BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dihasilkan dari penjualan, pendapatan investasi, aset dan modal saham tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di suatu negara, dimana hampir setiap aspek kehidupan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA, PERTUMBUHAN KREDIT, RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, DAN KONDISI EKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. dibagi dua yaitu lembaga keuangan bank dan Lembaga Keuangan Bukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti halnya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, hal ini desebabkan beberapa bank yang beroperasi di Timor-Leste baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatnya pertanggung jawaban publik oleh perusahaan, maka konsep

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari penjualan, pendapatan investasi, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas jugamenunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen (Wiagustini, 2010:76). Profitabilitas dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase (Sartono, 2010:122). Niresh dan Velnampy (2014) menyatakan bahwa profitabilitas dapat dikaitkan dengan perubahan hasil output baik dari peningkatan permintaan atau pengurangan biaya. Profitabilitas mempunyai arti penting bagi bank karena merupakan salah satu dasar untuk penilaian kondisi kesehatan suatu bank. Bank dengan tingkat profitabilitas yang cenderung mengalami peningkatan dapat meningkatkan daya saing bank tersebut. Tingkat profitabilitas juga dapat menggambarkan kinerja bank yang dilihat dari kemampuan bank dalam menghasilkan profit. Kemampuan suatu bank memperoleh profit ini menunjukkan apakah bank tersebut mempunyai prospek yang baik atau tidak dimasa yang akan datang. 1

Rasio pengukuran profitabilitas menurut Wiagustini (2010:81) dapat diukur dengan : 1) Profit Margin Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba yang dicapai dibandingkan dengan penjualan. 2) Return On Assets (ROA) ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. 3) Return On Equity (ROE) ROE merupakan rasio yang mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Rasio ini digunakan karena ROA merupakan rasio yang penting bagi bank untuk mengukur efektivitas suatu bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Agustiningrum, 2013). Selain itu Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari masyarakat (Dendawijaya, 2003:121). ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Total asset yang biasanya digunakan untuk mengukur ROA suatu bank adalah jumlah aset- aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga seperti sertifikat Bank 2

Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Arimi, 2012). ROA menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Sesuai dengan kerangka penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia akan memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA > 1,5% (Hasibuan, 2002:100). Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan aset bank yang menggambarkan efisiensi dan efektivitas dari operasional bank tersebut. Semakin besar hasil perhitungan ROA menunjukkan profitabilitas bank semakin baik karena setiap aktiva yang dimiliki dapat mengasilkan return, selain itu nilai ROA yang tinggi juga menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki prospek yang baik kedepannya karena memiliki potensi untuk peningkatan perolehan keuntungan, sebaliknya nilai ROA yang negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau kerugian. 2.1.2 Pertumbuhan dana pihak ketiga Bank memiliki kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Kegiatan menghimpun dana tersebut dilakukan dengan mencari alternatif sumber dana, dan salah satu sumber dana utama bank berasal dari masyarakat. Dana yang berasal dari masyarakat luas ini disebut dengan dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank (Riyadi, 2006:79). 3

Dana - dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2009:49). Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank, diantaranya dalam bentuk kredit. Dengan adanya pertumbuhan dana pihak ketiga akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya. Apabila dana yang dimiliki suatu bank semakinbanyak, makasemakin besarpeluang bagi bank tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuannya (Sukma, 2013). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank atau dana yang bersumber dari pihak ketiga dan dapat dihimpun oleh sektor perbankan adalah sebagai berikut: 1) Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. 2) Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 3) Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 4

Pertumbuhan dana pihak ketiga mencerminkan seberapa besar perubahan dana yang berhasil dihimpun oleh bank dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka. Pertumbuhan dana pihak ketiga diukur dari perbandingan antara selisih total dana pihak ketiga pada periode saat ini dan periode sebelumnya dengan total dana pihak ketiga periode sebelumnya yang dimiliki oleh bank (Rachmawati, 2013). Pertumbuhan dana pihak ketiga dapat menentukan jumlah pertumbuhan kredit di tahun berikutnya dimana pertumbuhan tersebut dapat menentukan tingkat profitabilitas suatu bank. Semakin tinggi pertumbuhan dana pihak ketiga mengakibatkan pertumbuhan kredit yang besar pula dengan pemberian kredit, bank akan mendapatkan keuntungan berupa bunga yang akan menjadi pendapatan bunga. Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba terhadap bank sehingga profitabilitas bank dapat meningkat (Tenrilau, 2012). 2.1.3 Pertumbuhan kredit Perkreditan merupakan kegiatan yang paling penting bagi perbankan karena kredit juga merupakan salah satu sumber dana penting untuk setiap jenis usaha. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank. Kredit dapat menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Sesuai dengan undangundang No. 10 tahun 1998, kredit dapat diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank 5

