Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I


PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG


PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I



BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014


BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

Katalog BPS :

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

Transkripsi:

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Nilai konsumsi rumah tangga perkapita Aceh meningkat sebesar 3,17 juta rupiah selama kurun waktu lima tahun, dari 12,87 juta rupiah di tahun 2011 menjadi 16,04 juta rupiah pada tahun 2015. Konsumsi rumah tangga per-rumah tangga juga mengalami peningkatan sebesar 24,64 persen atau 13,37 juta rupiah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Besarnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga perkapita Aceh cukup berfluktuatif. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 6,09 persen dan terendah di tahun 2012 sebesar 4,73 persen. Gambar 3.13 Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Perkapita ADHB (Persen) 6,09 5,91 5,88 4,73 2012 2013 2014 2015 3.3. Konsumsi Lembaga Non-profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) Dalam PDRB Aceh, kontribusi dari komponen LNPRT masih sangat kecil jika dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Selama kurun waktu 2011-2015, nilai pengeluaran (ADHB) dari LNPRT memang terus meningkat, namun ratarata kontribusi dari komponen ini masih kurang dari dua persen. Sehingga belum bisa dikatakan bahwa komponen ini sebagai motor penggerak perekonomian Aceh. 47

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Tercatat selama kurun waktu lima tahun, kontribusi tertinggi konsumsi LNPRT hanya sebesar 1,93 persen di tahun 2015. Nilai konsumsi LNPRT pada tahun 2015 mencapai 2,49 trilliun rupiah, naik sebesar 70 miliar rupiah dari tahun 2011. Terjadi kenaikan yang drastis pada tahun 2014 dikarenakan adanya pesta pemilu legislatif dan presiden sehingga pengeluaran LNPRT khususnya partai politik mengalami kenaikan. Gambar 3.14 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Konsumsi LNPRT ADHB 3,00 ADHB (Triliun Rp) Distribusi (Persen) 2,50 2,00 1,50 1,44 1,49 1,61 1,89 1,93 1,00 0,50 0,00 1,56 1,71 1,95 2,42 2,49 2011 2012 2013 2014 2015 Laju pertumbuhan konsumsi LNPRT terus meningkat dari tahun 2011-2014, namun menurun drastis di tahun 2015. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa adanya even besar berupa pemilihan umum legislatif pada tanggal 9 April 2014 dan pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada tanggal 9 Juli 2014, berkontribusi besar terhadap meningkatnya konsumsi LNPRT. Terlihat kenaikan yang terjadi di tahun 2014 lebih dari lima kali lipat dari tahun 2011 yaitu sebesar 16,77 persen. Sedangkan di tahun 2015 konsumsi LNPRT turun sebesar 4,35 persen. Turunnya konsumsi LNPRT tersebut disebabkan sudah 48

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran tidak ada lagi kegiatan pemilihan umum di tahun 2015, sehingga pengeluaran konsumsi LNPRT khususnya partai politik dan lembaga politik akan turun drastis. Gambar 3.15 Nilai dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi LNPRT ADHK 2010 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 16,77 ADHK 2010 (Triliun Rp) Laju Pertumbuhan (Persen) 10,37 5,24 3,64 1,52 1,60 1,76 2,06 1,97 2011 2012 2013 2014 2015-4,35-01234567891 3.4. Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian. Konsumsi pemerintah dalam perekonomian Aceh memiliki peranan yang cukup besar, hal ini karena komponen ini menempati urutan ketiga terbesar dalam PDRB. Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik untuk ADHB maupun ADHK 2010. Pada tahun 2011 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah ADHB sebesar 22,80 triliun rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2015 nilainya mencapai 35,65 triliun rupiah. 49

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah ADHK 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas. Gambar 3.16 Nilai dan distribusi persentase Komponen Konsumsi Pemerintah ADHB 40,00 35,00 ADHB (Triliun Rp) Distribusi (Persen) 30,00 25,00 21,07 21,96 24,44 24,63 27,60 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 22,80 25,15 29,66 31,53 35,65 2011 2012 2013 2014 2015 Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB Aceh juga terus mengalami peningkatan, dari hanya 21,07 persen pada tahun 2011 hingga mencapai 27,60 persen pada tahun 2015. Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, dalam kurun waktu konsumsi pemerintah juga selalu tumbuh positif. Laju pertumbuhan ini berdasarkan nilai ADHK 2010. Besarnya laju pertumbuhan komponen ini cukup berfluktuatif, dimana pada tahun 2012 konsumsi pemerintah tumbuh signifikan sebesar 8,15 persen dibanding tahun 2011 yang hanya tumbuh 1,74 persen. Namun besarnya laju pertumbuhan ini terus melemah di tahun 2013 dan 2014 yang masing-masing tumbuh sebesar 5,35 persen dan 2,11 persen. Dan pada tahun 2015 pengeluaran konsumsi pemerintah kembali tumbuh cukup pesat sebesar 5,76 persen. 50

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.17 Nilai dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Pemerintah ADHK 2010 ADHK 2010 (Triliun Rp) Laju Pertumbuhan (Persen) 19,91 21,54 22,69 23,17 24,50 8,15 5,35 5,76 1,74 2,11 2011 2012 2013 2014 2015 Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah perkapita. Pada tahun 2011 konsumsi pemerintah per-kapita sebesar 4,94 juta rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga mencapai 7,13 juta rupiah pada tahun 2015. Rata-rata konsumsi per-pegawai pemerintah juga menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2011 konsumsi pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 137,18 juta rupiah, meningkat hingga 188,72 juta rupiah di tahun 2014. 51

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.18 Nilai Komponen Konsumsi Pemerintah Per- Pegawai ADHB (Juta Rp) Gambar 3.19 Nilai Komponen Konsumsi Pemerintah Per- Penduduk ADHB (Juta Rp) 137,18 153,15 181,25 188,72-4,94 5,33 6,16 6,43 7,13 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 Catatan: Data pegawai tahun 2015 belum tersedia Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran konsumsi pemerintah Aceh adalah untuk konsumsi kolektif. Dari 27,60 persen kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah di PDRB ADHB 2015, 16,20 persennya adalah konsumsi kolektif. Sedangkan 11,40 persen sisanya adalah konsumsi pemerintah individu. Ini berarti pengeluaran untuk konsumsi pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan/umum (konsumsi kolektif) lebih tinggi daripada kepentingan rumah tangga individu seperti kepentingan pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, olahraga, rekreasi dan kebudayaan (konsumsi individu). Secara nominal, dalam kurun waktu pengeluaran konsumsi pemerintah baik untuk konsumsi kolektif maupun individu mengalami peningkatan. Selama lima tahun, nilai konsumsi kolektif naik sebesar 7,14 triliun rupiah dan konsumsi individu sebesar 5,71 triliun rupiah. 52

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.20 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Konsumsi Pemerintah ADHB menurut Sub Komponen 25,00 20,00 Nilai Kon. Kolektif (Triliun Rp) Dist. Kon. Kolektif (Persen) 16,20 Nilai Kon. Induvidu (Triliun Rp) Dist. Kon. Induvidu (Persen) 11,40 15,00 12,74 8,34 10,00 5,00 0,00 13,78 20,92 2011 2015 9,02 14,73 2011 2015 Laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah baik kolektif maupun individu dari tahun ke tahun berfluktuasi. Pada tahun 2012 konsumsi kolektif pemerintah tumbuh cukup tinggi sebesar 7,78 persen, kemudian pada tahun 2013-2014 masih tumbuh namun nilainya semakin melemah yaitu masing-masing sebesar 3,87 persen dan 2,40 persen. Pada tahun 2015 konsumsi kolektif pemerintah kembali tumbuh signifikan sebesar 5,36 persen. Pola yang sama juga terjadi pada pertumbuhan konsumsi individu pemerintah. Pada tahun 2012 konsumsi individu pemerintah tumbuh pesat sebesar 8,70 persen, namun di tahun 2013-2014 tumbuh melemah hingga hanya tumbuh sebesar 1,69 persen pada tahun 2014. Pertumbuhan konsumsi individu pemerintah juga kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 6,33 persen. Berfluktuasinya pertumbuhan konsumsi pemerintah erat kaitannya dengan realisasi anggaran. 53

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.21 Laju Pertumbuhan Komponen Pemerintah ADHK 2010 menurut Sub Komponen (Persen) 2012 2013 2014 2015 Kon. Pemerintah 8,15 5,35 2,11 5,76 Kon. Kolektif 7,78 3,87 2,40 5,36 Kon. Individu 8,70 7,53 1,69 6,33 Besarnya pertumbuhan indeks implisit pada sub-komponen konsumsi pemerintah juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu 2012-2015 kenaikan laju indeks implisit tertinggi untuk konsumsi pemerintah terjadi pada tahun 2012 sebesar 6,68 persen diikuti dengan konsumsi kolektif dengan laju implisit sebesar 9,81 persen. Lain halnya dengan konsumsi induvidu, pada tahun yang sama laju implisitnya hanya sebesar 1,41 persen lebih rendah dibandingkan konsumsi pemerintah secara total. Sedangkan laju indeks implisit pada konsumsi individu paling tinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,22 persen. Pada tahun 2015 laju indeks implisit baik pada konsumsi kolektif maupun individu pemerintah tumbuh melemah dibandingkan tahun 2014 yaitu masing-masing sebesar 3,32 persen dan 2,30 persen. 54

