PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, karena

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS ECO-CAMPUS

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kajian kuikulum pada pelajaran IPA, materi kelistrikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA SISWA KELAS 5 A SDN TANGGUL WETAN 02 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

PENERAPAN GENERATED LESSON DALAM KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN MERANCANG PERCOBAAN PADA MATERI RESPIRASI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

D038 ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI DAN SIKAP CALON GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN PADA KONSEP ILMU PENGETAHUAN BUMI ANTARIKSA.

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, seperti perhitungan dalam jual-beli, menghitung kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, manual, dan sosial yang digunakan. Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Lesmana, 2015

Transkripsi:

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA Rianti Cahyani, Nuryani Y, Rustaman, Mulyati Arifin, Yeni Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Jawa Barat Abstract: Sains sebagai sebuah proses, banyak memberikan kontribusi terhadap aktifitas kerja ilmiah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah serta berkomunikasi yang amat dibutuhkan oleh siswa sebagai bekal menjadi pekerja yang efektif dan manusia unggul di abad 21. Hasil survey yang dilakukan peneliti di sebuah universitas Kodya Badung, menunjukkan bahwa kemampuan kerja ilmiah mahasiswa sangat rendah, terutama mahasiswa non eksakta. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan meningkatkan kerja ilmiah mahasiswa non eksakta melalui pembelajaran inkuiri dengan berbantuan multimedia. Penelitian uji coba dilakukan pada mahasiswa semester 3 yang mengambil mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sebanyak 33 orang. Metode penelitian menggunakan Research and Design (R&D). Komponen kerja ilmiah yang diteliti meliputi: Kemampuan kognisi, proses kerja ilmiah dan sikap mahasiswa. Kemampuan kognisi dijaring melalui pretest dan postest materi kuliah. Proses kerja ilmiah dijaring melalui Lembar Kerja Mahasiswa dengan pembelajaran berbantuan multimedia, sedangkan sikap ilmiah mahasiswa diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian pretest dan postest mahasiswa menunjukkan rerata N-gain terhadap kemampuan kognisi mahasiswa adalah 0,34 (sedang) dan re rata gain sebesar 18,18. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognisi mahasiswa pada katagori sedang. Hasil proses kerja ilmiah berdasarkan rerata nilai dari yang terendah (29,33) hingga tertinggi (54,00) adalah: Merumuskan variabel, merumuskan masalah, menghitung/menggunakan matematik, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memprediksi, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan. Sikap ilmiah yang dominan teramati yaitu: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, jujur, tanggung jawab, kreatifitas, skeptis dan peduli terhadap lingkungan. Pentingnya memberi kesempatan pada guru untuk belajar sains melalui inkuiri, dijelaskan dalam National Research Council NRC (1996) sebagai standar A bagi calon guru. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) menyampaikan pula bahwa dalam pembelajaran IPA sedapat mungkin guru melaksanakan proses pembelajaran secara Inkuiri Ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah, bersikap ilmiah dan dapat mengomunikasikannya sebagai komponen penting dalam kecakapan hidup. Pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberi wawasan berpikir dan 6 kurang mengembangkan kemampuan kerja ilmiah siswa/mahasiswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberi wawasan berpikir dan kurang mengembangkan kemampuan kerja ilmiah siswa/mahasiswa. Oleh sebab itu semestinya siswa/mahasiswa diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan obyek belajar, mengamati, mengembangkan pertanyaan, menghubungkan fakta dengan sumber pengetahuan, mengambil kesimpulan dan mengomunikasikan alternatif solusi untuk perbaikanya (Rustaman,2005). Mereka semestinya diberi kesempatan berinkuiri untuk mengembangkan

