IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI. Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

IV. ANALISA PERANCANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

BAB III METODELOGI PENGUJIAN

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

III. METODOLOGI PENELITIAN

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

BAB I PENDAHULUAN. atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

Alexander Christian Nugroho

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

Antiremed Kelas 10 Fisika

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

Spesifikasi Bahan dan alat :

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

Antiremed Kelas 10 Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena itu, keefektifannya sangat tergantung kemampuan aliran udaranya untuk mendesak (memindahkan) udara disekelilingnya. Mist blower tersebut dilengkapi dengan bantalan busa yang berada dibelakang engine yang berfungsi mengurangi getaran dan melindungi punggung operator dari getaran tersebut. Pada Tabel dapat dilihat spesifikasi teknis mengenai mist blower. Tabel. Spesifikasi Mist Blower MIST BLOWER Model MK 15-B Merek Yanmar Tahun Pembuatan 198 Dimensi (P x L x T) Berat Bersih Kapasitas Tangki Pupuk Cair Tipe Mesin Sistem Pendinginan Kecepatan Putaran Motor Bahan Bakar Kapasitas Tangki Bahan Bakar Tenaga Dimensi Bantalan Busa Panjang Lengan / Pipa Penyemprotan 35 cm x 3 cm x 67 cm 1 kg 1 liter Motor bensin tak Udara 9 rpm Bensin+Oli 1.5 liter 1 HP Panjang 3 cm Lebar 6 cm Tebal 3 cm 143 cm Jarak penyemprotan pestisida atau pupuk cair pada kecepatan putaran motor 1915, 49 dan 77 rpm masing-masing sejauh 1 meter, 1.8 meter dan 5 meter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk cair merek Super-O yang telah dicampur dengan air. Perbandingan antara pupuk cair pekat dengan air yaitu 1:7 artinya untuk 1 cc pupuk cair, dicampur dengan 7 liter air. A. Getaran Getaran yang terjadi pada mist blower ditimbulkan dari kerja engine sebagai sumber tenaga penggerak. Komponen-komponen motor yang bergerak dan saling bergesekan menghasilkan tenaga dan perubahan bentuk energi dalam engine yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis dan kebisingan. Getaran dengan nilai tertentu dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, perlu diketahui batas aman dan nyaman penggunaan alat tersebut.

1. Pengukuran Getaran Mist blower dioperasikan untuk menghembuskan pupuk cair ke lahan. Pengukuran getaran dilakukan pada engine dan tuas kendali mist blower. Getaran pada tangan operator ditimbulkan dari engine yang berputar dan merambat ke tuas kendali. Pengukuran getaran dilakukan pada tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z pada engine dan tuas kendali. Pengukuran juga berdasarkan tingkat kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Kecepatan putaran motor yang digunakan yaitu 1915, 49, dan 77 rpm. Alat vibration meter yang digunakan hanya dapat mengukur tingkat percepatan getaran dan tidak bisa untuk mengukur besar frekuensi. Frekuensi pada putaran motor penggerak tentunya tidak sama dengan frekuensi pada tuas kendali. Hal ini disebabkan karena adanya rambatan getaran dari engine ke bagian-bagian lain dari mist blower. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diasumsikan frekuensi dari putaran motor penggerak sama dengan frekuensi pada tuas kendali mist blower. Nilai frekuensi diperoleh dari kecepatan putaran motor dibagi dengan 6. Frekuensi masing-masing kecepatan putaran motor secara berturut-turut sebesar 31.9, 66.8, dan 1.5 Hz. Lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan. Sedangkan untuk penentuan tingkat kenyamanan penggunaan mist blower adalah nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan.317. Grafik standar dan nilai faktor pengali tersebut merupakan batas toleransi getaran berdasarkan ISO. (Nugroho 5). Analisa Getaran Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 16-763-4), nilai ambang batas getaran yaitu sebesar 4 m/s. Pada Gambar 18 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 1 9 8 7 6 5 4 3 1 9,5 4,71 4,75 3,88 4,15,15 1,64 1,51,3 1915 49 77 Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 18. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B Sumbu pengukuran yang paling tinggi tingkat percepatan getaran rata-ratanya adalah sumbu Z. Sedangkan sumbu Y memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata paling rendah. Sumbu Z merupakan sumbu yang searah dengan gerakan piston sehingga sumbu Z ini memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan sumbu 1