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar3.22 Laju Pertumbuhan Indeks Implisit Komponen Pemerintah menurut Sub Komponen Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Indeks Implisit Komponen Pemerintah menurut Sub Komponen Kons. Pemerintah Kons. Kolektif Kons. Individu Komponen 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kons. Pemerintah 6,68 1,03 5,21 2,97 a. Kons. Kolektif 9,81 0,67 4,79 3,32 b. Kons. Individu 1,41 1,20 6,22 2,30 2012 2013 2014 2015 3.5. Pembentukan Modal Tetap Bruto Komponen PMTB pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik) (kapital) 1. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor. Dalam kurun waktu, nilai ADHB PMTB menunjukkan peningkatan. Nilai PMTB pada tahun 2011 sebesar 34,33 triliun rupiah, meningkat hingga 46,91 triliun rupiah di tahun 2015. Sedangkan PMTB pada ADHK 2010 sempat mengalami penurunan di tahun 2013 sebesar 0,48 persen dari tahun 2012. Dan pada tahun 2015 mengalami perlambatan sebesar 4,52 persen dibandingkan tahun 2014. 1 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor 55

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.23 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen PMTB ADHB Gambar 3.24 Nilai dan Laju Pertumbuhan Komponen PMTB ADHK 2010 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 ADHB (Triliun Rp) Distribusi (Persen) 36,31 33,83 34,05 31,72 32,12 34,33 38,75 38,97 43,59 46,91 2011 2012 2013 2014 2015 45,0010,80 ADHK 2010 (Triliun Rp) 0 Laju Pertumbuhan (Persen) 11,00 40,00 0 0 5,82 6,32 35,00 0 4,52 6,00 0 30,00 0 0 25,00-0,48 0 1,00 20,00 0 0 15,00 0 2011 2012 2013 2014 2015 32,98 34,90 34,74 36,93 38,60-4,00 Dalam kurun waktu lima tahun, PMTB merupakan komponen dengan kontribusi terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga. Nilai kontribusi PMTB tertinggi terjadi di tahun 2015 sebesar 36,31 persen dan terendah di tahun 2011 sebesar 31,72 persen. Jika dilihat berdasarkan sub komponen PMTB, proporsi pada masing-masing sub komponen selama mengalami peningkatan. Sub komponen bangunan merupakan sub komponen dengan proporsi terbesar terhadap pembentukan modal tetap bruto. Dari 36,31 persen kontribusi PMTB tahun 2015, lebih dari separuhnya merupakan PMTB bangunan. Laju pertumbuhan pembentukan modal tetap bangunan jauh lebih stabil dibandingkan dengan non bangunan. Hal ini dikarenakan nilai PMTB bangunan sebagian besar bersumber dari dana anggaran pemerintah, sehingga dari tahun ke tahun relatif tumbuh stabil. 56

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.25 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen PMTB ADHB menurut Sub Komponen 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Nilai Bangunan (Triliun Rp) Dist. Bangunan (Persen) 19,86 21,50 24,41 31,54 2011 2015 Nilai Non Bangunan (Triliun Rp) Dist. Non Bangunan (Persen) 11,90 11,86 12,83 15,37 2011 2015 Sedangkan pertumbuhan PMTB non bangunan sangat berfluktuatif, bahkan sempat mengalami kontraksi yang signifikan pada tahun 2013. Berfluktuasinya pertumbuhan PMTB non bangunan dipengaruhi oleh trend dari nilai ternak dan tanaman tahunan serta biaya eksplorasi mineral yang sejak penggunaan tahun dasar 2010 dimasukkan sebagai pembentukan modal tetap. Pertumbuhan riil sub komponen bangunan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 6,14 persen dan terendah pada tahun 2015 sebesar 3,99 persen. Sub komponen non bangunan tumbuh sebesar 5,28 persen pada tahun 2012. Namun di tahun 2013 terkontraksi cukup tajam sebesar 11,58 persen yang menyebabkan terkontraksinya nilai komponen PMTB. Pada tahun 2014 PMTB non bangunan tumbuh pesat sebesar 9,28 persen dan menjadi pertumbuhan tertinggi selama kurum waktu lima tahun. Dan pada tahun 2015 PMTB non bangunan masih tumbuh positif sebesar 5,58 persen. 57

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.26 Laju Pertumbuhan Komponen PMTB ADHK 2010 Menurut Sub Komponen 2012 2013 2014 2015 PMTB 5,82-0,48 6,32 4,52 Bangunan 6,14 5,90 4,90 3,99 Non Bangunan 5,28-11,58 9,28 5,58 3.6. Perubahan Inventori Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen perubahan inventori tidak banyak dikaji lebih. Selama periode tahun, nilai perubahan inventori sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun baik pada ADHB maupun ADHK 2010. Nilai nominal perubahan inventori ADHB tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.736,34 miliar rupiah dan turun menjadi minus 113,30 milliar rupiah pada tahun 2015. Ini berarti terjadi penambahan persediaan barang yang cukup tinggi pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2015 terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Kontribusi perubahan inventori terhadap PDRB merupakan yang terkecil dari seluruh komponen. 58

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.27 Nilai dan Distribusi persentase Komponen Perubahan Inventori ADHB 2000,00 1500,00 1000,00 500,00 0,00-500,00 0,18 195,98 1,52 1.736,34 ADHB (Milliar Rp) Distribusi (Persen) -37,01 43,11-113,30 2011 2012 2013 2014 2015 0-0,03 0,03-0,09-1 1 1 1 0 0 0 0 Gambar 3.28 Nilai dan Laju Pertumbuhan Komponen Perubahan Inventori ADHK 2010-55,45 0,42 270,64 1,55-0,03 ADHK 2010 (Millia Rp) Laju Pertumbuha (Persen) -102,08-205,22 0,03-359,81 2011 2012 2013 2014 2015-0,09 3.7. Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Secara total, nilai ekspor barang dan jasa luar negeri Aceh dari tahun ke tahun terus menunjukkan trend yang menurun. Nilai ekspor luar negeri ADHB pada tahun 2011 sebesar 13,60 triliun rupiah. Nilai dari ekspor luar negeri tersebut terus menurun pada tahun-tahun selanjutnya, hingga pada tahun 2015 hanya sebesar 2,11 triliun rupiah. Nilai ekspor luar negeri yang semakin menurun disebabkan oleh terus menurunnya nilai ekspor barang luar negeri, terutama ekspor migas. Ekspor barang merupakan sub komponen utama yang berkontribusi terhadap nilai ekspor luar negeri. Dari total 12,56 persen distribusi ekspor luar negeri pada tahun 2011, 12,19 persennya adalah nilai ekspor barang, sedangkan 0,38 persen sisanya berasal ekspor jasa. Namun pada tahun 2015, kontribusi ekspor barang turun drastis sebesar 1,09 persen, sedangkan ekspor jasa kontribusinya meningkat menjadi 0,55 persen. 59

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.29 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Ekspor Luar Negeri ADHB Gambar 3.30 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Ekspor Luar Negeri ADHB Menurut Sub Komponen 12,56 10,74 8,69 Nilai Ekspor ADHB (Triliun Rp) Distribusi Ekspor (Persen) 5,97 12,19 Nilai Ekspor Barang (Triliun Rp) Distribusi Ekspor Baran (Persen) Nilai Ekspor Jasa (Triliun Rp) Distribusi Ekspor Jasa (Persen) 0,38 0,55 13,60 12,30 10,54 7,64 1,63 2,11 13,19 1,09 1,41 0,41 0,71 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2015 2011 2015 Berdasarkan laju pertumbuhannya, dalam kurun waktu 2012-2015 nilai ekspor barang terus mengalami kontraksi. Nilai ekspor barang terendah terjadi pada tahun 2015 yang menurun sebesar 71,77 persen. Hal ini disebabkan oleh kekosongan produksi migas oleh PT Arun NGL selama tahun 2015. Kekosongan ekspor migas ini berdampak signifikan pada penurunan total ekspor luar negeri hingga mencapai 64,57 persen. Berbeda dengan ekspor barang yang selalu terkontraksi, pertumbuhan pada ekpor jasa justru menunjukkan nilai positif dalam kurun waktu 2012-2015. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar delapan persen dan terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,18 persen. Pada tahun 2015 ekspor jasa tumbuh sebesar 5,65 persen. 60

