BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. kodrat manusia dalam sosialitasnya, bahwa tak ada satupun manusia yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAGIAN 2 TELAAH KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sunda dan Islam dalam carita pantun Sunda Sri Sadana berlangsung secara

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

Filsafat Manusia. Manusia Sebagai Persona. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

RESPONS - DESEMBER 2009

BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat

PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Psikoanalisa. CG. Jung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FILSAFAT MANUSIA. Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd. Pertemuan 4

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Kritik ekofeminisme..., Ketty Stefani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai berikut. 1. Etika kepedulian secara umum merupakan etika yang lahir dari hati individu yang memiliki tanggung jawab dan rasa empati kepada orang lain. Konsep Etika Kepedulian Carol Gilligan merupakan reaksi atas lahirnya konsep Etika Keadilan Lawrence Kohlberg, yang kedua konsep ini pada umumnya melihat manusia dan perkembangannya moralnya. Etika keadilan dan etika kepedulian menggambarkan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan moral. Carol Gilligan mengkritik konsep Etika Kepedulian Kohlberg karena dinilai telah mengambil responden dalam seluruh penyelidikannya dengan hanya memilih jenis kelamin laki-laki, sehingga Carol Gilligan menyimpulkan penyelidikan Kohlberg menjadi bias gender. Jika Kohlberg menekankan konsep Keadilan yang menurut Carol Gilligan sebagai moralitas laki-laki, maka Carol Gilligan menyimpulkan etika kepedulian sebagai moralitas khas perempuan. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa Carol Gilligan telah membuat pemisahan ranah moralitas pada individu laki-laki dan perempuan sebagai kekhasan masingmasing. Menurut peneliti, moralitas perempuan maupun laki-laki yang telah disimpulkan melalui persepsi yang berbeda tersebut, berpotensi pada

penyimpulan secara berbeda atas pemahaman terhadap cara pandang hakikat manusia. 2. Pemahaman atas kecenderungan moralitas yang berbeda pada perempuan maupun laki-laki merupakan pemahaman yang esensial dalam menyentuh aspek-aspek hakiki manusia. Carol Gilligan memahami perempuan dalam perspektif psikologis dan etis, merupakan bentuk apresiasi terhadap kekuatan perempuan, dan pemahaman Kohlberg (menurut Carol Gilligan cenderung pada moralitas laki-laki) adalah bentuk apresiasi terhadap kekuatan laki-laki. Baik konsep Gilligan maupun Kohlberg sesungguhnya ditemukan pemahaman atas manusia, bahwa individu adalah kesatuan jiwa-raga yang memiliki kekuatan dan kelemahan. Suatu tindakan moral yang menjadi kecenderungan pada perempuan atau laki-laki, merupakan bentuk pribadi yang dipengaruhi oleh faktor psikologi, baik psikologi individu (dipengaruhi kodrat) maupun lingkungan (konstruksi sosial). Gilligan menyatakan bahwa persoalan bukan pada perbedaan esensi antara tubuh/fisik perempuan dan laki-laki, namun perbedaannya justru terletak pada persepsi terhadap realitas dan kebenaran, yang intinya ada pada pengetahuan manusia tentang cara mengetahui, mendengar, melihat, dan berbicara. Gilligan menekankan pada aspek rohani individu, bahwa kejiwaan perempuan nampak berbeda pada aktualisasi diri dibandingkan laki-laki yang diakibatkan oleh pengaruh pola asuh dan kultur yang membentuk diri. Gilligan menitikberatkan pada pentingnya kepedulian dalam komunikasi untuk mendapatkan pengetahuan agar benar-benar dapat membaca realitas dengan sebaik-baiknya. Gilligan menyimpulkan bahwa karena latar belakang

