BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. representasi mental atau hubungan sebagai hasil dari pengalaman. Belajar dibagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. lingkungan asrama dan jam belajar. Penegakan peraturan di asrama,

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

APLIKASI TEORI BELAJAR BERKAITAN DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, apalagi pada saat individu memasuki bangku perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama guru adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. alternatif untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi. PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam membina kehidupan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang Unggul, Inklusif, dan Humanis

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Sistem Boarding School. Pelaksanaan Pembelajaran) secara umum yang disesuaikan dengan standar

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

PEDOMAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) [POLITEKNIK KOTA MALANG]

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

Upaya Menanamkan Karakter Jujur Bagi Siswa Ssekolah Dasar. Farida F PGSD FIP Universitas Negeri Padang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Belajar merupakan sebuah perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau hubungan sebagai hasil dari pengalaman. Belajar dibagi menjadi 3 domain, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berfokus pada pengetahuan dan kemampuan memori, proses berpikir. Domain afektif berfokus pada perasaan, minat, sikap, watak dan status emosi. Domain psikomotor berfokus pada keterampilan motorik. Teori belajar menjelaskan tentang mekanisme yang terlibat dalam belajar. Teori belajar yang mendasari cara seseorang belajar terdiri dari teori belajar behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme (Ormrod, 2012; Notoatmodjo, 2010; Shephard, 2008). Mahasiswa merupakan pembelajar orang dewasa yang dalam pembelajarannya dimotivasi oleh isu yang relevan dan di bawah kontrol pembelajar sendiri. Hal ini dinamakan self-directed learning (SDL), yaitu suatu proses individu mengelola pembelajaran sendiri dengan mengembangkan dan menentukan tujuan pembelajaran sendiri (Hays, 2009). Pembelajar mandiri juga dikaitkan dengan self-regulated learning (SLR). SLR merupakan pembelajaran yang diatur sendiri atau pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar belajar secara sukses (Ormrod, 2009). Pendidikan vokasional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat. Tujuan pendidikan keperawatan adalah menghasilkan perawat yang berkompeten dengan kualifikasi mempunyai pengetahuan, keterampilan dan 10

11 sikap (Hossein et al., 2009). Untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan ini, terutama untuk pembentukan sikap/domain afektif, sebagian besar pendidikan akademi keperawatan (AKPER) di Indonesia menerapkan sistem asrama pada mahasiswa. Menurut Dewantara (2013), sistem asrama di Indonesia sudah ada sejak jaman dahulu (kabudan), yang disebut sebagai pondok pesantren atau pawiyatan atau asrama. Sistem asrama mempunyai rumah pengajaran yang juga menjadi rumah pendidikan. Sistem asrama tersebut merupakan sistem pengajaran yang teratur dan tertib. Dibandingkan dengan di tanah Eropa (Roma dan Atena), yang mempunyai sedikit tempat dengan aturan yang tertib pada jaman kabudan, Indonesia sudah mempunyai sistem yang teratur. Sistem asrama merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran dengan paduan paling sempurna. Sistem asrama ini sampai saat ini masih hidup dalam masa Islam yang disebut sebagai pondok pesantren. Sistem asrama merupakan pendidikan informal yang mendukung pembelajaran. Downy (2012) menyatakan bahwa lingkungan informal mendukung lingkungan pembelajaran formal. Knowles (1975) juga menyatakan bahwa untuk mendidik orang dewasa, pendidik juga harus mempersiapkan lingkungan baik fisik maupun psikologis yang nyaman, sehingga pembelajar dapat diterima, dihargai dan didukung. Pembinaan sikap dan perilaku mahasiswa bertujuan untuk membentuk calon perawat yang jujur, berdisiplin, bertanggung jawab, visioner, peduli dan adil sesuai dengan nilai-nilai/norma dan etika profesi keperawatan. Untuk itu, penyelenggaraan kehidupan kampus diupayakan kondusif, yaitu menerapkan tata krama dan ketertiban kehidupan di kampus, menjaga kebersihan lingkungan,