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.31 Laju Pertumbuhan Komponen Ekspor Luar Negeri ADHK 2010 menurut Sub Komponen (Persen) Tabel 3.5 Laju Pertumbuhan Komponen Ekspor Luar Negeri ADHK 2010 menurut Sub Komponen (Persen) Ekspor Luar Negeri Ekspor Jasa Ekspor Barang Komponen 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) 6. Ekspor Luar Negeri -17,44-21,63-27,97-64,57 2012 2013 2014 2015 a. Ekspor Barang -18,47-22,81-30,11-71,77 b. Ekspor Jasa 8,00 0,18 2,76 5,65 3.8. Impor Luar Negeri Jika dibandingkan dengan nilai ekspor luar negeri, nilai impor luar negeri Aceh dalam kurun waktu 2011-2014 lebih kecil baik secara nominal maupun kontribusinya terhadap PDRB. Ini menunjukkan tingkat ketergantungan Aceh terhadap ekonomi atau produk negara lain relatif kecil selama 2011-2014. Namun pada tahun 2015, kontribusi impor luar negeri dalam perekonomian Aceh meningkat sebesar 2,78 persen dengan nilai ADHB sebesar 3,59 triliun rupiah, lebih tinggi dari nilai ekspor luar negeri. Ini menunjukkan adanya defisit dalam neraca perdagangan luar negeri Aceh sebesar 1,48 triliun rupiah pada tahun 2015. Berdasarkan sub komponennya, pada tahun 2011 impor barang yang dilakukan Aceh lebih besar dari impor jasa. Namun pada tahun 2015 impor jasa justru lebih tinggi dari impor barang baik pada nilai ADHB maupun pada kontribusinya. 61

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.32 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Impor Luar Negeri ADHB Gambar 3.33 Nilai dan Distribusi Persentase Komponen Impor Luar Negeri ADHB Menurut Sub Komponen, 2011 dan 2015 2,04 Nilai Impor ADHB (Triliun Rp) Distribusi Impor (Persen) 1,70 1,44 1,27 2,78 Nilai Impor Barang (Triliun Rp) Distribusi Impor Barang (Persen) 1,23 Nilai Impor Jasa (Triliun Rp) Distribusi Impor Jasa (Persen) 1,55 2,20 1,65 1,54 2,17 3,59 2011 2012 2013 2014 2015 1,12 1,21 1,58 2011 2015 0,92 1,00 2,00 2011 2015 Laju pertumbuhan impor luar negeri selama tahun 2012-2015 mengalami fluktuasi. Naik turunnya pertumbuhan impor ini, terutama dipengaruhi oleh berfluktuasinya laju impor barang luar negeri. Impor luar negeri Aceh tumbuh signifikan pada tahun 2012 sebesar 46,80 persen, yang didorong oleh tingginya pertumbuhan impor barang yang mencapai 163,10 persen. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014, impor barang justru mengalami kontraksi masing-masing sebesar 30,93 persen dan 17,30 persen. Pada tahun 2015 impor luar negeri kembali tumbuh sebesar 27,16 persen didorong oleh meningkatnya impor barang sebesar 331,92 persen. Berbeda dengan sub komponen impor barang, impor jasa justru terkontraksi pada tahun 2012 sebesar 3,05 persen dan tumbuh positif pada tahun-tahun berikutnya. Pertumbuhan impor jasa tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 9,87 persen. Impor jasa tumbuh melemah pada tahun 2015 sebesar 1,30 persen. 62

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Gambar 3.34 Laju Pertumbuhan Komponen Impor Luar Negeri ADHK 2010 Menurut Sub Komponen (Persen) Tabel 3.6 Laju Pertumbuhan Komponen Impor Luar Negeri ADHK 2010 Menurut Sub Komponen (Persen) Impor Luar Negeri Impor Barang Impor Jasa Komponen 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) 7. Impor Luar Negeri 46,80-30,93-17,30 27,16 a. Impor Barang b. Impor Jasa 163,10-60,68-78,87 331,92-3,05 3,68 9,87 1,30 2012 2013 2014 2015 3.9. Ekspor dan Impor Antar Daerah Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series PDRB ADHK 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung. 63

Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda positif berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah, demikian pula sebaliknya. Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitung ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input- Output bayangan. Dalam metode ini, transaksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian. 64

IV. Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut beberapa rasio (perbandingan relatif): 4.1. PDRB Perkapita PDRB perkapita Aceh menunjukkan peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2014, namun menurun pada tahun 2015 (gambar 4.1). Nilai tersebut dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Aceh rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per-kapita secara riil juga selalu meningkat di kisaran empat persen pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2014 pertumbuhan PDRB perkapita melambat menjadi 3,46 persen dan pada tahun 2015 menurun sebesar satu persen. Hal ini disebabkan PDRB Aceh yang sedang mengalami kekosongan migas. Gambar 4.1 Nilai PDRB Perkapita ADHB (Juta Rupiah) Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHB (Persen) 3,70 3,80 3,46 23,43 24,29 25,22 26,09 25,83 2011 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015-1,00 67

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.2. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Ekspor Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi rumah tangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Aceh (lebih dari 50 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Aceh sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun di dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor. Tahun 2011, barang yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 1,15 kali dari yang dieskpor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumah tangga. Peningkatan rasio yang terus meningkat sampai dengan tahun 2015 menjadi 1,43. Artinya pertumbuhan konsumsi rumah tangga lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor. Gambar 4.3 Nilai Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.4 Rasio Komponen Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Ekspor Konsumsi RT Ekspor 1,43 1,15 1,20 1,23 1,29 59,46 51,68 63,57 53,11 68,82 55,87 74,33 57,74 80,23 56,14 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 68

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.3. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PMTB Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik Indonesia digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB selama kurun waktu 2011-2015 memiliki tren yang berfluktuatif. Dari sebesar 1,73 pada tahun 2011, turun menjadi 1,64 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 1,77 dan di tahun-tahun berikutnya rasionya mengalami penurunan menjadi 1,71. Penurunan yang terjadi pada tahun 2012 karena adanya penurunan nilai investasi secara signifikan, sementara konsumsi akhir rumah tangga mengalami percepatan. Gambar 4.5 Nilai Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan PMTB ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.6 Rasio Komponen Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Ekspor Konsumsi RT PMTB 1,73 1,77 1,71 1,71 1,64 59,46 34,33 63,57 38,75 68,82 38,97 74,33 43,59 80,23 46,91 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 69

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.4. Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir. Pada tahun 2011 proporsi konsumsi akhir terhadap PDRB sebesar 77,46 persen dan terus meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai 91,62 persen. Kenaikan dari tahun ke tahun ini menunjukkan bahwa penduduk Aceh masih meningkatkan konsumsi akhirnya dari pada meningkatkan investasi dan ekspor. Gambar 4.7 Nilai Komponen Konsumsi Akhir ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.8 Proporsi Komponen Konsumsi Akhir Terhadap PDRB (Persen) Konsumsi RT Kons. LNPRT Kons. Pemerintah 68,82 63,57 59,46 74,33 80,23 22,80 25,15 29,66 31,53 35,65 1,56 1,71 1,95 2,42 2,49 2011 2012 2013 2014 2015 77,46 78,95 82,77 84,58 91,62 2011 2012 2013 2014 2015 70

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.5. Perbandingan Ekspor Terhadap PMTB Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi diperdagangkan ke luar daerah dan ke luar negeri. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB). Pada tahun, ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB (Rasio>1). Pada tahun 2011 rasio ekspor terhadap PMTB sebesar 1,51 kemudian pelahan-lahan menurun tetapi masih diatas satu menjadi 1,20 pada tahun 2015. Tetapi pada tahun 2013 terjadi kenaikan menjadi 1,43 tetapi masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 2011. Semakin menurunnya rasio ini disebabkan salah satunya ekspor migas yang juga menurun, bahkan terjadi kekosongan pada tahun 2015. Gambar 4.9 Nilai Komponen Ekspor dan PMTB ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.10 Rasio Komponen Ekspor Terhadap PMTB Ekspor PMTB 1,51 1,37 1,43 1,32 1,20 51,68 34,33 53,11 38,75 55,87 38,97 57,74 43,59 56,14 46,91 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 71

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.6. Perbandingan PDRB Terhadap Impor Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor. Selain itu rasio ini menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh negara lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya. Rasio PDRB Aceh terhadap impor dalam kurun waktu menunjukkan tren yang menurun. Dari rasio sebesar 1,75 pada tahun 2011 menjadi 1,40 pada tahun 2015. Nilai rasio yang lebih dari satu menunjukkan nilai PDRB Aceh masih lebih tinggi dari Impor, namun nilai rasio tersebut masih terlalu kecil. Ini menandakan bahwa PDRB Aceh masih tergantung dengan Impor, baik impor luar negeri maupun antar Provinsi. Ketergantungan akan impor juga semakin meningkat dengan tren rasio yang terus menurun dari tahun ke tahun. Gambar 4.11 Nilai PDRB dan Komponen Impor ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.12 Rasio PDRB Terhadap Komponen Impor PDRB Impor 1,75 1,65 1,64 1,57 1,40 108,22 61,80 114,55 69,48 121,33 73,89 128,03 81,62 129,20 92,11 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 72

