BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB II KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

PERLINDUNGAN INDUSTRI DOMESTIK DALAM PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini

(Suci Hartati, SH, M.Hum) Abstrac

Disampaikan Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum

UNIVERSITAS INDONESIA

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

BAB V PENUTUP. 1. Sengketa dagang antara Indonesia dan Korea Selatan bermula. pada saat KTC mengajukan petisi anti dumping dan melakukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

Memperkuat Sistem Hukum Remedi Perdagangan, Melindungi Industri Dalam Negeri

KAJIAN YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 2

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PERUNDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI. NOMOR 546/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG PEMBENTUKAN TIM BEA MASUK ANTI DUMPING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

MODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 427 /MPP/Kep/10/2000 T E N T A N G KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA

ANTIDUMPING CASE SETTLEMENT IN INDONESIA (In Case wheat flour import form Turkish)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat tajam. Para pelaku pasar di satu negara berlomba-lomba

BAHAN KULIAH. Safeguard TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum

BAB II KONSEP DAN PENGATURAN DUMPING SERTA ANTIDUMPING DALAM KERANGKA GATT WTO

2 Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Jepang, Republik Korea, Taiwan, Republik Rakyat Tiong

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang lazim disebut globalisasi ekonomi. Proses globalisasi ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.011/2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Dinamika

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

RERANGKA ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

2016, No dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.011/2013 dan berlaku sampai dengan tanggal 1 April 2016; c. bahwa berdasarkan ketentua

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTIK DUMPING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arus peredaran barang, jasa, modal dan tenaga kerja antar negara. Kegiatan ini dapat terjadi melalui hubungan ekspor, impor, investasi, perdagangan jasa, lisensi dan waralaba, hak atas kekayaan intelektual dan ahli teknologi, yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap kegiatan ekonomi lainnya, seperti perbankan, asuransi, perpajakan dan sebagainya. Keinginan lahirnya suatu organisasi perdagangan yang bersifat multilateral telah lama timbul untuk mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan perdagangan global yang melibatkan kepentingan negara-negara di dunia yang memiliki komitmen bersama mewujudkan perdagangan internasional yang fair dan adil. Untuk mewujudkan integrasi sistem perdagangan dunia, beberapa negara besar mencoba untuk membentuk organisasi perdagangan dunia yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi suatu sistem perdagangan dunia yang ideal, yang dimulai dari upaya pembentukan International Trade Organization (ITO), General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1947, sampai terbentuknya World Trade Organization (WTO). Upaya pembentukan organisasi perdagangan dunia ini mencerminkan adanya keinginan yang kuat untuk mewujudkan suatu sistem perdagangan yang adil. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan bisnis antar negara diperlukan suatu instrumen hukum dalam bentuk regulasi baik nasional maupun internasional seperti pengaturan dalam hukum perdagangan internasional. Oleh karena itu dengan masuknya Indonesia sebagai anggota perdagangan dunia melalui ratifikasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement On Establishing The World Trade Organization (WTO) membawa konsekuensi bagi Indonesia, yaitu harus mematuhi seluruh hasil kesepakatan dalam forum WTO, serta melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional sesuai dengan hasil kesepakatan WTO. Negara-negara anggota WTO, termasuk Indonesia, diberikan kebebasan untuk membuat dan mengaplikasikan baik substansi maupun prosedur hukum nasionalnya sendiri. Meskipun demikian hukum nasional tersebut harus konsisten dengan ketentuan-ketentuan WTO. Perdagangan internasional menghendaki pasar yang terbuka bagi produk-produk ekspor di setiap negara. Keadaan ini menyebabkan setiap negara maupun pengusaha di suatu negara harus berkompetisi satu sama lain dalam pasar global. Salah satu cara untuk dapat berkompetisi dalam pasar global adalah mengekspor produk-produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing, bahkan lebih murah daripada harga produk-produk yang sama di negara

pengimpor. Jika hal ini terjadi tentu dapat merugikan industri-industri pada produk yang sama di negara pengimpor. Oleh karena itu, perlu ada tindakan-tindakan atau pengaturan secara internasional terhadap keadaan seperti yang digambarkan yang sering disebut dengan istilah pemulihan perdagangan atau remedi perdagangan (Trade Remedies). Secara umum pengertian remedi perdagangan mengacu kepada tindakan atau kebijakan pemerintah untuk meminimalkan dampak negatif dari impor terhadap industri dalam negeri (IDN). Remedi perdagangan ini diperlukan mengingat impor, baik yang dilakukan secara tidak jujur (unfair trade) maupun secara jujur (fair trade) tidak jarang dapat merugikan industri dalam negeri. Impor yang dilakukan secara tidak jujur dan merugikan industri dalam negeri adalah impor produk-produk asing dengan harga dumping, yaitu harga di bawah harga normal, dan impor produk-produk asing yang bersubsidi. Sedangkan impor yang dilakukan secara jujur tetapi dapat merugikan industri dalam negeri adalah impor yang jumlahnya melonjak secara cepat dan tidak wajar. Remedi perdagangan untuk mengantisipasi produk dumping dan produk bersubsidi diwujudkan dalam bentuk pengenaan bea masuk impor tambahan, yaitu Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atau Antidumping Duties (ADD) dan Bea Masuk Imbalan (BMI) atau Countervailing Duties (CVD). Sedangkan remedi perdagangan untuk mengendalikan dampak impor yang melonjak adalah tindakan pengamanan (Safeguard) berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan pembatasan impor. Secara umum penerapan remedi perdagangan dimaksudkan untuk mengeliminasi keunggulan-keunggulan harga yang diperoleh kompetitor asing melalui praktik perdagangan curang, sedangkan safeguards didesain untuk memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri untuk melakukan penyesuaian dan meminimalisasi dampak-dampak yang berupa destabilisasi akibat lonjakan impor. Dalam menerapkan tindakan antidumping dan safeguard, otoritas tidak hanya membuktikan dilakukannya dumping ataupun adanya lonjakan impor, tetapi juga harus membuktikan bahwa dumping dan safeguard tersebut menyebabkan kerugian material pada industri dalam negeri yang memproduksi barang serupa. Beberapa bentuk kerugian material dalam hal ini adalah kerugian material yang terjadi saat ini, kerugian di masa yang akan datang (ancaman kerugian) dan penghalangan berkembangnya industri dalam negeri dan untuk selanjutnya akan dibahas dalam penelitian ini.

