ANALISIS FAKTOR PENYEBAB ANAK MENJADI WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH: KHAIRI AMRULLAH NIM F

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Pengendalian Sosial, Perilaku Menyimpang, Anak Panti Asuhan

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

PENINGKATAN AKTIVITAS MURID DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS II SD ARTIKEL PENELITIAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PADA PEMBELAJARANIPS TERPADU KELAS VIII DI SMP JURNAL ILMIAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

FAKTOR PENYEBAB REMAJA MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS DI JORONG PASA NAGARI ALAHAN MATI KECAMATAN SIMPATI KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL E JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB III METODE PENELITIAN. field reseach, yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu

BAB III METODE PENELITIAN

FENOMENA YANKI DALAM MASYARAKAT JEPANG YANG TERCERMIN PADA MANGA CROWS KARYA HIROSHI TAKAHASHI. Gede Desar Yuartha Putra

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK KELAS 1 SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMALISASI KECERDASAN LINGUISTIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK LKIA II PONTIANAK SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari lembaga yang bersangkutan yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

ANALISIS PENGGUNAAN VARIASI METODE MENGAJAR OLEH GURU SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA

Kata kunci : Upaya orang tua, Memotivasi anak belajar, Warga Dusun Bina Warsa.

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL PENYEBAB ANAK TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SMP DI DESA SETALIK

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PENINGGALAN SEJARAH NASIONAL MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAP

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII A SMP NEGERI 3 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X BAWARI PONTIANAK

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 15. Skripsi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 96.

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB III METODE PENELITIAN

Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Ed. IV, 2002, hlm. 13

FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KETERAMPILAN GURU BK DALAM MEMBERIKAN LAYANAN INFORMASI DI SMP N 1 PASAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 2 SUNGAI AMBAWANG

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB III METODE PENELITIAN

KEMANDIRIAN WANITA SINGLE PARENT DALAM MENDIDIK ANAK (Studi Kasus Di Desa Pakang, Andong, Boyolali) oleh 1) Sumiyatun dan 2) Achmad Muhibbin ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan mencari esensi makna di balik fenomena. Paradigma postpositivisme

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA KELAS IV SLB ARTIKEL PENELITIAN

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

BAB III METODE PENELITIAN. dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainlain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTELLIGENCE MAPPING PRESENTATION

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan ISSN Vol. 1, No. 1, Juni 2017

ANALISIS KREATIVITAS GURU DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X MAS AL-JIHAD PONTIANAK

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini hanya bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran dan lukisan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPORTASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmita, Rahardjo, (2006), Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

ANALISIS PEMANFAATAN LEMBAR KERJA SISWA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA

Sugiyono, Metode Penelitian Pendikan, (Pendekatan kuantitatif, Kualitatifdan R&D), Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 3. 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perilaku

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMAN 10 PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH: FUTRI UTAMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.60. Setia, 2002), hlm.

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB ANAK MENJADI WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH: KHAIRI AMRULLAH NIM F55012074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB ANAK MENJADI WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH: KHAIRI AMRULLAH NIM F55012074 Disetujui,

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB ANAK MENJADI WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK Khairi Amrullah, Yohanes Bahari, Rustiyarso Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email: khairiamrullah6@gmail.com Abstract The purpose of this research is to analyze the caused factors of children become inmates in Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak which are come from Kabupaten Sambas and spread in several districts. The theory used in this research is based on previous research of Rizki Dwi Hartono, he stated there are two factors which caused deviant behavior, they are internal factors and external factors. In this research, researcher focus in external factors or the factors which come for outside of individual. The type used in this research is descriptive research with qualitative method. The informants of this research are the parents and the inmates of Kabupaten Sambas, they are H, P, and YJ. The data collecting proceed with observation technique, interview, and documentation. The obtained data from research result of field observation analyze though data reduction, presentation data, and data verification. The research result shows that the caused factors of children become inmates in Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak from Kabupaten Sambas are family factors, e.g. lack off parent controls, society environment factors, e.g. bad association, and mass media factor e.g. TV shows doesn t appropriate with values and norm in society. Keywords: factors caused, inmates, Kabupaten Sambas Anak merupakan harapan masyarakat, agama dan bangsa. Karena mereka sebagai pengganti generasi tua, dan penerima estafet kepemimpinan dimassa yang akan datang. Oleh sebab itu anak harus dibimbing dan dididik baik secara moral dan akademis. Tidak hanya itu watak anak juga perlu dibimbing karena watak anak mempengaruhi segala perilaku anak, apabila watak anak baik maka perilaku yang tercermin pada anak tersebut akan cendrung kearah yang baik. Begitupula sebaliknya, jika watak yang dimiliki oleh anak kurang baik maka perilaku yang dicerminkan pada anak akan cenderung kearah yang tidak baik. Senada dengan hal itu menurut Singgih D. Gumarso (1998: 19), mengatakan Dari segi hukum kenakalan pelajar digolongkan dalam dua kelompok yang berkitan dengan norma-norma hukum yaitu (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesainnya sesuai dengan undangundang dan hukuman berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) mengenai substansi yang diatur dalam UU SPPA antara lain mengenai penempatan anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). 1

