RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL Sri Mawarni 1, Evy Noor Hasanah 2, Syamsul Firdaus 3 ABSTRACT Background: The istimated that 90% school children in the worldwide suffer of dental caries. The most common cause for the lack of dental care and the consumption of cariogenic foods. Objective: This research is conducted to find the relationship between dental care and cariogenic foods with children dental caries incidence in Juran Elementry School, Haruai, Tabalong. Methods: This research used analytic with cross sectional design. Sample for this research were 94 with simple random sampling technique. Data were analyzed using Chi Square test with reliability degree 95%. Results: Chi Square analysis showed that there was a relationship between dental care and cariogenic foods with children dental caries incidence in Juran Elementry School, Haruai, Tabalong. It is recommended that parents to better understand about dental care and consumtion of cariogenic foods so the incidence of dental caries incidence can be reduced. Key Words: Dental Care, Cariogenic Foods, Dental Caries. 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin 3 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan 59
60 HUBUNGAN PERAWATAN GIGI DAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN JURAN Sri Mawarni 1, Evy Noor Hasanah 2, Syamsul Firdaus 3 INTISARI Latar Belakang: Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia menderita karies gigi. Penyebab tersering karies gigi karena kurangnya perawatan gigi dan konsumsi makanan kariogenik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan gigi dan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 94 responden dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Analisis data menggunakan Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil: Analisis statistik uji Chi Square menunjukkan ada hubungan perawatan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Disarankan agar orang tua lebih memahami perawatan gigi dan konsumsi makanan kariogenik anak sehingga angka kejadian karies gigi pada anak berkurang. Kata Kunci: Perawatan Gigi, Makanan Kariogenik, Karies Gigi. 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin 3 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan PENDAHULUAN
61 PENDAHULUAN Masalah kesehatan pada anak terdiri atas berbagai macam aspek mulai aspek fisik, psikologis maupun sosialnya. Aspek kesehatan fisik merupakan salah satu hal yang perlu dipelihara salah satunya adalah kesehatan gigi. Gigi merupakan organ yang memegang peranan penting dalam proses mencerna karena gigi merupakan alat yang digunakan untuk mengunyah dan menghancurkan makanan agar dapat diproses dalam lambung dan usus. Perawatan gigi merupakan hal yang harus diperhatikan agar gigi tetap sehat dan terbebas dari penyakit. Gigi dapat diserang oleh penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun virus. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada gigi disebabkan oleh infeksi bakteri adalah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang sering dijumpai pada anak. Penyakit ini merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak anak diseluruh dunia. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentil dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan jaringan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Edwina, dkk., 2008). Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh tahun mengalami karies (White, 2011). Laporan riset kesehatan dasar nasional tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kasus karies gigi di Indonesia sekitar 4,6%. Prevalensi kasus karies gigi tertinggi terjadi di provinsi Bangka Belitung yakni 8,5% dan yang terendah di Papua Barat 2,6%. Di Pulau Kalimantan untuk prevalensi kasus karies gigi tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan yakni 7,2%, Kalimantan Tengah 5%, Kalimantan Timur 4,7% dan Kalimantan Barat 3,2% (Depkes RI 2013). Data ini menunjukkan bahwa kasus karies gigi di Kalimantan Selatan jauh lebih tinggi dibandingkan di wilayah Kalimantan lainnya. Faktor yang dapat menyebabkan karies gigi pada anak di Indonesia ialah perawatan gigi yang masih kurang baik dan kebiasaan mengonsumsi makanan kariogenik (PDGI Kal- Sel, 2012). Perawatan gigi adalah proses pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan seseorang dengan cara cara tertentu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yaitu menggosok gigi secara teratur, menjaga pola makan yang sehat seperti menghindari makanan yang terlalu manis, terlalu dingin atau terlalu panas, serta memeriksakan gigi secara teratur. Menyikat gigi perlu memperhatikan jenis sikat yang digunakan yaitu lembut dan mampu menjangkau permukaan yang sulit dibersihkan serta menggunakan pasta gigi yang mengandung flour. Cara menyikat gigi harus benar dan waktu menyikat gigi pun harus senantiasa diperhatikan. Tidak hanya itu anak juga perlu memeriksakan kesehatan giginya secara berkala minimal 6 bulan sekali. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat menyebabkan terjadinya masalah gigi seperti karies (Gupte, 2009). Kurang baiknya perawatan gigi dapat menyebabkan sisa makanan menumpuk dipermukaan gigi sehingga dapat menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dan merusak gigi. Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun. Proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu: berbagai bakteri yang ada dalam
62 mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi. Asam ini melarutkan email pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala (Gupte, 2009). Karies gigi juga dapat terjadi karena konsumsi makanan kariogenik. Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut kariogenitas suatu makanan tergantung dari bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain. Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2009). Perawatan gigi yang kurang baik dan frekuensi mengonsumsi makanan kariogenik yang sering banyak dijumpai pada kelompok anak sekolah di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu sekolah di Kalimantan Selatan yang ditemukan peneliti dimana anak di sana sering mengonsumsi makanan kariogenik namun kurang melakukan perawatan pada gigi ialah anak anak di Kecamatan Haruai Kabutapen Tabalong. Sampel diperoleh sebanyak 94 orang dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling, yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di tempat sesuai dengan konteks penelitian. Penelitian dilakukan di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong dari Januari sampai Mei 2014. HASIL Tabel 1. Perawatan Gigi pada Anak di SDN Juran Kecamatan Haruai Persen No Perawatan Gigi Jumlah (%) 1 Baik 71 75,50 2 Kurang Baik 23 24,50 Total 94 100,00 Berdasarkan Tabel 1 sebagian besar responden melakukan perawatan gigi dengan baik dengan jumlah 71 orang (75,50%). No Tabel 2. Gambaran Konsumsi makanan Kariogenik pada Anak di Konsumsi Makanan Kariogenik Jumlah Persen (%) 1 Jarang 62 66,00 2 Sering 32 34,00 Total 94 100,00 Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar responden mengatakan jarang mengon-sumsi makanan kariogenik dengan jumlah 62 orang (66,00%). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik rancagan cross sectional. Rancangan ini dipilih karena variabel dalam penelitian ini dulakukan pengukuran sekaligus dalam waktu yang sama. Tabel 3. Gambaran Kejadian Karies Gigi pada Anak di Persen No Kejadian Karies Jumlah (%) 1 Tidak Karies 59 62,80 2 Karies 35 37,20 Total 94 100,00
63 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami karies gigi dengan jumlah 59 orang (62,80%). ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Tabel 4. Hubungan Perawatan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di SDN Juran Kejadian Karies No Perawatan Tidak Gigi Karies Karies Total f % f % f % 1. Baik 59 62,80 12 12,80 71 75,50 2. Kurang 0 0,00 23 24,50 23 24,50 Jumlah 59 62,80 35 37,30 94 100,00 p value 0,000<α 0,05 OR = 0,169 Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang perawatan giginya kurang cenderung lebih banyak yang menderita karies gigi dengan jumlah 23 orang (24,5%) sedangkan responden yang perawatan giginya baik cenderung lebih banyak tidak menderita karies gigi dengan jumlah 59 orang (62,8%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p value 0,000<α 0,05 sehingga diinterpretasikan ada hubungan perawatan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. Tabel 6. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di Kejadian Karies Konsumsi No Tidak Makanan Karies Total Karies Kariogenik f % f % f % 1. Jarang 54 57,4 8 8,5 62 66 2. Sering 5 5,3 27 28,7 31 34 Jumlah 59 62,8 35 37,2 94 100 p value 0,000<α 0,05 OR = 36,450 Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang jarang mengonsumsi makanan kariogenik cenderung lebih banyak yang tidak menderita karies gigi dengan jumlah 54 orang (57,4%) sedangkan responden yang sering mengonsumsi makanan kariogenik cenderung lebih banyak yang mengalami karies gigi dengan jumlah 27 orang (28,7%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p value 0,000 <α 0,05 sehingga diinterpretasikan PEMBAHASAN a. Hubungan Perawatan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di SDN Juran Kecamatan Haruai Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang perawatan giginya kurang cenderung lebih banyak yang menderita karies gigi dengan jumlah 23 orang (24,5%) sedangkan responden yang perawatan giginya baik cenderung lebih banyak tidak menderita karies gigi dengan jumlah 59 orang (62,8%). Hasil uji statistic chi square menunjukkan bahwa p value 0,000<α 0,05 sehingga diinterpretasikan ada hubungan perawatan gigi dengan karies gigi pada anak di SDN Juran Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. Perawatan gigi yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi. Misalnya saja pada individu yang tidak menyikat gigi secara teratur, tidak menggunakan pasta gigi dan membiarkan gigi setelah makan tidak disikat dapat menyebabkan gigi menjadi berlubang. Sejalan dengan pendapat di atas Gupte (2010) juga memaparkan bahwa perawatan gigi dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi. Kurang baiknya perawatan gigi dapat menyebabkan kotoran dan sisa makanan menempel di gigi. Hal ini mempengaruhi Ph gigi yang dapat mempengaruhi jumlah koloni bakteri di gigi sehingga dapat menyebabkan terjadi karies. Pendapat tersebut dikuatkan oleh penelitian Hidayanti (2005) menunjukkan ada oral hygiene dengan keparahan karies gigi anak sekolah dasar Survei pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya (p:0,008 r:0,160) Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan perawatan gigi dengan kejadian karies gigi
64 pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. b. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value 0,000 <α 0,05 sehingga diinterpretasikan ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. Menurut Mansjoer (2008) makanan manis dan lengket bersifat kariogenik dapat menyebabkan karies pada gigi. Bakteri dari sejumlah kecil sisa makanan, terutama gula dan karbohidrat yang tertinggal pada tempat-tempat tertentu pada gigi, oleh bakteri sisa makanan tersebut akan diubah menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Asam yang terbentuk dapat mengikis email. Bakteri asam, sisa makanan, serta protein saliva bergabung membentuk bahan lengket dan melekat pada gigi yang disebut plak. Kemudian bakteri dan plak mulai bekerja 20 menit setelah makan. Asam yang terbentuk bersifat tajam dan dapat mengikis email. Asam yang diproduksi dalam plak terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat, proses ini terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam. Pendapat yang sama juga dikemukakan Gupta (2010) yang menyatakan bahwa makan kariogenik dan menyebabkan karies gigi. Hal itu juga sejalan dengan Edwina (2010) yang menjelaskan makanan kariogenik karena sifatnya yang manis dan lengket dapat menyebabkan karies pada gigi. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN Juran Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. KESIMPULAN Mengacu pada tujuan dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Sebagian besar responden melakukan perawatan gigi dengan baik. b. Sebagian besar responden mengatakan jarang mengonsumsi makanan kariogenik. c. Sebagian besar responden tidak mengalami karies gigi. d. Ada hubungan perawatan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di SDN Juran Kecamatan Haruai. e. Ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak di Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. DAFTAR RUJUKAN Arisman, MB. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Depkes RI (2013) Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2013.http// depkes.go.id. diakses tanggal 15 April 2014 Edwina AM. Kidd, Sally Joyton, dan Bechal. (2008). Dasardasar Karies Penyakit dan Penang - gulangannya. Alih bahasa Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC. Hidayanti. (2012). Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik terhadap Keparahan Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah (Studi pada Anak Taman Kanak-kanak PGRI Handayani Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya). White Lauren. (2014). Kasus Karies pada Anak di Dunia. http://whitenvy. blogspot.com. diakses tanggal 2 April 2014 Gupta S (2009) Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Obor Populer. Mansjoer, Arif. (2008). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.