I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih mengarah kepada pertumbuhan yang positif, sehingga hal ini memicu terjadinya persaingan yang sangat ketat baik dari investor dalam maupun luar negeri. Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan mendorong setiap perusahaan harus mengendalikan produksinya pada setiap lini produksi, sehingga tercapai efesiensi untuk mengurangi biaya produksi. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang sama, yaitu memiliki biaya produksi yang minimum, sehingga dapat memperoleh laba atau keuntungan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Dalam hal ini, masalah produksi merupakan masalah sangat penting yang harus diperhatikan setiap perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, karena apabila proses produksi dapat tercapai dengan baik, maka tujuan perusahaan dapat tercapai, sedangkan apabila proses produksi tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka dapat mengakibatkan kerugiaan pada perusahaan. Kelancaran didalam proses produksi dipengaruhi oleh perencanaan jumlah barang dengan memperhatikan kombinasi dari setiap produksi barang yang akan diproduksi dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya bahan baku yang dimiliki perusahaan. Dampak krisis ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, terutama pertumbuhan sektor industri, walaupun pada keadaan krisis ekonomi global perekonomian Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan pada sektor properti. Pertumbuhan sektor properti sangat mendukung pertumbuhan beberapa sektor industri, salah satu industri yang mendapatkan dampak positif dari perkembangan industri properti adalah industri semen. Permintaan semen baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami peningkatan secara terus menerus, disebabkan semakin meningkatnya perhatian masyarakat
2 maupun pemerintah untuk meningkatkan perbaikan dan pembenahan terhadap infrastuktur yang menunjang kesejahteraan masyarakat secara luas. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa volume permintaan semen domestik dari tahun 2003-2008 mengalami peningkatan, dikarenakan oleh daya beli masyarakat yang semakin tinggi terhadap produk semen. Tabel 1. Perkembangan industri dan permintaan semen domestik (dalam juta ton) No Tahun Kapasitas terpasang Komsumsi Domestik Pertumbuhan Komsumsi 1 2003 47,5 27,5 1,8% 2 2004 47,5 30,2 9,7% 3 2005 46,1 31,5 4,2% 4 2006 44,9 31,9 1,5% 5 2007 45,5 34,2 7,0% 6 2008 46,2 38,1 11,4% Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2008 Nilai ekspor semen di Indonesia dari tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi perkembangan. Pada tahun 2004-2006 pertumbuhan ekspor semen masih berada pada tingkat pertumbuhan positif, tetapi pada tahun 2007-2008 ekspor semen berada pada tingkat pertumbuhan negatif. Perkembangan nilai ekspor semen Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai dan perkembangan ekspor semen Indonesia No Tahun Nilai Ekspor ( US $ Juta) Perkembangan (US $ Juta) 1 2004 136,68 2 2005 144,49 7,81 3 2006 245,79 101,30 4 2007 218,12 (27,67) 5 2008 171,34 (46.78) % Perkembangan : 0, 19 Sumber : Pusdatin Departemen Perindustrian, 2008 Kondisi pertumbuhan industri semen di Indonesia mengakibatkan terjadinya peningkatan persaingan, sehingga hal ini mengharuskan setiap perusahaan semen harus mampu melakukan efisiensi dalam proses produksinya yang terkait dengan perencanaan kapasitas produksi dan kombinasi produk. Saat ini ada tujuh perusahaan semen yang beroperasi di Indonesia yaitu, Semen Gresik Group (G) yang terdiri dari Semen Gresik,
3 Semen Tonasa dan Semen Padang menguasai pangsa pasar sekitar 44,93%, Indocement Tunggal Prakarsa (I) 31,07%, Holcim (H) Indonesia 13,80% serta 10,20% dibagi kepada Semen Andalas, Semen Baturaja, Bosowa dan Semen Kupang (Asosiasi Semen Indonesia, 2008). Semen 50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% I H G L 2006 2007 2008 Gambar 1. Komposisi penguasaan pangsa pasar industri semen di Indonesia (Asosiasi Semen Indonesia, 2008) Berdasarkan penguasaan pasar tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk merupakan market leader pada urutan kedua setelah PT Semen Gresik Group didalam industri Semen di Indonesia dengan penguasaan pangsa pasar 31,07%. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa volume penjualan domestik perusahaan ini terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 2005-2008, sedangkan volume ekspor mengalami perkembangan positif pada tahun 2005-2007, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan dari 3,8 juta ton pada tahun 2007 menjadi 2,3 juta ton, dikarenakan kebijakan perusahaan untuk lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik yang semakin meningkat. Tabel 3. Perkembangan penjualan semen PT ITP Tbk (juta ton) No Tahun Domestik Ekspor 1 2005 9,6 2,5 2 2006 10 3,2 3 2007 10,7 3,8 4 2008 12,3 2,3 Sumber. PT ITP Tbk, 2008
4 Perusahaan ini mempunyai sistem pengoperasian pembuatan semen terintegrasi dengan kapasitas produksi total tahunannya mencapai 15,4 juta ton klinker. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985 dan saat ini mengoperasikan 12 pabrik, 9 pabrik terletak di wilayah Citeureup, Bogor, Jawa Barat; 2 di wilayah Paliaman, Cirebon, Jawa Barat; 1 di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama perusahaan ini adalah Semen Abu-Abu yang terdiri dari Ordinary Portland Cement dan Portland Composite Cement, Oil Well Cement dan Semen Putih (White Cement). Perusahaan semen ini memiliki keuntungan lokasi strategik yaitu terletak dekat dengan kota Jakarta yang merupakan pusat pembangunan di pulau Jawa dan juga merupakan pintu gerbang perdagangan ekspor impor Indonesia. Selain itu lokasi pabrik (plant) juga dekat dengan dengan wilayah bahan baku sehingga dapat memudahkan proses produksi dan distribusi barang jadi. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk mampu meramalkan permintaan pasar, sehingga dapat merencanakan jumlah barang yang akan diproduksi. Peramalan permintaan dibutuhkan oleh bagian perencanaan produksi untuk melihat permintaan konsumen di masa mendatang, serta prospeknya terhadap peningkatan penjualan perusahaan, sehingga dapat menentukan atau merumuskan tingkat produksi efektif dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, sehingga dengan adanya keterbatasan jumlah sumber daya ini membuat perusahaan perlu melakukan optimasi, yaitu mengefisiensikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan latar belakang di atas dilakukan penelitian di PT ITP Tbk pada wilayah produksi Citeureup dengan topik Kajian Peramalan Permintaan Dan Perencanaan Optimasi Produksi Semen Pada Plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pola permintaan semen di Plant 11 PT ITP Tbk dan metode yang sesuai untuk peramalan permintaan semen di Plant 11 PT ITP Tbk, serta bagaimana proyeksi permintaan semen untuk satu tahun ke depan?
5 2. Bagaimana perencanaan produksi optimum untuk memproduksi semen di Plant 11 dan seberapa banyak produksi yang harus dilakukan oleh PT ITP Tbk untuk memperoleh biaya produksi yang minimum? 3. Bagaimana alokasi sumber daya yang dimiliki oleh Plant 11 PT ITP Tbk sebagai kendala produksi untuk mencapai kondisi optimal dan kendala apakah yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu mencapai kondisi optimalnya? 4. Bagaimana perubahan perubahan (sensitivitas) yang terjadi, seperti peningkatan jam tenaga kerja, jumlah produksi dan ketersediaan, serta kapasitas gudang dapat mempengaruhi proses perencanaan optimasi produksi? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji dan menganalisis pola data permintaan semen di Plant 11 PT ITP Tbk yang selama ini berlangsung dan menentukan metode yang sesuai untuk peramalan permintaan semen di Plant 11 PT ITP Tbk. 2. Mendapatkan ramalan jumlah semen yang akan diminta oleh konsumen untuk satu tahun kedepan dan menganalisis jumlah produksi semen yang optimal pada plant 11 PT ITP Tbk mencapai kondisi optimal. 3. Mengkaji alokasi sumber daya yang diterapkan oleh PT ITP Tbk sebagai kendala produksi untuk mencapai kondisi yang optimal dan menganalisis faktor faktor yang mengakibatkan perusahaan tidak mencapai keadaan optimal. 4. Menganalisis pemecahan masalah yang sesuai, jika terjadi perubahanperubahan (sensitivitas) pada kombinasi awal produksi seperti peningkatan jam tenaga kerja, jumlah produksi dan tingkat persediaan barang jadi dalam perumusan pemrograman linear pada Plant 11 PT ITP Tbk.