BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Wini Suciani,2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Kualitas, Nilai Persepsi, Kepuasan dan Minat Berprilaku: Kasus Kunjungan Wisatawan di Kota Palembang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, industri pariwisata

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

Denpasar, Juli 2012

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

2015 PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN JASA DI CV.QITARABU JAYA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

2015 PENGARUH EXPERIENTAL MARKETING TERHADAP CUSTOMER SATISFACTION DI GALERI IPTEK SABUGA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa saat ini, kebutuhan akan rekreasi dikalangan masyarakat di kota-kota

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah ah satu penggerak roda perekonomian ekonomian dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui analisis

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bandung Jumlah Wisatawan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN DI HOTEL RIYADI PALACE SALA TESIS

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti. pada bab sebelumnya, maka kesimpulan akhir yang menjawab rumusan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting yang dapat meningkatkan perekonomian dalam suatu negara. Beberapa dekade terakhir, semakin banyaknya masyarakat di dunia melakukan perjalanan wisata, menjadikan pariwisata sebagai lahan usaha yang menguntungkan. Peningkatan jumlah wisatawan ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang meningkat. Berdasarkan laporan The World Travel and Tourism (WTTC) dalam web.parekraf.co.id bahwa peran pariwisata semakin signifikan dalam perekonomian global. Pada tahun 2013, pasar pariwisata dunia telah mencapai 7 triliun USD, sedangkan pada tahun 2014 diperkirakan pertumbuhannya bisa mencapai 4,2%. Industri pariwisata dunia pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 5% dengan jumlah kunjungan mencapai 1,087 miliar wisatawan, dibandingkan pada tahun 2012 yang berjumlah 1,035 miliar wisatawan. Peningkatan pertumbuhan pariwisata pada saat ini merupakan hal yang ada diluar perkiraan di tengah tantangan global. Wilayah Asia Pasifik mengalami pertumbuhan 6% diikuti dengan Eropa sebesar 5% dan Asia Tenggara mengalami pertumbuhan pariwisata tertinggi yaitu sebesar 10%, dengan kontribusi Indonesia yang meningkat delapan persen selama lima tahun terakhir. (www.beritaempat.com diakses pada tanggal 25 Juni 2014, 20:15). Menurut riset yang dilakukan oleh The World Travel & Tourism Council (WTTC), pertumbuhan pariwisata berkontribusi sebesar 8,4% bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan tingkat pertumbuhan pariwisata paling tinggi diantara negara G20. WTTC memperkirakan tahun 2014 Indonesia berpeluang mencapai pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 14,2% dan wisatawan nusantara (wisnus) sebesar 6,3% (web.parekraf diakses pada tanggal 25 Juni 2014: 21.00). Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengungkapkan perkembangan positif terhadap pertumbuhan pariwisata Indonesia disebabkan adanya Wini Suciani,2014 PENGARUH DESTINATION IMAGE KOTA BANDUNG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA TERHADAP POST VISIT BEHAVIOR WISATAWAN Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 peningkatan aksesibilitas dan kualitas sumber daya manusia dan juga persepsi yang makin baik terhadap Indonesia. Hal ini ditunjukan dari jumlah kunjungan wisman yang meningkat tiap tahunnya. Jumlah kunjungan wisman yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan wisatawan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 10,74%, naik sebesar 9,31% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemudian pada tahun selanjutnya pertumbuhan wisatawan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 pertumbuhan wisatawan mengalami kenaikan kembali sebesar 9,42% naik sebesar 4,26% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisman terus mengalami kenaikan yang signifikan tiap tahunnya, pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,802,100 orang dengan penerimaan devisa sebesar 10,100 juta USD. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia mampu menarik wisman untuk berkunjung ke Indonesia sehingga dapat membantu meningkatkan devisa negara. Secara lengkap data tentang perkembangan wisman yang berkunjung ke Indonesia disajikan pada Tabel. 1.1 berikut. Tahun TABEL 1.1 PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BERKUNJUNG KE INDONESIA TAHUN 2009-2013 Jumlah Wisatawan Mancanegara Pertumbuhan (%) Rata-rata Lama Tinggal (Hari) Rata-rata Pengeluaran Per Org (USD) Per Hari Per Kunjungan Penerimaan Devisa Jumlah (Jutaan USD) Pertumbuhan (%) 2009 6,323,730 1.43 7.69 129.57 995.93 6,297.99-14.29 2010 7,002,944 10.74 8.04 135.01 1,085.75 7,603.45 20.73 2011 7,649,731 9.24 7.84 142.69 1,118.26 8,554.39 12.51 2012 8,044,500 5.16 7.70 14.,22 1,133.81 9,100 5.81 2013 8,802,100 9.42 7.65 149.31 1,142.24 10,100 10.99 Sumber : Pusdatin Kemenparekraf & BPS Selain jumlah kunjungan wisman yang datang ke Indonesia jumlah kunjungan wisnus juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan Tabel 1.2 perkembangan perjalanan wisnus pada tahun 2008-2013 mengalami