2 Substansi yang paling mendasar dalam Undang-Undang ini adalah pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagai akibat dari perilaku menyimpang yang dilakukannya dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Proses itu harus bertujuan pada terciptanya keadilan restoratif, baik bagi anak maupun bagi korban. Keadilan Restoratif merupakan suatu proses Diversi, yaitu semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menenteramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan. Hal ini juga terjadi pada anak atau remaja yang ada di Kalimantan Barat dimana anak-anak tersebut melakukan perilaku menyimpang hingga melanggar hukum seperti yang terjadi pada warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) sendiri merupakan penempatan anak yang menjalani proses peradilan atau Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Jumlah Warga Binaan LPKA Kelas II Pontianak Tahun 2016. No Nama Asal Kota/ Usia Pendidikan Lama Kasus (Inisial) Kabupaten Pidana 1. IN Sambas 19 SMA 4 Th Kesusilaan 2. RM Sambas 19 SMA 3 Th Kesusilaan 3. AS Sambas 18 SMP 3 Th Kesusilaan 4. ML Sambas 18 SD 3 Th Kesusilaan 5. SF Sambas 18 SMA 1,6 Th Kesusilaan 6. SR Sambas 18 SD 3 Th Kesusilaan 7. FM Sambas 18 SMA 1,6 Th Kesusilaan 8. IN Sambas 19 SMA 5 Th Kesusilaan 9. P Sambas 17 SD 3 Th Kesusilaan 10. YJ Sambas 16 SMA 1,6 th Kesusilaan 11. TM Sambas 17 STM 8 Bulan Narkotika 12. TA Sambas 18 SMA 1,6 Th Kesusilaan 13. RA Sambas 15 SMP 8 Bulan Kesusilaan 14. AA Sambas 14 SD 8 Bulan Kesusilaan 15. YD Sambas 16 SMA 2 Th Kesusilaan 16. H Sambas 18 SMA 2,10 Th Kesusilaan Sumber: Kantor LPKA Kelas II Pontianak Tahun 2016 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa warga binaan LPKA terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, hal itu ditunjukan dengan asal daerah, agama, usia, pendidikan terakhir bahkan masa hukuman serta kasus hukum yang berbeda-beda pula. Namun yang menarik dari data tersebut, ternyata yang banyak melakukan perilaku menyimpang sehingga berhadapan dengan hukum dengan sebagian besar kasus kesusilaan adalah anak yang berasal dari Kabupaten Sambas. Selanjutnya berdasarkan hasil pra riset kedua yakni pengamatan peneliti lakukan pada tanggal 26 September 2016 di Balai Pemasyarakatan (Bapas), yaitu lembaga unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan

3 pendampingan. Dalam hal ini ditemukan fakta bahwa yang menyebabkan Anak yang berasal dari Kabupaten Sambas berperilaku menyimpang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Faktor Penyebab Anak Asal Kabupaten Sambas Berperilaku Menyimpang Tahun 2016 No Faktor Penyebab 1. Keluarga 2. Lingkungan Pergaulan 3. Media Massa Sumber: Kantor Bapas Pontianak Tahun 2016 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi penyebab anak yang berasal dari Kabupaten Sambas berperilaku menyimpang sehingga menjadi warga binaan di LPKA Kelas II Pontianak adalah faktor yang berasal dari luar anak itu sendiri yakni faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan dan media massa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang diungkapkan oleh Rizki Dwi Hartono (2013: 2-3) menyatakan faktor internal yang menyebabkan anak berperilaku menyimpang, yaitu aspek perkembangan alat seksual dan aspek motivasi sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan anak berperilaku menyimpang, yaitu aspek keluarga, aspek pergaulan, dan aspek media massa. Sesuai dengan temuan yang peneliti dapatkan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) mengenai faktor yang menyebabkan anak dari Kabupaten Sambas menjadi warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak, peneliti memfokuskan untuk menganalisis faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar anak itu sendiri yaitu faktor keluarga, lingkungan pergaulan dan media massa. Berdasarkan uraian di atas tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor Penyebab Anak Menjadi Warga Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak Asal Kabupaten Sambas. KAJIAN LITERATUR Faktor Penyebab Anak menjadi Warga Binaan di LPKA Faktor yang menyebabkan anak menjadi warga binaan di LPKA adalah diakibatkan dari perilaku yang menyimpang mereka lakukan. Sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang sehingga mengakibatkan anak menjadi warga binaan di LPKA. Menurut Suparlan (2015: 86-91) memaparkan bahwa perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologis. Selanjutnya Hal ini diperkuat berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang diungkapkan Rizki Dwi Hartono (2013: 2-3) menyatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, yaitu faktor internal yang aspek perkembangan alat seksual (biologis) dan aspek motivasi dan faktor eksternal meliputi aspek keluarga, aspek pergaulan, dan aspek media massa. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab seseorang melakukan perilaku menyimpang adalah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri individu dan faktor eksternal atau faktor berasal dari luar individu yang mempengaruhi perilaku anak melakukan penyimpangan sehingga mengakibatkan anak menjadi warga binaan di LPKA. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (2007:67), metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek

