PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK. Growth and Yield Of Shallot With Some Of Organic Fertilizer Application

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URINE DOMBA ABSTRACT

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L.

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (560) :

BAHAN METODE PENELITIAN

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (7): 47-54

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Tipe Pemotongan Umbi

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH(

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Medan Pada Tanah Terkena Debu Vulkanik dengan Pemberian Bahan Organik

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi dan Frekuensi Pembumbunan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

SKRIPSI OLEH : MELATI ANGRIANI AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN EM 4 (Effective Microorganisms 4 )

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (35):

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN Tithonia diversifolia (Hemsl.

Response Yield of Shallot on the Application Urban Waste Compost and K Fertilizer

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Jenis Mulsa Dan Pupuk Kandang Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (648);

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA DATARAN RENDAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN NPK

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Growth of Sweet Potato (Ipomoea batatas. L) Variety Sari and Beta 2 At Compost and KCl Fertilizer Aplication

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN AIR KELAPA SKRIPSI OLEH :

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA PANEN PERTAMA DAN KEDUA DENGAN PEMBERIAN BOKASHI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

III. BAHAN DAN METODE

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PEMOTONGAN UMBI BIBIT DAN JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi(Ipomoea batatas L.) jalar Terhadap Pemberian Paclobutrazol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK Growth and Yield Of Shallot With Some Of Organic Fertilizer Application Fitri Anisyah 1*, Rosita Sipayung 2, Chairani Hanum 2 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 *Corresponding author : lemon_sweet20@yahoo.com ABSTRACT Growth and Yield of Shallot (Allium ascalonicum L.) with Application of the some of organic fertilizer. Application of in organic chemical fertilizers continuously without organic fertilizers has caused soil degradation. One of the negative effect is decrease agriculture production such as shallot yield. A solution to solve this problem is to substitute chemical fertilizers application with organic fertilizer that can demage the soil into organik fertilizer. The objective of this research was to study growth and yield of shallot with application of organic fertilizer. The research was conducted in Pasar 1 Tanjung Sari, from June until August 2012. The research using Randomized Block Design one factor with six compost, were without organic fertilizer (control), compost of empty fruit buches oil palm, sludge, vermicompost, straw, and municipal solid waste. Parameters were: plant height, number of plantlet, shoot root ratio, clove dry weight of sample, dry weight of sample and clove number of sample. The results showed that application of organic fertilizer did not had positive response to the growth of shallot except for number of plantlet on 3 weeks after planting time and shallot dry weight per sample. Key words : palm empty fruit bunches (PEFB), sludge, vermicompost, straw compost, municipal solid wastecompost, Shallot ABSTRAK Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Berbagai Pupuk Organik. Pemakaian pupuk kimia anorganik yang terus menerus tanpa diimbangi penggunaan pupuk organik telah mendegradasi lahan pertanian. Salah satu dampak negatifnya adalah penurunan produksi pertanian yaitu salah satunya produksi bawang merah. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengganti penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak tanah menjadi pupuk organik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah dengan pemberian berbagai pupuk organik. Penelitian dilakukan pada lahan masyarakat Jl. Pasar 1 Tanjung Sari dari bulan Juni sampai Agustus 2012. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan 6 perlakuan yaitu Tanpa Pupuk Organik (kontrol), Tandan Kosong Kelapa Sawit, Sludge, Vermikompos, Kompos Jerami dan Kompos Sampah Kota. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, rasio tajuk akar, bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel dan jumlah siung per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai pupuk organik tidak memberikan respons positif terhadap pertumbuhan bawang merah kecuali jumlah anakan umur 3 MST dan bobot kering umbi per sampel. Kata kunci : tandan kosong kelapa sawit (TKKS), sludge, vermikompos, kompos jerami, kompos sampah kota, Bawang merah 482

