Nicole A. Pramono 07120100077 JOURNAL READING Aging and Cosmetic Enhancement
Pendahuluan Masyarakat barat modern terobsesi dengan prestasi, masa muda, dan kecantikan. Sejak abad ke-20 terjadi peningkatan fokus akan penampilan tubuh sebagai identitas dan ekspresi diri. Kecantikan merupakan indikator baru pada kelayakan sosial. Namun, keinginan untuk menjadi cantik telah dimulai sejak masa Cleopatra.
Secara historis, orang-orang telah mengalami berbagai macam ketidaknyamanan dan risiko tinggi untuk menyesuaikan dengan arti dari kecantikan. Faktor yang berkontribusi pada abad ke-21 akan kecantikan dan kesempurnaan didorong oleh media massa dan digambarkan dalam iklan. Media massa telah meyakinkan wanita akan kecantikan yang semakin lama tidak realistis dan tidak terjangkau.
Penampilan telah menjadi poin fokal untuk wanita dan pencapaian akan kecantikan bernilai akan waktu, uang, dan ketidak nyamanan. Seiring perkembangan jaman, terjadi kemajuan pada ilmu kedokteran dan obat-obatan yang dapat membantu masyarakat untuk hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif.
Dengan seiring berjalannya usia, wanita usia lanjut mulai mencari cara lain untuk menambah penampilan mereka dengan menjalani operasi plastik. Kehilangan masa muda pada onset 40-60 tahun signifikan karena stereotip negatif, mitos yang terkait penuaan dan realitas psikososial yang kritikal Bagi wanita, tanda fisiologis dari penuaan dianggap sebagai gejala dari hilangnya deminitas, identias seksual, kekuatan sosial, dan visibilitas sosial. Semua faktor ini berperan dalam meningkatkan ketidakpuasan menjadi tua dan meningkatakan keinginan untuk terlihat lebih muda.
Wajah yang menua Bertambah umurnya seseorang, fokus penampilan mereka terutama pada bagian wajah. Sedangkan pada wanita lebih muda fokus penampilan pada bentuk tubuh mereka. Wanita yang lebih tua tidak menyukai kerutan dan kulit yang jatuh sehingga mereka cenderung melakukan tindakan facelift, chemical peeling, dan chin tucks.
Faktor yang mempengaruhi penuaan Faktor intrinsik proses penuaan meliputi hilangnya elastisitas kulit dan kolagen, bersamaan dengan atrofi lemak. Faktor ekstrinsik adalah radiasi matahari, kerusakan dermis yang mempengaruhi kolagen dan serat elastis. Faktor- faktro lain adalah kesehatan umum yang buruk, diet tidak sehat, merokok, dan alkohol.
Tanda-tanda penuaan wajah Demas dan Braun (2001) menguraikan tanda-tanda penuaan pada wajah : Dahi berkerut Alis yang terkulai Hilangnya bentuk wajah bulat dan lipatan nasolabial akibat dari hilangnya lemak subkutan. Garis leher yang kendur akibat hilangnya tonus otot platysma Kehilangan definisi dagu karena penumpukan lemak submental. Jaringan hidung yang melorot. Kerutan pada kulit disekitar mulut dan penipisan bibir.
Penampilan yang menua dapat ditekankan pada kerusakan kulit seperti adanya pigmentasi melanositik, serta kerontokan rambut. Hilangnya gigi dapat menyebabkan kurang tegas nya kontur mulut. Tanda-tanda fisik dari penuaan wajah dirasakan oleh beberapa orang sebagai ancaman bagi kontinuitas diri dan dapat bereaksi terhadap penyakit. Penuaan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu proses yang alami yang merupakan bagian dari kehidupan melainkan direpresentasikan sebagai suatu kondisi patologis yang membutuhkan koreksi atau perbaikan. Penyakit yang harus dilawan dengan obat.
Peningkatan kosmetik pada kaum tua Peningkatan permintaan untuk estetika atau bedah kosmetik selama 20 tahun terakhir terjadi akibat keinginan untuk menjadi lebih muda dan cantik. Menurut American Society of Plastic Surgeons, lebih dari 8,7 juta orang menjalani bedah kosmetik pada tahun 2003. Ini menunjukan peningkatan 33% dari tahun sebelumnya, dan peningkatan sebesar 1698% dari tahun 1992. Bedah kosmetik merupakan strategi yang dilakukan untuk mencapai dan mempertahankan penampilan agar diterima secara sosial.
Motivasi untuk melakukan prosedur kosmetik adalah untuk mengembalikan penampilan muda sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menaikkan citra tubuh. Motivasi ini selain untuk aktor/aktris juga dirasakan oleh pekerja lain. Seperti contoh, laki-laki eksekutif cenderung memilih prosedur kosmetik untuk membuat mereka lebih muda dengan itu dapat meningkatkan prospek pekerjaan mereka. 10% dari klien prosedur kosmetik merupakan pria.
Prosedur yang sering dilakukan untuk pria 50 tahunan adalah operasi kelopak mata atau brow lift, serta botox.
Allen (2003) menganggap operasi estetika adalah perkembangan dari obat anti-aging yang telah dirancang sebagai aplikasi dari pengetahuan yang dapat memberikan penundaan kemunduran fisik dan mental. Operasi estetika disebut sebagai rejuvenasi yang dilakukan pada sebagian besar awajah untuk memodifikasi tanda penuaan dan untuk menghindari stereotip negatif dari penuaan. Berbeda dengan operasi transformatif yang dirancang untuk mengubah fitur wajah, yang sering dilakukan pada usia lebih muda.
