KAJIAN DAN DISEMINASI BEBERAPA VUB PADI (INPARI) MELALUI DEMPLOT SL-PTT PADA MUSIM HUJAN DI LAHAN SAWAH ALASTIANG BANYUANYAR PROBOLINGGO

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Varietas Unggul Baru (VUB), Inpari, produksi dan adopsi petani

Kata kunci: galur padi sawah, tahan cekaman, hasil produksi.

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KABUPATEN MADIUN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

Abstrak

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

III. BAHAN DAN METODE

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Syafri Edi dan Defira Suci Gusfarina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi ABSTRACT

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI SISTEM TANAM LEGOWO DAN TEGEL DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Hasil Varietas Unggul Baru Padi Gogo Pada Lahan Kering Menunjang Peningkatan Produksi Beras Nasional di Kabupaten Garut

DAYA HASIL TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KEBON AGUNG BANTUL THE POTENTIAL YIELD OF THREE NEW PADDY VARIETIES AT KEBON AGUNG BANTUL

Penerapan Berbagai Inovasi Teknologi yang Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Kabupaten Purwakarta (Review)

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN CIANJUR

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS UNGGUL BARU MENUNJANG PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS PADI SAWAH PADA SISTEM JAJAR LEGOWO. Growth and Yield of Two Varieties of Wetland Rice with Jajar Legowo System

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

Agros Vol.16 No.2, Juli 2014: ISSN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI MELALUI PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KABUPATEN BATANG ABSTRACT

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

Transkripsi:

Kajian dan Desiminasi Beberapa VUB Padi (Inpari) melalui Demplot SL-PTT (FS-ICM) Musim Hujan di Lahan Sawah Alastiang Banyuanyar Probolinggo Sugiono, Kasmiyati, dan Miskat Ramdhani 271 KAJIAN DAN DISEMINASI BEBERAPA VUB PADI (INPARI) MELALUI DEMPLOT SL-PTT PADA MUSIM HUJAN DI LAHAN SAWAH ALASTIANG BANYUANYAR PROBOLINGGO Assessment and Dissemination of Selected New Rice Improved Varieties (Inpari) through FS-ICM Demplot in Rainy Season in Wetland of Alastiang Banyuanyar Probolinggo Sugiono 1, Kasmiyati 1, dan Miskat Ramdhani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4, Malang 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Jl. Komplek Pertanian Kusu Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan E-mail: astro_bptp@yahoo.co.id ABSTRACT This study aimed to assess selected new rice improved varieties (Inpari) in field laboratory of the Field School-Integrated Crop Management in Alastiang, Banyuanyar, Probolinggo. The assessment was conducted in rainy season of 2011/2012. The study assessed selected new improved varieties: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10, and Inpari 13, with Ciherang, which was cultivated by many farmers, served as control variety. Assessment method used was a randomized experimental design (RDB) with 4 replicates. The results of the assessment showed that the highest yield was Inpari 13 (8,640 tons/ha harvest-dry paddy [GKP]); significantly different from that of Inpari 7 (7.202 tons/ha GKP), Inpari 10 (7.125 tons/ha GKP), Inpari 1 (6.725 tons/ha GKP), and Inpari 4 (6.570 tons/ha GKP). The yield of Inpari 4 was not significantly different from that of Ciherang (5,845 tons/ha GKP). Intensive pest and disease attack observation was conducted during growth period until harvest time. It showed that brown planthopper attack appeared a week before harvest time. However, it could be controlled, so that it had no effect on production. Visual observations/scores based on SES IRRI showed that Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, and Inpari 10 were a bit vurnerable to brown planthopper, while Inpari 13 was moderately resistant and Ciherang was vulnerable. Blast disease appeared after flowering time. New improved varieties somewhat resistant to leaf blast and neck blast were Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, and Inpari 10; while Inpari 13 was somewhat susceptible to neck blast. Check variety Ciherang that was widely grown by farmers was vurnerable to blast leaves and neck blast, indicating durability allegedly began to fracture and the need for rotation with new varieties with high yield potential and moderate resistance to blast in rainy season. New varieties considered feasible to be adopted by farmers with B/C ratio above 1 was Inpari 1 (1.02), Inpari 10 (1.4), Inpari 7 (1.16), and Inpari 13 (1.59). Keywords: FS-ICM, new improved varieties, Inpari, yield, B/C ratio ABSTRAK Studi ini merupakan pengkajian beberapa varietas unggul baru (VUB) padi Inpari (inbrida padi irigasi) di lokasi laboratorium lapang (LL) SL-PTT di Alastiang, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo. Pengkajian dilaksanakan pada musim hujan (MH) tahun 2011/2012. Perlakuan adalah Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13, dan varietas pembanding/cek Ciherang yang banyak dibudidayakan petani; rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Hasil ton/ha gabah kering panen (GKP) tertinggi adalah Inpari 13 (8,640 ton/ha), berbeda nyata dengan hasil Inpari 7 (7,202 ton/ha), Inpari 10 (7,125 ton/ha), Inpari 1 (6,725 ton/ha), dan Inpari 4 (6,570 ton/ha). Hasil VUB Inpari 4 tidak berbeda nyata dengan hasil terendah varietas cek Ciherang (5,845 ton/ha). Pengamatan hama penyakit dilakukan secara intensif selama pertumbuhan sampai menjelang panen. Hama yang muncul seminggu menjelang panen adalah WBC, namun dapat dikendalikan dan tidak berpengaruh terhadap produksi. Pengamatan visual/skor berdasarkan SES IRRI menunjukkan bahwa varietas Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10 agak rentan terhadap hama WBC; sementara Inpari 13 agak tahan sesuasi deskripsi; sedangkan varietas cek Ciherang rentan. Penyakit blas muncul waktu pertanaman setelah padi berbunga. VUB yang agak tahan terhadap blas daun (leaf blast) maupun busuk leher malai (neck blast) adalah varietas Inpari 1, Inpari 4, inpari 7, dan Inpari 10, sedangkan Inpari 13 agak

