BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES JAHE TERHADAP INTENSITAS NYERI GOUT ARTRITIS PADA LANSIA DI PSTW BUDI SEJAHTERA KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

SKRIPSI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI ARTRITIS RHEUMATOID. Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

Siska Damaiyanti 1) Try Yuliana Siska 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

JURNAL. Vira Julyanatien Igirisa, Rany Hiola, Nasrun Pakaya Jurusan Keperawatan, FIKK UNG ABSTRAK

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENGARUH SENAM 10 MENIT TERHADAP SKALA NYERI PADA PENDERITA GOUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40%

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan lain (Fitriani, 2009). Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem musculoskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan Artritis Rheumatoid (Idris, 2010). Menurut kesepakatan para ahli di bidang Rematologi, Artritis Rheumatoid dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut usia akan membuat sipenderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun (Idris, 2010). Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit Artritis Rheumatoid. Dimana 5-10% adalah yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun 1

2 (Wiyono, 2010). Lebih dari 355 juta orang di dunia menderita penyakit rematik. Itu berarti, setiap enam orang di dunia ini satu di antaranya adalah penyandang Artritis Rheumatoid yang mana jumlah penduduk dunia tahun 2012 sebanyak kurang lebih 7 miliar jiwa. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (Wiyono, 2010). Berdasarkan penelitian Marlina Andriani (2016) didapatkan perbedaan intensitas nyeri artritis rheumatoid sebelum dan setelah dilakukan kompres serei hangat. Di Indonesia sendiri penyakit reumatoid artritis tahun 2011 prevalensinya berjumlah 35%, tahun 2012 prevalensinya berjumlah 40%, dan tahun 2013 prevalensinya berjumlah 45%. (Nugroho, 2013). Penelitian Mellynda Wurangian (2014) di dapatkan nilai ρ value 0,000 dimana ρ < α 0,05 maka H₀ ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Di Jawa Timur penyakit Artritis Rheumatoid artritis tahun 2011 berjumlah 37.476.757 penderita, tahun 2012 berjumlah 28.196.000 penderita, tahun 2013 berjumlah 20.719.000 penderita. (Depkes RI, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Ponorogo tahun 2015, jumlah pasien lama Artritis Rheumatoid di Puskesmas Pulung jumlah tertinggi sejumlah 2.341 kasus dan pada jumlah pasien lama dan baru menduduki tertinggi kedua sejumlah 3347 pasien. Berdasarkan hasil rekam medis di Puskesmas Pulung penderita Artritis Rheumatoid tertinggi 52 di Desa Singgahan.

3 Artritis Rheumatoid merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainya yang disertai nyeri dan kaku pada sistem otot (musculoskeletal) dan jaringan ikat/ connective tissue (Sudoyo, 2007). Lebih mudahya artritis rheumatoid diartikan sebagai penyakit yang menyerang sendi, otot, dan jaringan tubuh (Utami, 2005) dalam Marlina Andriani (2016). Penyakit Artritis Rheumatoid berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Marlina Andriani (2016) Artritis Rheumatoid dapat mengancam jiwa karena komplikasi mengakibatkan peradangan kelenjar mata dan mulut, peradangan bagian putih, pleuritis, pericardium, anemia, limfoma, vaskulitis. (Gordon et al., 2002) dalam Muhammad Fajrin (2016). Artritis Rheumatoid dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup (Muhammad Fajrin (2016). Penatalaksanaan medik dengan pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal Anti- Inflammatory Drug) dalam dosis terapeutik. Tindakan non farmakologi mencakup intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan agenagen fisik. Tujuanya adalah mengubah persepsi penderita tentang penyakit,

