I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kantong semar merupakan tanaman hias yang tumbuh di beberapa hutan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

TINJAUAN PUSTAKA. (Adrian, 2011). Menurut James dan Pietropaolo (1996) cit. Alitalia (2008),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

DAFTAR PUSTAKA. Astuti dan A. Sugiarto Buku Pintar Tanaman Hias. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

Efek NAA dan BAP terhadap Pembentukan Tunas, Daun, dan Tinggi Tunas Stek Mikro Nepenthes ampullaria Jack.

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

Kultur Jaringan Kantong Semar (Nepenthes mirabilis)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

Jurusan Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. 2. Program Studi Ilmu Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, PURWOKERTO.

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

INDUKSI PEMBENTUKAN KANTONG DAN PERTUMBUHAN DUA SPESIES TANAMAN KANTONG SEMAR ( Nepenthes spp.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI MEDIA MS SECARA IN VITRO

Rio Febrianto 1)*), Suwirmen 1), dan Syamsuardi 2) Abstract

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

PENGARUH PEMBERIAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO KANTONG SEMAR (Nepenthes mirabilis) SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

The Effect of Auxin (NAA) and Cytokinin (BAP, Kinetin and 2iP) on in vitro Growth of Tropical Pitcher Plant (Nepenthes mirabilis)

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

Teknologi Kultur Jaringan Tanaman. Bab I : Pendahuluan 3/24/2011

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantong Semar merupakan tanaman yang unik dan langka di Indonesia. Status tanaman ini termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang- Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in Endangered Spesies (CITES) yang termasuk dalam kategori Appendix 1 dan 2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi (Azwar et al., 2007). Kantong semar hanya hidup di daerah topis dan Indonesia adalah pusat penyebaran utamanya. Dari 83 spesies kantong semar yang diketahui saat ini, 55 (lebih dari 60%) diantaranya terdapat di Indonesia (Witarto, 2006). Menurut Menteri Kehutanan (2008), kantong semar merupakan salah satu tumbuhan yang diprioritaskan pada arahan kebijakan yang meliputi topik penelitian, perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatannya. Kantong Semar hidup di hutan-hutan sebagai tanaman liar. Kelestarian tanaman ini terancam punah karena adanya kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan yang diebabkan oleh manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja (kelalaian). Azwar et al. (2007) menambahkan potensi ancaman kantong semar di Sumatera berasal dari gangguan manusia antara lain kegiatan mencari kayu, pembukaan ladang dengan sistem sonor (dibakar), eksploitasi untuk kepentingan bisnis, dan kebakaran hutan. Departemen Kehutanan (2002) juga menambahkan bahwa kebakaran hutan dan 1

lahan akan mengakibatkan menurunnnya keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang merupakan sumber plasma nutfah yang tak ternilai. Tanaman kantong semar diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuan itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kantong semar termasuk salah satu sumber keanekaragaman hayati Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal tanaman kantong semar ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi jika dikembangkan sebagai tanaman hias. Kantong semar dijadikan sebagai tanaman hias pilihan eksotis di negara Jepang, Eropa, Amerika, dan Australia (Witarto, 2006). Dinarty et al. (2010) menyatakan bahwa m etode perbanyakan kantong semar yang banyak dilakukan selama ini ialah dengan menggunakan biji, stek, dan pemisahan anakan. Kantong semar dengan biji memiliki kendala pada lamanya waktu berkecambah dan keragaman individu akibat segregasi. Cara perbanyakan melalui stek terbatas dari jumlah buku dan waktu yang relatif lama untuk penyiapan tanaman induk yang siap memproduksi stek. Perbanyakan dengan pemisahan anakan terbatas oleh sedikitnya jumlah anakan yang terbentuk seperti Nepenthes mirabilis anakan jarang terbentuk. Suska (2005) cit. Sukmadijaya et al. (2010) menambahkan permasalahan yang terjadi pada perbanyakan konvensional adalah persentase berkecambah yang rendah, pertumbuhan akar dari stek lambat, daya adaptasi tanaman rendah dan tidak semua tanaman menghasilkan anakan. Permasalahan perbanyakan konvensional tanaman kantong semar dapat diatasi dengan kultur in vitro atau kultur jaringan. Menurut Rosmaina (2011 a), 2

kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media yang aseptik sehingga dapat menjadi tanaman lengkap. Kultur in vitro mampu menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya dan bibit yang dihasilkan lebih sehat atau bebas patogen serta dalam waktu singkat dihasilkan jumlah bibit yang banyak. Tjokrokusumo (2004) menambahkan kultur jaringan mempunyai potensi yang sangat besat untuk koleksi, pertukaran, dan konservasi plasma nutfah. Menurut Rosmaina (2011 a), Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan adalah media tanam karena media berfungsi dalam menyediakan air, kebutuhan hara mineral, vitamin, zat pengatur tumbuh, akses ke atmosfer untuk pertukaran gas, dan tempat membuang sisa metabolisme tanaman. Rosmaina dan Zulfahmi (2011) menambahkan komposisi media didasarkan pada jenis jaringan, organ, dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masingmasing peneliti. Penambahan zat pengatur tumbuh ke dalam media juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan. Zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam kultur jaringan adalah auksin dan sitokinin (Karjadi dan Bukhori, 2008). Penggunaan auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan daun, tunas, dan ruas (Gunawan, 1998 cit. Samudin, 2009). Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke media penelitian sebelumnya adalah BAP dan NAA. BAP umumnya digunakan untuk pembentukan tunas dan NAA digunakan untuk pembentukan akar (Lestari, 2011). Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang ditambahkan 3

ke dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen akan menentukan arah perkembangan suatu kultur (Yudhanto, 2012). Keseimbangan sitokinin dan auksin yang tepat akan memacu pembelahan sel secara terus menerus sehingga menghasilkan kalus/nodul (Rainiyati et al., 2005). Kalus/nodul tersebut akan pecah menjadi tunas apabila ditanam pada media tanpa zat pengatur tumbuh. Hal tersebut dikarenakan menurunnya kandungan sitokinin dan auksin pada eksplan (Aryani, 2013). Lakitan (1996) menyatakan bahwa kandungan sitokinin endogen sudah mampu memacu pembentukan tunas sehingga tidak membutuhkan sitokinin dalam konsentrasi tinggi atau sitokinin eksogen dalam konsentrasi rendah. Sukmadjaja dan Mulyana melaporkan bahwa pada varietas Bulu Lawang, pemberian jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (BAP, kinetin, NAA, dan GA 3 ) cenderung menghambat diferensiasi dan pembentukan tunas. Selain itu, eksplan yang ditanam pada media MS tanpa zat pengatur tumbuh bertujuan untuk menghilangkan pengaruh zat pengatur tumbuh pada tahap induksi. Adrian (2011) menyatakan bahwa eksplan yang disubkultur pada media MS tanpa zat pengatur tumbuh selama 4 MST dapat menetralkan pengaruh perlakuan pada tahap awal dan multiplikasi. Dilakukannya subkultur ke media MS tanpa zat pengatur tumbuh agar eksplan responsif terhadap media perlakuan yang akan diberikan selanjutnya. Rosmaina (2011b) menambahkan bahwa media MS tanpa zat pengatur tumbuh berfungsi untuk pemanjangan dan pembesaran tunas. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah ½ Murashige & Skoog (½ MS) karena dalam penelitian Sayekti (2007), media ½ MS menghasilkan perkecambahan yang terbaik. 4

1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan eksplan tanaman kantong semar hasil induksi berbagai taraf BAP dan NAA yang ditanam pada media ½ MS tanpa zat pengatur tumbuh (½ MS 0) selama dua kali penanaman. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan tanaman kantong semar (Nepenthes mirabilis) yang berasal dari eksplan hasil induksi berbagai taraf BAP dan NAA yang ditanam pada media ½ MS tanpa zat pengatur tumbuh. b. Dapat berfungsi sebagai rujukan untuk penelitian lebih lanjut. c. Sebagai salah satu syarat penyelesaian program Strata Satu (S1) pertanian pada Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 1.4. Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah penanaman eksplan hasil induksi berbagai taraf BAP dan NAA pada media ½ MS tanpa zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tanaman kantong semar (Nepenthes mirabilis). 5