272 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial rentan terhadap neck blast. Varietas pembanding Ciherang yang banyak ditanam petani rentan blas daun dan busuk leher malai. Diduga ketahanan varietas Ciherang mulai patah dan perlu adanya pergiliran varietas dengan VUB yang mempunyai potensi hasil tinggi dan agak tahan blas pada MH. VUB yang layak diadopsi petani dengan B/C rasio di atas 1 adalah Inpari 1 (1,02), Inpari 10 (1,4), dan Inpari 7 (1,16), dan Inpari 13 yang mempunyai B/C rasio tertinggi (1,59). Kata kunci: SL-PTT, VUB, Inpari, hasil, B/C rasio PENDAHULUAN Melalui Program Peningkatan Produksi Beras (P2BN) yang dimulai tahun 2007, kenaikan produksi beras harus mencapai minimal sebesar dua juta ton atau setara dengan 3,5 juta ton gabah dengan kenaikan sekitar 5% dari produksi tahun 2006 (Pinem dan Rahman, 2007). Upaya percepatan peningkatan produksi pangan termasuk beras dapat dilakukan, salah satunya dengan percepatan penyampaian teknologi tepat guna agar dapat diadopsi dan diaplikasikan oleh pengguna yakni Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sumarno dan Suyamto (1998) menjelaskan bahwa tindakan PTT merupakan Good Agriculture Practice (GAP). Pendekatan pengelolaan usaha tani padi secara terpadu diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi yang selanjutnya akan memberi dampak pada peningkatan dan kesejahteraan petani. Dalam periode 1999-2004 sejumlah inovasi teknologi telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian antara lain ditandai dengan penemuan benih/bibit varietas unggul, model pola usaha tani, inovasi teknologi budi daya, pascapanen, dan mekanisasi pertanian yang beberapa di antaranya telah dirasakan manfaat dan dampaknya secara luas. Sejak tahun 2002 Badan Litbang Pertanian mengembangkan model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), khususnya pada tanaman padi. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk efisiensi masukan produksi dan peningkatan hasil padi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. PTT diterapkan dengan dasar empat prinsip: (1) PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat dikelola dengan baik; (2) PTT memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antarteknologi; (3) PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial ekonomi petani; (4) PTT bersifat partisipatif, petani turut serta menguji dan memilih teknologi yang sesuai dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran. Dengan demikian, PTT bukan merupakan satu paket teknologi. Diharapkan dengan penerapan pendekatan PTT, inovasi teknologi hasil penelitian dapat diterima dengan lebih baik dan lebih cepat dipahami serta diadopsi oleh petani (Toha dan Guswara, 2008). Penyediaan varietas unggul memegang peranan yang menonjol di antara teknologi-teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, baik kontribusi terhadap peningkatan hasil per satuan luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, varietas unggul dinilai mudah diadopsi petani dengan tambahan biaya yang relatif murah dan memberi keuntungan langsung kepada petani (Puslitbang Tanaman Pangan, 2000). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah banyak melepas varietas unggul baru (VUB) yang potensi produksinya tinggi, tetapi kendala yang dihadapi semakin banyak di antaranya tingginya pengaruh faktor biotik (hama, penyakit) dan abiotik (kekeringan/kebanjiran), degradasi kesuburan tanah, dan penurunan input produksi terutama pupuk. Di samping itu, lahan persawahan semakin menurun sebagai akibat pengalihan fungsi lahan ke bidang nonpertanian (Abdurachman, 2006). Tujuan pengkajian beberapa varietas unggul baru padi (Inpari) melalui demplot SL-PTT di laboratorium lapang (LL), pada musim hujan di lahan sawah Desa Alastiang, Banyuanyar, Probolinggo tahun 2011/2012 adalah untuk memperoleh informasi mengenai produksi, ketahanan hama, penyakit, dan B/C ratio VUB untuk memperoleh kelayakan usaha tani. Nantinya varietas yang unggul spesifik lokasi dapat diadopsi petani sebagai pergiliran varietas dan mendampingi varietas yang sudah lama dibudidayakan petani sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat.

