RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)
Lebih terperinciRENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017
RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017 NO SASARAN PROGRAM KEGIATAN URAIAN INDIKATOR KINERJA Target URAIAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET KET 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 1 Penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama akan pentingnya menjaga keberlanjutan
Lebih terperinciGAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI
BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI T ugas pokok Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung yaitu melaksanakan sebagian kewenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam kerangka pembangunan Good Governance yang berorientasi pada hasil, dan dalam rangka mendukung pencapaian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang
51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA INDIVIDU
INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan
Lebih terperinciPROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI
PROFIL DINAS KABUPATEN WONOGIRI Alamat : Jln. Diponegoro Km 3,5 Bulusari, Bulusulur, Wonogiri Telp : (0273) 321929 Fax : (0273) 323947 Email : dinaslhwonogiri@gmail.com Visi Visi Dinas Lingkungan Hidup
Lebih terperinciTERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR
TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR hasil pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu. hasil pemantauan air sungai yang memenuhi baku mutu
Lebih terperinciTABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciKEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016
KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 207 Jakarta, 7 Desember 206 PRIORITAS NASIONAL DITJEN. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN NO PRIORITAS NASIONAL Kemaritiman
Lebih terperinciPeran Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim sebagai Mitra DDPI. Oleh: Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim
Peran Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim sebagai Mitra DDPI Oleh: Badan Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Tugas dan Fungsi Dasar Perda Prov. Kaltim No. 9 Tahun 2008 Tugas pokok: menyusun dan melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan
Lebih terperinciTUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN III.1. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD BLH Provinsi Tahun 2015 Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang dampaknya berkesinambungan dan berkelanjutan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya alamnya berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciPembangunan Kehutanan
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar
Lebih terperinciKRITERIA DAN INDIKATOR ADIPURA KENCANA
LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA KRITERIA DAN INDIKATOR ADIPURA KENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF. A. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B
Rencana Strategis Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung Tahun 03-08 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF A. BPLH Kota Bandung Tahun 04-08 B
Lebih terperinciA. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B
Rencana Strategis Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung Tahun 03-08 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF A. BPLH Kota Bandung Tahun 04-08 B
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman
Lebih terperinciC. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN
C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas
Lebih terperinciH. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di
Lebih terperinci