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.7. Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan tersebut dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan dengan total permintaan akhir. Dalam memenuhi permintaan akhir domestik, Aceh masih harus mendatangkan barang dari luar negeri dan luar Provinsi, dengan rentang 36-42 persen. Dalam kurun waktu lima tahun, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat setiap tahunnya, dari 170,02 triliun rupiah (2011) menjadi sebesar 221,31 triliun rupiah (2015). Di sisi lain penyediaan produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-masing sebesar 108,22 triliun rupiah (2011) dan 129,20 triliun rupiah (2015). Permintaan yang lebih tinggi daripada penyediaan maka Aceh perlu impor sebesar 92,11 triliun rupiah (2015). Gambar 4.13 Proporsi PDRB dan Komponen Impor Terhadap Total Permintaan Akhir (Persen) PDRB Impor 63,65 36,35 62,25 37,75 62,15 37,85 61,07 38,93 58,38 41,62 2011 2012 2013 2014 2015 73

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.8. Neraca Perdagangan Luar Negeri Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai Ekspor Neto, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selama periode 2011-2014, posisi perdagangan barang dan jasa Aceh ke luar negeri, selalu menunjukkan nilai positif/surplus dengan nilai yang semakin melemah. Kemudian pada tahun 2015, perdagangan luar negeri Aceh menunjukkan nilai negatif/defisit. Gambar 4.14 Nilai Komponen Ekspor dan Impor Luar Negeri ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.15 Nilai Net Ekspor Luar Negeri ADHB (Trilliun Rp) 13,60 12,30 10,54 Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri 7,64 3,59 11,39 10,65 9,00 5,47 2,20 1,65 1,54 2,17 2,11 2011 2012 2013 2014 2015-1,48 2011 2012 2013 2014 2015 74

Perkembangan Agregat PDRB Menurut Pengeluaran 4.9. Rasio Perdagangan Internasional Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah ekspor LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d +1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI berkisar antara minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor, sedangkan apabila berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor. Dari tahun 2011-2014 RPI Aceh masih bernilai positif, namun terus mengalami penurunan yaitu tahun 2011 sebesar 0,72 dan 0,56 pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2015, RPI Aceh sudah menunjukkan nilai negatif yaitu -0,26. Ini menandakan perdagangan internasional Aceh pada tahun 2015 sudah didominasi oleh impor. Gambar 4.16 Nilai X-M dan X+M ADHB (Trilliun Rp) Gambar 4.17 Rasio Perdangangan Internasional X-M X+M 15,80 13,96 0,72 0,76 0,74 11,39 10,65 12,08 9,00 9,81 0,56 5,47 5,70-0,26-1,48 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 75

Halaman ini sengaja dikosongkan

V. TINJAUAN PEREKONOMIAN REGIONAL SUMATERA

Regional Sumatera V. TINJAUAN PEREKONOMIAN REGIONAL SUMATERA 5.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Distribusi PDRB Pada tahun 2015, nilai PDRB ADHB Sumatera sebesar 2.587,73 triliun rupiah. Nilai PDRB regional tersebut meningkat sebesar 128,16 triliun rupiah selama kurun waktu setahun dari tahun 2014. Jika dilihat dari provinsi-provinsi di wilayah regional Sumatera, Riau dan Sumatera Utara merupakan provinsi dengan PDRB ADHB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 652,39 triliun rupiah dan 571,72 triliun rupiah, sedangkan Kepulauan Bangka Belitung dan Bengkulu merupakan provinsi dengan PDRB ADHB terendah yaitu masing-masing sebesar 60,99 triliun rupiah dan 50,34 triliun rupiah. PDRB ADHB Provinsi Aceh tahun 2015 sebesar 129,20 triliun rupiah dan menempati urutan ke delapan diantara provinsi-provinsi di wilayah Sumatera. Dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku, kita dapat menghitung besarnya distribusi atau kontribusi dari masing-masing provinsi terhadap PDRB Sumatera. Berdasarkan distribusi PDRBnya, hampir setengah dari PDRB regional Sumatera berasal dari Provinsi Riau dan Sumatera Utara yaitu masing-masing sebesar 25,21 persen dan 22,09 persen, sedangkan Provinsi Bengkulu memiliki kontribusi paling rendah yaitu hanya sebesar 1,95 persen. Aceh sendiri memiliki kontribusi yang masih tergolong rendah terhadap PDRB regional Sumatera yaitu hanya sebesar 4,99 persen. Gambar 5.1 Produk Domestik Regional Bruto dengan Migas ADHB di Sumatera, 2015 (Triliun Rp) 652,39 571,72 Gambar 5.2 Distribusi Persentase PDRB dengan Migas ADHB di Sumatera, 2015 25,21 22,09 332,73 12,86 253,16 203,28 178,81 155,11 129,20 60,99 50,34 9,78 7,86 6,91 5,99 4,99 2,36 1,95 79

Regional Sumatera 5.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan Laju Pertumbuhan PDRB Dengan menggunakan tahun dasar 2010, nilai PDRB ADHK regional Sumatera tahun 2015 sebesar 1.960,87 triliun rupiah. Dari nilai tersebut, Riau dan Sumatera Utara masih menjadi provinsi dengan nilai PDRB ADHK tertinggi yaitu sebesar 448,94 triliun rupiah dan 440,96 triliun rupiah. Aceh masih berada di urutan ke delapan dengan nilai PDRB ADHK 2010 sebesar 112,67 triliun rupiah. Sedangkan Kepulauan Bangka Belitung dan Bengkulu masih menjadi provinsi dengan PDRB ADHK terendah. Berdasarkan nilai PDRB ADHK 2010, kita dapat menghitung laju pertumbuhan ekonomi di wilayah regional Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Sumatera di tahun 2015 sebesar 3,54 persen dibanding tahun 2014. Nilai tersebut masih lebih rendah dari nilai pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,79 persen. Meskipun demikian, lima dari sepuluh provinsi di wilayah Sumatera mengalami pertumbuhan ekonomi diatas Nasional. Berbeda dengan urutan nilai PDRBnya, pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah regional Sumatera justru dialami oleh provinsi Kepulauan Riau dan Sumatera Barat yang masing-masing sebesar 6,02 persen dan 5,41 persen. Aceh menjadi satusatunya provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun di tahun 2015 yaitu sebesar minus 0,72 persen dari tahun sebelumnya. Gambar 5.3 Produk Domestik Regional Bruto dengan Migas ADHK 2010 di Sumatera, 2015 (Triliun Rp) 448,94 440,96 Gambar 5.4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 di Sumatera,2015 (Persen) 4,79 Laju Pertumbuhan Sumatera Nasional 3,54 254,02 199,53 155,16 140,53125,04 112,67 6,02 5,41 5,14 5,13 5,10 4,50 4,21 4,08 0,22 45,96 38,07-0,72 80

Regional Sumatera 5.3. PDRB ADHB Perkapita dan Jumlah Penduduk Rata-rata PDRB ADHB perkapita se Sumatera tahun 2015 sebesar 46,82 juta rupiah. Nilai ini lebih tinggi dari tahun 2013 yang sebesar 45,20 juta rupiah. Ini menunjukkan adanya kenaikan tingkat pendapatan penduduk di Sumatera. Jika dilihat berdasarkan provinsi di wilayah regional Sumatera, Kepulauan Riau dan Riau menjadi provinsi dengan angka PDRB perkapita tertinggi yaitu masing-masing sebesar 103,03 juta rupiah dan 102,83 juta rupiah. Sedangkan Aceh menjadi provinsi dengan nilai PDRB perkapita terendah di wilayah regional Sumatera yaitu sebesar 25,83 juta rupiah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB perkapita merupakan nilai PDRB ADHB dibagi jumlah penduduk, sehingga nilai tersebut bisa dijadikan kontrol oleh pemerintah dimana setiap peningkatan jumlah penduduk harus dibarengi dengan peningkatan perekonomian. Berdasarkan jumlah penduduk di regional Sumatera tahun 2015, Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 13,94 juta jiwa dan Kepulauan Bangka Belitung adalah provinsi dengan jumlah penduduk terendah yaitu sebesar 1,37 juta jiwa. Aceh menjadi provinsi ke enam di sumatera dengan jumlah penduduk sebesar 5,00 juta jiwa. Gambar 5.5 PDRB Perkapita ADHB di Sumatera, 2015 (Juta Rupiah) 103,03 102,83 Gambar 5.6 Jumlah Penduduk di Sumatera, 2015 (Juta Jiwa) 13,94 8,12 8,05 45,59 44,43 41,32 41,02 34,41 31,19 26,85 25,83 6,34 5,20 5,00 3,40 1,97 1,87 1,37 81