Rianti, Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Multimedia 7 kemampuan kerja ilmiah, pemahaman konsep dan mengembangkan sikap ilmiah. Tuntutan kerja ilmiah sebagai jembatan untuk mengembangkan pengetahuan atau informasi baru bagi siswa, diuraikan pula dalam Permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran IPA yaitu: 1) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh. Selanjutnya Sutjiatmo (2000) mengemukakan pentingnya inkuiri ilmiah dalam membelajarkan sains yaitu: (1) Inkuiri membangkitkan motivasi belajar, (2) Inkuiri mengembangkan keterampilan dasar melaksanakan eksperimen, (3) Inkuiri menjadi wahana belajar bekerja ilmiah dan (4) Inkuiri menunjang pemahaman materi pembelajaran. Kemampuan bekerja ilmiah dapat diterapkan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alam dan di dalam kelas. Sementara itu media pembelajaran memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Dalam pembelajaran Ilmu Alamiah Dasar (IAD) terdapat beberapa konsep pembelajaran yang membutuhkan media untuk menjelaskan kerumitan bahan ajar maupun fenomena alam seperti tsunami, banjir, badai, gempa bumi, penurunan air tanah. Hal tersebut tidak mudah untuk dipelajari secara langsung dan dibawa ke dalam kelas saat pembelajaran berlangsung, oleh sebab itu diperlukan multimedia untuk memahaminya. Pembelajaran menggunakan multimedia dapat dirancang pada perkuliahan IAD bagi mahasiswa S1 non eksakta di fakultas keguruan. Jika diterapkan pada perkuliahan IAD diharapkan akan menarik minat mahasiswa, membangkitkan gairah maupun motivasi mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan ability inkuiri yaitu bekerja ilmiah, pemahaman pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Adapun rumusan pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) Apakah pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia dapat meningkatkan kerja ilmiah mahasiswa (2) Kerja ilmiah apa sajakah yang paling dominan selama proses pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia berlangsung? (3) Kendala -kendala apa saja yang muncul dalam penerapan pembelajaran? Tujuan penelitian: (1) Mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia terhadap peningkatan kerja ilmiah mahasiswa (2) Mengidentifikasi ke rja ilmiah yang dominan selama proses pembelajaran berlangsung, (3) Mengidentifikasi kendala - kendala yang muncul dalam penerapan pembelajaran. METODE Metode penelitian menggunakan Research and Design (R&D). Komponen yang diteliti meliputi (1) kemampuan kognisi//pengetahuan, (2) Proses kerja ilmiah dan (3) sikap ilmiah mahasiswa. Kemampuan kognisi dijaring melalui pretest dan postest materi kuliah. Kerja ilmiah dijaring melalui Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dengan pembelajaran berbantuan multimedia. Aspek kerja ilmiah yang diamati adalah: Mengumpulkan/menggunakan data, merumuskan masalah, merumuskan variabel, merumuskan hipotesis, menghitung/menggunakan matematik, memprediksi, membuat kesimpulan dan mengomunikasikan. Sikap ilmiah yang diamati yaitu: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, jujur, tanggung jawab, kreatifitas, skeptis dan peduli terhadap lingkungan. Penelitian uji coba dilakukan pada mahasiswa non eksakta semester 3 yang mengambil mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar sebanyak 33 orang di FKIP Universitas Swasta di kota Bandung.