B. Perumusan Masalah Globalisasi memberikan dampak atau implikasi yang sangat besar terhadap pembentukan sistem hukum nasional. Negara yang melibatkan diri dalam globalisasi dengan sendirinya telah mengikatkan diri untuk tunduk pada aturan hukum yang telah disepakati masyarakat internasional. Terlebih lagi dengan meratifikasi Agreement WTO sebagai suatu single undertaking timbul kewajiban bagi setiap negara anggota untuk membentuk hukum nasionalnya dengan tidak bertentangan dengan persetujuan GATT/WTO. Hingga saat ini liberalisasi perdagangan melalui perundingan-perundingan WTO telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap negara-negara anggota. Khusus untuk Indonesia, dampak positif dimungkinkan dengan terbukanya peluang pasar internasional yang lebih luas tetapi juga menyediakan kerangka perlindungan multilateral yang lebih baik lagi bagi kepentingan nasional dalam perdagangan internasional. Sebaliknya dampak negatif dalam hal tersebut salah satunya ialah sulitnya mengendalikan derasnya laju impor produkproduk dari mitra dagang asing, apalagi dalam menghadapi praktek-praktek curang dalam perdagangan. Apabila ditinjau kearah sudut kepentingan ekspor, maka produk indonesia dengan adanya liberalisasi perdagangan ini akan berdampak positif dengan memberikan perluasan perdagangan yang bebas hambatan, namun karena prinsip timbal balik maka Indonesia juga harus membuka pasar terhadap produk-produk impor dari negara lain. Sehubungan dengan hal itu, mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan oleh liberalisasi perdagangan, maka sekarang ini beberapa negara anggota WTO menggunakan berbagai instrumen ketentuan-ketentuan WTO guna melindungi Industri dalam negeri. Solusi untuk melindungi dari praktik dumping dan lonjakan impor adalah dengan cara menggunakan instrumen hukum antidumping dan pengamanan perdagangan (safeguard). Lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah antidumping dan safeguard yang berkaitan langsung dengan perlindungan terhadap industri dalam negeri dan perbandingan diantara kedua instrumen hukum remedi perdagangan tersebut. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana komparatif yuridis dalam kebijakan antidumping dan safeguard dalam menentukan kerugian (injury) dalam hal adanya dugaan dumping dan lonjakan impor? Bagaimana komparatif yuridis penentuan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk memahami perbandingan penentuan kerugian dalam tindakan antidumping dan safeguard dengan melihat aspek keberlakuan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Untuk memahami perbandingan penentuan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat meningkatkan pemahaman dunia usaha tentang dumping dan safeguard serta akibatnya terhadap industri dalam negeri. Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat maupun praktisi-praktisi hukum mengenai perbedaan-perbedaan serta persamaanpersamaan dengan memberi penjelasannya dan meneliti bagaimana berfungsinya hukum dan bagaimana pemecahan yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor non-hukum mana saja yang mempengaruhinya. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pemahaman di bidang akademik, di bidang ilmu hukum khususnya mengenai kebijakan hukum anti dumping dan pengamanan perdagangan. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fakultas Hukum, diketahui bahwa penulisan tesis tentang : perbandingan penentuan kerugian (injury) dalam tindakan anti dumping dan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard) di Indonesia belum pernah dilakukan. Meskipun demikian, ada beberapa penulisan tesis yang dilakukan oleh mahasiswa terdahulu terkait anti dumping, antara lain : Penundaan penetapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) impor Tepung Terigu dan dampaknya terhadap persaingan usaha : Studi kasus Rencana Penetapan BMAD impor Tepung Terigu UEA, Australia dan Uni Eropa yang ditulis oleh El Wafa, Hosnu dalam tesis program magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Perlindungan hukum antidumping bagi industri domestik terkait dengan anti dumping duties dalam mengantisipasi era pasar bebas (free trade) di

Indonesia ditulis oleh Malrano, Edrianto dalam tesis Program Magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penegakan hukum dalam lembaga antidumping di Indonesia ditulis oleh Marianto dalam tesis Program Magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis hukum pengenaan bea masuk antidumping produk kertas tertentu indonesia di korea ditulis oleh antini triwidati, sh dalam tesis program magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Namun demikian, penelitian-penelitian yang telah ada tersebut tidak menitikberatkan pada gagasan utama dalam menguraikan perbandingan penentuan kerugian (injury) antara antidumping dan safeguard dalam proses penyelidikan anti dumping dan safeguard.