KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MUHAMMAD YUSUF PULUNGAN. Keragaan Karakter Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) Hasil Induksi Mutasi Sinar Gamma di Tiga Lokasi. Dibimbing oleh YUDIWANTI W. E. KUSUMO dan IRENG DARWATI. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh perlakuan irradiasi sinar gamma terhadap penampakan morfologi tanaman purwoceng dan mempelajari pengaruh ketinggian lokasi terhadap pertumbuhan tanaman purwoceng. Percobaan dilaksanakan dari April 2007 sampai April 2008 di tiga lokasi, yaitu Kebun Percobaan Balittro Gunung Putri (ketinggian 1545 m dpl), Cibadak (ketinggian 950 m dpl), dan Cicurug (ketinggian 550 m dpl) sedangkan irradiasi benih dilakukan di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Jakarta. Bahan tanaman yang digunakan adalah benih tanaman purwoceng yang diperoleh dari Kebun Percobaan Balittro Gunung Putri. Benih purwoceng diirradiasi menggunakan sinar gamma dengan dosis 1, 2, 3, 4, dan 5 krad. Selanjutnya benih-benih disemai di Gunung Putri dan setelah berkecambah dipindahkan ke pot dan dipelihara di tiga ketinggian lokasi berbeda. Hasil percobaan menunjukkan bahwa daun purwoceng berbentuk jantung, tepi daun bergerigi, dan anak daun terletak berpasangan sejajar pada tangkai daun. Warna daun dan warna tangkai daun purwoceng adalah hijau dan kemerahan. Keragaan tanaman purwoceng tersebut tidak dipengaruhi oleh iradiasi sinar gamma. Purwoceng yang ditanam di Cicurug dan Cibadak memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan purwoceng yang ditanam di Gunung Putri. Purwoceng dengan panjang tangkai daun dari yang terpanjang ke yang lebih pendek berturut-turut adalah yang ditanam di lokasi Cibadak, Cicurug, dan Gunung Putri. Purwoceng di Cicurug dan Cibadak memiliki diameter kanopi yang lebih panjang dibandingkan purwoceng di Gunung Putri. Purwoceng di Cicurug berbunga lebih cepat tetapi persentase tanaman berbunga lebih kecil dibandingkan di Cibadak dan Gunung Putri.
LEMBAR PENGESAHAN Judul : KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Nama : Muhammad Yusuf Pulungan NRP : A34403065 Program studi : Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. Dr. Ir. Ireng Darwati NIP : 131 803 645 NIP : 080 079 020 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP : 131 124 019 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 6 April 1983. Penulis merupakan anak satu-satunya dari pasangan ayah Arsyad Pulungan dan Ibu Supiah. Penulis menjalani pendidikan formal di SD Negeri Sipange No. 144442, lulus tahun 1996, kemudian di SMP Negeri 4 Batang Angkola, lulus tahun 1999. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 1 Batang Angkola pada tahun 2002. Tahun 2003 penulis diterima di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2004 penulis terpilih sebagai salah satu pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB untuk periode tahun 2005-2006. Penulis juga aktif di OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (Imatapsel) Bogor. Penulis menjabat sebagai ketua umum Imatapsel Bogor pada periode kepengurusan tahun 2006-2007.
KATA PENGANTAR Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan hidayah dan karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai April 2008 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan atas dorongan untuk dapat mengembangkan tanaman purwoceng yang merupakan tanaman obat endemik di Indonesia. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan varietas tanaman purwoceng yang dapat beradaptasi di dataran yang lebih rendah. Penelitian ini dilaksanakan bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Cimanggu, Bogor. Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Ayah dan Ibu atas segala doa dan dorangan semangat serta pengorbanan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 2. Ibu Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. dan ibu Dr. Ir. Ireng Darwati selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Sahabat dan keluarga penulis di Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan Bogor khususnya angkatan 40. 4. Teman-teman di Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih khususnya angkatan 40 dan 41 yang selalu memberikan bantuan dan semangat. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua, kemajuan pertanian Indonesia, serta bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Amin Bogor, Desember 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Percobaan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Purwoceng... 4 Pemuliaan Mutasi... 6 Radiasi Sinar Gamma... 7 BAHAN DAN METODE... 10 Tempat dan Waktu Percobaan... 10 Bahan dan Alat... 10 Pelaksanaan Percobaan... 10 Pengamatan... 11 HASIL DAN PEMBAHASAN... 12 Kondisi Umum Percobaan... 12 Karakter Kualitatif... 15 Karakter Kuantitatif... 20 KESIMPULAN DAN SARAN... 30 DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN... 33 ix