PENDAHULUAN Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2010) adalah 12.655 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Dari Penggunaan pupuk kimia dengan dosis dan konsentrasi yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan data tersebut, produksi bawang merah bahanorganik tanah (Isroi, 2009 dalam Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan bawang merah maka melakukan impor dari luar negeri. Rendahnya produksi tersebut salah satunya dikarenakan belum optimalnya sistem kultur teknis dalam budidayanya (BPS, 2010). Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah dengan melakukan perbaikan teknik budidaya serta pemberian pupuk organik. Wididana (1994) mengemukakan bahwa pemberian pupuk organik memiliki kelebihan diantaranya memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan efek residu sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Laude dan Hadid, 2007). http://bengkulu.litbang.deptan.go.id, 2012). Solusi untuk mengatasi Ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik yaitu dengan memberikan pupuk organik. Pupuk organik mempunyai manfaat untuk meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia bagi tanaman serta sebagai sumber energi bagi jasad mikro dan tanpa adanya pupuk organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Nizar, 2011). Selain itu, pupuk organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang 483

mengandung bahan organik rendah (Sutanto, 2002). Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pertumbuhan dan produksi bawang merah sampel, alat tulis, tali plastik, kayu tugal, handsprayer, oven, kalkulator. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan 6 jenis sebagai berikut : P 0 = Tanpa dengan pemberian berbagai pupuk organik. Bahan Organik (kontrol), P 1 = 2000 g Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas kuning dengan pemberian berbagai pupuk organik. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada lahan penduduk Pasar 1 Tanjung Sari Medan, mulai bulan Mei 2012 sampai Agustus 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Kuning (asal Lembang), kompos tandan kosong kelapa sawit (asal Jalan Dr. Mansyur Medan), kompos jerami (asal Percut), vermikompos (asal Perbaungan), sludge (asal Pekanbaru), dan kompos sampah kota (asal Tuntungan), air, serta fungisida Fungstop. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, pacak Kompos TKKS/plot (20 ton/ha), P2 = 2000 g Sludge/plot (20 ton/ha), P3 = 2000 g Vermikompos/plot (20 ton/ha), P4 = 2000 g Kompos Jerami/plot (20 ton/ha), P5 = 2000 g Kompos Sampah Kota/plot (20 ton/ha). Kajian ini menggunakan 5 ulangan dalam 30 plot penelitian dengan ukuran plot 1 m x 1 m. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of varian (ANOVA) dan untuk faktor perlakuan yang nyata akan dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Rata Rata Duncan Berjarak Ganda dengan taraf 5%. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pembersihan areal pertanaman terlebih dahulu dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Kemudian lahan diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman 20 484

cm. Kemudian dibuat plot plot dengan ukuran 100 x 100 cm serta jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Pengaplikasian pupuk organik (kompos TKKS, sludge, vermikompos, kompos sampah kota, dan kompos jerami) dilakukan pada saat seminggu sebelum penanaman. Aplikasi pupuk organik diberikan 80 g per lubang tanam (2000 g/plot). Bibit yang dipakai, dipilih umbi dengan kriteria besar dan beratnya relatif sama lalu dibersihkan umbi dari akar dan daun yang kering serta dipotong bagian atas umbi agar mempercepat pertumbuhan tunas. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan umbi bibit 1 per lubang tanam yang telah di tentukan. Umbi atau bibit ditanam dengan cara membenamkan setengah bagian umbi ke dalam tanah. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor pada awal pertumbuhan sampai tanaman berumur ± 4 MST, dimana pada awal tanam air hujan kurang sehingga dilakukan penyiraman pada sore hari dan minggu selanjutnya tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan tinggi. Penyulaman dilakukan pada awal pertumbuhan pada umur 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang sehat. Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di plot perlakuan dan sekitar areal percobaan. Penyiangan pada plot perlakuan dilakukan secara manual dan penyiangan pada areal sekitar lahan percobaan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pembumbunan dilakukan sekali setiap minggu mulai pada tanaman berumur 4 MST hingga 7 MST yang bertujuan untuk menjaga tanaman agar tidak mudah rebah, menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan umbi, dan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida Fungstop, dosis 7 g/l. Pengendalian penyakit dilakukan setiap 2 kali setiap minggu sampai tanaman berumur 7 MST dengan cara di semprot pada seluruh bagian tanaman. Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah tanaman 485

