BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance)

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB III METODE PENELITIAN

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Intensi menurut Ajzen & Fishbein (1980) adalah komponen dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resource) guna menjalankan fungsinya dengan

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya akan berelasi dengan orang lain pun akan meningkat. Individu akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara mengatasi tantangan baik dari lingkungan eksternal dan internal.

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS. pelamar yang melamar pada suatu perusahaan. Kegiatan seleksi harus benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB V PENUTUP. 1. Seluruh faktor faktor kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. BUBUNGAN TIIB.,G FlVB FACTOIlSTERBADAP TINGKAT KEPUASAN. PERAWAT RUANGAN PADA PEKERJAANNYA DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

ANALISIS SYSTEM YANG BERJALAN

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pervin (1993) menyatakan bahwa selama bertahun-tahun banyak peneliti

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di

BAB II URAIAN TEORITIS. Sebagai bahan perbandingan dalam Penelitian terdahulu yang berjudul Gaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang bekerja sama.

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Transkripsi:

35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dan analisis jalur satu persamaan jalur. Sehingga dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa variabel tipe kepribadian big five personality yang dominan adalah Neuroticsm, agreeableness dan conscientiousness. Dan di analisis lanjut dengann menggunakan metode analisis jalur satu persamaan jalur, dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tipe kepribadian Neuroticsm, Agreeableness dan conscientiouness secara bersamaan memberi pengaruh sebesar 58,6% terhadap coping stress, dan tipe kepribadian extraversion memberi pengaruh sebesar 20,4% terhadap coping stress (emotion focused coping). Yana (2005) dengan judul skripsi Hubungan Antara tipe Kepribadian Introvert/Ekstrovert Dengan Rasa Malu Pada Remaja akhir Yang Mendapat Keringanan Tidak Membayar SPP di SMA Ar.Rahman Medan. Penelitian ini menggunakan metode analsisi regresi linier berganda. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian introvert/ekstrovert dengan rasa malu pada remaja akhir dengan nilai korelasi 0,534. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin introvert kepribadian yang dimiliki individu, maka semakin kecil rasa malu yang dialami, sebaliknya semakin

36 ekstrovert tipe kepribadian individu maka rasa malu yang dialami akan semakin besar. Furnham, Adrian; Fudge Carl (2008) dalam Jurnal Of Individual Differences meneliti The Five Factor Model of Personality and Sales Performance. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa individu dengan nilai Conscientiousness tinggi, Extraversion, dan Neuroticism dengan nilai rendah, melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam penjualan. Conscientiousness and Openness menunjukkan hubungan yang positif dengan penjualan, sedangkan Agreeableness menunjukkan hubungan yang negatif dengan penjualan. Namun Extraversion dan Neuroticism secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. B. Teori Lima Besar (Big Five Factor Model) 1. Sejarah Teori Lima Besar (Big Five Model) Francis Galton merupakan orang pertama yang menyadari adanya lexical hypotesis (suatu bentuk sifat yang diungkapkan dalam kamus). Pada tahun 1936, Goldon Allport dan H.S. Odbert mengembangkan hipotesis tersebut. Mereka menggunakan dua kamus bahasa inggris terlengkap saat itu dan mengambil 18000 kata yang menggambarkan kepribadian dan kemudian menyempitkannya menjadi 4500 kata sifat. Raymon Catell (1957) mengambil daftar kata Allport-Odbert dan mengurangi sinonimnya menjadi 170 kata. Tahun 1961, tupes dan Chirstal menemukan 5 faktor dari penemuan Cattel. Data ini kemudian diambil oleh Norman yang menemukan 5