Regional Sumatera 5.4. Distribusi Persentase PDRB ADHB per Komponen Pengeluaran Jika dilihat berdasarkan besarnya kontribusi dari masing-masing komponen pengeluaran terhadap nilai PDRB ADHB, hampir sebagian besar provinsi-provinsi di Sumatra memiliki struktur kontribusi terbesar pada komponen konsumsi rumah tangga. Di regional Sumatera sendiri, komponen ini memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 49,90 persen. Ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber perekonomian utama di wilayah Sumatera. Komponen selanjutnya yang memiliki kontribusi tinggi adalah PMTB, yaitu sebesar 32,57 persen. Distribusi PDRB ADHB Provinsi Aceh memiliki pola yang sama dengan Provinsi Bengkulu, dimana Konsumsi Rumah Tangga, PMTB, dan Konsumsi Pemerintah menjadi tiga komponen yang berkontribusi tinggi pada PDRB, sementara Ekspor dan Impor Luar Negeri kontribusinya rendah. Provinsi yang memiliki potensi yang besar terhadap kegiatan Ekspor Luar Negeri adalah Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung dan Riau, hal tersebut terlihat dari besarnya kontribusi Ekspor Luar Negeri terhadap PDRB di tahun 2015. Provinsi Tabel 5.1 Distribusi Persentase PDRB ADHB di Sumatera, 2015 Kons. Rumah Tangga Kons. LNPRT Kons. Pemerintah PMTB Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net. Ekspor Antar Prov. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Aceh 62,10 1,93 27,60 36,31-0,09 1,63 2,78-26,70 2 SUMUT 53,54 0,97 7,65 31,90 2,47 18,87 11,28-4,09 3 SUMBAR 54,01 1,12 13,72 31,22 0,09 12,74 5,51-7,39 4 Riau 34,21 0,45 3,60 30,36 1,13 32,50 3,84 1,59 5 Jambi 46,00 0,54 9,15 24,16 1,13 22,76 1,40-2,34 6 SUMSEL 66,29 1,47 7,97 38,09-0,07 11,18 7,35-17,58 7 Bengkulu 65,89 2,41 20,32 40,24 2,60 4,30 0,96-34,79 8 Lampung 60,53 1,36 9,68 30,08 0,25 20,72 13,15-9,48 9 Kep. Babel 53,59 0,64 10,39 23,50 1,91 34,68 2,28-22,43 10 Kep. Riau 36,50 0,24 6,09 41,69 0,54 100,23 71,37-13,93 Sumatera 49,90 0,93 8,56 32,57 1,05 26,93 11,97-7,97 82

Regional Sumatera 5.5. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK per Komponen Pengeluaran Jika dilihat dari laju pertumbuhan pada masing-masing komponen pengeluaran yang membentuk PDRB regional Sumatera, komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 4,97 persen dan 4,90 persen. Ekspor Luar Negeri mampu tumbuh positif, sementara tingkat kebutuhan Barang dan Jasa Luar Negeri menurun dengan minusnya nilai Impor Luar Negeri. Jika dibandingkan antar provinsi di wilayah regional Sumatera, pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga di Aceh masih sangat rendah, hanya tumbuh 3,11 persen, namun pertumbuhan PMTB Aceh menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 4,52 persen. Kepulauan Riau menjadi provinsi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT tertinggi. Ekspor Luar Negeri dari Provinsi Aceh, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung turun cukup signifikan di tahun 2015. Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau dan Lampung, sedangkan pertumbuhan Impor Luar Negeri tertinggi terjadi di Sumatera Selatan. Tabel 5.2 Laju Pertumbuhan Komponen Pengeluaran ADHK 2010 di Sumatera, 2015 Rincian Kons. Rumah Tangga Kons. LNPRT Kons. Pemerintah PMTB Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Aceh 3,11-4,35 5,76 4,52-64,57 55,49 2 Sumatera Utara 4,70-0,41 2,45 3,96-2,22-12,01 3 Sumatera Barat 4,30 3,39 4,68 4,34 5,84-1,73 4 Riau 5,95 0,29 3,75 4,06-15,27-7,65 5 Jambi 4,23 4,41 1,02-0,76 0,57-36,35 6 Sumatera Selatan 4,42 5,80 4,50 0,03-11,36 115,25 7 Bengkulu 5,33-3,07 7,23 3,43-32,70-26,69 8 Lampung 5,59 7,05 13,06 4,16 17,40-27,61 9 Kepulauan Bangka Belitung 5,80 7,03 4,45 4,36-19,56 6,86 10 Kepulauan Riau 7,09 7,44 3,25 3,25 41,02-2,40 Sumatera 4,97 1,98 4,90 3,14 0,77-4,43 83

Halaman ini sengaja dikosongkan

PENUTUP

Penutup V. PENUTUP 1. PDRB menurut pengeluaran Provinsi Aceh tahun dapat menggambarkan perubahan struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Provinsi Aceh pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga/lnprt, pemerintah, dan perusahaan. 2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif. 3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun, sehingga mudah di dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data. 4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan 87

Penutup dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana. 5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Provinsi Aceh terhadap ekonomi negara lain (rest of the world). 88

LAMPIRAN

Tabel-Tabel Pokok Tabel A Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (juta rupiah) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 59.464.214,13 63.571.782,01 68.817.214,34 74.332.851,34 80.231.141,21 a. Makanan, Minuman & 27.885.367,43 29.459.372,87 31.682.152,46 33.743.152,77 37.160.366,64 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 3.363.951,10 3.547.196,83 3.961.699,55 4.339.383,09 4.645.507,01 c. Perumahan, Perkakas, 7.535.111,96 8.291.047,71 8.992.091,98 9.636.155,85 10.402.464,07 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 3.174.875,89 3.482.350,12 3.769.053,60 4.071.650,55 4.378.188,62 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 12.867.272,98 13.714.725,10 14.776.086,35 16.203.741,38 16.922.225,37 f. Hotel & Restoran 2.312.183,33 2.527.495,81 2.739.323,74 3.076.039,54 3.217.460,38 g. Lainnya 2.325.451,44 2.549.593,58 2.896.806,67 3.262.728,16 3.504.929,12 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.555.429,86 1.710.360,78 1.952.959,45 2.418.269,24 2.490.059,79 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 22.804.177,33 25.153.975,63 29.655.933,43 31.529.183,05 35.653.067,21 a. Konsumsi Kolektif 13.782.070,02 15.168.219,66 17.544.470,25 18.673.676,56 20.920.454,63 b. Konsumsi Individu 9.022.107,31 9.985.755,97 12.111.463,18 12.855.506,49 14.732.612,59 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 34.326.405,61 38.752.317,22 38.965.802,34 43.587.066,66 46.910.525,17 a. Bangunan 21.496.162,71 25.053.011,24 26.706.912,22 29.357.057,39 31.540.827,51 b. Non-Bangunan 12.830.242,90 13.699.305,98 12.258.890,12 14.230.009,27 15.369.697,66 5. Perubahan Inventori 195.980,06 1.736.342,43-37.005,68 43.107,48-113.300,64 6. Ekspor Luar Negeri 13.597.227,98 12.304.643,69 10.539.574,34 7.639.868,46 2.110.652,77 a. Barang 13.191.387,01 11.844.726,11 10.030.908,78 7.040.326,65 1.405.590,94 b. Jasa 405.840,97 459.917,58 508.665,56 599.541,81 705.061,83 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 2.203.989,90 1.653.457,31 1.540.315,27 2.174.040,49 3.586.396,70 a. Barang 1.207.627,37 522.142,00 126.093,55 530.528,63 1.583.859,70 b. Jasa 996.362,54 1.131.315,31 1.414.221,73 1.643.511,86 2.002.537,00 8. Net Ekspor Antar Daerah -21.521.819,81-27.023.882,82-27.023.033,29-29.349.905,74-34.495.189,10 a. Ekspor 38.078.107,66 40.800.800,27 45.329.058,91 50.097.640,11 54.029.122,17 b. Impor 59.599.927,47 67.824.683,09 72.352.092,21 79.447.545,85 88.524.311,27 *Angka Sementara P D R B 108.217.625,25 114.552.081,63 121.331.129,65 128.026.400,00 129.200.559,72 **Angka Sangat Sementara 91