bawang merah terserang penyakit yang dapat menyebabkan tanaman membusuk ataupun mati karena curah hujan yang tinggi pada saat penanaman dilakukan. Panen dilakukan pada umur 70 hari setelah tanam (HST) pada saat tanah kering agar terhindar dari penyakit dengan cara mencabut seluruh tanaman dengan menggunakan tangan lalu akar dan tanahnya dibersihkan. Pemanenan dilakukan dengan kriteria panen antara lain adalah 60-70% leher daun lemas, daun menguning, umbi padat tersembul sebagian di atas tanah, dan warna kulit mengkilap. Pengeringan dilakukan selama 2 minggu dengan cara menghamparkan dilantai lalu dikeringanginkan pada suhu ruangan di Laboratorium Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian USU. Pengeringan dilakukan sampai penyusutan bobot umbi berkisar ± 20%, dilakukan dengan cara menimbang bobot kering secara berulang sampai didapat penyusutan bobot umbi sekitar ± 20%. Pengamatan parameter meliputi : jumlah anakan per rumpun (anakan), bobot kering umbi per sampel (g). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman pada umur 2 7 MST dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan berbagai pupuk organik pada umur 2 7 MST dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tinggi bawang merah dengan perlakuan berbagai pupuk organik pada umur 2 7 MST Perlakuan Minggu ke- 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST P0 = Kontrol 21.24 24.36 23.29 29.28 34.20 36.75 P1 = TKKS 20.36 25.43 24.84 30.13 34.31 36.24 P2 = Sludge 20.90 25.71 26.04 29.78 33.51 34.43 P3 = Vermikompos 20.13 24.36 24.25 28.91 32.35 34.58 P4 = Kompos Jerami 19.52 22.87 22.70 28.36 32.09 34.08 P5 = Kompos Sampah Kota 21.09 26.20 27.49 30.21 33.56 34.86 Rataan tinggi tanaman pada umur 7 MST lebih tinggi pada perlakuan tanpa pemberian bahan organik (36.75 cm) sedangkan rataan tinggi tanaman yang lebih 486

rendah pada pemberian bahan organik kompos jerami yaitu 34.08 cm. Dari hasil penelitian didapat pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman umur 2-7 MST. Walaupun perlakuan pemberian pupuk organik berpengaruh tidak nyata tetapi ada perbedaan rataan pada tinggi tanaman pada semua perlakuan. Dapat dilihat dengan adanya hasil tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (kontrol) dan terendah terdapat pada perlakuan pupuk organik kompos jerami. Hal ini diduga kandungan unsur P didalam tanah tinggi sehingga perlakuan kontrol memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan yang diberi perlakuan. Hal ini sesuai dengan literatur Sumarni, dkk P-tanah yang tinggi menyebabkan penambahan pupuk P tidak meningkatkan hasil bawang merah secara nyata. Ketersediaan P yang cukup dalam tanah sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, karena P diperlukan untuk perbaikan kandungan karbohidrat dan perkembangan akar tanaman. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dari jumlah anakan pada umur 2 7 MST menunjukkan bahwa pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 2, 4, 5, 6, 7 MST dan berpengaruh nyata pada umur 3 MST. Rataan jumlah anakan dengan pemberian berbagai pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 2. (2012) yang menyatakan bahwa ketersediaan Tabel 2. Jumlah anakan bawang merah (anakan) dengan perlakuan berbagai pupuk organik pada umur 2 7 MST Perlakuan Minggu ke- 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST P0 = Kontrol 3.80 4.36 c 4.92 5.04 5.20 6.28 P1 = TKKS 4.00 5.24 ab 5.16 5.88 6.00 6.36 P2 = Sludge 4.44 5.16 ab 5.40 5.72 6.16 6.76 P3 = Vermikompos 4.08 4.88 abc 5.48 5.56 5.80 6.48 P4 = Kompos Jerami 3.84 4.52 bc 4.52 5.08 5.24 5.76 P5 = Kompos Sampah Kota 4.24 5.32 a 5.60 5.84 5.88 6.40 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%. 487