Kajian dan Desiminasi Beberapa VUB Padi (Inpari) melalui Demplot SL-PTT (FS-ICM) Musim Hujan di Lahan Sawah Alastiang Banyuanyar Probolinggo Sugiono, Kasmiyati, dan Miskat Ramdhani 273 METODE PENELITIAN Demplot penerapan PTT di lokasi LL SL-PTT dilaksanakan di Alastiang Desa Klenanglor, Kecamatan Banyuanyar, Probolinggo pada MH 2011/2012. Metoda Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif (PPSP) digunakan untuk memperoleh data mengenai pengetahuan petani terhadap penerapan model PTT. Menurut Chambers (1992), metode PRA adalah suatu pendekatan untuk memahami desa secara partisipatif, di mana masyarakat desa secara bersama-sama menganalisis kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta merumuskan perencanaan dan kebijakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Komponen PTT yang digunakan adalah: 1) varietas unggul baru (VUB) yakni Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13 dan Ciherang (cek); 2) benih bermutu dan sehat (bersertifikat); 3) penggunaan seed treatment; 4) penggunaan pupuk organik (2 ton/ha); 5) pemupukan anorganik N, P, K berdasar potensi hasil, Urea = 300 kg/ha (1 = 50%; 2 = BWD; 3 = BWD); NPK = 300 kg/ha (1 = 50%; 2 = 50%); ZA = 150 kg/ha (1 = 50%; 2 = 50%); 6) pengendalian hama dan penyakit sesuai OPT sasaran, dan monitoring berkala; 7) benih 25 kg/ha; 8) bibit muda (15-21 HSS) dan tanam bibit sedikit (2-3 bibit/lubang); 9) sistem tanam jajar legowo 2 : 1 = (20 x 10) x 40 cm; 10) atau legowo hasil kesepakatan yang masih sesuai akidah legowo dengan penambahan jumlah tanaman tepi, bukan pengurangan jumlah populasi. Penyiangan disesuaikan kondisi gulma dan menggunakan osrok. Pengolahan tanah mulai dari disingkal, pemberian pupuk organik 2 ton/ha per musim (agar pupuk organik dapat tercampur rata dengan tanah); penggaruan, perataan tanah (dileler) satu hari sebelum tanam, dan dibuat parit drainase di sepanjang pinggiran dan di tengah petakan disesuaikan kondisi lahan. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam/maksimal umur tanaman 1 minggu, dengan 150 kg Urea, 150 kg NPK Phonska/ha dan 75 kg KCI/ha. Pemupukan kedua dan ketiga umur 15 HST dan 30 HST yakni pupuk Urea menggunakan alat BWD. Pupuk ZA diberikan pada umur 15 HST dengan dosis 75 kg/ha. Tabel 1. Varietas yang diuji dengan penerapan PTT di SL-PTT No. Varietas No. Varietas 1. Inpari 1 4. Inpari 10 2. Inpari 4 5. Inpari 13 3. Inpari 7 6. Ciherang (cek) Keterangan: - Benih Inpari dari UPBS BPTP Jatim. - Data varietas Ciherang diambil lokasi SL-PTT. - Inpari (Inbrida padi irigasi) untuk padi sawah. Pembuatan persemaian dengan olah sempurna, dicampur dengan pupuk kandang dan abu masing-masing 2 kg/m 2 (luas persemaian untuk 400 m 2 /ha). Pembibitan: benih 25-40 kg/ha (benih direndam dulu pada air garam 3%), yang mengapung dibuang, setelah itu direndam di dalam air biasa selama 24 jam. Benih dimasukkan ke dalam larutan insektisida Regent 2 cc/liter air. Pada umur 15-21 HSS bibit siap tanam. Pertanaman dilakukan penyiangan pertama 2-3 minggu, dilanjutkan penyiangan kedua (30 HST) dengan alat gosrok atau menurut kondisi gulma. Pemupukan dasar dan pemupukan pertama disesuaikan kondisi tanah, pupuk petama dengan 150 kg Urea, 150 kg NPK Phonska/ha dan 75 kg KCI/ha. Pemupukan kedua dan ketiga umur 15 HST dan 30 HST yakni pupuk Urea menggunakan alat BWD. Pupuk ZA diberikan pada umur dengan dosis 75 kg/ha. Pengamatan hama dan penyakit dilaksanakan secara visual di lapangan, berkala minimal seminggu sekali, dengan cara skore sesuai SES.IRRI (1996). Penilaian: 1) tahan, 3) agak tahan, 5) agak rentan, 7) rentan, 9) sangat rentan. Metode Pengumpulan, Jenis, dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan secara partisipatif bersama petani agar petani lebih memahami pertumbuhan, perkembangan dan permasalahan yang terjadi. Data yang diambil meliputi data respon petani dan dampak demplot PTT serta eksisting petani, data teknis agronomis yakni pertumbuhan dan