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit berperan penting bagi masyarakat karena membantu mencukupi kebutuhan modal dalam membiayai kegiatan operasional, sedangkan bagi bank sendiri kredit berperan dalam meningkatkan profit atau laba bank, dengan kata lain profitabilitas bank akan meningkat bila didukung peningkatan pertumbuhan kredit (Shamsuddoha, 2012). Hal ini dikarenakan saat bank menyalurkan kreditnya, bank akan memperoleh pendapatan yang berasal dari bunga kredit yang disalurkan kepada masyarakat. Pertumbuhan kredit menggambarkan tingkat perkembangan volume kredit yang disalurkan pihak ketiga dalam periode tertentu. Istilah pertumbuhan kredit menurut Hakim (2009) dapat diartikan sebagai jumlah dari pertumbuhan aktiva produktif yang dalam hal ini adalah kredit, yang merupakan penyerahan uang dari satu pihak (kreditur) kepada pihak lain (debitur) atas dasar kepercayaan dengan janji membayar pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Secara sederhana pertumbuhan kredit disimpulkan sebagai pertumbuhan dari penyediaan uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank (kreditur) dengan pihak lain (debitur), yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pertumbuhan kredit dapat diukur atau dihitung dari selisih antara jumlah kredit yang diberikan pada periode saat ini dengan jumlah kredit yang diberikan periode sebelumnya dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan periode sebelumnya yang dinyatakan dalam persentase (%). Jika pertumbuhan kredit 6

semakin baik dan berkesinambungan maka dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengakses dana serta mampu meningkatkan pertumbuhan pendapatan bunga bank (Mukarromah, 2014). Athanasoglou et al. (2008) menyatakan bahwa jika pemberian kredit dikelola dengan baik, maka intensitas kredit tersebut dapat meningkatkan profitabilitas bank. Semakin tinggi pertumbuhan kredit maka akan semakin baik kualitas dan kuantitas kredit, maka semakin tinggi kesempatan bank untuk menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau debitur, sehingga kesempatan memperoleh laba semakin besar (Prawira, 2014). 2.1.4 Risiko kredit Kegiatan perkreditan merupakan tulang punggung dari kegiatan utama bank, karena kredit bisa menjadi sumber utama pendapatan bank sehingga berdampak terhadap peningkatan profitabilitas. Kegiatan pemberian kredit oleh bank tidak lepas dari risiko kredit yang juga harus dihadapi. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP/2011 menyatakan bahwa risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit yang paling sering dihadapi oleh pihak bank adalah ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan pinjamannya sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman atau pembayaran bunga (Kasmir, 2010:75). 7

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menangani risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL juga merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005:320). Dampak dari NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Rasio NPL yang tinggi juga akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lain sehingga berpeluang menimbulkan kerugian pada bank.jika tidak ditangani dengan baik maka kredit bermasalah atau NPL merupakan sumber kerugian yang potensial bagi bank.karimet al. (2010) juga menyatakan bahwa bank dengan tingkat kredit bermasalah yang tinggi cenderung akan mengalami peluang kebangkrutan yang besar dan juga menunjukkan efisiensi bank yang rendah dalam mengelola kredit bermasalah yang dihadapinya. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga 8

berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Poudel, 2012). Selain itu semakin besar tingkat NPL juga menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Peraturan Bank Indonesia menetapkan batas maksimum NPL yaitu 5% agar tidak mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga agar tingkat NPL tidak melebihi batas maksimal yang disyaratkan Bank Indonesia yaitu 5%, jika melebihi 5% maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank guna menutup kredit bermasalah akan semakin besar serta mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang diperolehnya (Riyadi, 2006:163). 2.1.5 Likuiditas Likuiditas menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Munawir (2007:31) menyatakan bahwa likuiditas merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Dengan kata lain,pihak bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. 9