37 faktor utama dengan nama : surgency, agreeableness, conscientiousness, emotional, stability dan culture. Diantara ketiga tokoh pendekatan trait (sifat), Allport, Eysenck dan Catell, terdapat pandangan mengenai penggunaan faktor analisis, mengenai jumlah dan dimensi sifat dasar yang diperlukan untuk mampu mendeskripsikan kepribadian. Perbedaan ini masih diperdebatkan selama bertahun-tahun. Namun sejak 1980, setahap demi setahap telah ada kemufakatan terutama dalam faktor analisis. Sekarang banyak peneliti yang setuju bahwa perbedaan individu dapat terorganisir dalam istilah lima perluasan yang terkenal dengan sebutan Big Five dimensi sifat karena keluasan dan tingkat keabstrakan yang luar biasa. 2. Penggolongan Trait (sifat) dalam Big Five Model Untuk membantu Big five Model dalam trait kepribadian, terdapat tiga cakupan utama yaitu: faktor analisis sejumlah istilah trait (sifat) dalam bahasa, penelitian dimensi trait secara universal antar budaya dan hubungan antara pertanyaanpertanyaan mengenai trait dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain dan penilaian (rating). Big Five Model dibangun dengan beberapa pendekatan yang sederhana. Dalam Big Five Factors, dibagi atas Big yang diartikan untuk menyatakan setiap faktor menggolongkan sejumlah trait khusus, sedangkan Factors menyatakan luas dan abstrak dalam teori kepribadian Eysenck yaitu superfactors. Menurut Costa dan McCrae dalam Pervin (2005:256) ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggolongkan trait (sifat), yaitu:

38 6. Neuroticsm (N), merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Faktor ini mengenal individu yang mudah tertekan secara psikologis, ide-ide yang tidak realistic, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang mal adaptif. Adapun ciri-ciri Neuroticsm adalah: a. Nilai tinggi. Individu dengan neuroticsm nilai tinggi adalah individu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, khawatir, emosional, gelisah, in adekuat, dan rasa cemas yang berlebihan. b. Nilai rendah. Individu dengan neuroticsm nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa tenang, santai, tidak emosional, tabah, merasa aman, puas terhadap diri sendiri. 7. Extraversion (E), merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat aktivitas, kebutuhan untuk stimulasi dan kapasitas untuk kesenangan. Adapun ciri-ciri Extraversion adalah: a. Nilai tinggi. Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah individu yang mudah bergaul, aktif, talkative, selalu semangat, memiliki emosi yang positif, antusias, optimis, dan fun loving, affectionate.

39 b. Nilai rendah. Individu yang memiliki Extraversion dengan nilai rendah adalah individu yang memiliki sifat pendiam, tenang, tidak ceria, penyendiri, orientasi tugas, pemalu, dan kurang tergantung pada dunia luar. 8. Openness (O), mendeskripsikan luas, kedalaman, kerumitan mental individu dan pengalaman hidup. Ciri-ciri sifat Openness adalah: a. Nilai tinggi. Individu yang memiliki sifat Openness dengan nilai tinggi adalah individu yang mempunyai minat yang besar, menghargai seni, kreatif, orisinil, imajinatif, sensitif pada keindahan dan berpandangan luas. b. Nilai rendah. Individu yang memiliki sifat Openness dengan nilai rendah adalah individu yang konvensional, sederhana, memiliki minat yang sempit, tidak memiliki seni, dan tidak analitis. 9. Agreeableness (A), mendeskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan tindakan. Adapun ciri-ciri sifat Agreeableness adalah: a. Nilai tinggi. Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah percaya pada orang lain, penolong, pemaaf, mudah tertipu, jujur dan apa adanya.

40 b. Nilai rendah. Individu yang memiliki sifat Agreeableness dengan nilai rendah adalah individu yang sinis, kasar, suka curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam, pemarah, dan suka memanipulasi. 10. Conscientiousness (C), mendeskripsikan perilaku tugas dan arah tujuan, dan secara sosial membutuhkan impulse kontrol. Conscientiousness memiliki ciriciri sebagai berikut: a. Nilai tinggi. Conscientiousness dengan nilai tinggi adalah individu yang teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisious dan tekun. b. Nilai rendah. Individu dengan Conscientiousness nilai rendah adalah individu yang tidak teratur (tanpa tujuan), tidak dapat dipercaya, malas, ceroboh, suka lalai, sembrono, kemauan yang lemah. 3. Kuisioner Kepribadian dalam Teori Lima Besar Kuisioner telah berkembang pada setiap konsep dan hubungannya dalam teori kepribadian. Dalam tiga tahap tes yaitu konstruksi (1985), revisi (1989) dan Costa & McCrae(1992), telah berkembang kuesioner NEO-Personality Inventory Revised (NEO-PI-R) untuk mengukur kelima besar faktor kepribadian. Awalnya, hanya berfokus pada tiga faktor yaitu: neuroticsm, extraversion dan openness dalam NEO- Personality Inventory. Selanjutnya ditambahkan lagi faktor agreeableness dan conscientinousness untuk disesuaikan dengan model Five Factor tersebut. Tiap-tiap