3 peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Jumlah perjalanan wisnus pada tahun 2013 mencapai 248 juta perjalanan dengan rata-rata pengeluaran perjalanan sebesar Rp. 711.000 per orang meningkat sebesar 1,1% dari tahun 2012 yaitu sebesar 245 juta perjalanan dengan rata-rata pengeluaran perjalanan sebesar Rp. 700.00 per orang. Total pengeluaran wisnus pada tahun 2013 mencapai Rp. 176,32 Triliun dan diperkirakan akan meningkat terus secara signifikan setiap tahunnya. Berikut ini adalah data perkembangan wisnus tahun 2008-2013 yang secara lengkap disajikan dalam Tabel 1.2. TABEL 1.2 PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 TAHUN PERJALANAN (RIBUAN) PERGELUARAN PER PERJALANANAN (RIBU RP) TOTAL PENGELUARAN (TRILIUN RP) 2008 225,041 547,33 123,17 2009 229,731 600,30 137,91 2010 234,377 641,76 150,41 2011 236,752 679,58 160,89 2012 245,290 700,00 171,70 2013 248,000 711,00 176,32 Sumber : Modifikasi Pusdatin Kemenparekraf & BPS Survey Indonesia Tourism Award 2011 terhadap 1.350 wisnus dan 150 wisman menghasilkan kota tujuan favorit yang dikunjungi wisatawan yaitu Raja Ampat, Denpasar dan Bandung (www. nururbintari.wordpress.com diakses melalui internet pada tanggal 12 Mei 2014, 20.35). Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat yang memiliki lingkungan alam yang indah, dengan berbagai keragaman kreatifitas masyarakat, menawarkan berbagai daya tarik wisata belanja, kuliner, atraksi wisata dan udara yang sejuk sehingga wisnus maupun wisman mau berkunjung ke Kota Bandung. Selain itu Kota Bandung dikenal dengan beragam keunikan, sejarah dan gaya hidup masyarakat, karena itu Kota Bandung mendapatkan banyak julukan atau citra yang mebuat kota ini semakin mudah dikenali. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, sejak tahun 2012 sampai dengan 2013 jumlah kunjungan wisnus

4 meningkat sebesar 5,5%, ini terbukti dari Laporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung disajikan dalam Tabel 1.3 sebagai berikut. TABEL 1.3 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN YANG DATANG KE KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2013 2008 2009 2010 2011 2012 2013 WISMAN 175.111 185.076 228.449 225.585 176. 855 176.432 WISNUS 4.320.134 4.822.532 4.951.439 6.487.239 5.080.584 5.388.292 JUMLAH 4.495.245 5.007.608 5.179.888 6.712.824 5.257.439 5.564.724 Sumber : Modifikasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2013 Berdasarkan Tabel 1.3 kunjungan wisatawan ke Kota Bandung mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Peningkatan terbesar jumlah kunjungan wisatawan terjadi pada tahun 2011 yaitu naik sebesar 22,8%. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan meningkat sebesar 5,5%. Dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan walaupun terjadi peningkatan pada tahun 2013, namun secara persentase mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya jumlah wisatawan di Kota Bandung didukung dengan peningkatan jumlah sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata seperti akomodasi, pusat perbelanjaan dan restoran. Tetapi, pertumbuhan berbagai sarana dan prasana tersebut tidak diimbangi oleh perkembangan dan penyediaan sarana prasarana lainnya seperti infrastruktur jalan yang baik, penambahan kapasitas jalan serta penyediaan fasilitas parkir yang memadai sehingga menyebabkan berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang ditimbul adalah kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata yang dapat terjadi karena penumpukan kendaraan di jalan akibat dari sulitnya mencari tempat parkir serta kondisi jalan yang buruk. Masalah kemacetan di Kota Bandung menimbulkan berbagai keluhan terutama dari wisnus, menurut Fiki Chikara Satari (Chairman Kreative Independent Clothing Kommunity : KICK) salah satu pelaku bisnis di Kota Bandung dalam situs merdeka.com, banyak mendengar keluhan dari pelanggannya mengenai kondisi Kota Bandung yang semakin macet. Persoalan tersebut akibat dari infrastruktur yang tidak memadai, kondisi jalan yang berlubang, dan banjir karena