pengukuran yang lainnya. Gambar 19 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 1 9 8 7 6 5 4 3 1 3,16,,34,54 1,51,78,1,,11 1915 49 77 Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 19. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B Pada tuas kendali mist blower, nilai percepatan getaran rata-rata pada sumbu Y lebih besar dibandingkan dengan percepatan getaran rata-rata pada sumbu X dan Z. Pada tuas kendali, getaran dari engine ditransmisikan melalui komponen-komponen mist blower ke tuas kendali mist blower sehingga percepatan getaran yang lebih besar adalah yang searah sumbu Y. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa percepatan getaran pada engine lebih besar dibandingkan percepatan getaran pada tuas kendali mist blower. Pada engine, percepatan getaran yang ditimbulkan memiliki kisaran rata-rata 1.51 m/s 9.5 m/s. Sedangkan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower memiliki kisaran.1 m/s 3.16 m/s. Hal ini disebabkan karena pada engine merupakan sumber putaran serta terdapat bagian yang berputar dan bergesekan sehingga menimbulkan getaran. Getaran pada engine merambat ke tuas kendali melalui berbagai komponen sehingga telah mengalami peredaman. Pada engine, nilai percepatan getaran yang terukur melebihi nilai ambang batas SNI, yaitu pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putaran motor berbanding lurus terhadap tingkat getaran yang dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula getaran yang dihasilkan dan begitu pula sebaliknya. Bagian tubuh operator yang menerima getaran paling tinggi adalah bagian punggung, dan getaran yang ditimbulkan engine langsung ditransmisikan ke bagian punggung. Selain itu, massa dari mist blower itu sendiri ditumpu oleh punggung. Oleh karena itu, diberikan bantalan busa pada bagian punggung untuk meredam getaran secara langsung yang berasal dari engine. Percepatan getaran yang diterima punggung diasumsikan sebagai getaran yang diterima oleh seluruh tubuh..1. Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 15-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman, diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan. Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 5). Gambar merupakan grafik hubungan antara

kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 18 16 14 1 1 8 6 4 18,5 9,4 9,5 7,76 8,3 4,3 3,83, 4,6 1915 49 77 Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata Pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan ) Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower tipe MK 15-B dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada engine berdasarkan sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Namun terdapat perbedaan berdasarkan sumbu Z yaitu untuk kecepatan putaran motor 1915 dan 49 rpm adalah selama 1 jam, dan untuk kecepatan putaran motor 77 rpm adalah selama 5 menit. Gambar 1 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 18 16 14 1 1 8 6 4 6,3 4,4 4,68 5,8 3, 1,56,,4, 1915 49 77 Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan ). Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada tuas kendali berdasarkan 3

sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Sedangkan berdasarkan sumbu Z, batas pemakaian aman mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah selama 8 jam, namun berbeda pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm yaitu selama 4 jam. Nilai lama penggunaan mist blower yang aman berdasarkan sumbu X, Y, dan Z, kemudian dibandingkan antara engine dengan tuas kendali. Berdasarkan hasil plot grafik exposure limits, sumbu yang dijadikan acuan lama penggunaan mist blower adalah sumbu Z karena memberikan pengaruh paling signifikan. Berdasarkan perbandingan percepatan getaran rata-rata pada engine dan tuas kendali, batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915 dan 49 rpm adalah selama 1 jam. Sedangkan batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 77 rpm adalah selama 5 menit... Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 15-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan.317. Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 5). Gambar merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran ratarata (m/s ) 3,5 1,5 1,5,93 1,49 1,51 1,3 1,3,68,5,48,73 1915 49 77 Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan.317). Gambar 3 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower Tipe MK 15-B. 4

Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 3,5 1,5 1,5 1,7,74,48,81,3,6,4,5 1915 49 77 Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan.317). Batas nyaman diperoleh setelah data yang telah dikalikan faktor pengali.317, diplotkan pada grafik exposure limits. Batas nyaman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada sumbu X, Y, dan Z adalah sama yaitu selama 8 jam. Nilai batas aman tersebut merupakan nilai batas aman dari engine maupun tuas kendali. Jadi dapat disimpulkan bahwa operator akan masih merasa nyaman menggunakan mist blower ini dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm selama 8 jam per hari. Namun, pada kenyataannya tingkat kenyamanan itu tidak hanya berdasarkan getaran yang diperoleh tetapi juga tingkat kebisingan. Selain itu, faktor beban alat yang digendong operator mist blower dan kondisi fisik pekerja juga mempengaruhi tingkat kenyamanan. Misalnya beban dari alat tersebut terlalu berat sehingga operator merasa lelah untuk menggendong alat tersebut bila terlalu lama. B. Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan dan konsentrasi para pekerja. Pengendalian kebisingan diperlukan agar dapat mengurangi dampak buruk bagi operator maupun lingkungan. 1. Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang memiliki satuan db(a). Pengukuran kebisingan pada mist blower ini dioperasikan pada kecepatan putaran motor sebesar 1915, 49, dan 77 rpm. Pengukuran kecepatan putaran motor menggunakan tachometer. Pada pengukuran tersebut, tachometer diarahkan pada blower yang berputar yang sebelumnya telah diberi tanda titik putih. Kemudian nilai kecepatan putaran motor akan terbaca pada display digital. Pada pengukuran kebisingan, mist blower di gendong oleh operator di lahan sambil menyemprotkan pupuk cair ke lahan. Pengukuran kebisingan pada engine dilakukan pada enam titik pengukuran dengan jarak sekitar 1 cm dari engine terhadap sound level meter. Titik pengukuran pada engine yaitu bawah, atas, samping kiri, depan, samping 5

kanan, dan belakang. Pengukuran kebisingan juga dilakukan pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Pengukuran kebisingan ini dilakukan pada lahan yang terbuka dan tidak ada penghalang seperti pepohonan. Selain itu, pengukuran kebisingan juga dilakukan terhadap lingkungan kerja.. Analisa Kebisingan Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 ditetapkan ambang batas (NAB), antara lain menyebutkan NAB kebisingan adalah 85 db(a). Oleh karena itu, pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat kebisingan yang melebihi NAB harus diadakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran terhadap tenaga kerja. Berdasarkan pengukuran, diperoleh rata-rata tingkat kebisingan engine mist blower tipe MK 15-B di setiap titik-titik pengukuran. Pada Tabel 3 merupakan nilai kebisingan rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B di setiap titik-titik pengukuran. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 3. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B Titik Pengukuran pada Engine Mist Blower (db(a)) 1 3 4 5 6 1915 83.8 73.94 85.3 87.19 98.14 74.3 49 88.33 87.79 88.73 9.94 117. 88. 77 95.39 89.3 96.5 18.58 15.45 93.44 Pada Gambar 4 merupakan grafik hubungan antara titik-titik pengukuran pada engine dengan tingkat kebisingan yang dihasilkan pada setiap kecepatan putaran motor. Tingkat Kebisingan (db(a)) 13 1 11 1 9 8 7 6 5 4 3 1 1 3 4 5 6 1915 rpm 49 rpm 79 rpm Titik - Titik Pengukuran pada Engine Gambar 4. Grafik Hubungan antara Titik-Titik Pengukuran pada Setiap Kecepatan Putaran Motor terhadap Kebisingan yang Dihasilkan pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B. 6