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan opersional bank, hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola oleh bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang bersifat jangka pendek dan sewaktu - waktu dapat ditarik (Puspitasari, 2009). Kemampuan bank dalam mengelola likuiditasnya akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat kepada bank itu sendiri sehingga akan membantu kelangsungan operasional maupun keberadaan bank tersebut. Selain itu, pengelolan likuiditas yang baik oleh bank juga sangat penting terutama jika terjadi krisis ekonomi global (Vodova, 2011). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio likuiditas yang umum digunakan di dalam perbankan (Sudirman, 2013:185).BerdasarkanPeraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013 LDR merupakan rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank. LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan tingkat keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun berjumlah besar maka akan menyebabkan kerugian pada bank (Kasmir, 2008:245). LDR mencerminkan kemampuan suatu bank dalam menyalurkan kredit dan mengumpulkan dana dari masyarakat. LDR juga akan menunjukkan bagaimana tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang 10

dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi LDR, menunjukkan bahwa bank dapat melakukan fungsi intermediasi secara optimal. Begitu juga sebaliknya semakin rendah LDR berarti bank tidak dapat menjalankan fungsi intermediasinya secara optimal (Buchory, 2012). Kemampuan bank dalam mengelola LDR akan berpengaruh terhadap profitabilitas.jika bank mampu menyalurkan kredit secara maksimal namun tetap menjaga agar tingkat LDR tetap berada pada batas aman yaitu 78% - 100% maka profitabilitas yang dicapai akan lebih maksimal (Prasetyo, 2015). Tetapi sebaliknya jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut mengalami kerugian karena kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kreditnya (Zakaria, 2015). 2.1.6 Kondisi ekonomi Kondisi ekonomi makro merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi bank dalam memperoleh profit. Indikator yang tepat digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara adalah pertumbuhan gross domestic product (GDP). Pertumbuhan GDP suatu negara erat kaitannya dengan kesejahteraan dankemakmuran yang dapat dirasakan oleh penduduk negara tersebut. GDPmerupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi dalam suatu negara dan biasanya digunakan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara (Case and Fair, 2007:21). GDP akan mempengaruhi berbagai faktor yang terkait dengan penawaran dan permintaan terhadap pinjaman, tabungan, giro,dan deposito (Suteja dan Gerinata, 2014). 11

Komponen GDP menurut (Mankiw, 2000:12) yaitu : 1) Konsumsi (consumption) adalah pengeluaran rumah tangga atas berbagai barang dan jasa. 2) Investasi (investment) adalah pembelian atas berbagai peralatan modal, persediaan dan struktur bisnis. 3) Pembelian pemerintah (government purchase) adalah mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh seluruh lembaga dan tingkatan pemerintah. 4) Ekspor neto (net export), adalah pembelian oleh pihak asing atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri (ekspor) dikurangi pembelian domestik atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri. Pertumbuhan GDP menunjukkan sebagai pertumbuhan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu dengan menjumlahkan semua output dari warga negara yang bersangkutan ditambah dengan warga negara asing yang bekerja di negara bersangkutan (Putong, 2002). Pertumbuhan GDP yang meningkat, menandakan perekonomian sedang tumbuh hal ini mengakibatkanpermintaan akan kredit meningkat karena kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan produksi barang dan jasa pasti membutuhkan sumber pembiayaan, dan ini dapat diberikan oleh bank melalui penyaluran kredit dengan penyaluran kredit pihak bank akan memperoleh pendapatan bunga yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perbankan. 12

PertumbuhanGDP yang meningkat juga menandakan pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin sejahtera, sehingga meningkatkan investasi dan savingyang salah satunya dilakukan melalui bank. Kondisi ini dapat dimanfaatkan bank untuk mengelola dana yang berhasil dihimpunnya untuk disalurkan kembali melalui kredit dan kegiatan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas bank, tetapi sebaliknya ketika pertumbuhan GDP melambat terutama ketika resesi, kualitas kredit akan memburuk menyebabkan default meningkat, sehingga mengurangi tingkat profitabilitas perbankan (Nufus, 2014). 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh pertumbuhan dana pihak ketiga terhadap profitabilitas Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank. Dana masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak - pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat (Cahyani, 2013). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, suatu bank umum dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Pertumbuhan dana pihak ketiga dapat menentukan jumlah pertumbuhan kredit di tahun berikutnya dimana pertumbuhan tersebut dapat menentukan tingkat profitabilitas suatu bank. Semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun, maka semakin besar kemampuan bank untuk menyalurkannya kedalam bentuk kredit, 13

hal tersebut dapat meningkatkanpendapatan bank yang akan berdampak pula terhadap peningkatanprofitabilitas bank. Dengan demikian pertumbuhan dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap profitabilitas (Wityasari, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno (2010), Ismawati (2009) dan Suputra (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. H1 : Pertumbuhan dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 2.2.2 Pengaruh pertumbuhan kredit terhadap profitabilitas Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank dalam usahanya sebagai lembaga yang dipercaya untuk berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat. Dalam hal ini, bank memberi bantuan modal kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan modal kerja melalui sarana kredit (Kurniawan, 2012). Kredit merupakan sumber pendapatan utama suatu bank dan diharapkan memberikan dampak positif terhadap profitabilitas bank. Pertumbuhan kredit menggambarkan tingkat perkembangan volume kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga yang mampu memberikan peningkatan profitabilitas dan meningkatan kinerja perbankan (Pradnyawati, 2012). Secara sederhana, pertumbuhan kredit disimpulkan sebagai pertumbuhan dari penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak kreditur dengan pihak debitur yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Sastrawan, 2014). Semakin meningkatnya permintaan kredit, maka profit yang 14