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah anakan tertinggi pada umur 7 MST diperoleh pada perlakuan sludge (6.76) sedangkan jumlah anakan terendah diperolah pada perlakuan kompos jerami (5.76). Pada umur 3 MST, perlakuan berbagai pupuk organik berpengaruh nyata pada jumlah anakan, hal ini diduga karena pembentukan jumlah anakan untuk bawang yang sedang pertumbuhan vegetatif aktif untuk membutuhkan unsur hara terletak pada umur 3 MST dan kandungan tiap-tiap pupuk organik berbeda satu sama lain sehingga diduga berpengaruh terhadap jumlah anakan. Dilihat dari hasil analisis laboratorium kandungan N pada sampah kota sebesar 2.15%, C-organik sebesar 27.23%, untuk C- untuk tanah C-organik 1.93% serta N-total 0.16%, dapat disimpulkan bahwa kandungan C-organik pada sampah kota lebih tinggi dibandingkan kontrol dan kompos jerami sehingga bahan organik (C-organik) yang diromba oleh mikroba lebih banyak dan lebih menghasilkan unsur hara bagi tanaman. Oleh karena itu, kompos sampah kota berbeda nyata dengan kontrol dan kompos jerami. Hal ini sejalan dengan pernyataan Evita (2009) bahwa pemberian kompos sampah kota kedalam tanah dapat memperbaiki struktur tanah dan kemampuan tanah untuk mengikat air. Terserapnya air dan CO2 dalam jumlah yang cukup dengan bantuan sinar matahari yang cukup menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. organik kompos jerami sebesar 16.73% dan Tabel 3. Ratio tajuk akar bawang merah dengan perlakuan berbagai pupuk organik pada umur 7 MST Perlakuan Rataan P0 = Kontrol 91.58 P1 = TKKS 116.01 P2 = Sludge 105.25 P3 = Vermikompos 104.82 P4 = Kompos Jerami 117.32 P5 = Kompos Sampah Kota 98.50 488

Dari hasil analisis sidik ragam didapat bahwa perlakuan pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap ratio tajuk akar (Tabel 3). Rataan Ratio tajuk akar dengan perlakuan berbagai pupuk organik pada umur 7 MST dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil Ratio tajuk akar tertinggi diperolah pada bawang merah yang diberi kompos jerami (117.32) sedangkan rataan terendah dihasilkan oleh perlakuan tanpa pemberian bahan organik sebesar 91.58. Hasil analisis di laboratorium diketahui bahwa kompos jerami memiliki kandungan K yang tinggi. K memiliki beberapa fungsi pada tanaman yaitu meningkatkan metabolisme karbohidrat dan perilaku stomata. Cukupnya energi disebabkan laju metabolisme karbohidrat yang baik dan menyebabkan tanaman memiliki kemampuan membentuk bahan kering. Hal ini terlihat dari nilai shoot root ratio pada bawang yang diberi perlakuan kompos jerami pertumbuhannya lebih tinggi. Tetapi, K dalam kompos sampah kota didapat tinggi dibandingkan K dalam kompos jerami. Hal ini diduga adanya beberapa kendala mengapa sampah kota tidak dapat memberikan kontribusi terhadap shoot root ratio dikarenakan sampah kota masih mengadung sedikit logam berat. Walaupun konsentrasi logam berat ini cukup rendah tapi berakibat buruk terhadap proses fisiologi tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sudaryono (2012) yang menyatakan bahwa pupuk kompos sampah kota yang berasal dari berbagai sumber tidak menutup kemungkinan bahwa sampah kota mengandung logam berat yang berasal dari limbah buangan yang sengaja dibuang oleh industri. Tinggi rendahnya material logam pencemar pada kompos sampah kota dapat berpengaruh terhadap tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Penyerapan logam berat oleh tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain yaitu tanah dan biologi tanaman (jenis, fase pertumbuhan dan fase perkembangan tanaman). hasil analisis Laboratorium sebenarnya lebih 491