Pasien 40-60 tahun sering melakukan prosedur : sedot lemak, rejunevasi kelopak mata, facelift, browlift, chemical peeling, dermabrasi,dan laser resurfasi. Menurut American Academy of Cosmetic Surgery, sebanyak 170.000 orang menjalani laser resurfacing pada wajah di tahun 1998. Laser resurfacing dianggap efektif karena menguapkan lapisan permukaan kulit wajah, mengahapus keriput dan garis-garis dan meninggalkan kulit baru untuk tumbuh. Selain itu dilakukan juga injeksi seperti kolagen, restalayne dan hyalaform.
Pembaruan kosmetik, citra tubuh, dan kesejahteraan psikologis Tujuan utama operasi estetika adalah untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pasien dengan memodifikasi citra tubuh mereka. Citra tubuh adalah pandangan mental seseorang tentang bagaimana penampilan mereka yang dilihat oleh orang lain. Persepsi ini dipengaruhi oleh keyakinan masing masing individu dan perilaku yang dibentuk oleh perkembangan, persepsi, dan pengaruh sosial budaya
Pemahaman akan citra tubuh dan kegelisahan pasien perlu diketahui oleh ahli bedah plastik dan estetika. Karena tanpa pemahaman tersebut akan sulit untuk memahami motivasi, ketakutan, serta harapan pasien untuk menjalani operasi. Citra tubuh bukanlah fenomena statis, ini dapat berubah sesuai dengan gaya hidup, faktur situasional termasuk pubertas, kehamilan, cacat, sakit, operasi, menopause dan penuaan. Citra tubuh berkaitan erat dengan citra diri dan harga diri.
Para peneliti mencari psikopatologi dari pasien yang menjalani operasi estetika dan telah mengakui relevansi citra tubuh sebagai titik awal motivasi pasien. Penampilan adalah faktor pendorong untuk operasi dan citra tubuh sebagai penentu kesejahteraan psikologis. Fooken (1994) menemukan bahwa citra tubuh lebih penting dalam pengembangan dan pemeliharaan minat di lansia daripada kesehatan fisik.
Penuaan dan aspek psikososial dari pembaruan kosmetik. Hasil yang diantisipasi dari prosedur kosmetik adalah untuk meningkatkan perasaan emosional pasien dan kesejahteraan psikososial dengan menghilangkanafek fisik dari penuaan. Pada penelitian oleh Edgerton ditemukan bahwa pasien wanita berusia rata-rata 48 tahun pasca prosedur facelift dilaporkan adanya tingkat kepuasan dan peningkatan kesejahteraan. Sedangkan Goin et al menemukan depresi pasca operasi sering ditemukan apabila pasien tersebut memiliki pra klinis dengan diagnosis depresi.
Dalam review studi dari Honigman et al (2004) melihat dari hasi psikologis dan hasil psikososial dari berbagai prosedur kosmetik dapat disimpulkan banyak orang yang puas dengan hasilnya. Para peneliti menyimpulkan 2 motivasi untuk melakukan operasi : faktor internal dan eksternal. Pasien yang termotivasi secara internal akan melakukan perubahan fisik dan biasanya akan puas terhadap hasilnya.
Pasien yang termotivasi secara external tidak hanya berharap untuk mengubah bentuk tubuh mereka tetapi juga kehidupan mereka dan untuk menyenangkan orang lain. Pasien ini seringkali tidak puas akan hasil operasi apabila hidup mereka tidak berubah seperti yang dibayangkan. Faktor lain yang dapat menyebabkan ketidakpuasan meliputi infeksi pasca operasi, prosedur salah sehingga memerlukan operasi lebih lanjut, resiko psikososial, harapan yang realistis terhadap penampilan fisik dan psikososial, dukungan emosional dan fisikal dari keluarga pada saat pasca operasi, dan hubungan yang baik dengan dokter serta perawat, serta kesehatan fisik yang relatif baik.
Dalam review literatur dunia, Honigman et al (2004) menemukan prediktor dalam semua usia akan hasil yang buruk terhadap hal psikososial yaitu : Termotivasi untuk menyenangjan orang lain, contohnya dorongan dari pasangan untuk melakukan prosedur. Adanya masalah psikiatri seperti depresi atau personality disorder. Ekspektasi yang tidak realistis terhadap prosedur baik secara fisik maupun harapan akan perubahan hidup.
Orang yang telah melakukan banyak prosedur dan mereka tidak senang akan hasilnya. Orang dengan kekhawatiran yang berlebih akan sedikit kekurangan dari fisiknya atau mempunyai gangguan psikiatrik berupa Body Dysmorphic Disorder (BDD).
Faktor-faktor seperti adanya masalah dalam hubungan atau depresi perlu dicari tahu terlebih dahulu. Pada orang tua perlu perhatian khusus mengapa mereka mencari prosedur pada waktu itu dan apa harapan mereka untuk prosedur.
Kesimpulan Media massa serta tekanan sosial secara khusus ditujukan untuk mencoba untuk membuat orang untuk membayar uang untuk menghentikan penuaan. Kita harus memberikan pengertian terhadap orang tua bahwa dengan terlihat lebih muda tidak akan membuat harapan yang tidak realistis terwujud sehingga mereka menghabiskan tabungan mereka pada prosedur yang tidak dapat memutar waktu kembali.
THANKYOU