BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perekonomian di dalam negeri maupun di dunia terus mengalami gejolak

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian di dalam negeri maupun di dunia terus mengalami gejolak di berbagai sektor. Perusahaan sebagai salah satu entitas yang terlibat dalam kegiatan perekonomian tentunya harus bisa bertahan menghadapi gejolak tersebut. Bagaimana suatu perusahaan bertahan dan bahkan bisa unggul dalam perekonomian serta bisnis dapat diukur oleh berbagai macam alat atau tolak ukur ekonomi. Perusahaan secara umum dinilai oleh semua entitas dalam perekonomian maupun lapisan masyarakat berdasarkan kinerja atau performanya dalam menjalankan kegiatan ekonomi termasuk menjalankan usahanya. Kinerja perusahaan akan menjadi tolak ukur apakah perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing bisnisnya atau dapat bertahan dari gejolak ekonomi. Secara lebih spesifik kinerja perusahaan akan dinilai dengan berbagai macam alat ekonomi dalam hal ini seperti suatu rasio agar dapat diolah secara kuantitatif. Dalam ruang lingkup yang lebih sempit yaitu di Indonesia, kondisinya pun tidak jauh berbeda. Perusahaan di Indonesia akan sangat terkait dengan banyak faktor ekonomi. Saat ini kinerja perusahaan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang juga mempengaruhi seluruh entitas ekonomi Indonesia. Beberapa faktor tersebut diantaranya harga bahan bakar minyak, kurs valuta asing, penetapan upah minimum regional, dan faktor lainnya. Beberapa faktor tersebut dapat dikatakan juga sebagai faktor yang akan mempengaruhi 1

2 2 keberlangsungan perusahaan, tetapi tidak hanya itu faktor tersebut juga dapat menentukan apakah perusahaan dapat bersaing bahkan unggul dibandingkan para pesaingnya. Namun, faktor-faktor tersebut sangatlah umum dan tidak spesifik bagi perusahaan karena tidak hanya perusahaan yang dapat dipengaruhi oleh hal tersebut, seluruh lapisan masyarakat pun akan terkena dampak dari perubahan atau adanya faktor-faktor tersebut. PT Holcim Indonesia Tbk (Holcim Indonesia) adalah sebuah perusahaan publik Indonesia dimana mayoritas sahamnya (80,65%) dimiliki dan dikelola oleh LafargeHolcim Group, yang berbasis di Swiss, produsen semen terbesar di dunia dengan total lebih dari 115,000 karyawan dan beroperasi di lebih dari 90 negara di seluruh benua. PT Holcim Indonesia Tbk pada 27 Februari 2014 mengumumkan laporan keuangannya untuk tahun 2013, dengan pencapaian pendapatan dari penjualan yang meningkat sebesar 7.5% menjadi Rp 9,69 triliun, dimana keuntungan pada tahun tersebut mencapai Rp 952 milyar, atau Rp 124 per lembar saham. Pada Rapat Umum Pemegang Saham yang akan datang, Dewan Direksi akan mengajukan persetujuan dari para pemegang saham untuk pembayaran dividen final total sebesar Rp 90 per lembar saham dari pendapatan tahun 2013 yang mencerminkan peningkatan sebesar 12.5% dibanding periode tahun lalu. Tabel 1.1 Ringkasan perbandingan terpilih dari kinerja keuangan tahun 2013 (diaudit) dan 2012 (diaudit) Rp milyar Pendapatan dari penjualan 9,686 9,011

3 3 Keuntungan kotor 3,355 3,286 Marjin keuntungan kotor 34.6% 36.47% EBITDA operasional 2,453 2,615 Pendapatan operasional 1,849 2,038 Keuntungan bersih 952 1,351 Sumber : Holcim mampu mempertahankan pertumbuhan pendapatannya dari penjualan dengan meningkatnya harga jual dari kapasitas produksi 9,5 juta ton, ditengah melambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR) yang semakin ketat dan meningkatnya suplai semen. Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen secara keseluruhan meningkat 5,5% menjadi 58 juta ton jika dibandingkan dengan peningkatan sebesar 14% pada tahun 2012 dan 18% pada tahun Dengan kelebihan suplai yang mampu diserap pasar, permintaan produk Holcim terus meningkat hingga akhir tahun 2013 dan terus berlanjut pada tahun pabrik baru milik perusahaan di Tuban, Jawa Timur dengan volume masing-masing 1,7 juta ton akan terealisasi pada tahun 2014 dan 2015, dan memperkuat posisi Holcim Indonesia untuk mencapai pertumbuhan di masa yang akan datang. Namun hal berbeda terjadi di tahun 2015, PT Holcim Indonesia Tbk pada 16 Maret 2016 mengumumkan laporan keuangannya untuk tahun Dengan situasi pasar ditengah perlambatan ekonomi, Holcim mencatatkan penurunan pendapatan 2.6% menjadi Rp 9.2 triliun. Perusahaan mencatat laba sebesar Rp 175 milyar, turun dari Rp 660 milyar pada tahun 2014, yang merupakan cerminan