pengalaman perempuan yang sedemikian rupa, menjadikan perempuan memiliki kepedulian yang disebutnya sebagai suara yang lain. Dengan demikian, menurut peneliti, hakikat manusia dalam pandangan Carol Gilligan adalah keselarasan jiwa-badan, keharmonisan antara potensialitas dan aktualitas baik, dan keharmonisan tersebut akan nyata nampak pada cara individu beraktualisasi dalam realitasnya, serta nampak pada keharmonisan relasi antarindividu. Perempuan dan laki-laki akan nampak unik dalam cara mengaktualisasikan diri, bahwa dalam pandangan Carol Gilligan nampak kekhasan perempuan dan lakilaki dalam cara mereka berada dan menghadapi yang lain. Keunikan perempuan dan laki-laki dalam pandangan Gilligan sebenarnya tersembunyi pengakuan atas kelebihan yang satu atas yang lain. Kepedulian dengan demikian menjadi kekuatan dan ketegasan bagi perempuan dalam mengaktualisasikan diri. Karena Gilligan menekankan pentingnya kepedulian dalam cara perempuan berrelasi dan melihat keadilan dalam cara laki-laki berrelasi, maka peneliti menyimpulkan manusia dalam pandangan Carol Gilligan sebagai homo equalis. Konsep Etika Kepedulian Carol Gilligan pada dasarnya merupakan sebuah perjuangan untuk mendapatkan pengakuan eksistensi perempuan sebagai individu yang unik dalam kerangka pemahaman moralitas manusia. Oleh karena itu, Carol Gilligan dapat digolongkan sebagai filsuf yang beraliran Eksistensialisme. 3. Berdasar konsep etika kepedulian Carol Gilligan, peneliti dapat memberi kritik bahwa manusia pada hakikatnya sungguh-sunguh merupakan Homo Equalis, yang adanya senantiasa merupakan hubungan fungsional komplementer yang interdependence, dalam komunikasi yang tidak berkesudahan, sehingga unsur

kepedulian seperti dalam pandangan Gilligan maupun keadilan dalam pandangan Kohlberg adalah dua hal yang sama-sama hadir dalam setiap individu seperti menghadirnya jiwa-raga, seperti dalam konsep Yin yang dan Anima Animus. Kecenderungan moralitas kepedulian atau keadilan sama-sama menghadir bagi setiap individu (jiwa-raga) dan antarindividu dalam berrelasi yang menghasilkan kepribadian yang khas sebagai seorang individu. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan dan budaya, sehingga berpengaruh pada pengalaman masing-masing. Meskipun Gilligan melakukan penyelidikan yang merupakan bentuk kritik terhadap penyelidikan Kohlberg, namun sesungguhnya keduanya berangkat dari persepsi yang sama dalam menjelaskan hakikat manusia berdasar pada realitas pengalaman individu yang banyak dipengaruhi unsur budaya. Dengan demikian pengetahuan atas hakikat manusia nampak hanya pada tataran pencitraan atas perempuan dan laki-laki. Kelebihan Carol Gilligan terletak pada keberaniannya mengungkap karakteristik individu berdasar moralitas gender yang telah banyak terlupakan, namun Gilligan memiliki kelemahan karena pandangannya yang terlalu dikotomis sehingga Gilligan sendiri kesulitan untuk menjelaskan bagaimana keberadaan kepedulian dan keadilan dalam individu. Etika kepedulian dan etika keadilan tidak dapat dipahami secara dikotomis ekstrem begitu, tetapi etika kepedulian menjadi dasar moralitas bagi etika keadilan. Etika kepedulian tidak dapat dilekatkan sebagai milik perempuan, karena dalam setiap individu tentu menginginkan bertindak adil. Oleh karena itu, etika kepedulian tanpa keadilan akan cacat, dan etika keadilan tanpa kepedulian seperti kehilangan roh dan maknanya.

4. Konsep etika kepedulian Carol Gilligan bagaimanapun juga memberi sumbangan bagi pandangan umat manusia utamanya di Indonesia bahwa manusia perlu menyadari keberadaannya di dunia merupakan entitas yang equalis. Setiap individu secara hakiki memiliki unsur peduli dan adil, dan inilah yang merupakan gambaran ideal individu dan hubungan antargender. Perbedaan kecenderungan moralitas seperti yang digambarkan oleh Carol Gilligan maupun Kohlberg adalah suatu akibat dari perbedaan pemahaman terhadap diri dan lingkungan, dan ini merupakan akibat dari culture (maskulin dan feminin) yang mendominasi pembentukan kepribadian seseorang. Moralitas dalam persoalan hakikat manusia dengan demikian merupakan sesuatu yang tidak absolut. Hubungan antargender mengandaikan hubungan yang baik antara tuntutan nurani untuk adil dan peduli, karena keduanya dapat saling mendasari agar adil maupun peduli tidak sekedar suatu sentimentil tetapi sebagai landasan moral bagi setiap individu untuk mengenal diri dan yang lain sebagai pemahaman yang utuh dalam relasi antarhuman. B. Saran Tulisan maupun penelitian yang berkaitan dengan objek material manusia sungguh-sungguh mendapat perhatian banyak orang. Penyelidikan tentang manusia menjadi tidak pernah berhenti, mengingat penelitian tersebut baru akan berhenti jika dunia kehidupan manusia sudah usai. Artinya, sepanjang masih ada kehidupan, manusia akan senantiasa melakukan aktivitas, dan dalam aktivitas itulah selalu ada