5 sistem drainase yang buruk. Selain itu, dalam situs pikiranrakyat.com menjelaskan bahwa wisatawan mengeluh dan merasa tidak nyaman dengan banyaknya anak jalanan, gelandangan dan pengemis yang menyebabkan kemacetan dipusat-pusat keramaian di Kota Bandung. Hal ini menunjukan bahwa adanya kejenuhan pada wisatawan dikarenakan aksesibilitas dari satu tempat wisata ke tempat yang lain membutuhkan waktu yang cukup lama akibat kemacetan, serta adanya rasa tidak nyaman dan tidak aman dikarenakan banyaknya gelandangan dan pengemis dipusat keramaian. Berdasarkan analisis pada Tourism Life Cycle, keluhan yang disampaikan oleh wisatawan mengenai kemacetan di Kota Bandung dapat menyebabkan berbagai permasalahan. Salah satu diantaranya yaitu berkurangnya tingkat kunjungan wisatawan. (www.fakta-indonesia.com diakses pada tanggal 25 Juni 2014: 21.35). Selain itu, menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Heri M. Djauhari dalam situs pikiran-rakyat.com, menyatakan adanya kejenuhan dari wisatawan untuk datang ke Kota Bandung sejak tahun 2012. Kejenuhan tersebut terlihat dari berkurangnya waktu atau lama mereka tinggal di Kota Bandung. Penyebab utamanya yaitu kondisi infrastruktur Kota Bandung seperti kemacetan dan kualitas jalan. Hal tersebut dapat terlihat dari jumlah kunjungan wisata ke Kota Bandung walaupun peningkatan terus terjadi namun tetap jumlah kunjungan di tahun sebelumnya lebih besar. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak tercapainya Target kunjungan wisatawan yang telah ditentukan pemerintah, tahun 2013 pemerintah menetapkan target naik 15% dari tahun sebelumnya dan target tersebut tidak tercapai. Fenomena tersebut mengindikasikan adanya ketidakpuasan dari wisatawan setelah berkunjung sehingga akan mempengaruhi perilaku wisatawan dimasa yang akan untuk tidak berkunjung kembali ke Kota Bandung. Sesuai dengan pernyataan Ye Li (2013 :270) yang menjelaskan bahwa Perilaku pasca berkunjung dapat dianalisis melalui tourism satisfaction dan Loyalty. Tourism Satisfaction dapat dievaluasi melalui faktor-faktor atribut pariwisata dan Tourism Loyalty dapat dibentuk melalui keinginan untuk berkunjung kembali dan keinginan untuk merekomendasikan.

6 Jika dilihat dari fenomena diatas perilaku pasca berkunjung wisatawan di Kota Bandung menunjukan perilaku yang kurang baik. Hal tersebut menunjukan adanya ketidakpuasan wisatawan setelah berkunjung ke Kota bandung yang ditandai dengan keluhan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Selain itu, berkurangnya lama atau waktu berkunjung wisatawan menunjukan adanya ketidaknyamanan wisatawan selama berkunjung, hal ini dapat berdampak pada perilaku wisata di masa yang akan datang untuk tidak berkunjung kembali dan tidak merekomendasikan kepada teman maupun kerabat. Permasalahan ini harus segera diatasi mengingat perilaku pasca berkunjung wisatawan dapat mempengaruhi keputusan berkunjung kembali dimasa yang akan datang. Apabila perilaku pasca berkunjung wisatawan menunjukan perilaku negatif seperti ketidapuasan, hal ini akan berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan di Kota Bandung. Untuk itu dalam hal ini pihak-pihak yang terkait baik pemerintah maupun industri agar dapat saling bekerjasama dalam menyelesaikan masalah kemacetan dengan memperbaiki infrastruktur di Kota Bandung, mengingat masalah kemacetan dapat berdampak pada ketidaknyamanan sehingga dapat timbul ketidapuasan dari wisatawan. Jika tidak ada perubahan, wisatawan bisa saja enggan untuk berkunjung kembali atau bahkan membatalkan kunjungannya ke Kota Bandung. Seperti yang terjadi pada Kota Cilegon, Ketua PHRI Kota Cilegon menjelaskan bahwa infrastruktur jalan yang rusak di jalur wisata berdampak besar terhadap turunnya kunjungan wisatawan dan selalu menjadi keluhan para wisatawan yang datang. Selain itu dikarenakan kondisi tersebut banyak calon wisatawan membatalkan rencana kunjungannya (www.dprd-bantenprov.go.id diakses pada tanggal 7 Juli 2014, 22.5). Tidak ingin hal yang sama terjadi pada pariwisata di Kota Bandung, Pemerintah dan Disbudpar Kota Bandung membuat berbagai program untuk mengurai berbagai masalah salah satunya yaitu dengan Bis Pariwisata yang bernama Bandros. Dengan adanya bis pariwisata ini bertujuan agar wisatawan mau meninggalkan kendaraan pribadinya di Hotel dan berkeliling di Kota Bandung dengan menggunakan Bis Pariwisata sehingga kemacetan di Kota Bandung dapat berkurang, selain itu wisatawan dengan menggunakan bis

