BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya.

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri dalam perekonomian suatu negara sudah lama dikenal sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi, hal ini sudah sejak lama menjadi perhatian bagi pemerintahan Indonesia. Pada era pemerintahan yang pernah ada, strategi pembangunan ekonomi yang disetir oleh rencana pembangunan lima tahun (Repelita) difokuskan pada industrialisasi. Hal ini telah menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami kemajuan dari perekonomia tradisional dengan pertanian sebagai andalan utama ke perkonomian yang bersifat lebih modern yang didominasi oleh sektor-sektor berbasi teknologi (non-primer). Dalam kurun waktu yang cukup lama, perkembangan ekonomi Indonesia kini dihadapkan pada era ekonomi baru yaitu era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi yang telah menggiring peradaban manusia kedalam suatu arena interaksi sosial baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Konsentrasi perekonomian dunia kini telah mengalami perubahan dari Negara barat ke Negara-negara berkembang dikawasan Asia karena tidak bisa lagi menyaingi biaya murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan efesiensi industri Negara Jepang.

Dalam konteks kebijakan industri masa kini, negara berkembang tidak bisa mengandalakan daya saingnya di bidang industri manufaktur,dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dalam bentuk biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan sumber daya alam yang melimpah.hal tersebut telah membuat banyak negara di dunia beralih ke pemeberdayaan SDM yang kreatif, yang pada akhirnya pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang menitikberatkan pada kreativitas dan informasi sebagai pemain utama, yang popular disebut Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah bagian dari era ekonomi baru yang memberidayakan informasi, kreativitas dan teknologi dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi. Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif. Secara umum, alasan kuat mengapa industri kreatif perlu untuk dikembangkan disebabkan pengaruh dari setiap sektor industri kreatif ini memiliki

kontribusi yang signifikan bagi perekonomian suatu Negara yang dapat menciptakan iklim bisnis yang baik serta memperkuat citra dan identitas suatu bangsa dalam pemanfaatan sumber daya yang terbarukan yang memiliki dampak sosial yang positif. Kondisi ekonomi yang diharapkan oleh Indonesia adalah ekonomi yang berkelanjutan. Keberlanjutan yang dimaksud adalah kemampuan untuk beradapatasi terhadap kondisi geografis dan tanatangan ekonomi baru, yang pada akhirnya menghasilkan keberlanjutan pertumbuhan. Ekonomi Kreatif yang di dalamnya terdapat industri industri dalam menciptakan inovasi memiliki daya tawar yang tinggi di dalam ekonomi berkelanjutan karena individu-individunya memilki modal kreativitas (creative capital) yang mereka gunakan untuk menciptakan inovasi inovasi. Pengembangan ekonomi nasional ke arah industri kreatif merupakan bagian dari optimisme aspirasi untuk mendukung Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) demi mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran, citacita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan kualitas hidup yang tinggi, sejahtera dan kreatif. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2009) mengungkapkan di Indonesia, peran Industri Kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata

tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8 %. Sementara pada tahun 2013 indikator kenaikan ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar 10,9 % dibanding tahun 2012. Indikator Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan sebesar 0,62 % pada tahun 2013 demikian pula dengan jumlah usaha yang mengalami kenaikan sebesar 0,41 %. Tabel 1.1 Statistik Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2005 2013 No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2012* 2013* 1. Berbasis PDB 1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 214.540,8 256.848,1 297.557,26 360.663,46 578.760, 641.815,4 5 2 6 1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 135.394,1 142.091,3 147.906,98 151.581,42 - - 3 2 2. Berbasis Ketenagakerjaan 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 7.360.032,12 7.006.392, 09 7.396.912,7 3 7.686.409,8 5 11.799.5 68 11.872.42 8 2.2 Produktivitas Ribu 63.605,92 65.458,35 65.043,51 64.918,88 - - Rp/TK 3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 3.1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 2.734.076 2.576.235, 2.813.959,2 3.001.635,1 5.398.16 5.420.165,01 42 1 4 2 4 Berbasis Perdagangan Internasional 4.1 Nilai Ekspor Miliar Rp 76.462,03 84.840,18 95.208,61 114.924,97-118.968.0 4 4.2 Nilai Impor Miliar Rp 6.915,06 6.045,16 8.077,49 10.441,82 - - 4.3 Nilai Trade Miliar Rp 69.546,98 78.795,02 87.131,11 104.483,15 - - Sumber : Departemen Perdagangan 2009 dan Indonesia Kreatif 2013 *Diolah oleh penulis. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, disebelah utara, selatan, barat dan timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, kondisi perekonomian Kota

Medan digambarkan melalui struktur ekonomi yang terbentuk dari masing-masing nilai tambah yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi yang ada. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebesar 7,78 persen tahun 2008, sebesar 6.89 persen, tahun 2009 sebesar 6,55 persen, tahun 2010 sebesar7,16 persen dan tahun 2011 sebesar 7,69 persen. Dibanyak bidang Kota Medan telah lama dikenal memiliki potensi yang sangat luar biasa, terutama dari segi pariwisata dan industri yang berkaitan dengan ide atau gagasan. Hal tersebut diatandai dengan mulai banyaknya bermunculan gagasan unik dan baru dari masyarakat Kota Medan dalam menghasilkan terobosan baru kegiatan ekonomi. Tabel 1.2 Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Industri Besar Sedang, Kecil Kota Medan Tahun 2008-2010 No. Klasifikasi Industri Perusahaan Tenaga Kerja 2008 2009 2010 2008 2009 2010 1. Industri Besar Sedang 193 166 133 37.514 25.731 33.497 2. Industri Kecil 211 401 96 766 2.479 1.181 Total 404 567 229 38.280 28.210 34.678 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, kondisi industri yang ada di Kota Medan, digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu Industri Besar Sedang dan Industri Kecil. Pada tahun 2008 total banyaknya perusahaan industri yang ada di Kota Medan sebesar 404 unit usaha, yang kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga 567 unit usaha. Namun lain halnya pada tahun 2010 banyaknya perusahaan industri mengalami

penurunan yang cukup besar hingga menjadi 229 unit usaha. Tidak jauh berbeda halnya dengan kondisi perusahaan industri di Kota Medan, kondisi tenaga kerja terhadap masing-masing industri juga mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang berada pada semua sektor industri sebanyak 38.280 tenaga kerja yang selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 28.210 total tenaga kerja, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi perubahan, di mana terjadi kenaikan tenaga kerja atas penyerapan industri keseluruhan sebanyak 34.678. Selain dari pada itu Kota Medan juga dikenal sebagai jalur pelayaran Selat Malaka, memiliki posisi strategis dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan yang dilakukan didalam negeri maupun luar negeri. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah suku Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo) dan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Dengan kondisi tersebut, maka pengembangan ekonomi kreatif perlu dijadikan sebagai sebuah acuan mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dengan baik sehingga mampu memanfaatkan potensi yang telah ada. Maka, berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan? 2. Bagaiamana strategi yang ditawarkan untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan gambaran umum ekonomi kreatif di Kota Medan. 2. Mengetahui strategi yang baik untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai sebuah kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan ilmiah khususnya tentang ekonomi kreatif. 2. Sebagai tambahan informasi menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang yang sama. 3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung pemberdayaan ekonomi kreatif di Kota Medan untuk ke depannya.