BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita pembangunan Negara Indonesia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur penggajian yang ditetapkan. pemotongan gaji dan pembayaran gaji yang salah. Hal tersebut akan

BAB I INTRODUKSI. Bab ini akan menguraikan terlebih dulu tentang latar belakang topik

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Institut Seni Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Aset merupakan salah satu direktorat di Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Disetiap lingkungan pendidikan pasti memiliki program program yang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM TAHUN ANGGARAN 2014

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia berlaku Undang-undang Perpajakan yang baru sebagai penyempurna Undang-undang yang sebelumnya :

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pendidikan menetapkan Universitas Gadjah Mada sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU)

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

Paparan Workshop Good Governance Week Subdit Anggaran dan Akuntansi

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN

LAMPIRAN. Lampiran 1: Kesesuaian Pedoman Sistem Akuntansi PTN BLU X dengan. PMK No 76 Tahun

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. penjualan yang tidak rutin. Sistem akuntansi dirancang sebagai wujud

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

2013, No.57 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Po

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

Tunjangan Kinerja pada PTN Badan Hukum. Dialog Bersama Rektor IPB Bogor, 17 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tentang petunjuk penyusunan dan pengesahan daftar isian laporan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 13 /PERMEN/M/2006

BAB I PENDAHULUAN. Paska reformasi, Indonesia mengalami banyak perubahan pada seluruh

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Perkembangan Usulan Tunjangan Kinerja bagi PNS Tenaga Kependidikan pada PTN BH

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

PERMASALAHAN BELANJA BANTUAN SOSIAL DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 12 Maret 2014

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Evaluasi sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Ciledug

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi untuk mempertahankan dan mengembangkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TITIK KRITIS PENGAWASAN DEWAS PTN BLU DEWAS BLU UNS

PENDAHULUAN. terdapat berbagai fungsi yang saling terkoordinasi. Struktur organisasi tersebut

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 2006

Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemerintahan yang baik (good governance) berarti kepemerintahan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RERANGKA KERJA AUDIT SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi pasar keuangan yang terjadi saat ini menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan didukung oleh sebuah sistem akuntansi yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG KEPUTUSAN REKTOR UIN WALISONGO SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Hal itu diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dari pelaksanaan hak-hak asasi

BAB V KESIMPULAN. merekap SSP. SSP tidak lagi dalam bentuk hard copy, melainkan SSP dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita pembangunan Negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk dapat mewujudkan cita-cita negara tersebut, pemerintah Indonesia menyelenggarakan program pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu program pendidikan yang diselenggarakan adalah program pendidikan tinggi. Sesuai dengan PP Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi Pasal 1, penyelenggaraan pendidikan tinggi dapat dilakukan melalui beberapa lembaga perguruan tinggi. Lembaga perguruan tinggi tersebut terdiri dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diselenggarakan oleh Pemerintah, maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang diselenggarakan oleh perorangan ataupun yayasan. Lembaga Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, Akademi, dan Akademi Komunitas. PP Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 22 menjelaskan bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya. Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah PTN BLU, PTN BH, dan PTS. Otonomi pengelolaan yang diberikan pada PTN BLU dengan PTN BH memiliki beberapa perbedaan. Secara 1

2 umum, PTN BH memiliki otonomi yang lebih kompleks dan mandiri dibandingkan dengan PTN BLU. Di Indonesia, perguruan tinggi yang telah berstatus sebagai PTN BH ada sepuluh perguruan tinggi. Salah satu PTN BH tersebut adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Berdasarkan PP Nomor 67 Tahun 2013, statuta UGM telah resmi menjadi PTN BH sejak ditetapkannya PP tersebut di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2013 oleh Presiden RI, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan ditetapkannya UGM menjadi PTN BH, maka sesuai dengan PP Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 25, UGM memiliki beberapa kewenangan khusus yang wajib diselenggarakan oleh PTN BH. PTN BH memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan organisasinya dibandingkan dengan PTN BLU. Tuntutan tanggung jawab dan transparansi pengelolaan organisasi kepada pemerintah dan masyarakat mutlak diperlukan. Sehingga PTN BH perlu melakukan pengendalian dan pengawasan internal tersendiri terhadap kebijakan operasional dan pelaksanaan organisasinya. Implementasi dari PP Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 25 tersebut terlihat dalam salah satu kebijakan operasional UGM yakni pelaksanaan ketenagaan di UGM. UGM sebagai PTN BH dapat melakukan penerimaan dan pemberhentian Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai ketenagaan di UGM. Ketenagaan di UGM sesuai dengan PP Nomor 67 Tahun 2013 Pasal 50 mencakup tenaga pendidik (dosen), dan tenaga kependidikan. Dosen dan tenaga kependidikan merupakan sumber daya manusia pendukung terselenggaranya kegiatan belajar mengajar di UGM.