Tabel-Tabel Pokok Tabel B Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (juta rupiah) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 56.612.415,12 58.580.993,67 60.397.296,12 62.343.242,34 64.281.199,07 a. Makanan, Minuman & 26.799.920,58 27.364.503,67 28.111.779,72 28.870.354,22 29.841.757,57 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 2.926.210,27 3.052.984,14 3.227.515,05 3.328.787,09 3.455.041,45 c. Perumahan, Perkakas, 7.214.908,80 7.385.310,37 7.730.493,33 8.067.282,43 8.353.331,29 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 2.955.353,70 3.131.947,33 3.257.348,01 3.329.856,16 3.417.310,85 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 12.306.868,94 12.936.090,10 13.158.140,35 13.655.029,13 14.024.766,77 f. Hotel & Restoran 2.120.039,21 2.193.872,41 2.270.063,43 2.355.126,18 2.409.951,06 g. Lainnya 2.289.113,61 2.516.285,65 2.641.956,24 2.736.807,14 2.779.040,07 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.517.887,16 1.597.454,41 1.763.032,88 2.058.708,11 1.969.097,90 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 19.913.184,14 21.535.998,68 22.688.966,87 23.167.091,84 24.501.827,73 a. Konsumsi Kolektif 11.887.374,73 12.811.939,78 13.307.604,88 13.627.092,15 14.358.156,63 b. Konsumsi Individu 8.025.809,41 8.724.058,90 9.381.361,99 9.539.999,70 10.143.671,11 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 32.980.775,86 34.901.818,78 34.736.027,05 36.930.949,50 38.599.761,85 a. Bangunan 20.893.357,32 22.175.662,90 23.483.204,94 24.633.731,88 25.615.944,29 b. Non-Bangunan 12.087.418,54 12.726.155,88 11.252.822,11 12.297.217,61 12.983.817,56 5. Perubahan Inventori 419.259,79 1.553.962,22-32.303,88 33.990,53-88.309,60 6. Ekspor Luar Negeri 10.110.933,08 8.347.362,02 6.541.536,39 4.711.780,46 1.669.422,12 a. Barang 9.716.764,46 7.921.651,71 6.115.080,70 4.273.567,37 1.206.436,14 b. Jasa 394.168,62 425.710,32 426.455,69 438.213,09 462.985,98 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 2.165.969,39 1.496.117,12 1.237.339,98 1.573.413,50 2.446.546,59 a. Barang 1.164.727,61 458.001,31 96.777,11 418.002,67 1.199.737,25 b. Jasa 1.001.241,78 1.038.115,81 1.140.562,87 1.155.410,83 1.246.809,34 8. Net Ekspor Antar Daerah -14.514.274,60-16.106.575,04-13.101.388,90-14.184.550,11-15.814.011,59 a. Ekspor 38.182.080,98 38.948.049,47 42.245.068,07 42.833.405,96 44.202.420,57 b. Impor 52.696.355,58 55.054.624,51 55.346.456,96 57.017.956,07 60.016.432,15 *Angka Sementara P D R B 104.874.211,16 108.914.897,62 111.755.826,56 113.487.799,18 112.672.440,90 **Angka Sangat Sementara 92

Tabel-Tabel Pokok Tabel C Distribusi Persentase Pengeluaran Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 54,95 55,50 56,72 58,06 62,10 a. Makanan, Minuman & 25,77 25,72 26,11 26,36 28,76 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 3,11 3,10 3,27 3,39 3,60 c. Perumahan, Perkakas, 6,96 7,24 7,41 7,53 8,05 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 2,93 3,04 3,11 3,18 3,39 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 11,89 11,97 12,18 12,66 13,10 f. Hotel & Restoran 2,14 2,21 2,26 2,40 2,49 g. Lainnya 2,15 2,23 2,39 2,55 2,71 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,44 1,49 1,61 1,89 1,93 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 21,07 21,96 24,44 24,63 27,60 a. Konsumsi Kolektif 12,74 13,24 14,46 14,59 16,19 b. Konsumsi Individu 8,34 8,72 9,98 10,04 11,40 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 31,72 33,83 32,12 34,05 36,31 a. Bangunan 19,86 21,87 22,01 22,93 24,41 b. Non-Bangunan 11,86 11,96 10,10 11,11 11,90 5. Perubahan Inventori 0,18 1,52-0,03 0,03-0,09 6. Ekspor Luar Negeri 12,56 10,74 8,69 5,97 1,63 a. Barang 12,19 10,34 8,27 5,50 1,09 b. Jasa 0,38 0,40 0,42 0,47 0,55 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 2,04 1,44 1,27 1,70 2,78 a. Barang 1,12 0,46 0,10 0,41 1,23 b. Jasa 0,92 0,99 1,17 1,28 1,55 8. Net Ekspor Antar Daerah -19,89-23,59-22,27-22,92-26,70 a. Ekspor 35,19 35,62 37,36 39,13 41,82 b. Impor 55,07 59,21 59,63 62,06 68,52 *Angka Sementara P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 **Angka Sangat Sementara 93

Tabel-Tabel Pokok Tabel D Distribusi Persentase Pengeluaran Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 53,98 53,79 54,04 54,93 57,05 a. Makanan, Minuman & 25,55 25,12 25,15 25,44 26,49 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 2,79 2,80 2,89 2,93 3,07 c. Perumahan, Perkakas, 6,88 6,78 6,92 7,11 7,41 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 2,82 2,88 2,91 2,93 3,03 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 11,73 11,88 11,77 12,03 12,45 f. Hotel & Restoran 2,02 2,01 2,03 2,08 2,14 g. Lainnya 2,18 2,31 2,36 2,41 2,47 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,45 1,47 1,58 1,81 1,75 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18,99 19,77 20,30 20,41 21,75 a. Konsumsi Kolektif 11,33 11,76 11,91 12,01 12,74 b. Konsumsi Individu 7,65 8,01 8,39 8,41 9,00 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 31,45 32,05 31,08 32,54 34,26 a. Bangunan 19,92 20,36 21,01 21,71 22,73 b. Non-Bangunan 11,53 11,68 10,07 10,84 11,52 5. Perubahan Inventori 0,40 1,43-0,03 0,03-0,08 6. Ekspor Luar Negeri 9,64 7,66 5,85 4,15 1,48 a. Barang 9,27 7,27 5,47 3,77 1,07 b. Jasa 0,38 0,39 0,38 0,39 0,41 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 2,07 1,37 1,11 1,39 2,17 a. Barang 1,11 0,42 0,09 0,37 1,06 b. Jasa 0,95 0,95 1,02 1,02 1,11 8. Net Ekspor Antar Daerah -13,84-14,79-11,72-12,50-14,04 a. Ekspor 36,41 35,76 37,80 37,74 39,23 b. Impor 50,25 50,55 49,52 50,24 53,27 *Angka Sementara P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 **Angka Sangat Sementara 94

Tabel-Tabel Pokok Tabel E Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (persen) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,26 6,91 8,25 8,01 7,93 a. Makanan, Minuman & 4,89 5,64 7,55 6,51 10,13 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 14,76 5,45 11,69 9,53 7,05 c. Perumahan, Perkakas, 6,03 10,03 8,46 7,16 7,95 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 12,35 9,68 8,23 8,03 7,53 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 8,73 6,59 7,74 9,66 4,43 f. Hotel & Restoran 11,45 9,31 8,38 12,29 4,60 g. Lainnya 11,73 9,64 13,62 12,63 7,42 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,20 9,96 14,18 23,83 2,97 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 16,51 10,30 17,90 6,32 13,08 a. Konsumsi Kolektif 19,92 10,06 15,67 6,44 12,03 b. Konsumsi Individu 11,67 10,68 21,29 6,14 14,60 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 15,32 12,89 0,55 11,86 7,62 a. Bangunan 8,84 16,55 6,60 9,92 7,44 b. Non-Bangunan 28,10 6,77-10,51 16,08 8,01 5. Perubahan Inventori -79,18 785,98-102,13-216,49-362,83 6. Ekspor Luar Negeri 7,21-9,51-14,34-27,51-72,37 a. Barang 6,68-10,21-15,31-29,81-80,04 b. Jasa 28,03 13,32 10,60 17,87 17,60 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 49,38-24,98-6,84 41,14 64,96 a. Barang 172,79-56,76-75,85 320,74 198,54 b. Jasa -3,52 13,54 25,01 16,21 21,84 8. Net Ekspor Antar Daerah 27,76 25,57 0,00 8,61 17,53 a. Ekspor 5,45 7,15 11,10 10,52 7,85 b. Impor 12,55 13,80 6,68 9,81 11,42 *Angka Sementara P D R B 6,57 5,85 5,92 5,52 0,92 **Angka Sangat Sementara 95

