BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

BAB V PENUTUP. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. TAHAPAN UU No 5 Tahun 1974 UU No 22 Tahun 1999 UU No 32 Tahun 2004 Tahapan Pencalonan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait adalah pengisian jabatan kepala daerah. Dalam Pasal 18 ayat (4) UUD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

III. METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam kerangka penulisan ini adalah :

KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kesatuan dengan sistem Pemerintahan

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB III METODE PENELITIAN. gejala yuridis yang ada dan fakta empiris yang terjadi. 1. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LAPORAN HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

dalam penulisan ini khususnya properti.

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

Transkripsi:

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan beradadi tangan rakyat 1. Demokrasi didefinisikan sebagai suatu sistem pemerintahan dengan mengikut sertakan rakyat sehingga setiap warga negara mempunyai suara dalam pelaksanaan kekuasaan dan ikut ambil bagian secara nyata. Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 menyatakan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis. Melalui pemilihan Kepala Daerah tersebutlah diharapkan demokrasi dapat tersebar kedaerah bukan hanya dipusat saja 2, demokrasi yang hanya matang pada bagian wilayah dan pada bagian unsur masyarakat dalam suatu negara bisa dikatakan sebagaimana demokrasi yang masih jauh dari tahap kematangan. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, 1 Moh.MahfudMD, Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia, (Jakarta, PT. RinekaCipta), hlm.19 2 Saldi Isra dkk, Pemilihan Umum Serentak, (Jakarta, PT.Rajawali Press, 2014), hlm. 495. 1

Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang selanjutnya Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten atau kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis. Pemilihan Umum Kepala Daerah merupakan sarana untuk memfasilitasi proses perebutan mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Dalam pemilihan ini, rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memilih pemimpin yang akan menentukan nasibnya untuk lima tahun ke depan. Pemilihan umum adalah salah satu syarat terselenggaranya pemerintahan yang demokratis 3 dan merupakan langkah awal penguatan peran serta masyarakat yang harus berkesinambungan sampai terjadinya pergantian pemerintahan. Dengan demikian peran masyarakat akan senantiasa mewarnai realisasi program pemerintahan daerah dan sebaliknya pemerintahan daerah akan mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Pemilihan Kepala Daerah bertujuan untuk membuka ruang partisipasi politik rakyat untuk mewujudkan kedaulatan dalam menentukan pemimpin di daerah. Diharapkan Kepala Daerah yang terpilih dapat dipercaya, memiliki kemampuan, kepribadian, dan moral yang baik. Pemilihan Umum Kepala Daerah agar terpilihnya orang-orang yang berkenan di hati rakyat, dikenal dan mengenal daerah, serta memiliki ikatan emosional kuat terhadap rakyat daerah. Selain itu, pemilihan Kepala 3 Saldi Isra dkk, Pemilihan Umum Serentak,(Jakarta, PT.Rajawali Press, 2014), hlm. 511. 2

Daerah juga dapat menjadi semacam ajang atau arena pelatihan pemimipin dalam rangka menyediakan stok pemimpin untuk tingkatan yang lebih tinggi 4. Gagasan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah serentak dilatarbelakangi oleh berbagai keinginan untuk mewujudkan sebuah sistem pemilihan Kepala Daerah yang lebih demokratis dan sensitif terhadap aspirasi rakyat di tingkat daerah. Daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu, yang berhak, berwewenang, dan berkewajiban mengatur dan menggurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku 5. Daerah dipandang menjadi entitas yang memiliki kapasitas serta pengetahuan yang paling lengkap dalam memahami dan mengatasi persoalan atau kebutuhan yang muncul di tingkat lokal 6. Daerah memiliki otonomi untuk mengurus kepentingannya, termasuk dalam pemilihan Kepala Daerah. Namun Kepala Daerah merupakan perangkat pemerintahan pusat di daerah maka Kepala Daerah terpilih dapat diterima oleh pusat 7. Kepala Daerah yang berasal dari daerahnya sendiri akan lebih jauh memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat daerah dibandingkan masyarakat pusat, karena otonomi daerah diharapkan mampu menggugah sensitivitas pemerintahan daerah terhadap hak-hak rakyatnya. Dalam konteks demokrasi didaerah, untuk mengselerasi cita-cita otonomi 4 Suharizal, Pemilukada: Regulasi, Dinamikadan Konsep Mendatang, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,2011), hlm. 41. 5 KansilC.S.T, Sistem Pemerintahan Daerah,(Jakarta, PT. Bumi Aksara, 1976), hlm. 361. 6 Ibid, hlm. 44. 7 Carlton Clymer Rodee dkk, penerjemah Zulkifly hamid, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009), hlm. 493. 3