3 UGM memiliki dosen dan tenaga kependidikan yang berstatus PNS maupun non PNS. Berdasarkan status tersebut, pengelolaan ketenagaan dalam hal sistem penggajian yang digunakan pun berbeda. Untuk dosen dan tenaga kependidikan PNS, Pemerintah telah mengatur gaji sebagai timbal balik atas pekerjaan mereka yang rutin diberikan setiap bulan. Sedangkan bagi dosen dan tenaga kependidikan non PNS, digunakan istilah honorarium rutin yang diberikan secara tetap setiap bulannya atas pekerjaan yang dikerjakan. Sistem penggajian di UGM yang merupakan instansi pemerintahan, berbeda dengan sistem penggajian pada sektor swasta. Hal ini dikarenakan tujuan dari instansi pemerintahan dan sektor swasta berbeda. Instansi pemerintahan berorientasi pada pelayanan publik sebagai salah satu bentuk kewajiban negara untuk mensejahterakan rakyat dan melaksanakan pembangunan, sedangkan sektor swasta berorientasi pada pencapaian keuntungan usaha. Sumber pendanaan yang digunakan untuk gaji/honoraium ketenagaan di UGM juga berbeda. Bagi ketenagaan yang berstatus PNS, beban penggajian dialokasikan melalui APBN. Sedangkan bagi ketenagaan non PNS, sumber pendanaan honorarium rutin yang dibayarkan berasal dari dana BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri) dan DAMAS (Dana Masyarakat). BOPTN merupakan dana bantuan dari pemerintah yang diperuntukkan kegiatan operasional bagi PTN di Indonesia. Penggunaan dana BOPTN dan DAMAS bagi sumber pendanaan sistem honorarium rutin disesuaikan dengan klasifikasi ketenagaan.

4 Klasifikasi ketenagaan yang menggunakan dana BOPTN adalah dosen tetap (istilah bagi dosen tetap non PNS) yang berada di seluruh fakultas dan sekolah di lingkungan UGM, tenaga kependidikan tetap di seluruh unit kerja, dan tenaga kependidikan tidak tetap unit-unit kerja di lingkungan Kantor Pusat UGM (KPU). Sedangkan sumber pendanaan DAMAS digunakan bagi honorarium rutin dosen magang dan tenaga kependidikan tidak tetap di lingkungan fakultas dan sekolah di UGM. Mengelola sistem honorarium rutin dengan sumber dana yang berbeda tidaklah mudah. Diperlukan pengendalian internal yang dapat mengontrol dan mengawasi berjalannya sistem honorarium rutin yang menggunakan DAMAS maupun BOPTN. Penggunaan sumber dana bagi sistem honorarium rutin tenaga pendidik dan kependidikan merupakan kegiatan yang perlu tanggungjawab tinggi dalam mengelolanya. Pengelolaan pengendalian sistem honorarium rutin yang berasal dari dana BOPTN dan DAMAS dipisahkan karena pusat pertanggungjawaban yang dituju juga berbeda. Pengelolaan pengendalian sistem honorarium rutin dari sumber pendanaan BOPTN dilakukan melalui Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) UGM. Sedangkan pengelolaan pengendalian sistem honorarium rutin dari sumber pendanaan DAMAS dibebankan pada fakultas atau sekolah yang bersangkutan di lingkungan UGM sesuai dengan Rapat Kinerja Anggaran Tahunan (RKAT). Audit terhadap sumber pendanaan BOPTN akan dilakukan oleh BPK dan bagi sumber pendanaan DAMAS akan diaudit oleh Komite Audit Internal(KAI) UGM. Namun dalam pelaksanaannya, pihak Universitas juga menyelenggarakan audit

5 dari pihak eksternal, yakni Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah ditunjuk oleh Universitas. Sebelum dilakukan audit, perlu adanya pengendalian internal yang dilakukan untuk dapat mengawasi berjalannya suatu kebijakan dengan taat pada dasar hukum dan prosedur yang telah ditetapkan agar dapat terlaksana tujuan dari suatu kebijakan. Mulyadi (2001) menyatakan bahwa: Tujuan dari pengendalian internal adalah menjaga kekayaan organisasi, mengecek keandalan dan ketelitian data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Wibowo (2009) dalam jurnalnya tentang evaluasi sistem informasi akuntansi penggajian menyimpulkan bahwa pengendalian internal yang dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Ciledug dapat diandalkan. Evaluasi sistem pengendalian internal yang dilakukan mengacu pada standar COSO. Selain itu, untuk menjalankan unsur-unsur pengendalian internal yang baik, setiap bagian-bagian yang terkait dalam sistem penggajian harus dilakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab fungsional pengelolanya, agar tidak terjadi kecurangan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pengendalian internal yang diterapkan berdasarkan lima komponen pengendalian internal menurut COSO. COSO (Committe of Sponsoring Organizations of the Tradeway Commission) merupakan komite yang dibentuk dan didanai melalui inisiatif lima lembaga. Kelima lembaga tersebut antara lain AAA, AICPA, FEI, IIA, dan IMA. Tujuan dari dibentuknya COSO adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan, dan membuat rekomendasi untuk