41 Big Five Factor dibedakan ke dalam 6 Facet yang lebih spesifik, facet adalah sifat atau komponen yang lebih spesifik yang memberi warna pada Big Five Factors, seperti yang telah dikemukakan pada ciri-ciri masing-masing faktor Big Five Model dengan nilai tinggi. C. Kinerja Pegawai 1. Pengertian Kinerja Isitilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Prestasi kerja pada umumnya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan. Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Mathis, 2002:78). Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (As ad, 2001:47) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah: successful role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (As ad, 2001:46-47). Kinerja adalah hasil yang di capai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Meningkatnya kinerja perorangan (individual

42 performance) maka kemungkinan besar juga akan meningkatkan kinerja perusahaan (corporate performance) karena keduanya mempunyai hubungan yang erat (As ad, 2001:46-47). Menurut Tangkilisan (2003:109) kinerja adalah seperangkat keluaran (income) yang dihasilkan oleh pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu. Menurut Siswanto (2002:235) kinerja adalah prestasi yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 2. Indikator Kinerja Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan adalah merupakan indikator dari suatu kinerja. Indikator kinerja haruslah merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan perorangan terus mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Menurut Mathis (2002:78), kinerja pegawai mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk: a) Kuantitas kerja, merupakan volume kerja yang dihasilkan di atas kondisi normal. b) Kualitas kerja, merupakan kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. c) Pemanfaatan waktu, merupakan penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan. d) Kerjasama, merupakan kemampuan menangani hubungan dalam pekerjaan.

43 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu dan situasi kerja. Menurut Gibson (1999:53), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja seseorang, yaitu: 1. Variabel Individual, terdiri dari: a) Kemampuan dan Keterampilan Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau pekerjaan. b) Latar belakang Kondisi dimasa lalu yang mempengaruhi karakteristik dan sikap mental seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta pengalaman dimasa lalu. c) Demografis kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau karyawan, dimana lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku. 2. Variabel Organisasional, terdiri dari: a) Sumber Daya Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat diukur dan dinilai, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia.

44 b) Kepemimpinan Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi. c) Imbalan Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang telah dilakukan di dalam proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun ekstrinsik. d) Struktur Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam organisasi, dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi. e) Desain Pekerjaan Job Description yang diberikan kepada pegawai, apakah pegawai dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan job description. 3. Variabel Psikologis, terdiri dari: a) Persepsi Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. b) Sikap Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.

45 c) Kepribadian Pola perilaku dan proses mental yang unik, mencirikan seseorang. d) Belajar Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan organisasi dan pekerjaan. 4. Hubungan Teori Lima Besar (Big Five Model) dengan Kinerja Karyawan Kinerja karyawan menunjukkan prestasi yang dicapainya selama bekerja sesuai dengan ketetapan perusahaan. Kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian yang dimiliki karyawan tersebut (Gibson : 1999). Perbedaan karakteristik kepribadian setiap karyawan mampu memperlihatkan kinerja karyawan yang berbeda pula. Menurut ahli psikologi McCrae & Costa dalam Pervin (2005:257) menyatakan bahwa kepribadian adalah asosiasi dari berbagai latar belakang yang manusia pilih dan bagaimana mereka menggunakannya dalam pekerjaan. Teori Lima Besar (big five model) sangat berguna dalam menentukan performa yang akan mendukung kinerja karyawan.