DAFTAR TABEL Teks 1. Jumlah Benih Berkecambah Pada Tiap Dosis Irradiasi... 12 2. Kondisi Umum Tanaman Purwoceng di Tiga Lokasi dengan Ketinggian Berbeda... 13 3. Jumlah Daun Tanaman Purwoceng dengan Dosis Irradiasi yang Berbeda Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 20 4. Uji-t Jumlah Daun Purwoceng Antar Dosis Irradiasi Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 21 5. Panjang Tangkai Daun Purwoceng dengan Dosis Irradiasi yang Berbeda Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 22 6. Uji-t Panjang Tangkai Daun Purwoceng Antar Dosis Irradiasi Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 22 7. Diameter Kanopi Purwoceng dengan Dosis Irradiasi yang Berbeda Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 23 8. Uji-t Diameter Kanopi Antar Dosis Irradiasi Berbeda Pada 4 8 Minggu Setelah Tanaman Dipindahkan Ke Pot... 24 9. Uji-t Nilai Tengah Jumlah Daun Purwoceng Semua Dosis Irradiasi Di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 25 10. Uji-t Nilai Tengah Panjang Tangkai Semua Dosis Irradiasi Di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 26 11. Uji-t Diameter Kanopi Tanaman Purwoceng Semua Dosis Irradiasi di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 27 12. Persentase dan Umur Tanaman Purwoceng Berbunga Semua Dosis Irradiasi di Tiga Lokasi... 28 Lampiran 13. Hasil Pengamatan Warna Daun Purwoceng di Lokasi G. Putri... 33 14. Hasil Pengamatan Warna Daun Purwoceng di Lokasi Cibadak... 34 15. Hasil Pengamatan Warna Daun Purwoceng di Lokasi Cicurug... 35 16. Warna Tangkai Daun di Lokasi Gunung Putri... 36 17. Warna Tangkai Daun di Lokasi Gunung Putri... 37 18. Warna Tangkai Daun di Lokasi Gunung Putri... 38
DAFTAR GAMBAR Teks 1. Tanaman Purwoceng: (1) Tanaman Busuk, (2) Tanaman Terserang Hama Keong, (3) Tanaman Terserang Hama Kutu... 13 2. Tanaman Purwoceng Fase Vegetatif (A), Fase Generatif (B) di Lokasi Gunung Putri (1), Cibadak (2), dan Cicurug (3)... 14 3. Bentuk Anak Daun Purwoceng: Tepi Daun Bergerigi... 15 4. Tipe Daun Majemuk Tanaman Purwoceng Gunung Putri (1), Cibadak (2), Cicurug (3)... 16 5. Warna Daun Purwoceng: Hijau (1), Kemerahan (2)... 16 6. Warna Tangkai Daun Purwoceng: Hijau (1), Kemerahan (2)... 19 7. Jumlah Daun Tanaman Purwoceng di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 25 8. Panjang Tangkai Daun di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 26 9. Diameter Kanopi Tanaman di Tiga Ketinggian Lokasi Berbeda... 27 10. Tanda Inisiasi Bunga pada Purwoceng. Tangkai Penopang Bunga (Tanda Anak Panah Kuning) Tangkai Penopang Daun (Tanda Anak Panah Putih)... 28 11. Tanaman Purwoceng Berbunga. Inzet: Rangkai Bunga Mulai Membuka... 29 12. Bunga Tanaman Purwoceng: Kuncup (1), Mekar (2)... 29
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, bahkan menempati urutan ke tiga terbesar di dunia. Hutan tropika Indonesia ditumbuhi sekitar 30 000 spesies tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3 689 spesies di antaranya merupakan tumbuhan obat (Endjo dan Hernami, 2004). Keanekaragaman hayati ini harus dapat dimanfaatkan sebaik-sebaiknya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.). Purwoceng tergolong tanaman langka dan belum dapat dibudidayakan dalam skala besar. Instalasi Kebun Percobaan Balittro Gunung Putri Cianjur sudah mengembangkan purwoceng sebagai tanaman koleksi. Pemanfaatan purwoceng sebagai obat sudah lazim dilakukan masyarakat. Purwoceng mengandung senyawa alkaloida, polifenol, dan flavonoida, dimanfaatkan daun, akar, dan bunganya untuk obat kuat dan peluruh air seni. Artha (2007) melaporkan banyak orang sudah membuktikan khasiat purwoceng sebagai obat penghilang sakit., penurun panas, anti fungi, dan anti bakteri, tetapi masyarakat umum lebih mengenal tanaman ini sebagai pemulih stamina, penambah gairah, dan penambah jumlah hormon. Purwoceng dikonsumsi masyarakat dalam bentuk seduhan teh. Namun, sudah banyak industri-industri yang menggunakan purwoceng sebagai bahan baku jamu. Yuhono (2004) mengungkapkan industri jamu meminta pasokan bahan baku purwoceng tiap minggunya antara 50-200 kg, sedangkan kemampuan petani secara total hanya 40-50 kg tiap bulannya. Akibatnya banyak industri jamu yang mengalihkan bahan bakunya ke ginseng impor. Oleh sebab itu perlu upaya untuk pengembangan tanaman purwoceng agar kebutuhan industri dapat dipenuhi sehingga dapat menghemat devisa negara. Hasil analisis usaha yang dilakukan Yuhono (2004) menunjukkan bahwa usaha budidaya purwoceng sangatlah layak dan menguntungkan, penerapan budidaya sederhana untuk luasan lahan 1 000 m 2 dapat menghasilkan keuntungan