6 mengatasi kecurangan tersebut. Saat ini, komponen pengendalian internal COSO telah digunakan untuk berbagai dasar pengendalian kegiatan yang berlangsung, terutama dalam pengendalian internal terhadap kegiatan keuangan. Dhaniara (2013) dalam penelitiannya tentang analisis efektivitas pengendalian internal pada PT. INKA menyebutkan bahwa Pemerintah RI melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat juga mengadopsi pengendalian internal COSO untuk digunakan sebagai dasar pembentukan dalam sistem pengendalian internalnya. UGM sebagai PTN BH memiliki kewenangan khusus dalam melakukan pengendalian internal terhadap kebijakan-kebijakan yang sedang berjalan atau telah terlaksana. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 25 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Dalam sistem honorarium rutin dengan sumber pendanaan BOPTN di lingkungan UGM, Direktorat SDM UGM sangat berperan dalam melakukan pengendalian internal sistem honorarium sebelum dilakukan pembayaran oleh KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih dalam tentang Analisis Pengendalian InternalAtas Sistem Honorarium Rutin Sumber Dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah bagaimana implementasi pengendalian internalatas sistem honorarium rutin sumber dana BOPTN tahun 2014 di Universitas Gadjah Mada sesuai dengan lima komponen pengendalian internal menurut COSO? 1.3 Batasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini penulis melakukan beberapa batasan masalah agar penulisan tidak melebar dan dapat terfokus. Dengan adanya pembatasan masalah tersebut tidak akan mengubah tujuan dari penulisan ini. Batasan masalah tersebut antara lain: 1. Sistem honorarium yang akan menjadi obyek pembahasan adalah honorarium yang menggunakan sumber dana BOPTN 2014. Sumber dana BOPTN merupakan sumber dana bantuan pendidikan yang berasal dari Pemerintah, dan nantinya akan dilakukan audit resmi terhadap penggunaan dana tersebut oleh BPK selain diaudit oleh KAI UGM dan KAP eksternal Universitas. 2. Pembebanan sistem honorarium dengan menggunakan BOPTN 2014 di lingkungan UGM tersebut sesuai dengan SK KPA Nomor 22/KP/SK/2014. Berdasarkan SK tersebut, kepegawaian di lingkungan UGM yang dibebankan pada honorarium BOPTN 2014 adalah dosen tetap non PNS, tenaga kependidikan tidak tetap lingkungan Kantor Pusat UGM (KPU), dan tenaga kependidikan tetap di seluruh lingkungan UGM.

8 1.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan yang dapat dicapai antara lain: 1. Mengetahui prosedur dalam sistem honorarium rutin atas sumber dana BOPTN tahun 2014 yang berjalan di lingkungan UGM. 2. Menganalisis implementasi pengendalian internalpada sistem honorarium rutin yang menggunakan sumber dana BOPTN di UGM sesuai dengan lima komponen pengendalian internal menurut COSO. 3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam pengendalian internal yang telah diterapkan selama ini dalam sistem honorarium rutinmenggunakan sumber dana BOPTN di UGM disesuaikan dengan hasil analisis lima komponen pengendalian internal menurut COSO sebelumnya. 1.5 Manfaat Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi Instansi Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan pihak Direktorat SDM yang berperan sebagai pihak pengendali internal dalam kegiatan pemrosesan honorarium rutin. 2. Bagi Masyarakat Khususnya Akademisi Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat sebagai pembaca dan secara khusus bagi akademisi di perguruan tinggi. Selain itu, penulisan ini diharapkan juga dapat menambah bahan

9 kajian pustaka dan sekaligus sebagai pembanding bagi penulisan atau penelitian selanjutnya. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan selama ini.

10 1.6 Kerangka Pemikiran Status Pegawai Non PNS Sumber Pendanaan BOPTN Edaran Kuasa Pengguna Anggaran UGM Nomor 22/P/SK/KP/2014 tentang penggajian Dosen dan Tenaga Kependidikan Non PNS yang Dibebankan ke BOPTN Sistem Honorarium Prosedur Perhitungan Gaji Dilakukan di Unit Kerja Masing-masing Dikendalikan melalui: Prosedur Pengajuan Pembayaran Dilakukan melalui Direktorat Keuangan Prosedur Pengendalian Internal Pengajuan Honorarium Direktorat SDM UGM Analisis Pelaksanaan Pengendalian Internal Unsur Pengendalian Internal Menurut COSO Sesuai/ Tidak sesuai Kelebihan dan Kelemahan Pengendalian Internal dari Hasil Analisis