274 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial hasil padi, data input output usaha tani di lokasi demplot LL SL-PTT dan eksisting petani lokasi SL- PTT. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dan secara ekonomi dari penerapan teknologi dengan menggunakan pendekatan PTT dilakukan analisis kelayakan perubahan teknologi (Swastika, 2004), yaitu B/C rasio = Total Pendapatan/Total Pengeluaran HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan hasil pengamatan pengkajian VUB di LL, SL-PTT di Alastiang Desa Klenang Lor, Kecamatan Banyuanyar, Probolinggo pada MH 2011/2012. Dengan tanam pindah umur bibit 21 HSS, umur panen genjah ditunjukkan Inpari 13 (98,75 HSS) tidak berbeda nyata dengan Inpari 1 (100,75 HSS). Umur panen dalam ditunjukkan varietas cek Ciherang (106,50 HSS) tidak berbeda nyata dengan VUB inpari 4 (105,25 HSS), Inpari 7, dan Inpari 10 umur panen (100,5 HSS). Tabel 2. Pengamatan umur panen, tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif No. Varietas Umur panen Tinggi tanaman Jmlh anakan produktif (HSS) (menjelang panen) (menjelang panen) 1. Inpari 1 100,75 b 59,65 b 15,255 a 2. Inpari 4 105,25 a 59,93 b 14,625 a 3. Inpari 7 105,50 a 61,13 b 14,025 a 4. Inpari 10 105,50 a 60,25 b 15,050 a 5. Inpari 13 98,75 bc 64,83 a 15,887 a 6. Ciherang (cek) 106,50 a 61,40 b 13,675 a KK (%) 21,719 3,017 7,704 Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT. HSS: hari setelah sebar. Umur bibit: 21 HSS Tinggi tanaman masing masing varietas, yang tertinggi adalah VUB Inpari 13 (64,83 cm) dan berbeda nyata dengan Ciherang (61,4 cm). Tinggi pembanding/cek Ciherang tidak berbeda nyata dengan VUB Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7 dan Inpari 10. Jumlah anakan prduktif antara VUB dan pembanding Ciherang juga tidak berbeda nyata. Jumlah anakan dari terendah adalah Ciherang (13,675), Inpari 7 (14,025), Inpari 4 (14,625), Inpari 10 (15,05), Inpari 1 (15,255) dan jumlah anakan tertinggi Inpari 13 (15,887) anakan (Tabel 2). Bobot 1000 butir diukur pada kadar air 14% (kering giling), hasil pengamatan tidak ada perbedaan yang nyata antara VUB dan Ciherang dengan rata-rata bobot 27,85 gr-29,45 gr (Tabel 3). Persentase gabah hampa, dari jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa, didapat persentase gabah hampa. Gabah hampa terendah dan berbeda nyata dengan VUB lain dan pembanding Ciherang ditunjukkan oleh varietas Inpari 10 (13,36%). Persentase gabah hampa varietas Ciherang (17,62%) tidak berbeda nyata dengan Inpari 7 (15,65%), Inpari 4 (16,84%), Inpari 13 (18,97%), dan hampa tertinggi Inpari 1 (19,185). Tabel 3. Pengamatan bobot 1.000 butir, persentase gabah hampa dan hasil per hektar (GKP) No. Varietas Bobot 1.000 butir Persentase gabah (gram) hampa (%) Hasil ton/ha (GKP) 1. Inpari 1 28,50 a 19,18 a 6,725 b 2. Inpari 4 29,45 a 16,84 a 6,570 bc 3. Inpari 7 28,96 a 15,63 a 7,202 b 4. Inpari 10 29,18 a 13,36 b 7,125 b 5. Inpari 13 28,95 a 18,97 a 8,640 a 6. Ciherang (cek) 27,85 a 17,62 a 5,845 c KK (%) 4,587 22,981 7,102 Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT. GKP: gabah kering panen.

