33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau (Gambar 4). Luas total kawasan adalah 94,5 Ha dengan batasan fisik Sungai Kampar Kanan, hutan campuran, perkebunan penduduk dan rawa. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
34 Waktu Penelitian Penelitian mengenai Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus sebagai Objek Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan dilakukan selama 10 bulan mulai (April 2010 Januari 2011), melalui 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu persiapan, studi literatur, survei lapangan, pengolahan data dan proses perencanaan lanskap. Batasan Studi Penelitian dilakukan sampai batas tahap perencanan untuk mendukung pelestarian kawasan. Penelitian mencakup perencanaan tata ruang (zonasi), sistem sirkulasi, jalur interpretasi wisata, fasilitas pendukung wisata, serta program wisata sejarah yang terkait objek dan atraksi. Keseluruhannya akan diintegrasikan dalam rencana lanskap wisata budaya. Produk dari penelitian ini adalah gambar arsitektur lanskap dalam bentuk Rencana Lanskap dan gambar-gambar penunjang lainnya serta program pendukung pengembangan wisata. Metode dan Tahapan Penelitian Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui dua cara yaitu studi pustaka dan studi lapang. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang terkait dengan tapak/situs arkeologis dan kesejarahannya. Melalui studi pustaka ditentukan kriteria yang akan digunakan untuk menentukan batas kawasan dan kepentingan atau makna dari situs, daerah tujuan wisata, konsep pengembangan, arahan dan strategi pengembangannya. Studi lapangan merupakan tahap kegiatan yang sangat penting, yaitu pengumpulan dan pemahaman data primer yang meliputi ber-bagai bidang terkait, pengambilan gambar/foto, serta melakukan wawancara. Dari berbagai data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis sesuai dengan kebutuhan dan tujuan studi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelusuran sejarah terkait kompleks Candi Muara Takus secara deskriptif kuantitatif, spasial maupun tabular terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pelestarian dan pengembangan kawasan sebagai wisata budaya. Pendekatan yang digunakan
35 dalam perencanaan lanskap kawasan candi adalah pendekatan ketersediaan sumberdaya objek dan atraksi wisata budaya yang dikemukan oleh Gunn (1994). Tahap perencanaan meliputi beberapa kegiatan diantaranya persiapan, pengumpulan data dan informasi secara primer maupun sekunder, analisis tapak, sintesis, penyusunan konsep, dan perencanaan lanskap. Tahap proses studi dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Tahapan Penelitian Tahap Persiapan Tahap ini meliputi perumusan masalah, penetapan tujuan studi, penyusunan usulan studi, dan perizinan studi. Tahap tersebut merupakan langkah
36 awal untuk melakukan perencanaan lanskap kawasan Candi Muara Takus sebagai kawasan wisata sejarah. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi penelitian. Pengumpulan informasi awal ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan usulan penelitian. Tahap Pengumpulan data dan Informasi Merupakan tahap pengumpulan kelompok data yang terkait dengan objek penelitian. Data untuk rencana pelestarian dan pengembangan kawasan Candi Muara Takus terdiri dari data aspek kesejarahan, data aspek religi dan data pengembangan wisata sejarah. Berkaitan dengan aspek kesejarahan kawasan maka dikumpulkan data alur kesejarahan dan signifikansi situs, data arsitektural Candi Muara Takus serta data makna keunikan dan kekhususan situs. Data aspek religi terdiri dari filosofi agama Budhis terkait situs candi serta data lokasi pelaksanaan ritual oleh komunitas Budhis. Sementara data aspek wisata berkaitan dengan potensi lanskap kawasan, objek dan atraksi serta aktivitas wisata yang dapat dilakukan dalam kawasan pelestarian, fasilitas pendukung wisata serta kebijakan terkait pengembangn situs sebagai kawasan wisata sejarah. Selain itu, untuk mendukung kegiatan pengembangan wisata dilakukan inventarisasi data sosial dan budaya masyarakat untuk mengetahui persepsi mereka terhadap rencana pengembangan tapak. Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan data sekunder (Tabel 2.) Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan potensi, kendala yang terdapat pada lokasi penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei lapang, studi pustaka dan wawancara. Wawancara (Lampiran) dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan responden secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah pengguna lahan (stakeholders). Responden yang dipilih adalah responden yang terlibat langsung dan dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait Situs Candi Muara Takus. Responden terdiri dari komunitas Budhis, masyarakat setempat, tokoh masyarakat, dan dinas-dinas terkait untuk memperoleh informasi terkait dengan sejarah kawasan, kondisi lanskap, orientasi kawasan, elemen lanskap sejarah, pengelolaan, pengembangan serta kebijakan yang terkait dengan Kawasan Candi
37 Muara Takus. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap pengunjung untuk mengetahui keinginan dan harapan dalam pengembangan kawasan sebagai objek wisata budaya. Tabel 2. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data No. Kelompok Data 1 Aspek Kesejarahan Kawasan 2 Aspek Religi pada Kawasan 3 Aspek Kepariwisataan 4 Aspek Sosial dan Budaya Jenis Bentuk Sumber Cara Pengambilan Wawancara Dinas Purbakala Kesejarahan dan signifikansi situs candi Arsitektural situs Candi Muara Takus Kekhususan dan keunikan situs candi Filosofi religi Budhis Lokasi ritual pada situs Potensi lanskap kawasan Objek dan atraksi wisata (material dan non-material) Aksesibilitas dan sirkulasi Penerimaan penduduk Keinginan penduduk Tapak dan Tapak dan Komunitas Budhis Tapak dan Bappeda Tapak dan Wawancara Tapak Bappeda Tapak Wawancara (purposive sampling) Tapak Wawancara (purposive sampling) Tahap Analisis Data Kegiatan analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif, tabular dan analisis spasial. Tahap analisis dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar data yang diperoleh serta untuk menentukan potensi dan kendala yang terdapat pada lokasi penelitian. Aspek yang diutamakan dalam analisis penelitaan ini adalah aspek wisata sebagai upaya untuk pelestarian Candi Muara Takus. Hasil analisis kemudian digunakan sebagai dasar tahap lanjutan yaitu sintesis.
38 Analisis aspek kesejarahan meliputi penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam melakukan tindakan pelestarian lanskap sejarah. Faktorfaktor tersebut meliputi : 1. Penelusuran bentuk dan fungsi arsitektural situs. Meliputi pendataan jumlah dan tipe objek yang merupakan bagian utama (major features) dari suatu periode sejarah (Tabel 3). Korelasi antar objek sejarah akan menentukan tindakan teknis pelestarian yang akan dilakukan serta untuk menggambarkan integritas historik dari sumberdaya sejarah budaya yang akan terus bertahan. Tabel 3. Penggolongan Fitur Arsitektur Candi Muara Takus Objek Sejarah Tipe/Gaya Usia Lokasi Bangunan Utama Bangunan Pendukung Batas Ornamen Sumber : Harris dan Dines, 1988 2. Penelusuran Kesejarahan dan Signifikansi Situs. Melalui evaluasi makna kekhususan dan keunikan lanskapnya. Evaluasi makna kekhususan sejarah (Tabel 3) dan evaluasi tingkat keunikan lanskapnya (Tabel 5) berperan dalam menentukan tindakan pelestarian pada suatu lanskap sejarah budaya. Table 4. Evaluasi Makna Kekhususan Sejarah dari Suatu Lanskap Tipikal Tinggi Sedang Rendah Tata guna lahan Persepsi terhadap topografi Hubungan spasial Pola sirkulasi Tipe struktur Penempatan struktur Kualitas estetik Sumber : Harris dan Dines, 1988 Keterangan Tinggi Sedang Rendah : Memikili karakter yang berbeda dengan lanskap lainnya dan terkait dengan nilai atau norma dalam ajaran tertentu : Memikili karakter yang berbeda dan hanya ada ditempat tersebut : Memiliki kesamaan karakter dengan beberapa tempat lainnya