daerah yang diharapkan selama ini diperlukan pemimpin politik (Gubernur, Bupati, dan Walikota) di daerah yang mampu mengendalikan birokrasi pemerintahan daerah dalam memajukan kemakmuran rakyat daerah. Inti dari pelaksanaan demokrasi lokal adalah konsep pemerintahan yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan karakter khusus di tingkat lokal, serta menyelenggarakan administrasi dan pelayanan pemerintahan sedekat mungkin dengan masyarakat di tingkat daerah. Dengan demikian diharapkan, fungsi-fungsi pemerintah dapat diselenggarakan dengan lebih efektif dan efisien sebab jalur pemerintahan maupun birokrasi yang semula sangat panjang karena harus dilakukan berdasarkan kebijakan pemerintah pusat dapat disederhanakan dan dilaksanakan langsung oleh daerah 8. Prinsip lain yang penting dalam penguatan demokrasi di tingkat lokal adalah penduduk didaerah yang lebih memiliki kesempatan, hak, dan tanggung jawab yang lebih besar untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan publik yang berkaitan dengan isu-isu yang mengaruhi kehidupan mereka secara serentak. Konsep demokrasi yang partisipatif, termasuk dalam pemilihan serentak Kepala Daerah, dibutuhkan peran dan fungsi masyarakat yang aktif untuk mengontrol kinerja Kepala Daerah 9. Adanya tipe demokrasi modern terhadap peraturan kekuasaan: 8 Suharizal, Pemilukada:Regulasi, Dinamika dan Konsep Mendatang, (Jakarta, PT. Raja Rrafindo Presada, 2011), hlm. 44. 9 Ibid., hlm. 140. 4

1. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang presentatif dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, atau sistem presidensiil. 2. Demokrasi, atau pemerintahan atau perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan, tetapi di antara badan-badan yang di serahi kekuasaan itu, terutama anatara badan legislatif dengan badan eksekutif, ada hubungan yang bersifat timbal-balik, dapat saling mempengaruhi, atau sistem parlementer. 3. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan, dan dengan kontrol secara serentak dari rakyat, yang disebut sistem referendum, atau sistem badan kerja 10. Kekuatan Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak terletak pada pembentukan dan implikasi legitimasinya. Kepala Daerah membutuhkan legitimasi tersendiri sehingga harus dipilih sendiri oleh rakyat 11.. Tetapi ada konsekuensi Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak yakni, Kepala Daerah yang terpilih seharusnya bertanggung jawab ke masyarakat. Kepala Daerah sebagai Kepala Pemerintahan Daerah mempunyai hak dan kewenangan bila berhadapan dengan pemerintah pusat dan sebaliknya Kepala Daerah memiliki kewajiban dan tanggung jawab bila berhadapan dengan masyarakat lokal dan dituntut mengoptimalkan fungsi pemerintahan daerah yakni melindungi, layanan publik dan pemerintahan 12. 10 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta:Liberty, 2005), hlm.. 243. 11 Suharizal, Pemilukada:Regulasi, Dinamika dan Konsep Mendatang, (Jakarta, PT. Raja Grafindo persada, 2011), hlm.132. 12 Ibid., hlm. 140. 5