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siung. Rataan jumlah siung dengan perlakuan berbagai pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah siung per sampel bawang merah dengan perlakuan berbagai pupuk organik Perlakuan Rataan P0 = Kontrol 7.64 P1 = TKKS 7.44 P2 = Sludge 9.52 P3 = Vermikompos 7.76 P4 = Kompos Jerami 9.24 P5 = Kompos Sampah Kota 8.28 Walaupun berbeda tidak nyata perlakuan pemberian sludge mampu meningkatkan jumlah siung bawang merah sebesar 9.52 siung, sedangkan jumlah siung terendah pada pemberian pupuk organik TKKS (7.44 siung). Walaupun secara statistik berpengaruh tidak nyata tetapi sludge menunjukkan hasil yang terbaik pada parameter jumlah siung. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium didapat kandungan sludge yaitu N-total 5.35%, sedangkan kompos jerami N-total 3.56%, vermikompos N-total 1,37%, TKKS N-total 2.10% dan sampah kota N-total 2.15% sehingga dari uraian diatas sludge menunjukkan hasil yang terbaik dibandingkan pupuk organik lainnya. Hal ini diduga kandungan unsur hara pada sludge sangat berperan dalam pembentukan jumlah siung khususnya unsur hara N. Hal ini didukung juga dengan parameter jumlah anakan pada 7 MST yang menunjukkan hasil anakan tertinggi dihasilkan pada perlakuan sludge. Karena kandungan unsur hara N yang lebih tinggi maka peranan nitrogen dalam pembentukan vegetatif seperti jumlah anakan dan jumlah siung menjadikan perlakuan sludge menghasilkan jumlah siung yang lebih tinggi. Unsur hara N berpengaruh terhadap jumlah anakan dan anakan itu sendiri yang akan berkembang manjadi siung. Dalam proses pembentukan anakan ini membutuhkan unsur hara nitrogen yang berperan dalam laju 492

fotosintat, meningkatkan sintesa protein dan protein ini yang digunakan untuk pembentukan sel tanaman sehingga pemberian N yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Menurut penelitian Napitupulu dan Winarto (2009) Nitrogen berperan dalam meningkatkan sintesa protein, pembuatan klorofil daun menjadi warna daun lebih hijau, Hasil analisis sidik ragam bobot basah umbi per sampel dengan perlakuan berbagai pupuk organik diketahui bahwa pada perlakuan pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Rataan bobot basah umbi bawang merah per sampel dengan perlakuan berbagai pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 5. dapat menambah laju fotosintat, serta meningkatkan rasio pucuk akar. Tabel 5. Bobot basah umbi bawang merah per sampel dengan perlakuan berbagai pupuk organik Perlakuan Rataan P0 = Kontrol 27.64 P1 = TKKS 27.74 P2 = Sludge 38.44 P3 = Vermikompos 33.56 P4 = Kompos Jerami 42.87 P5 = Kompos Sampah Kota 29.14 ini disebabkan kandungan unsur hara K pada Dari hasil penelitian, bobot basah umbi per sampel terbesar terdapat pada perlakuan kompos jerami (42.87 g). Berdasarkan hasil analisis laboratorium, komposisi hara kompos jerami mengandung N 3.56%, P 1.99%, dan K 0.66%. Hal ini diduga kandungan K jerami yang tinggi dapat menghasilkan bobot umbi basah yang lebih besar daripada bahan organik yang lain. Hal jerami berperan sebagai aktifator enzimenzim, berpengaruh langsung pada proses metabolisme yang membentuk karbohidrat. Peranan lain dari K adalah memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain yang dapat meningkatkan ukuran, jumlah dan hasil umbi. Sesuai dengan hasil penelitian Sumarni dkk (2012) bahwa rendahnya hasil umbi yang diperoleh pada 493

tanah dengan status K-tanah rendah disebabkan karena kekurangan hara K yang mempunyai peran penting pada translokasi dan penyimpanan asimilat, peningkatan ukuran jumlah dan hasil umbi per tanaman. Perlakuan kontrol menunjukkan hasil terendah pada parameter bobot basah umbi per sampel dibandingkan perlakuan lainnya yang diberikan berbagai pupuk organik. Hal ini diduga karena bahan organik dapat menyimpan air (ketersediaan air), ketersediaan unsur hara (sifat kimia tanah) dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah untuk membantu membangun kesuburan tanah (secara biologi) sehingga bahan organik yang diberikan dapat meningkatkan bobot umbi yang dihasilkan. Begitu juga unsur hara N dan unsur hara yang perlahan-lahan melalui proses mineralisasi sehingga akan sangat membantu kesuburan tanah. Hal ini juga didukung bahwa bahan oganik bermanfaat sebagai penyedia hara bagi tanaman yang mampu meningkatkan produksi, dan juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang diaplikasikan bahan organik. Hal ini sesuai dengan literatur Mulyani, dkk (2007), yang menyatakan bahwa bahan organik berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan, dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Meskipun mengandung unsur hara yang rendah dan lambat melapuk bahan organik penting dalam meyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si dan meningkatkan KTK tanah. lain pada bahan organik dilepaskan secara Tabel 6. Bobot kering umbi bawang merah per sampel (g) dengan perlakuan berbagai pupuk organik Perlakuan Rataan P0 = Kontrol 22.51c P1 = TKKS 20.51c P2 = Sludge 33.32ab P3 = Vermikompos 29.59abc P4 = Kompos Jerami 36.02a P5 = Kompos Sampah Kota 24.33bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%. 494