Tabel-Tabel Pokok Tabel F Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (persen) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,12 3,48 3,10 3,22 3,11 a. Makanan, Minuman & 0,81 2,11 2,73 2,70 3,36 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki -0,17 4,33 5,72 3,14 3,79 c. Perumahan, Perkakas, 1,52 2,36 4,67 4,36 3,55 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 4,58 5,98 4,00 2,23 2,63 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 3,99 5,11 1,72 3,78 2,71 f. Hotel & Restoran 2,19 3,48 3,47 3,75 2,33 g. Lainnya 9,99 9,92 4,99 3,59 1,54 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,64 5,24 10,37 16,77-4,35 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,74 8,15 5,35 2,11 5,76 a. Konsumsi Kolektif 3,43 7,78 3,87 2,40 5,36 b. Konsumsi Individu -0,66 8,70 7,53 1,69 6,33 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,80 5,82-0,48 6,32 4,52 a. Bangunan 5,79 6,14 5,90 4,90 3,99 b. Non-Bangunan 20,68 5,28-11,58 9,28 5,58 5. Perubahan Inventori -55,45 270,64-102,08-205,22-359,81 6. Ekspor Luar Negeri -20,28-17,44-21,63-27,97-64,57 a. Barang -21,42-18,47-22,81-30,11-71,77 b. Jasa 24,35 8,00 0,18 2,76 5,65 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 46,80-30,93-17,30 27,16 55,49 a. Barang 163,10-60,68-78,87 331,92 187,02 b. Jasa -3,05 3,68 9,87 1,30 7,91 8. Net Ekspor Antar Daerah -13,84 10,97-18,66 8,27 11,49 a. Ekspor 5,73 2,01 8,47 1,39 3,20 b. Impor -0,49 4,48 0,53 3,02 5,26 *Angka Sementara P D R B 3,28 3,85 2,61 1,55-0,72 **Angka Sangat Sementara 96

Tabel-Tabel Pokok Tabel G Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional BrutoAtas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (2010 = 100) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 107,26 114,67 124,13 134,08 144,72 a. Makanan, Minuman & 104,89 110,81 119,17 126,93 139,78 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 114,76 121,01 135,15 148,03 158,48 c. Perumahan, Perkakas, 106,03 116,67 126,53 135,59 146,38 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 112,35 123,23 133,38 144,09 154,93 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 108,73 115,89 124,86 136,92 143,00 f. Hotel & Restoran 111,45 121,83 132,04 148,27 155,09 g. Lainnya 111,73 122,50 139,19 156,77 168,40 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 106,20 116,78 133,35 165,12 170,02 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 116,51 128,52 151,52 161,09 182,16 a. Konsumsi Kolektif 119,92 131,98 152,66 162,48 182,03 b. Konsumsi Individu 111,67 123,59 149,90 159,11 182,35 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 115,32 130,19 130,90 146,43 157,59 a. Bangunan 108,84 126,85 135,22 148,64 159,69 b. Non-Bangunan 128,10 136,78 122,40 142,08 153,45 5. Perubahan Inventori 20,82 184,49-3,93 4,58-12,04 6. Ekspor Luar Negeri 107,21 97,02 83,10 60,24 16,64 a. Barang 106,68 95,79 81,12 56,93 11,37 b. Jasa 128,03 145,09 160,47 189,13 222,42 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 149,38 112,06 104,40 147,35 243,07 a. Barang 272,79 117,94 28,48 119,84 357,77 b. Jasa 96,48 109,54 136,94 159,14 193,90 8. Net Ekspor Antar Daerah 127,76 160,43 160,42 174,23 204,78 a. Ekspor 105,45 112,99 125,53 138,73 149,62 b. Impor 112,55 128,08 136,63 150,02 167,16 P D R B 106,57 112,81 119,48 126,08 127,23 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 97

Tabel-Tabel Pokok Tabel H Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (2010 = 100) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 102,12 105,67 108,94 112,45 115,95 a. Makanan, Minuman & 100,81 102,93 105,74 108,60 112,25 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 99,83 104,15 110,10 113,56 117,87 c. Perumahan, Perkakas, 101,52 103,92 108,78 113,52 117,54 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 104,58 110,83 115,27 117,84 120,93 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 103,99 109,31 111,19 115,39 118,51 f. Hotel & Restoran 102,19 105,75 109,42 113,52 116,16 g. Lainnya 109,99 120,90 126,94 131,50 133,53 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 103,64 109,07 120,38 140,57 134,45 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 101,74 110,03 115,92 118,37 125,19 a. Konsumsi Kolektif 103,43 111,48 115,79 118,57 124,93 b. Konsumsi Individu 99,34 107,98 116,11 118,08 125,55 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 110,80 117,25 116,69 124,07 129,67 a. Bangunan 105,79 112,28 118,90 124,72 129,70 b. Non-Bangunan 120,68 127,06 112,35 122,78 129,63 5. Perubahan Inventori 44,55 165,11-3,43 3,61-9,38 6. Ekspor Luar Negeri 79,72 65,82 51,58 37,15 13,16 a. Barang 78,58 64,06 49,45 34,56 9,76 b. Jasa 124,35 134,30 134,53 138,24 146,06 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 146,80 101,40 83,86 106,64 165,82 a. Barang 263,10 103,46 21,86 94,42 271,00 b. Jasa 96,95 100,52 110,44 111,88 120,73 8. Net Ekspor Antar Daerah 86,16 95,62 77,78 84,21 93,88 a. Ekspor 105,73 107,86 116,99 118,61 122,41 b. Impor 99,51 103,96 104,51 107,67 113,33 *Angka Sementara P D R B 103,28 107,26 110,06 111,76 110,96 **Angka Sangat Sementara 98

Tabel-Tabel Pokok Tabel I Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran (2010 = 100) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 105,04 108,52 113,94 119,23 124,81 a. Makanan, Minuman & 104,05 107,66 112,70 116,88 124,52 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 114,96 116,19 122,75 130,36 134,46 c. Perumahan, Perkakas, 104,44 112,26 116,32 119,45 124,53 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 107,43 111,19 115,71 122,28 128,12 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 104,55 106,02 112,30 118,67 120,66 f. Hotel & Restoran 109,06 115,21 120,67 130,61 133,51 g. Lainnya 101,59 101,32 109,65 119,22 126,12 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 102,47 107,07 110,77 117,47 126,46 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 114,52 116,80 130,71 136,09 145,51 a. Konsumsi Kolektif 115,94 118,39 131,84 137,03 145,70 b. Konsumsi Individu 112,41 114,46 129,10 134,75 145,24 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 104,08 111,03 112,18 118,02 121,53 a. Bangunan 102,89 112,98 113,73 119,17 123,13 b. Non-Bangunan 106,15 107,65 108,94 115,72 118,38 5. Perubahan Inventori 46,74 111,74 114,55 126,82 128,30 6. Ekspor Luar Negeri 134,48 147,41 161,12 162,14 126,43 a. Barang 135,76 149,52 164,04 164,74 116,51 b. Jasa 102,96 108,04 119,28 136,82 152,29 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 101,76 110,52 124,49 138,17 146,59 a. Barang 103,68 114,00 130,29 126,92 132,02 b. Jasa 99,51 108,98 123,99 142,24 160,61 8. Net Ekspor Antar Daerah 148,28 167,78 206,26 206,91 218,13 a. Ekspor 99,73 104,76 107,30 116,96 122,23 b. Impor 113,10 123,20 130,73 139,34 147,50 P D R B 103,19 105,18 108,57 112,81 114,67 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 99

Tabel-Tabel Pokok Tabel J Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran (persen) Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,04 3,32 5,00 4,64 4,68 a. Makanan, Minuman & 4,05 3,46 4,69 3,71 6,54 Rokok b. Pakaian & Alas Kaki 14,96 1,07 5,65 6,20 3,14 c. Perumahan, Perkakas, 4,44 7,49 3,61 2,69 4,26 Perlengkapan & Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan 7,43 3,50 4,07 5,68 4,78 e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi & Budaya 4,55 1,40 5,92 5,67 1,68 f. Hotel & Restoran 9,06 5,63 4,74 8,24 2,22 g. Lainnya 1,59-0,26 8,21 8,73 5,79 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,47 4,48 3,46 6,04 7,65 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,52 1,99 11,91 4,12 6,92 a. Konsumsi Kolektif 15,94 2,12 11,36 3,94 6,33 b. Konsumsi Individu 12,41 1,82 12,79 4,38 7,78 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,08 6,68 1,03 5,21 2,97 a. Bangunan 2,89 9,81 0,67 4,79 3,32 b. Non-Bangunan 6,15 1,41 1,20 6,22 2,30 5. Perubahan Inventori -53,26 139,04 2,52 10,71 1,16 6. Ekspor Luar Negeri 34,48 9,61 9,30 0,64-22,03 a. Barang 35,76 10,14 9,71 0,43-29,28 b. Jasa 2,96 4,93 10,41 14,70 11,31 7. Dikurangi Impor Luar Negeri 1,76 8,61 12,64 11,00 6,09 a. Barang 3,68 9,95 14,29-2,59 4,02 b. Jasa -0,49 9,51 13,78 14,72 12,91 8. Net Ekspor Antar Daerah 48,28 13,15 22,93 0,32 5,42 a. Ekspor -0,27 5,04 2,43 9,00 4,51 b. Impor 13,10 8,93 6,11 6,59 5,86 P D R B 3,19 1,93 3,23 3,91 1,65 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 100