4 4 dari lesunya penjualan ditambah lonjakan biaya-biaya dari penyelesaian proyek pabrik baru di Tuban, peningkatan tarif dasar listrik, dan biaya restrukturisasi sebelum dilakukannya integrasi dengan PT Lafarge Cement Indonesia. Tabel 1.2 Ringkasan perbandingan kinerja keuangan 2015 dan 2014 (diaudit) Rp milyar Pendapatan 9,239 9,484 Laba kotor 2,139 2,776 Marjin laba kotor 23.2% 29.3% EBITDA 1,834 1,878 Laba bersih Sumber : Persaingan ketat ditambah lesunya permintaan, menjadi tantangan besar bagi para pelaku bisnis semen selama Holcim tidak berdiam diri, namun tetap mampu mempertahankan pangsa pasar, mencapai pertumbuhan volume 10% pada semester kedua hingga akhir tahun lalu sebesar 8.64 juta ton. Namun, tekanan harga dan tingginya faktor biaya telah berdampak pada marjin laba kotor dari 29.3% menjadi 23.2% dan dengan demikian berdampak pula pada penurunan pendapatan. Anjloknya harga minyak pada semester kedua cukup menolong faktor biaya bahan bakar, namun kenaikan biaya justru terjadi pada tarif dasar listrik, depresiasi atas pabrik baru dan perlengkapannya, serta tingginya biaya operasional. Biaya-biaya keuangan mengalami peningkatan, bahkan lebih tinggi karena tingkat suku bunga pinjaman dan modal untuk perluasan kapasitas dan lemahnya nilai tukar Rupiah sepanjang tahun.

5 5 Dalam kasus PT Holcim Indonesia Tbk (Holcim Indonesia) pencapaian pendapatan dari penjualan yang meningkat sebesar 7.5% menjadi Rp 9,69 triliun di tahun 2013 adalah karena factor ekonomi dimana konsumsi semen secara keseluruhan meningkat 5,5% menjadi 58 juta ton jika dibandingkan dengan peningkatan sebesar 14% pada tahun 2012 dan 18% pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan pendapatan sebesar 2.6% menjadi Rp 9.2 triliun. Dimana lemahnya nilai tukar Rupiah sepanjang tahun menjadi salah satu factor ekonomi penyebab penurunan pendapatan di tahun Kinerja perusahaan ditunjang dari efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi perusahaan. Kinerja perusahaan juga ditunjang oleh kemampuan manajemen, sumber daya keuangan perusahaan, dan komunikasi serta budaya yang tercipta di perusahaan (Wirth 2010, 1). Hal ini tentunya dibutuhkan suatu manajemen yang memiliki kinerja yang tinggi pula. Namun, manajemen juga tentunya memiliki kelemahan dasar sebagai manusia. Kinerja manajemen setidaknya akan stabil bahkan cenderung meningkat jika mereka diawasi oleh pihak independen dalam hal ini dapat dikatakan yaitu bagian dari audit. Dalam teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976, 30) pemilik perusahaan perlu mengadakan aktivitas pengawasan terhadap manajemen agar manajemen bertindak tidak hanya untuk mementingkan dirinya sendiri. Di dalam sebuah perusahaan tentunya ada pihak independen yang bertujuan untuk mengawasi manajemen dan berkaitan dengan audit yaitu komite audit yang berfungsi sebagai pengawas pihak manajemen agar melakukan kinerja yang diinginkan. Komite

6 6 audit merupakan salah satu faktor spesifik yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, namun terdapat ketidakkonsistenan. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Al- Matari, et al. (2012). Penelitian Al-Matari, et al. (2012) dilakukan terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Saudi Stock Exchange pada tahun Hasil penelitian Al-Matari, et al. (2012) menunjukkan board composition, board size, ceo duality dan audit committee activity tidak berpengaruh terhadap firm performance, sedangkan audit committee size berpengaruh terhadap firm performance. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Al-Matari, et al. (2012) adalah penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun Penelitian ini juga menambahkan beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu Audit Quality, Managerial Ownersip dan Leverage yang mengacu pada penelitian Sulong, et al. (2013). Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini diberi judul "Pengaruh Board Composition, Board Size, Audit Committee Activity, Audit Quality, Managerial Ownership dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan. B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah Board Composition mempengaruhi kinerja perusahaan? 2. Apakah Board Size mempengaruhi kinerja perusahaan?

7 7 3. Apakah Audit Committee Activity mempengaruhi kinerja perusahaan? 4. Apakah Audit Quality mempengaruhi kinerja perusahaan? 5. Apakah Managerial Ownership mempengaruhi kinerja perusahaan? 6. Apakah Leverage mempengaruhi kinerja perusahaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Board Composition terhadap kinerja perusahaan. b. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Board Size terhadap kinerja perusahaan. c. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Audit Committee Activity terhadap kinerja perusahaan. d. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Audit Quality terhadap kinerja perusahaan. e. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Managerial Ownership terhadap kinerja perusahaan. f. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Leverage terhadap kinerja perusahaan.

8 8 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kinerja perusahaan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat bagi investor. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan membantu para investor dalam menilai suatu perusahaan dari sudut pandang kinerjanya, investor akan lebih mudah menilai kinerja perusahaan dan akan membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain, sehingga akan memudahkan mereka dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. c. Manfaat bagi manajemen perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memudahkan manajemen perusahaan untuk mengidentifikasi sisi mana yang perlu ditingkatkan atau perlu diperhatikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga tindakan dari manajemen perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan atau visi dari perusahaannya. d. Manfaat bagi auditor. Hasil dari penelitian ini akan membantu auditor dalam melakukan pekerjaannya dalam menganalisa mengenai going concern suatu perusahaan sehingga risiko audit akan berkurang dan juga akan meningkatkan hasil dari audit mereka.