7 pariwisata ini wisatawan dapat merasaan pengalaman lain yang lebih baik dan tidak bisa dilupakan oleh wisatawan. Selain itu Disbudpar Kota Bandung juga mengadakan 200 festival yang akan digelar sepanjang 2014 sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan. Selain itu pemerintah melakukan gerakan pungut sampah dan mentertibkan pedagang kaki lima untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Perilaku pasca berkunjung wisatawan dapat dipengaruhi beberapa faktor, menurut Gallarza dan Saura (2006) dalam Jangkingthong dan Gonejanart (2012) faktor utama yang mengendalikan post purchase behavior yaitu satisfaction, perceived quality, tourist expectation dan destination image. Faktor utama yang diidentifikasi berhubungan dan dapat mempengaruhi perilaku wisatawan adalah Destination Image. Image yang positif yang didapat dari suatu destinasi maka akan berdampak pada niat wisatawan untuk mengunjungi kembali dan merekomendasikan destinasi tersebut. Destination image juga mempengaruhi kepuasan secara positif. Bigne et al (dalam dalam Darmastuti dan Triatmodjo, 2009) mengatakan bahwa kepuasan memiliki hubungan yang positif terhadap intention to recommend, lebih jauh lagi kepuasan mampu mengestimasi perilaku masa depan wisatawan. Menurut pengamatan, Kota Bandung memang identik dengan romance dan fashion, jadi tidak salah jika citra Paris Van Java melekat dengan Kota Bandung. Citra ini didukung oleh banyak tempat atau daya tarik wisata perbelanjaan di Kota Bandung. Selain itu, Kota Bandung dijuluki juga dengan Kota Kembang. Citra ini mengisyaratkan banyak arti, selain dari sejarahnya yang memang dahulu di Kota Bandung terdapat banyak taman dan pohon, julukan ini juga diartikan berbeda oleh beberapa jenis pribadi, seperti citra Kota Kembang saat ini lebih identic dengan wanita-wanita cantik. Citra lain untuk Kota Bandung yaitu Kota Wisata Kuliner, hal ini dikarenkan disetiap sudut Kota Bandung dapat ditemukan berbagai jenis kuliner menarik, enak dank has, mulai dari tradisional sampai modern. Citra kota lainnya yaitu kota kreatif didukung oleh bisnis industri kreatif yang sangat berkembang seperti industri kreatif pakaian anak muda yaitu Distro, Indsutri sepatu, tas dan lainnya.