Pemilihan umum Kepala Daerah serentak dapat meminimalkan anggaran dana karena dana yang seharusnya digunakan dua kali (membiayai pemilihan Kepala Daerah Bupati, dan walikota dan membiayai Pemilihan Kepala Daerah Gubernur) dapat dilakukan dalam satu pemilihan saja 13. Pemilihan umum serentak ini juga mempermudah Komisi Pemilihan Umum dalam menanggani penyelenggaraan pemilihan umum. Adanya jumlah calon yang sedikit juga membuat pemilih menjadi lebih rasional memilih calon yang dipilihnya. Pemilihan umum yang dilakukan secara serentak juga dapat mengakibatkan kerusuhan oleh pendukung calon Kepala Daerah yang tidak sepaham dan jika kekuatan aparat keamanan tidak memadai akan berpotensi kekerasan. Tidak adanya sinkronisasi kebijakan yang terjadi antara Gubernur, Bupati, dan Walikota karena dipilih secara bersamaan dan tidak berasal dari koalisi partai politik yang sama 14. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu penyebabkan banyaknya Kepala Daerah yang tersangkut pelanggaran hukum. Peran dan fungsi masyarakat dalam mengontrol kinerja Kepala Daerah inilah yang menjadi bagian dari demokrasi sesungguhnya. Sebuah negara hukum yang bertumpu pada Konstitusi tidak terlepas dari kedaulatan rakyat yang dijalankan secara demokrasi. Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum tanpa demokrasi akan 13 Saldi Isra dkk, Pemilihan Umum Serentak, (Jakarta, PT. Rajawali Press, 2014), hlm. 533. 14 Ibid., hlm. 535. 6

kehilangan makna 15. Demokrasi yang berlangsung sejak tahun 1998 di Indonesia telah menghasilkan kebijakkan desentralisasi, otonomi daerah 2001 dan Pemilihan Umum Kepala Daerah secara serentak sejak 2005. Dalam negara demokrasi seluruh konflik dan persoalan yang muncul dalam negara harus sebisa mungkin diselesaikan dengan cara-cara yang damai sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, sehingga dapat diketahui apakah penyelenggaraan pemilihan umum tersebut demokratis tidaknya dari bagaimana prosedur dan mekanisme atas penyelesaian seluruh sengketa yang terjadi dalam pemilihan umum Kepala Daerah tersebut. Sengketa pemilihan umum Kepala Daerah terbagi dua, yakni sengketa dalam proses pemilihan umum yang merupakan wewenang panitia pengawas pemilihan umum dan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum yang berkaitan dengan kuantitas diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi 16. Keputusan Mahkamah Konstitusi ini bersifat final dan mengikat, hal ini ditegaskan dalam penjelasan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final yakni Putusan Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang di tempuh. Banyaknya gugatan yang masuk dan sempitnya waktu penyelenggaraan dan sifat keputusan yang final ini lah yang membuat Mahkamah Konstitusi tidak dapat maksimal secara cermat memeriksa kasus sengketa pemilihan umum Kepala Daerah. 15 Saldi Isra dkk, Pemilihan Umum Serentak, (Jakarta, PT. Rajawali Press, 2014), hlm. 510. 16 Ibid., hlm. 825. 7

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SERENTAK TAHUN 2015 DIKAITKAN DENGAN PRINSIP DEMOKRASI TRANSPARANSI B. Perumusan Masalah Untuk lebih terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah penulis kemukakan, penulis memberikan batasan masalah atau identifikasi masalah agar tidak jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan. Mengacu kepada latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 dikaitkan prinsip demokerasi Transparansi? 2. Bagaimanakah implikasi Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 dikaitkan prinsip demokrasi Transparansi? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 dikaitkan prinsip demokrasi Transparansi. 8