4 mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar (Perry&Potter, 2006). Menggunakan terapi non farmakologis pada kasus rematoid arthritis pada lansia antara lain terapi kompres hangat : Terapi kompres hangat dilakukan pada stadium sub akut dan kronis pada rematoid arthritis untuk mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, mengurangi penekanan (kompresi) dan nyeri pada sendi, melemaskan otot dan melenturkan jaringan ikat (tendon ligament extenbility) (Junaidi, 2006). Kompres hangat dengan suhu 45-50,5 o C dapat dilakukan dengan menempelkan kantung karet yang diisi air hangat ke daerah tubuh yang nyeri (Hidayat, Musrifatul, 2008). Penggunaan terapi hangat permukaan pada tubuh kita dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen, mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan metabolisme. Mekanismenya dalam mengurangi nyeri tidak diketahui dengan pasti, walaupun para peneliti sakit bahwa panas dapat menonaktifkan serabut saraf yang menyebabkan spasme otot dan panas tersebut dapat menyebabkan pelepasan endorfin, opium yang sangat kuat, seperti bahan kimia yang memblok transmisi nyeri. Secara umum peningkatan aliran darah dapat terjadi pada bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan dinding pembuluh darah, panas merupakan yang terbaik untuk meningkatkan fleksibilitas (Anderson, 2007). Berdasarkan masalah dan beberapa fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas kompres hangat untuk

5 mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Apakah kompres hangat efektif untuk mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Efektivitas kompres hangat untuk mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi skala nyeri Artritis Rheumatoid sebelum diberi kompres hangat Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo 2. Mengidentifikasi skala nyeri Artritis Rheumatoid sesudah diberi kompres hangat Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. 3. Mengidentifikasi Efektivitas kompres hangat untuk mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang Efektivitas kompres hangat untuk mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo bermanfaat sebagai masukan untuk mengembangkan kurikulum, khususnya mata kuliah muskuloskeletal. 2. Bagi pasien Meningkatkan kesadaran pasien dalam mengurangi nyeri osteoarthritis dengan kompres hangat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya untuk meleliti yang berkaitan dengan kompres hangat, nyeri, Artritis Rheumatoid. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait dengan Efektivitas kompres hangat untuk mengurangi nyeri Artritis Rheumatoid adalah sebagai berikut: 1. Marlina Andriani (2016) judul Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia. Metode eksperimen one-group pretest-posttets design dengan menggunakan total sampling, pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan penilaian hasil ukur menggunakan numeric rantingscale (NRS) dan melalui observasi dengan penilaian hasil ukur menggunakan skala Wong Barker (skala wajah). Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan intensitas nyeri artritis rheumatoid sebelum dan setelah dilakukan kompres serei

7 hangat. Kesimpulkan bahwa kompres serei hangat berpengaruh terhadap intensitas nyeri Artritis Rheumatoid dan dapat dilanjutkan sebagai intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh penderita artritis rheumatoid.. a. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada waktu penelitian, variabel yang akan diteliti (kompres hangat), Tehnik sampling (peneliti menggunakan purposive sampling), penilaian hasil ukur menggunakan skala nyeri 1-10 b. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia, Metode eksperimen one-group pretest-posttets design 2. Muhammad Fajrin (2016) judul pengaruh terapi tertawa terhadap intensitas nyeri Artritis Rheumatoid pada lansia di unit rehabilitasi sosial wening wardoyo ungaran. desain penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment Design) menggunakan rancangan pretest posttest dengan kelompok kontrol (Pretest-Posttest with Control Group). Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sedangkan alat pengukuran intensitas nyeri reumatoid artritis menggunakan Visual analog scale (VAS). Hasil penelitian ini didapatkan dihasilkan p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna intensitas nyeri reumatoid artritis pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa. a. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada waktu penelitian, variabel yang akan diteliti (kompres hangat), Metode

8 eksperimen one-group pretest-posttets design. b. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia, Tehnik sampling (peneliti menggunakan purposive sampling), penilaian hasil ukur menggunakan skala nyeri 1-10 3. Yulika Murni Lestari Pulo o (2014) judul Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Lansia dengan Artritis Rheumatoid di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimen dengan rancangan one grup pretest-postest. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, Uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Beradasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan intensitas nyeri pada lansia dengan. a. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada waktu penelitian, variabel yang akan diteliti (kompres hangat), Metode eksperimen one-group pretest-posttets design. penilaian hasil ukur menggunakan skala nyeri 1-10 b. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia, Tehnik sampling (peneliti menggunakan purposive sampling),