8 Citra berikutnya yaitu Kota heritage karena terdapat banyaknya tempat dan gedung-gedung bersejarah di Kota Bandung yang menjadi daya tarik wisata. Kota bandung juga dikenal sebagai Kota Pendidikan, oleh karena itu banyak wisatawan yang berkunjung karena program pertukaran pelajar atau rangka penelitian. Berdasarkan citra yang telah dijelaskan, maka hal tersebut lah yang menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan wisata utama di Jawa Barat. Citra-citra tersebut didukung oleh banyaknya daya tarik wisata yang sesuai dengan citranya. Berdasarkan Rencana Strategis Disbudpar Kota Bandung tahun 2009-2013, dalam upaya untuk menciptakan citra Kota Bandung sebagai atraksi wisata dan tujuan wisata yang berdaya saing. Pemerintah melakukan upaya pengembangan dan pengelolaan produk wisata secara terintegritas oleh seluruh stakeholder pariwisata di Kota Bandung. Pengelompokan produk wisata di Kota Bandung didasarkan atas tiga komponen yaitu 3A (Atraksi, Aminitas serta Aksesibilitas). Banki et al, 2014 menyatakan bahwa destination image terdiri dari cognitive image dan affective image. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Disbudpar Kota Bandung, Ibu Kenny Kaniasari Kota Bandung terus melakukan upaya untuk meningkatkan citranya sebagai Kota Tujuan wisata. Dari segi cognitive image, dilakukan upaya perbaikan infrastruktur jalan, kebersihan lingkungan, melakukan joint promotion dengan wilayah lain, menambah sarana transportasi wisata yaitu Bis Bandros di Kota Bandung serta mengadakan berbagai event selama 2014. Dari segi affective image, sarana dan prasana yang ada di Kota Bandung terus diperbaiki demi kenyamanan wisatawan selama berkunjung ke Kota Bandung. Berdasarkan pengamatan peneliti, wisnus yang berkunjung ke Kota Bandung tertarik dengan daya tarik wisata belanja dan kuliner yang beranekaragam di Kota Bandung selain itu keadaan cuaca yang sejuk dan keindahan alam yang ada di Kota Bandung. Menurut Croy (dalam Hendarto 2006) menyebutkan pentingnya citra bagi sebuah daerah tujuan wisata, yaitu menciptakan harapan, dapat digunakan sebagai pemasaran dan segmentasi pasar, merupakan salah satu bentuk dari konsumsi, mempengaruhi pasar yang prospektif, dan berperan dalam kepuasan dan pemilihan daerah tujuan. Destination Image memiliki peranan penting dalam

9 perilaku yaitu (1) untuk mempengaruhi proses pemilihan suatu destinasi dan (2) untuk kondisi perilaku setalah pemilihan termasuk partisipasi (on-site experience), evaluasi (satisfaction), dan future behavioral intention. Dalam kata lain, image suatu destinasi tidak hanya terbatas pada saat pemilihan suatu destinasi tetapi juga mempengaruhi perilaku wisatawan secara keseluruhan (Bigne et al 2001 dalam Chen dan Tsai 2007). Destination Image merupakan alat pemasaran yang paling efektif, karena elemen yang terdapat didalamnya dapat mempengaruhi motivasi wisatawan dan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Elemen dari destination image dapat dilihat dari atribut pariwisatanya, dengan adanya atraksi wisata yang lengkap dan sarana prasaran yang baik dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan. Dengan adanya citra yang baik dari suatu destinasi diharapkan wisatawan akan berkunjung kembali dan merekomendasikan destinasi di Kota Bandung kepada keluarga, teman maupun kerabatnya untuk mendorong melakukan wisata ke Kota Bandung. Dengan adanya citra Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata diharapkan pemerintah dapat mengevaluasi sejauh mana citra tersebut dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas wisatawan untuk merekomendasikan pariwisata dan berkunjung kembali ke Kota Bandung. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Destination Image Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata dan kota budaya serta analisis mengenai post visit behavior wisatawan di Kota Bandung mendorong penulis untuk mengkaji penelitian mengenai Pengaruh Destination Image Kota Bandung sebagai Daerah Tujuan Wisata terhadap Post Visit Behavior Wisatawan survey pada wisatawan nusantara yang berkunjung di Kota Bandung. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Destination Image yang terdiri dari cognitive image dan affective image di Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata 2. Bagaimana Post Visit Behavior wisatawan ke Kota Bandung

10 3. Bagaimana pengaruh Destination Image yang terdiri dari cognitive image dan affective image Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata terhadap Post Visit Behavior wisatawan 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan memperoleh hasil temuan mengenai: 1. Destination Image yang terdiri dari cognitive image dan affective image di Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata 2. Post Visit Behavior wisatawan terhadap Kota Bandung 3. Pengaruh Destination Image yang terdiri dari cognitive image dan affective image Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata terhadap Post Visit Behavior wisatawan 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dilakukan sebagai pengembangan ilmu pemasaran pariwisata dengan mengkaji pemahaman mengenai Destination Image dan Post Visit Behavior dalam pemasaran Kota Bandung sebagai destinasi wisata, sehingga penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis untuk mengembangkan ilmu pariwisata. 2. Kegunaan praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pemerintahan Kota Bandung khususnya bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dalam mengevaluasi image Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi strategi yang sebaiknya perlu diprioritaskan, ditambahkan ataupun diganti untuk menarik minat wisatawan. Sehingga image Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kembali ke Kota Bandung,

11 serta dengan adanya image tersebut diharapkan wisatawan dapat menceritakan hal positif mengenai pariwisata di Kota Bandung sehingga dapat mendorong wisatawan lain untuk berkunjung ke Kota Bandung.