12 keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Dalam pendidikan di asrama juga sesuai dengan The Four Pilars of UNESCO tentang syarat seseorang disebut kompeten, yaitu landasan kemampuan pengembangan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why), dan kemampuan berkarya (know to do), kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya, sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), dapat hidup bermasyarakat dengan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live together) (Shrimal & Sharma, 2012). Dari pilar-pilar tersebut, dalam proses pembelajaran juga disiapkan agar mahasiswa dapat belajar secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Jumlah pendidikan vokasional diploma 3 keperawatan di Indonesia yang terdaftar di Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) berjumlah 291 institusi, baik yang bernaung di institusi AKPER, politeknik kesehatan (POLTEKES), sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIKEP), maupun sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES) (DIKTI, 2013). Saat ini, pendidikan diploma keperawatan yang tergabung dalam asosiasi institusi pendidikan diploma keperawatan indonesia (AIPDIKI, 2014) terdapat sebanyak 405 institusi. Dari jumlah institusi pendidikan diploma keperawatan tersebut, tidak diketahui secara pasti jumlah institusi yang menyediakan asrama untuk mahasiswa. Beberapa penelitian terkait dengan sekolah berasrama di antaranya dilakukan oleh Sedyawan (2012), tentang evaluasi program pembinaan remaja melalui pendekatan biopsikososial di sekolah berasrama SMA TAKSA dengan

13 hasil program pembinaan remaja terbukti berhasil meningkatkan kualitas fisik siswa. Pembinaan self efficacy terbukti berhasil pada kelompok siswa yang lebih lama mendapat pembinaan dalam kondisi lingkungan yang kondusif. Penelitian lain dilakukan oleh Iswanti (2007) tentang pembentukan sikap dan kepribadian guru melalui model pendidikan berasrama. Pendekatan penelitian tindakan, dengan subjek penelitiannya mahasiswa S1 PGSD Berasrama FIP UNY yang tinggal di asrama mahasiswa UPP I dan UPP II. Hasil penelitian menunjukkan model pendidikan guru berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru sekolah dasar. Samawi (2012) juga meneliti persepsi mahasiswa tentang pendidikan perdamaian di asrama PGSD FIP Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan perdamaian dilihat dari konflik yang terjadi di lingkungan asrama PGSD meliputi konflik pribadi, interaksi sosial budaya, dan akademik. Penyebab konflik berawal dari kebiasaan minum minuman keras, prasangka primordialistik yang menimbulkan ketegangan, tidak tegaknya aturan tata tertib asrama, lingkungan asrama dengan kamar yang saling berdekatan putra dan putri. Upaya mahasiswa mengatasi konflik dengan melakukan musyawarah, konsultasi ke pembina asrama, dan meningkatkan kegiatan mahasiswa asrama baik akademik maupun non akademik. Disimpulkan bahwa pendidikan perdamaian perlu dikembangan secara terintegrasi dalam kehidupan bersama PGSD FIP UM. Berdasarkan pengamatan dan studi pendahuluan, didapatkan bahwa institusi yang menyediakan asrama bagi mahasiswa ada yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama dan ada juga yang menyediakan fasilitas asrama

14 tetapi tidak wajib. Institusi yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama, menyediakan pengasuh asrama dan peraturan yang ketat bagi mahasiswa. Perbedaan ini bisa mengakibatkan perbedaan pula dalam penerapan teori pendidikan di AKPER berasrama. Hal ini penting untuk menilai sistem asrama mendukung pencapaian sesuai dengan tujuan pendidikan. Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (AKPER PEMPROV JATENG) merupakan salah satu institusi yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama dan menyediakan pengasuh asrama. Kewajiban mahasiswa di asrama ini sejak tahun 2011 untuk mahasiswa tingkat 1, sedangkan tingkat 2 dan 3 diperbolehkan tidak tinggal di asrama karena keterbatasan kapasitas asrama. Peraturan di asrama juga sudah tertuang dalam buku panduan mahasiswa, meliputi: etika belajar, etika kesopanan, etika meninggalkan asrama, etika makan, etika penampilan, etika menerima tamu, etika bertamu, etika piket asrama, dan etika lain. Dengan tinggal di asrama, mahasiswa juga diharapkan dapat mandiri, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam belajar. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang aplikasi teori belajar behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa studi etnografi di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG.