Tabel-Tabel Pokok Tabel K PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Sumatera (Trilliun Rupiah) Rincian 2011 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Atas Dasar Harga Berlaku 1 Aceh 108,22 114,55 121,33 128,03 129,20 2 Sumatera Utara 377,04 417,12 469,46 521,95 571,72 3 Sumatera Barat 118,67 131,44 146,90 164,90 178,81 4 Riau 485,65 558,49 607,50 679,39 652,39 5 Jambi 103,52 115,07 129,98 144,81 155,11 6 Sumatera Selatan 226,67 253,27 280,35 306,12 332,73 7 Bengkulu 32,20 36,21 40,57 45,39 50,34 8 Lampung 170,05 187,35 204,40 230,97 253,16 9 Kepulauan Bangka Belitung 40,85 45,40 50,39 56,37 60,99 10 Kepulauan Riau 126,91 144,84 163,26 181,64 203,28 Sumatera 1.789,78 2.003,73 2.214,14 2.459,57 2.587,73 Atas Dasar Harga Konstan 2010 1 Aceh 104,87 108,91 111,76 113,49 112,67 2 Sumatera Utara 353,15 375,92 398,73 419,57 440,96 3 Sumatera Barat 111,68 118,72 125,94 133,32 140,53 4 Riau 410,22 425,63 436,19 447,95 448,94 5 Jambi 97,74 104,62 111,77 119,98 125,04 6 Sumatera Selatan 206,36 220,46 232,18 243,09 254,02 7 Bengkulu 30,30 32,36 34,33 36,21 38,07 8 Lampung 160,44 170,77 180,62 189,79 199,53 9 Kepulauan Bangka Belitung 38,01 40,10 42,19 44,16 45,96 10 Kepulauan Riau 118,96 128,03 137,26 146,36 155,16 Sumatera 1.631,73 1.725,54 1.810,95 1.893,92 1.960,87 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 101

Tabel-Tabel Pokok Tabel L Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Laju Pertumbuhan Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Sumatera Rincian 2011 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Bertlaku 1 Aceh 6,05 5,72 5,48 5,21 4,99 2 Sumatera Utara 21,07 20,82 21,20 21,22 22,09 3 Sumatera Barat 6,63 6,56 6,63 6,70 6,91 4 Riau 27,13 27,87 27,44 27,62 25,21 5 Jambi 5,78 5,74 5,87 5,89 5,99 6 Sumatera Selatan 12,66 12,64 12,66 12,45 12,86 7 Bengkulu 1,80 1,81 1,83 1,85 1,95 8 Lampung 9,50 9,35 9,23 9,39 9,78 9 Kepulauan Bangka Belitung 2,28 2,27 2,28 2,29 2,36 10 Kepulauan Riau 7,09 7,23 7,37 7,39 7,86 Sumatera 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 1 Aceh 3,28 3,85 2,61 1,55-0,72 2 Sumatera Utara 6,66 6,45 6,07 5,23 5,10 3 Sumatera Barat 6,34 6,31 6,08 5,86 5,41 4 Riau 5,57 3,76 2,48 2,70 0,22 5 Jambi 7,86 7,03 6,84 7,35 4,21 6 Sumatera Selatan 6,36 6,83 5,31 4,70 4,50 7 Bengkulu 6,85 6,83 6,07 5,48 5,14 8 Lampung 6,56 6,44 5,77 5,08 5,13 9 Kepulauan Bangka Belitung 6,90 5,50 5,20 4,67 4,08 10 Kepulauan Riau 6,96 7,63 7,21 6,62 6,02 Sumatera 6,19 5,75 4,95 4,58 3,54 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 102

Tabel-Tabel Pokok Tabel M Produk Domestik Regional Bruto Perkapita ADHB dan Jumlah Penduduk di Sumatera Rincian 2011 2012 2013 2014* 2015** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Produk Domestik Regional Bruto Perkapita ADHB (Ribu Rupiah) 1 Aceh 23.428,63 24.294,69 25.219,52 26.090,56 25.829,78 2 Sumatera Utara 28.518,19 31.109,35 34.544,81 37.913,49 41.019,53 3 Sumatera Barat 24.056,68 26.286,16 28.997,20 32.131,50 34.411,11 4 Riau 84.811,19 94.996,15 100.695,91 109.791,17 102.828,70 5 Jambi 32.682,04 35.657,57 39.554,49 43.303,72 45.592,53 6 Sumatera Selatan 29.830,37 32.830,49 35.808,97 38.549,40 41.320,69 7 Bengkulu 18.368,80 20.298,91 22.362,45 24.603,12 26.850,35 8 Lampung 21.981,47 23.910,84 25.769,37 28.777,55 31.188,02 9 Kepulauan Bangka Belitung 32.465,38 35.288,32 38.318,15 41.944,65 44.428,97 10 Kepulauan Riau 72.571,75 80.240,25 87.727,87 94.752,47 103.031,63 Sumatera 36.871,45 40.491,27 41.355,57 45.202,75 46.817,41 Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 1 Aceh 4.619 4.715 4.811 4.907 5.002 2 Sumatera Utara 13.221 13.408 13.590 13.767 13.938 3 Sumatera Barat 4.933 5.000 5.066 5.132 5.196 4 Riau 5.726 5.879 6.033 6.188 6.344 5 Jambi 3.168 3.227 3.286 3.344 3.402 6 Sumatera Selatan 7.599 7.714 7.829 7.941 8.052 7 Bengkulu 1.753 1.784 1.814 1.845 1.875 8 Lampung 7.736 7.835 7.932 8.026 8.117 9 Kepulauan Bangka Belitung 1.258 1.287 1.315 1.344 1.373 10 Kepulauan Riau 1.749 1.805 1.861 1.917 1.973 Sumatera 51.761 52.655 53.539 54.412 55.273 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 103

Tabel-Tabel Pokok Tabel N Distribusi Persentase Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Laju Pertumbuhan Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Sumatera Tahun 2015 Rincian Kons. Rumah Tangga Kons. LNPRT Kons. Pemerintah PMTB Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri (1) (2) (3) (4) (5) (6) (3) Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 1 Aceh 62,10 1,93 27,60 36,31 1,63 2,78 2 Sumatera Utara 53,54 0,97 7,65 31,90 18,87 11,28 3 Sumatera Barat 54,01 1,12 13,72 31,22 12,74 5,51 4 Riau 34,21 0,45 3,60 30,36 32,50 3,84 5 Jambi 46,00 0,54 9,15 24,16 22,76 1,40 6 Sumatera Selatan 66,29 1,47 7,97 38,09 11,18 7,35 7 Bengkulu 65,89 2,41 20,32 40,24 4,30 0,96 8 Lampung 60,53 1,36 9,68 30,08 20,72 13,15 9 Kepulauan Bangka Belitung 53,59 0,64 10,39 23,50 34,68 2,28 10 Kepulauan Riau 36,50 0,24 6,09 41,69 100,23 71,37 Sumatera 49,90 0,93 8,56 32,57 26,93 11,97 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 1 Aceh 3,11-4,35 5,76 4,52-64,57 55,49 2 Sumatera Utara 4,70-0,41 2,45 3,96-2,22-12,01 3 Sumatera Barat 4,30 3,39 4,68 4,34 5,84-1,73 4 Riau 5,95 0,29 3,75 4,06-15,27-7,65 5 Jambi 4,23 4,41 1,02-0,76 0,57-36,35 6 Sumatera Selatan 4,42 5,80 4,50 0,03-11,36 115,25 7 Bengkulu 5,33-3,07 7,23 3,43-32,70-26,69 8 Lampung 5,59 7,05 13,06 4,16 17,40-27,61 9 Kepulauan Bangka Belitung 5,80 7,03 4,45 4,36-19,56 6,86 10 Kepulauan Riau 7,09 7,44 3,25 3,25 41,02-2,40 Sumatera 4,97 1,98 4,90 3,14 0,77-4,43 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara 104

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka V. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta., 1980-1990. Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, Jakarta., Implementasi SNA 2008 Dalam Penyususnan PDB Indonesia Tahun Dasar 2010, booklet, Jakarta., Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta., Perubahan Tahun Dasar PDB Berbasis SNA 2008, booklet, Jakarta., Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta., Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta., Statistik Pertambangan Migas, berbagai seri, Jakarta., Statistik Pertambangan Non Migas, berbagai seri, Jakarta., Statistik Konstruksi, berbagai seri, Jakarta., Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta., 2000. Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, 1997, Jakarta., 1999. Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta. Frenken Jim, 1992. How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands. Host Poul, Madsen, 1979 Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington DC. Keuning. J. Steven, 1988. An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York,, 1973. Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York,, 1986. Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 107

Daftar Pustaka, 1988. Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50, New York,, 2000. Link between Business Accounting and National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 76, New York, Verbiest Piet, 1997. Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat Statistik, Jakarta, Ward, Michael, 1976. The Measurement of Capital: Methodology Estimates in OECD Countries, Paris, of Capital Stock World Bank, 1993. System of National Accounts 1993, Bahan Kursus, Washington DC, 108