4 penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Informan dalam penelitian ini adalah warga binaan yang berasal dari Kabupaten Sambas H, P, dan YJ beserta orang tua. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dan teknik komunikasi langsung, dan teknik studi dokumenter.. Peneliti secara langsung berhubungan dengan sumber data, yaitu wawancara mendalam dengan warga binaan dan orang tua warga binaan yang berasal dari Kabupaten Sambas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap warga binaan yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai data yang diperoleh dianggap sudah jenuh. Sejalan dengan pemikiran Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 337), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, display data, dan conclution drawing/ verification. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan H, P dan YJ maka dapat peneliti simpulkan bahwa yang menjadi penyebab informan H, P dan YJ menjadi warga binaan di LPKA Pontianak adalah dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari 3 faktor. Faktor yang pertama yaitu keluarga, berupa kurangnya pengawasan orang tua, perhatian orang tua, terlalu memberikan kebebasan kepada anak dan orang tua kurang dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan. Faktor yang kedua yaitu lingkungan pergaulan, informan H, P dan YJ berada pada lingkungan pergaulan yang kurang baik, sehingga informan cendrung mengikuti perilaku temannya. Faktor yang ketiga yaitu faktor media massa, berupa informan H, P dan YJ sering melihat tontonan yang kurang baik, bahkan tontonan yang sangat bertentangan dengan nilai dan norma dimasyarakat, sehingga memberikan dampak yang tidak baik pula pada perilaku informan. Setelah mendapatkan informasi dari informan H, P dan YJ peneliti langsung mengkonfirmasi kembali hasil wawancara tesebut kepada orang tua informan H, P dan YJ. Apakah sesuai tidaknya informasi yang diberikan oleh informan untuk melihat hasil konfirmasi wawancara dengan orang tua informan H, P dan YJ dapat dilihat sebagai berikut. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua informan, peneliti memperoleh beberapa informasi mengenai faktor yang berasal dari orang tua yang menyebabkan atau memberikan ruang gerak kepada anak kaitannya dengan perilaku menyimpang yang mereka lakukan. Maka dapat peneliti simpulkan bahwa orang tua memberikan kebebasan kepada informan, kurang dalam penanaman nilai-nilai kedisiplinan, minimnya informasi mengenai lingkungan pergaulan anak serta minimnya penggalian informasi tentang kegiatan yang anak lakukan selama berada di luar rumah, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai dampak negatif penggunaan media massa terhadap anak. Sehingga orang tua cendrung tidak mengimplikasikan nilai-nilai pengawasan terhadap anak. Hal ini tentu memberikan ruang gerak kepada anak-anak untuk berperilaku menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat. Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara secara mendalam yang dilakukan oleh peneliti pada ke tiga informan yakni saudara, H, P dan YJ maka hasil penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa penyebab anak menjadi warga binaan di LPKA Kelas II Pontianak yang berasal dari Kabupaten Sambas adalah dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari 3 faktor, dimana faktor-faktor tersebut juga dibenarkan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan H, P, dan YJ serta wawancara peneliti dengan