15 I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah penelitian ini adalah Bagaimana aplikasi teori belajar berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa studi etnografi di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG? I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi teori belajar di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa. I.3.2. Tujuan khusus I.3.2.1. Untuk mengetahui aplikasi teori behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG. I.3.2.2. Untuk mengetahui teori belajar yang dominan di asrama AKPER PEMPROV JATENG. I.3.2.3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan di asrama AKPER PEMPROV JATENG. I.3.2.4. Untuk mengetahui teori belajar yang mendukung kemandirian belajar mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG.

16 I.4. Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut: I.4.1. Penelitian yang dilakukan oleh Sedyawan (2012) tentang evaluasi program pembinaan remaja melalui pendekatan biopsikososial di sekolah berasrama SMA TAKSA. Penelitian tersebut menggunakan quasi experiment dengan rancangan non equivalent pretest-posttest group design. Hasilnya adalah program pembinaan remaja terbukti berhasil meningkatkan kualitas fisik siswa. Pembinaan self efficacy terbukti berhasil pada kelompok siswa yang lebih lama mendapat pembinaan dalam kondisi lingkungan yang kondusif di asrama. I.4.2. Penelitian yang dilakukan oleh Iswanti (2007) tentang pembentukan sikap dan kepribadian guru melalui model pendidikan berasrama. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan penelitian tindakan, dengan subjek penelitiannya mahasiswa S1 PGSD Berasrama FIP UNY yang tinggal di asrama mahasiswa UPP I dan UPP II. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket, wawancara, dan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis kuantitatif teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan model pendidikan guru berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru sekolah dasar. I.4.3. Penelitian yang dilakukan oleh Samawi (2012) tentang persepsi mahasiswa tentang pendidikan perdamaian di asrama PGSD FIP Universitas Negeri Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rancangan deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa PGSD Berasrama

17 UM yang berasal dari Kabupaten Aru, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, dan Maluku Tenggara Barat. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman wawancara, format dokumentasi, dan observasi serta catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan perdamaian dilihat dari konflik yang terjadi di lingkungan asrama PGSD meliputi konflik pribadi, interaksi sosial budaya, dan akademik. Penyebab konflik berawal dari kebiasaan minum minuman keras, prasangka primordialistik yang menimbulkan ketegangan, tidak tegaknya aturan tata tertib asrama, lingkungan asrama dengan kamar yang saling berdekatan putera dan puteri. Upaya mahasiswa mengatasi konflik dengan melakukan musyawarah, konsultasi ke pembina asrama, dan meningkatkan kegiatan mahasiswa asrama baik akademik maupun non akademik. Disimpulkan bahwa pendidikan perdamaian perlu dikembangan secara terintegrasi dalam kehidupan bersama PGSD FIP UM. I.4.4. Penelitian yang dilakukan oleh Huang (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan SDL pada mahasiswa keperawatan dari Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan disain mixed method. Wawancara dilakukan pada 8 mahasiswa. Hasil wawancara adalah terjadi pergeseran pendekatan mengajar. Mahasiswa lebih sering melakukan aktivitas pembelajaran yang diarahkan mahasiswa sendiri, yaitu mahasiswa didorong untuk aktif dan bertanggungjawab terhadap tugas mereka sendiri. Partisipan mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi termasuk interaksi

18 dosen-mahasiswa, proses fasilitasi belajar, dan sumber belajar. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, variabel dalam penelitian ini adalah aplikasi teori belajar (behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme) yang dikaitkan dengan kemandirian belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dengan subjek penelitian mahasiswa yang tinggal di asrama AKPER PEMPROV JATENG. I.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan dapat dimanfaatkan, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: I.5.1. Menambah pengetahuan dan wacana tentang teori belajar. I.5.2. Memberi gambaran proses pendidikan di asrama. I.5.3. Menjadi bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan yang menyediakan asrama untuk mengembangkan pendidikan yang sesuai. I.5.4. Menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan institusi terkait dengan pendidikan di asrama.