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam didapat bahwa pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel (g). Rataan bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan berbagai pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa bahan organik kompos jerami (36.02 g) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa bahan organik (22.51 g ), TKKS (20.51 g) dan sampah kota (24.33 g) serta berbeda tidak nyata terhadap sludge (33.32) dan vermikompos (29.59 g). Bobot kering umbi per sampel tertinggi dihasilkan oleh kompos jerami (36.02 g) dan terendah pada pemberian bahan organik TKKS (20.51 g). Pemberian berbagai pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel. Perlakuan pemberian kompos jerami berbeda nyata dengan semua perlakuan bahan organik yang di berikan dengan rataan tertinggi pada perlakuan kompos jerami diduga karena pemberian kompos jerami mampu meningkatkan unsur hara K yang dibutuhkan tanaman pada proses pembentukan umbi. Pembentukan umbi bawang merah berasal dari pembesaran lapisan-lapisan daun yang kemudian berkembang menjadi umbi bawang merah. Kandungan K yang tinggi menyebabkan ion K+ yang mengikat air dalam tubuh tanaman akan mempercepat proses fotosintesis. Hasil fotosintesis inilah yang merangsang pembentukan umbi menjadi lebih besar sehingga dapat meningkatkan bobot kering tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Napitupulu dan Winarto (2009) pemberian pupuk K dalam tanah yang cukup memberikan pertumbuhan bawang merah lebih optimal dan menunjukan hasil yang baik. Penambahan pupuk K berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering per rumpun dan K berperan dalam proses fotosintesis serta dapat meningkatkan bobot umbi. sebesar 36.02 g dan terendah dihasilkan oleh pemberian TKKS sebesar 20.51 g. Hal ini 495

SIMPULAN Pemberian pupuk organik yang berbeda berpengaruh nyata pada bobot kering umbi per sampel dan jumlah anakan umur 3 MST namun berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, rasio tajuk akar, bobot basah umbi per sampel dan jumlah siung. Pada umur 3 MST pemberian pupuk organik sampah kota meningkatkan jumlah anakan tertinggi sebesar 5,32 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 4,36 g. Pemberian pupuk organik kompos jerami meningkatkan bobot kering umbi per sampel tertinggi sebesar 36.02 g dibandingkan pupuk organik lainnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah diakses dari http://www.bps.go.id tanggal 03 Februari 2012. Evita., 2009. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota Terhadap Pertumbunhan Dan Hasil Kacang Hijau. Universitas Jambi. Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2. http://bengkulu.litbang.deptan.go.id., 2012. Chapter I. Diakses pada tanggal 05 Februari 2012. Pemberian Pupuk Cair Organik Lengkap. Jurnal Agrisains 8(3) : 140-146, Desember 2007. Mulyani, O, E. Trinurani, A. Sandrawati. 2007. Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis Pada Fluventic Eutrudepts Asla Jati Nangor Kabupaten Sumedang. Lembaga Penelitian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran, Bandung Napitupulu, D dan L. Winarto. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, J-Hort.20 (1) : 22-35 2010. Nizar, M., 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Dengan Metode SRI. Diakses dari (http://faperta.unand.ac.id/solum/v08-1-03-p19-26.pdf). 5 Januari 2013. Sudaryono. 2000. Tingkat Pencemaran Air Permukaan Di Kodya Yogyakarta. Staf Peneliti Direktorat Teknologi Lingkungan, BPPT. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 1 No. 3. Sumarni, N., Rosliani R., Basuki. R. S.,dan Hilman Y. 2012. Pengaruh Varietas Tanah, Status K-Tanah Dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Hasil Umbi, Dan Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. J-hort 22 (3) : 233-241, 2012. Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Laude, S. dan A. Hadid, 2007.Respon Tanaman Bawang Merah Terhadap 496