Nilai kebisingan pada engine pada kecepatan putaran motor 1915 rpm berkisar antara 73.94 98.14 db(a). Pada kecepatan putaran motor 49 rpm berkisar antara 87.79 117. db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 77 rpm berkisar antara 89.3-15.45 db(a). Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan engine yang tertinggi pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm ialah pada titik 5. Hal ini disebabkan karena pada titik tersebut terdapat rongga-rongga yang terbuka pada engine. Tingkat kebisingan terendah dari setiap kecepatan putaran motor tersebut ialah pada titik. Hal ini disebabkan karena jarak titik ke engine lebih jauh dan terhalang oleh tabung penampungan pupuk cair. Tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan tingkat kebisingan pada engine. Semakin tinggi kecepatan putaran motor maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan putaran motor maka semakin rendah pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Pengukuran kebisingan pada telinga operator dilakukan pada tingkat kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm. Pengukuran tersebut juga dilakukan dengan 1 kali ulangan. Tingkat kebisingan rata-rata pada telinga operator dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Telinga Operator Mist Blower Tipe MK-15-B Kecepatan Tingkat Kebisingan Rata-Rata Pada Telinga (db(a)) Putaran Motor (rpm) Telinga Kanan Telinga Kiri Rata-Rata 1915 76.98 74.1 75.5 49 88.73 86.59 87.66 77 11.86 1.7 1.97 Nilai tingkat kebisingan rata-rata yang terukur pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah 75,5 db(a). Nilai ini masih dibawah ambang batas yang ditetapkan berdasarkan Kepmen-51/MEN 1999 yaitu 85 db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm, tingkat kebisingan rata ratanya sudah melebihi nilai ambang batas yaitu 87,66 db(a) dan 1,97 db(a). Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor maka kecepatan poros engkol akan semakin bertambah. Gesekan antar komponen menyebabkan meningkatnya getaran dan kebisingan. Pada Tabel 5 merupakan nilai lama mendengar yang diizinkan menurut standar DOD dan OSHA setelah dimasukkan ke dalam persamaan (5) dan persamaan (6). Tabel 5. Lama Mendengar yang Diizinkan bagi Pengguna Mist Blower Tipe MK 15B Kecepatan Putaran Tingkat Kebisingan Ratarata Lama Mendengar yang Diizinkan (Jam) Motor (rpm) yang Diterima Operator Standar DOD Standar OSHA (db(a)) 1915 75.5 34.9 59.7 49 87.66 4. 11.1 77 1.97.4 1.7 Tingkat kebisingan yang diterima pada telinga operator mengalami penurunan dibandingkan dengan kebisingan pada engine. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor 7

eksternal diantaranya yaitu jarak sumber bising dan angin. Nilai lama mendengar standar DOD lebih rendah dibandingkan dengan standar OSHA. Sehingga standar yang paling kritis yang dapat digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui lama mendengar yang diijinkan adalah standar DOD. Nilai lama mendengar yang diijinkan berdasarkan standar DOD pada pengoperasian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing 34.9 jam, 4. jam, dan 4 menit. Misalnya untuk kecepatan putaran motor 77 rpm, kebisingan yang diterima oleh operator tidak boleh melebihi 4 menit. Minimal diperlukan dua orang operator untuk mengoperasikan mist blower apabila menggunakan kecepatan putaran motor 77 rpm. Jika telah mencapai waktu kerja 4 menit, maka dilakukan pergantian operator. Berdasarkan analisa dari getaran dan kebisingan dari mist blower tipe MK 15-B, diperoleh nilai batas aman dari penggunaan alat tersebut. Batas pengunaan aman mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing adalah 1 jam, 1 jam, dan 4 menit. Selain itu, berdasarkan standar getaran dan kebisingan, disarankan agar operator menggunakan mist blower pada kisaran kecepatan putaran motor 1915-49 rpm. Pada Gambar 5 merupakan grafik hubungan antara percepatan getaran pada sumber getaran di setiap kecepatan putaran motor dengan tingkat kebisingan yang diterima operator mist blower. Kebisingan (db(a)) 11 1 9 8 7 6 5 4 3 1 77 49 1915 1 3 4 5 6 7 8 9 1 Percepatan Getaran (m/s ) Gambar 5. Grafik Hubungan antara Percepatan Getaran (Sumbu Z) di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Efek gangguan kesehatan yang dialami operator biasanya adalah telinga berdenging, rasa pegal pada punggung, dan pusing dikepala. Selain itu, pengendalian kebisingan dapat dilakukan pada pengendalian sumber suara, pengendalian pada penerima suara, serta manajemen rotasi pada operator mist blower. Selain itu, upaya untuk mengatasi kebisingan antara lain dengan menggunakan ear plug atau ear muff. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kebisingan terhadap lingkungan. Hasil pengukuran di lapangan, kemudian ditampilkan dalam bentuk kontur kebisingan pada Gambar 6.Software yang digunakan untuk membuat kontur kebisingan adalah Surfer 8. 8