akan diperoleh bank juga akan mengalami peningkatanhal ini dikarenakan bank mendapat hasil dari bunga pinjaman kredit yang disalurkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dietrich dan Wanzenried (2010) dan Cahyani (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan kredit berdampak positif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian serupa juga datang dari Prawira (2014), Antoni dan Muhammad Nasri (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan kredit berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. H2 : Pertumbuhan kredit berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 2.2.3 Pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas Surat Edaran Bank Indonesia No13/24/DPNP/2011 menyatakan bahwa risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Dalam penelitian ini digunakan Non Performing Loan (NPL) sebagai proksi untuk mengukur tingkat risiko kredit. NPL yang sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Putri, 2010). Dendawijaya (2009:104) menyatakan bahwa dampak dari rasio NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Semakin tinggi tingkat NPL menandakan bahwa risiko akan terjadinya kredit macet yang dihadapi juga tinggi sehingga mengurangi profitabilitas yang akan dicapai oleh bank. Sebaliknya jika 15

tingkat NPL rendah menandakan bahwa kualitas kredit bank tersebut berada pada kondisi yang baik sehingga profitabilitas yang akan dicapai juga tinggi. Hasil penelitian mengenai pengaruh variabel risiko kredit terhadap profitabilitas yang dilakukan oleh Nawas et al. (2012) dan Poudel (2012) memperoleh hasil dimana risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Hal tersebut didukung oleh penelitian Sufian (2011) dan Kolapo et al. (2012) dimana diperoleh hasil risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kredit bermasalah yang terjadi pada suatu bank maka akan mengakibatkan profitabilitas bank tersebut menjadi buruk. H3 : Risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 2.2.4 Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek.defri (2012) menyatakan bahwa likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangkapendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan danadeposannya pada saat ditagih serta dapatmencukupi permintaan kredit yang telahdiajukan. Penelitian ini menggunakan Loan to Deposti Ratio (LDR) untuk mengukur likuiditas suatu bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013 LDR merupakan rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, deposito dalam rupiah dan valuta asing, 16

tidak termasuk dana antarbank. Buyung (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi LDR pada suatu bank menunjukkan jumlah kredit yang disalurkan lebih makimal dengan catatan kredit yang disalurkan tidak mengalami masalah sehingga berdampak pada peningkatan profitabilitas sebaliknya, semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustininggrum (2013), Zakaria (2015) dan Astohar (2009) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Temuan serupa juga diperoleh Rengasamy (2014) dan Fahrizal (2013) dimana diperoleh hasil bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. H4 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 2.2.5 Pengaruh kondisi ekonomi terhadap profitabilitas Pertumbuhan GDP dapat digunakan sebagai indikator dari kondisi perekonomian suatu negara dalam rentang waktu tertentu. GDP merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor faktor produksi yang berlokasi dalam suatu negara. GDP akanmempengaruhi berbagai faktor yang terkait dengan penawaran dan permintaan terhadap pinjaman, tabungan, giro, dan deposito (Suteja dan Gerinata, 2014). Pertumbuhan GDP suatu negara erat kaitannya dengan kesejahteraan dan kemakmuran yang dapat dirasakan oleh penduduk negara tersebut. Apabila pertumbuhan GDP meningkat maka akan diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuan untuk menabung juga ikut meningkat. Kondisi 17

ini dapat dimanfaatkan bank untuk mengelola dana yang berhasil dihimpunnya untuk disalurkan kembali melalui kredit dan kegiatan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pendapatan bank yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas. Hasil penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Bilal et al. (2013), Ali et al. (2011), Qinhua dan Meiling (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan GDP berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hal yang sama didapatkan oleh Ramadan et al. (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan GDP berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. H5 : Kondisi ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas 2.2.6 Pengaruh pertumbuhan dana pihak ketiga, pertumbuhan kredit, risiko kredit, likuiditas dan kondisi ekonomi terhadap profitabilitas H6 : Pertumbuhan dana pihak ketiga, pertumbuhan kredit, risiko kredit, likuiditas dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 18