39 Tabel 5. Evaluasi Makna Keunikan dari Suatu Lanskap Keunikan Tinggi Sedang Rendah Kualitas estetik Inovasi teknologi Asosiasi kesejarahan Integritas Sumber : Harris dan Dines, 1988 3. Evaluasi kondisi peninggalan situs Candi Muara Takus Meliputi kondisi fisik struktur dan kondisi lanskap kawasan (Tabel 6). Analisis kondisi tersebut akan menentukan tindakan pelestarian yang dilakukan serta program-program pelestarian yang akan diajukan guna meningkatkan kualitas lanskap pada kawasan tersebut. Tabel 6. Evaluasi Kondisi Arsitektur Candi Muara Takus Objek Sejarah Bangunan Utama Bangunan Pendukung Batas Ornamen Sumber : Harris dan Dines, 1988 Keterangan Baik Kondisi Baik Sedang Rusak : Struktur bangunan baik dan lanskap kawasan tidak mengalami perubahan. Sedang : Sebagian struktur bangunan hilang atau dipindah tempatnya tetapi bentuk Rusak asli banguanan belum berubah. : Struktur bangunan mengalami degradasi fisik dan lanskap kawasan telah berubah dari kondisi aslinya. Analisis aspek religi kawasan meliputi menelusuran filosofi agama Budha yang berkaitan dengan tata ruang lanskap pada situs Candi Muara Takus. Selain itu, juga dilakukan pendataan kegiatan ritual yang biasa dilakukan komunitas Budhi pada Candi Muara Takus serta lokasi pelaksanaannya. Hasil pemetaan tersebut akan membentuk zona religi situs yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan ruang wisata pada kawasan. Aspek kepariwisataan terdiri dari analisis data potensi lanskap kawasan, objek dan atraksi yang ada dalam kawasan, aksesibilitas tapak serta fasilitas
40 pendukung. Kegiatan analisis meliputi analisis deskriptif dan spasial. Analisis ini bertujuan untuk menentukan ruang wisata dalam kawasan. Analisis sosial budaya dilakukan terhadap data sosial hasil wawancara dengan pihak pengelola, masyarakat serta pengunjung situs Candi Muara Takus serta terhadap arak kebijakan pemerintah setempat terkait pengembangan dan pembangunan kompleks candi sebagai kawasan wisata. Hasilnya disampaikan secara deskriptif dan tabular untuk menjelaskan kondisi sosial budaya dan kebijakan pemerintah yang ada di Kecamatan XIII Koto Kampar serta bagaimana persepsi mereka terhadap tapak dan pengembangannya sebagai wisata sejarah. Tahap Sintesis Data dan informasi disintesis dengan dua metode yaitu deskriptif tabular dan overlay spasial. Pada tahap ini dihasilkan alternatif pengembangan dan pemecahan masalah. Hasil dari tahap sintesis akan disajikan berupa pembagian dan rencana pengembangan ruang meliputi zona arkeologis, zona religi dan zona wisata. Gabungan dari ketiga zona tersebut akan menghasilkan zona pemanfaatan atau blockplan pelestarian dan pengembangan tapak sebagai kawasan wisata sejarah. Tahap Konsep Tahap konsep merupakan dasar sebelum tahap perencanaan. Pada tahapan ini dibuat konsep perencanaan kawasan yang akan diterjemahkan dalam bentuk pengembangan ruang wisata dan jalur sirkulasi wisata sehingga dapat memenuhi tujuan pengembangan lanskap kawasan. Tahap Perencanaan Lanskap Berdasarkan konsep perencanaan kawasan yang merupakan hasil integrasi antara data yang telah dianalisis maka konsep dan pengembangannya tersebut diterjemahkan dalam bentuk rencana tata ruang wisata budaya, rencana jalur wisata, dan rencana lanskap kawasan wisata budaya. Produk perencanaan lanskap ini akan menggambarkan pengembangan tapak sebagai suatu lanskap kawasan wisata budaya.