2. Untuk mengetahui implikasi Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 dikaitkan prinsip demokerasi Transparasi. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut; 1. Manfaatteoritis, memberikan masukan terhadap ilmu pengetahuan hokum yaitu Hukum Tata Negara, khususnya pada bidang pemilihan umum. 2. Manfaat praktis, untuk menambah pengetahuan penulis serta pengetahuan tentang sistem pemilihan umum di Indonesia, hubungan penyelenggaraan pemilihan umum daerah dengan prinsip demokrasi serta Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak yang ideal di Indonesia. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Masalah Untuk melengkapi bahan atau data kongkret dan jawaban yang objektif, ilmihan serta dapat di pertanggungjawabkan, maka penulisan ini menggunakan pendekatan Yuridis Normatif, yakni pendekatan yang menegakkan pada aspek hukum (Perundang-undangan) literatur serta fakta dan bahan-bahan hukum yang terkait, berkenaan dengan pokok masalah yaitu tentang kajian Yuridis tentang gagasan Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak untuk sistem pemilihan umum di Indonesia. 9

2. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan sifat penelitian diskriptif yaitu data yang berbentuk uraian-uraian kalimat yang berbentuk secara sistematis yang mengambarkan hasil penelitian dan pembahasan. 3. Sumber dan Jenis Data Sumber data penelitian ini adalah : a. Penelitian kepustakaan (library research) yakni penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan tertulis, penelitian ini dilakukan di : 1) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas 2) Perpustakaan pusat Universitas Andalas Padang 3) Buku serta bahan-bahan kuliah yang penulis miliki Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; a. Data Sekunder Data ini diperoleh melalui keputusan (library research), yakni penelitian yang dilakukan atau ditinjau pada peraturan-peraturan tertulis, diantaranya menyangkut dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya 17. 1) Bahan hukum primer 17 Amirudindan, ZainalAsikin, Pengantar Metode Penelitihan Hukum, (Jakarta, PT. Rajawali Perss, 2004), Hlm. 30. 10

Yaitu bahan hukum yang mengikat dan membantu didalam; a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (1) Pasal 22E ayat (5) tentang pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri (2) Pasal 18 ayat (4) menyatakan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat (1) tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam suatu pasangan calon secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon yang akan bersaing dalam Pilkada adalah pasangan yang dicalonkan partai politik atau gabungan partai politik. c) Undang-undang Nomor 2 tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) tentang partai politik d) Undang-Undamg Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum e) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Pemerintahan Peraturan 11

Daerah penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubenur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Data sekunder ini telah diolah yang meliputi. 2) Bahan Hukum Sekunder. Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari literature atau hasil penelitian yang berupa : a) Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. b) Makalah-makalah yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti yang di peroleh dari : 1. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas. 2. Perpustakaan pusat Universitas Andalas Padang. 3. Buku sertabahan-bahan kuliah yang penulis miliki. 3) Bahan Hukum Tersier yaitu ; Adapun bahan hukum tersier yaitu ; a) Kamus-kamus Hukum. b) Ensiklopedia Umum dan Ensklopedia Hukum. c) Kamus Bahasa Indonesia. 4)Teknik pengumpulan data Dalam melakukan penelitian penulis memperoleh keterengan dan data di atas dengan cara ; 12

a) Studi dokumen untuk pengumpulan data sekunder. b) Meneliti sumber bacaan seperti buku-buku hukum, majalah hukum,artikel-artikel, pendapat parasarjana dan bahan-bahan lainnya. c) Artikel-artikel dari Internet. 4. Teknik pengolahan dan Analisis Data 1) Teknik Pengolahan Data. Setelah semua data yang diperoleh baik yaitu data sekunder kemudian dilakukan pengolahan melalui proses : 1) Editing Dimana data yang di peroleh diperiksa atau diteliti untuk menjamin apakah data tersebut sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. 2) Analisis Data Metode yang digunakan menganalisis data pada penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dimana data yang didapatkan dalam penelitian diolah dan disusun untuk menganalisis tinjauan Yuridis Normatif tentang gagasan pemilihan umum. 13