meter 18 db(a) 68 67 16 66 65 14 64 63 1 6 1 61 6 8 59 58 6 57 4 56 55 4 6 8 1 1 14 16 18 (a) Kecepatan Putaran motor 1915 rpm meter 54 53 5 meter 18 16 14 1 1 8 6 4 4 6 8 1 1 14 16 18 (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm meter db(a) 84 83 8 81 8 79 78 77 76 75 74 73 7 71 7 69 68 67 66 65 64 63 6 61 6 9

meter 18 16 14 1 1 8 6 4 4 6 8 1 1 14 16 18 (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm meter db(a) 93 9 91 9 89 88 87 86 85 84 83 8 81 8 79 78 77 76 75 74 73 7 Gambar 6. Kontur Kebisingan terhadap Lingkungan (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm Berdasarkan Gambar 6, diperoleh kontur kebisingan pada tiap kecepatan putaran motor. Semakin jauh jarak dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak dengan sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan semakin tinggi. Dengan kontur tersebut, dapat diketahui jarak aman mendengar yang berada dibawah nilai ambang batas (NAB) kebisingan yaitu 85 db(a). Pada Gambar 7 merupakan kontur tingkat kebisingan pada telinga operator di setiap kecepatan putaran motor. Kontur tersebut menggambarkan tingkat kebisingan di sekitar telinga kanan operator. Telinga kanan dijadikan acuan karena jaraknya dekat dengan titik kebisingan tertinggi pada engine. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui nilai tingkat kebisingan berdasarkan posisi telinga operator. 3

cm 16 155 15 145 14 135 13 15 1 115 11 15 98.14 75.5 1 9 95 1 15 11 115 1 15 13 135 14 cm db(a) 98 97 96 95 94 93 9 91 9 89 88 87 86 85 84 83 8 81 8 79 78 77 76 75 74 73 (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm cm 16 155 87.66 db(a) 117 115 15 145 113 111 19 14 17 135 15 13 15 117. 13 11 99 1 97 115 95 11 15 1 9 95 1 15 11 115 1 15 13 135 14 cm 93 91 89 87 (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm 31

cm 16 155 15 145 14 135 13 15 1 115 11 15 15.45 1.97 1 9 95 1 15 11 115 1 15 13 135 14 cm db(a) 16 14 1 1 118 116 114 11 11 18 16 14 1 1 98 96 94 9 (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm Gambar 7. Kontur Tingkat Kebisingan pada Telinga Operator (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 79 rpm C. Studi Obyektivitas Operator Mist Blower Pada penelitian ini, dilakukan aplikasi langsung ke lahan dengan menyemprotkan larutan pupuk cair ke tanaman. Namun, larutan pupuk cair tersebut diganti dengan air. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi over dosis pemberian pupuk pada tanaman. Pemupukan dilakukan dilahan seluas 5 m pada lahan yang ditanami dengan tanaman ubi jalar. Terdapat dua orang petani yang memiliki perbedaan umur. Petani yang pertama berumur 4 tahun dan petani kedua berumur 6 tahun. Hal ini dimaksudkan agar dapat terlihat perbandingan tingkat keletihan dari kedua petani tersebut. Setelah mengoperasikan mist blower, kedua petani tersebut akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut penggunaan alat tersebut dan apa yang dirasakan. Pada Gambar 8 merupakan kedua orang petani yang sedang mengoperasikan mist blower untuk memupuk lahan ubi jalar. 3