8 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume 14, Nomor 1, April 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji coba terbatas kemampuan kognisi mahasiswa Hasil uji coba terbatas kemampuan kognisi mahasiswa di peroleh melalui hasil pretest dan post test materi perkuliahan IAD. Rerata hasil pretest dan postest pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, terdapat peningkatan rerata nilai kemampuan kognisi dari pretest ke postes sebesar 18,18 dan nilai gain ternormalisasi sebesar 0,34. Katagori N gain menunjukkan katagori cukup /sedang (Arikunto, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan uji coba terbatas pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia, cukup mampu meningkatkan kemampuan kognisi mahasiswa. Tabel 1. Rerata Nilai Pretest, Postest, Gain dan N Gain Uji Coba Terbatas Nilai Nilai Gain N gain pretest possest 46.52 64,70 18,18 0,34 Hasil Uji Coba Terbatas Persentase Kerja Ilmiah Mahasiswa Per Aspek 60 50 40 30 20 10 0 Hasil uji coba terbatas untuk kerja ilmiah mahasiswa per aspek ditunjukkan pada Grafik 1. Berdasarkan data pada grafik tersebut, menunjukkan bahwa rerata persentase kerja ilmiah mahasiswa dari yang terendah (29,33) hingga tertinggi (54,00) adalah: Merumuskan variabel (29,33%), merumuskan masalah (34,67%), meng - hitung/menggunakan matematik (35,33%), merumuskan hipotesis (36,00%), mengum - pulkan data (46,57%), memprediksi (48,57%), membuat kesimpulan (50,00%) dan mengkomunikasikan (54%). Aspek kerja ilmiah merumuskan variabel merupakan aspek kerja ilmiah yang dianggap sulit oleh mahasiswa (29,33%), kesulitan ini karena pemahaman mahasiswa mengenai variabel masih rendah dan sering tertukarnya pemahaman antara variabel bebas dan variabel terikat. Aspek merumuskan masalah (34,67%) merupakan aspek kerja ilmiah berikutnya yang dianggap sulit oleh mahasiswa. Sebagian mahasiswa kesulitan untuk membuat pertanyaan rumusan masalah, menentukan variabel ukur dan aspek kelogisan antara variabel ukur tersebut. Grafik1. Persentase Kerja Ilmiah Mahasiswa Per Aspek pada Uji Coba Terbatas Hasil ujicoba terbatas demonstrasi sikap ilmiah per kelompok mahasiswa Data pada Grafik 2 adalah rerata nilai demonstrasi sikap ilmiah mahasiswa per kelompok pada saat pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia berlangsung. Grafik tersebut. menunjukkan bahwa demonstrasi sikap ilmiah mahasiswa yang dominan teramati yaitu: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, jujur, tanggung jawab, kreatifitas, skeptis dan peduli terhadap lingkungan.

Rianti, Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Multimedia 9 Sikap rasa ingin tahu (7,6) dan mengemukakan pendapat (6,6) yang paling dominan di demonstrasikan mahasiswa. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran inkuiri menciptakan kemampuan bertanya secara bebas dan menyampaikan ide-ide kreatifnya dalam menemukan solusi permasalahan. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Grafik 2. Rerata nilai demonstrasi sikap ilmiah per kelompok mahasiswa pada saat pembelajaran Kendala-kendala yang muncul dalam penerapan pembelajaran Terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam penerapan pembelajaran 1 Perlunya pengaturan waktu yang proporsional antara pembagian waktu melaksanakan pemutaran film multimedia) dan pengerjaan LKM. 2 Jumlah anggota kelompok yang gemuk (5 orang) menyebabkan beberapa mahasiswa lepas tanggung jawab dan tidak aktif. 3 Sebagaian mahasiswa belum mampu melaksanakan pembelajaran inkuiri sehingga perlu bimbingan secara terus menerus. 4 Tayangan multimedia hanya dilakukan pada saat pembelajaran sehingga bagi mahasiswa yang telat hadir tidak dapat menyimak secara utuh. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia, cukup mampu meningkatkan kemampuan kognisi mahasiswa (N Gain 0,34). Kerja ilmiah berdasarkan rerata nilai dari yang terendah (29,33) hingga tertinggi (54,00) adalah: Merumuskan variabel, merumuskan masalah, menghitung/menggunakan matematik, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memprediksi, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan. Sikap ilmiah yang dominan teramati yaitu: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, jujur, tanggung jawab, kreatifitas, skeptis dan peduli terhadap lingkungan. Sementara yang menjadi kendala saat pembelajaran berlangsung diantaranya: Menegemen waktu, anggota kelompok mahasiswa yang besar, tidak ada pengulangan pembelajaran, Mahasiswa belun terbiasa dengan inkuiri. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT. Bumi Aksara. BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

10 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume 14, Nomor 1, April 2013 Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. National Research Council. (1996). Inquiry and the National Science Education Standard. Washington DC: National Academis Press. Rustaman, Y. (2005). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya Proceeding of The First International Seminar on Science Educational. Sutjiatmo, B.(2000). Hakekat Pembelajaran Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Kiat Pembelajaran Fisika di perguruan Tinggi. Dokumen pada Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Dikti. Depdiknas. Jakarta.