5 orang tua dari ketiga informan. Faktor yang pertama yaitu keluarga, berupa kurangnya pengawasan orang tua, perhatian orang tua, terlalu memberikan kebebasan kepada anak dan orang tua kurang dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan. Faktor yang kedua yaitu lingkungan pergaulan, informan berada pada lingkungan pergaulan yang kurang baik, sehingga informan cendrung mengikuti perilaku temannya. Faktor yang ketiga yaitu faktor media massa, berupa informan sering melihat tontonan yang kurang baik, bahkan tontonan yang sangat bertentangan dengan nilai dan norma dimasyarakat, sehingga memberikan dampak yang tidak baik pula pada perilaku informan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pemikiran Kartono Kartini(dalam Imam Musbikin, 2013:23-24) yang menyatakan bahwa, Penyebab seorang anak melakukan perilaku menyimpang adalah berasal dari dua faktor, yakni faktor dari dalam jiwa anak itu sediri atau faktor internal dan faktor dari luar anak itu sendiri atau faktor eksternal. Pemikiran tersebut juga senada dengan hasil penelitian terdahulu yang diungkapkan oleh Rizki Dwi Hartono (2013:4) yang menyatakan bahwa, Perilaku menyimpang disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal yang terdiri dari aspek perkembangan alat seksual (biologis), aspek motivasi. Dan selanjutnya faktor eksternal yang terdiri dari aspek keluarga, aspek pergaulan dan aspek media massa. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam masalah penyimpangan asusila pada anak ini tidak terlepas dari faktor penyebab internal atau faktor dari dalam diri anak. Telah menjadi fitrah bahwa perempuan memiliki ketertarikan terhadap laki-laki dan sebaliknya laki-laki mempunyai ketertarikan dengan perempuan. Namun karena berbagai macam keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dengan banyak pertimbangan agar sesuai dengan ranah kajian sosiologi maka fokus penelitian hanya pada faktor eksternal saja yakni faktor yang berasal dari keluarga atau orang tua, pergaulan dengan teman sebaya dan media massa. Dalam penelitian ini, terdapat keterkaitan dari ketiga faktor yang menyebabkan anak menjadi warga binaan di LPKA Kelas II Pontianak yang berasal dari Kabupaten Sambas. Dalam hal ini anak merupakan korban kesalahan dalam memahami modernisme, korban yang dimaksud dalam konteks modernisme yang ditampilkan media massal baik itu elektronik maupun media cetak. Dimana atas nama modernisme orang-orang bersedia menampilkan kemolekan tubuhnya di depan umum, serta gaya pacaran yang tidak sehat yang ditampilkan atau dipertontonkan kepada seluruh masyarakat melalui media massa baik itu media elektronik maupun cetak. Hal ini tentu disaksikan oleh seluruh masyarakat, dari mulai anak-anak sampai dewasa. Anak mempunyai kecendrungan untuk meniru apa yang dilihatnya, senada yang diungkapkan oleh Hasan Sadily (dalam Herabudin, 2015: 91) menyatakan bahwa Seseorang yang melakukan tindakan penyimpangan karena sering membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang, yang disebabkan proses belajar menyimpang. Dari proses belajar tersebut, anak cendrung mengimplikasikannya dalam lingkungan pergaulan mereka, ditambah dengan lemahnya perhatian, pengawasan, dan penanaman nilai-nilai oleh orang tua, sehingga anak cendrung berperilaku menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, penelitian Analisis Faktor Penyebab Anak Menjadi Warga Binaan Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak Asal Kabupaten Sambas kesimpulan secara umum yaitu penyebab anak menjadi warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak asal Kabupaten Sambas adalah berasal dari faktor eksternal yang terdiri keluarga, pergaulan atau teman sebaya dan media massa. Dimana ketiga faktor tersebut masingmasing memberikan pengaruh dan menciptakan kesempatan untuk anak asal Kabupaten Sambas melakukan perilaku menyimpang asusila sehingga membuat anak asal Kabupaten Sambas tersebut menjadi

6 warga binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pontianak. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka disarankan kepada orang tua sebaiknya mengawasi serta menanamkan nilai-nilai spiritual pada anak sehingga anak merasa terawasi, dan yang paling penting orang tua diharapkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan anak, bisa menjadi teman saat dibutuhkan dan bisa menjadi figur orang tua yang dapat memberikan contoh yang baik pada anak. Untuk instansi lembaga yang terkait khususnya LPKA Kelas II Pontianak dapat menggunakan hasil penelitian menjadi informasi awal atas pengambilan kebijakan mengenai langkah awal memperbaiki perilaku warga binaan kearah yang lebih baik serta meningkatkan kontrol kepada warga binaan dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada warga binaan di LPKA. DAFTAR RUJUKAN Adjis, Chairil A & Akasyah, Dudi. (2007). Kriminologi Syariah. Jakarta: Graha Pena Al Hakim, Suparlan (2015). Pengantar Studi Masyarakat Indonesia. Malang: Madani Narwoko, J. Dwi& Suyanto, Bagong. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers Peraturan Derah Kabupaten Sambas No. 3 Tahun 2004 Tentang Larangan Pelacuran Dan Pornografi Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sutarto, dkk. (2008). IPS untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Dwi Hartono, Rizki. (2013). Faktor-faktor Yang Menyebabkan Remaja Berperilaku Menyimpang. Universitas Jember: FISIP Gunarsa, Y. Singgih & Gunarsa, D. Singgih.(1998). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Henslin, James M. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga Herabudin. (2015). Pengantar Sosiologi. Bandung: CV PUSTAKA SETIA Ihsan, Muhammad. (2014). Perilaku Menyimpang Remaja Desa Sungai Alang Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat: FKIP Musbikin, Imam. (2013). Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Pekanbaru: Zanafa Publishing