cerita tentang manusia yang bisa diselidiki. Pernyataan ini mengafirmasi bahwa manusia benar-benar menyejarah. Ilmu humaniora sebagai pihak yang berkompeten untuk menggeluti kajian bidang-bidang kemanusiaan, menjadi semakin lengkap ketika filsafat mulai bergerak dengan penyelidikannya tentang manusia juga. Filsafat dan ilmu humaniora merupakan suatu kolaborasi yang sangat baik, meskipun menggunakan objek material yang sama di antara mereka, namun memiliki spesifikasi dalam menggunakan perspektif untuk mendapatkan kebenaran yang objektif. Manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial ketika diselidiki melalui berbagai dimensi, akan mendapatkan kebenaran yang komprehensif sebagai upaya yang gestalt. Keindahannya akan nampak dalam kesadaran masing-masing pihak atau bidang untuk mengakui kebenaran-kebenaran pihak atau bidang yang lain, maka secara sederhana dapat diungkapkan bahwa satu bidang saja dalam ilmu humaniora tidak mampu memberi jawab atas persoalan yang berkaitan dengan manusia, secara benar-benar utuh. Keutuhannya justru dapat dicapai apabila kebenaran masing-masing bidang kajian untuk saling memberi secara terbuka dan menerima secara lapang, sehingga mendapatkan kerangka dimensi manusia dengan segala persoalan dan pemecahannya. Penelitian ini hanya menggunakan salah satu bidang kajian yaitu Filsafat Manusia, yang tentu saja tidak dapat menemukan kebenaran objektif sendiri tanpa berpijak pada hasil-hasil penyelidikan dalam perspektif ilmu humaniora yang lain. Kesanggupan menerima dan menggunakan kebenaran dalam bidang telah dilakukan dan nampak pada hasil penelitian yang sudah dilakukan ini.

Penelitian Filsafat Manusia yang mengambil objek material konsep etika kepedulian Carol Gilligan merupakan wujud nyata bahwa filsafat mampu membuat jembatan bagi eksistensi ilmu-ilmu yang lain. Gilligan sebagai seorang feminis sekaligus etikus, pemikirannya dapat digali secara filosoffis antropologis. Tantangan berikutnya adalah bagaimana temuan dalam penelitian ini menjadi suatu kebenaran objektif bagi ilmu humaniora yang lain. Pengujian terhadap kebenaran ini perlu dilakukan dengan mengembalikan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian untuk diuji melalui penyelidikan bagi ilmu-ilmu yang lain, termasuk bagi percabangan filsafat sendiri. Pengujian ini tidak dimaksudkan sebagai upaya saling tanding, namun justru merupakan upaya dialog antarilmu, antarbidang, dan antarperspektif, tentu saja dengan tetap menjaga secara etis otonomi masing-masing ilmu atau cabang ilmu. Pada akhirnya, peneliti dengan rendah hati mengatakan, bahwa penelitian ini masih cukup luas memungkinkan dilakukan penelitian lanjut. Cabang-cabang filsafat yang relevan dengan penelitian ini misalnya Filsafat Sosial (bagaimana membangun masyarakat yang ideal), Filsafat Komunikasi (bagaimana membangun komunikasi yang ideal), Filsafat Feminisme (bagaimana membangun kesadaran atas hakikat sebuah hubungan antargender), dan cabang-cabang filsafat yang lain. Ilmu-ilmu humaniora yang lain relevan dengan kajian penelitian ini, dapat memperluasnya dalam perspektif sosiologi, antropologi, psikologi, dan sebagainya. Sebagai penutup, penelitian ini dapat memberi rangsangan tentang bagaimana membangun hubungan antargender utamanya di Indonesia, menjadi lebih baik. Bangunan negara dan masyarakat menjadi lebih baik pula bila seluruh

elemen dapat saling memberi kontribusi positif. Penekanan pada prinsip-prinsip equality dan resiprok dapat menekan maraknya dominasi pada kaum atau kelompok yang lemah, diskriminasi dan marjinalisasi, justru berpotensi menciptakan superioritas inferioritas (hierarki) yang tidak berkesudahan.