Gambar 8. Pemupukan Lahan Ubi Jalar Menggunakan Mist Blower Dampak yang dirasakan dari penggunaan mist blower oleh petani pertama (4 tahun) antara lain dengung pada telinga akibat kebisingan, pegal-pegal pada bagian punggung dan pinggang, serta pusing. Hal yang sama juga dirasakan oleh petani kedua (6 tahun). Selain itu, para petani juga mengeluh tentang berat dari mist blower itu sendiri yang harus digendong mengelilingi lahan. Keluhan yang dialami kedua petani tersebut dapat diatasi dengan penggunaan alat pelindung diri, seperti ear muff untuk mengurangi kebisingan dan bantalan busa untuk mengurangi getaran. Hal ini yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja. Secara umum, semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin besar pula dampak yang dirasakan oleh petani. Penggunaan mist blower lebih efektif untuk pemupukan pada lahan yang luas. Kedua petani tidak mengunakan pelindung diri dengan lengkap dalam kesehariannya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa petani pertama lebih cepat merasa lelah dibandingkan dengan petani kedua. Bila ditinjau dari segi umur, petani kedua (6 tahun) lebih tua dari petani pertama (4 tahun), namun hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan. Aktifitas pada hari sebelumnya sangat berpengaruh terhadap tingkat keletihan saat mengoperasikan mist blower. Hal ini disebabkan karena petani pertama melakukan lebih banyak aktifitas dan waktu istirahat yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani kedua. Selain itu, pengalaman kerja petani kedua lebih lama dibandingkan petani pertama. Petani kedua bekerja menjadi petani selama 5 tahun sedangkan petani pertama bekerja menjadi petani selama tahun. Penggunaan mist blower dapat membantu dan mempermudah pekerjaan petani serta waktu kerja menjadi lebih efisien. Pengukuran debit juga dilakukan pada studi obyektivitas operator di lahan seluas 5 m. Pada Tabel 6 merupakan tingkat debit berdasarkan tingkat percepatan putaran motor. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 6. Debit pada Setiap Kecepatan Putaran Motor Jumlah Cairan yang Disemprotkan (ml) Waktu (second) Debit (m 3 /s) 1915 184 73.5 x 1-5 49 75 9.7 x 1-5 77 55 183.9 x 1-5 33

Pada Tabel 6, debit pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing sebesar.5 x 1-5 ;.7 x 1-5 ;.9 x 1-5 m 3 /s. Pada Gambar 8 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor dengan debit. 3,9,9 Debit x1-5 (m 3 /s),8,7,6,5,5,7 1915 rpm 49 rpm 77 rpm,4,3 Kecepatan Putaran Motor (RPM) (rpm) Gambar 9. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Debit. Berdasarkan Gambar 9, tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan debit. Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula debit yang dihasilkan. Pada Gambar 3 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan percepatan getaran pada sumber getaran. Percepatan Getaran (m/s) 1 77 8 6 49 4 1915,4,5,6,7,8,9 3 Debit x1-5 (m 3 /s) Gambar 3. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran (Sumbu Z) pada Sumber Getaran. Pada Gambar 31 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan kebisingan yang diterima operator mist blower. 34

Kebisingan (db(a)) 1 77 1 49 1915 8 6 4,4,5,6,7,8,9 3 Debit x1-5 (m 3 /s) 1915 rpm 49 rpm 77 rpm Gambar 31. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator Mist Blower. Pada Gambar 3 dan 31, merupakan grafik hubungan antara debit dengan getaran dan kebisingan. Dapat disimpulkan yaitu semakin tinggi debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin rendah seiring dengan menurunnya tingkat kecepatan putaran motor. 35