Kajian dan Desiminasi Beberapa VUB Padi (Inpari) melalui Demplot SL-PTT (FS-ICM) Musim Hujan di Lahan Sawah Alastiang Banyuanyar Probolinggo Sugiono, Kasmiyati, dan Miskat Ramdhani 275 Hasil ton/ha gabah kering panen (GKP) terendah ditunjukkan oleh pembanding Ciherang (5,845 ton/ha), tidak berbeda nyata dengan VUB Inpari 4 (6,570 ton/ha). Hasil terendah VUB Inpari 4 tidak berbeda nyata dengan Inpari 1 (6,75 ton/ha), Inpari 10 (7,125 ton/ha), dan Inpari 7 (7,202 ton/ha). Produksi per hektar tertinggi ditunjukkan VUB Inpari 13 (8,640 ton/ha), berbeda nyata dengan semua VUB yang dikaji. Tabel 4. Pengamatan hama penyakit yang muncul signifikan selama pertumbuhan sampai menjelang panen No. Varietas WBC Blas daun/leaf blast Neck blast/busuk leher malai 1. Inpari 1 Agak rentan Agak tahan Agak tahan 2. Inpari 4 Agak rentan Agak tahan Agak tahan 3. Inpari 7 Agak rentan Agak tahan Agak tahan 4. Inpari 10 Agak rentan Agak tahan Agak tahan 5. Inpari 13 Agak tahan Agak tahan Agak rentan 6. Ciherang (cek) Rentan Rentan Agak rentan Skor serangan hama penyakit tanaman secara visual di lapangan berdasarkan SES IRRI (1996). Penilaian: 1) tahan, 3) agak tahan, 5) agak rentan, 7) rentan, 9) sangat rentan (Tabel 4). Hama yang muncul secara signifikan adalah WBC yang menyerang waktu tanaman menjelang panen, namun dapat dikendalikan sehingga tidak berpengaruh atau menurunkan produksi. VUB yang agak rentan WBC adalah: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, dan Inpari 10. Varietas Inpari 13 agak tahan, sesuai dengan deskripsi, dan varietas cek Ciherang rentan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC). Hasil pengamatan penyakit yang muncul secara signifikan adalah penyakit blas, yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae Cav. merusak daun (leaf blast) pada waktu tanaman masih muda sampai tanaman panen dan busuk leher malai (neck blast) pada saat tanaman telah berbunga sampai waktu panen. Penularan berat penyakit ini bisa menyebabkan gagal panen atau puso. Patogen blas juga sangat dinamis, mempunyai banyak ras dan mampu membentuk ras baru sehingga dapat dengan cepat mematahkan ketahanan varietas. Varietas unggul tahan blas akan berubah menjadi peka (ketahanannya patah) setelah ditanam secara luas selama 2-3 musim (Amir dan Nasution, 1995). Semua varietas unggul baru Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10 dan Inpari 13 agak tahan terhahap blas daun. Varietas yang rentan blas daun adalah varietas pembanding Ciherang yang banyak ditanam petani rentan (Tabel 4). Varietas Inpari 13 dan pembanding/cek Ciherang agak rentan Neckblas. Sugiono et al. (2012), melaporkan pada uji VUB di Lamongan, varietas Ciherang sebagai pembanding ketahanannya mulai patah, dari agak rentan sampai rentan terhadap blas. 10.000 ton/ha GKP 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Gambar 1. Grafik produksi ton/ha gabah kering panen (GKP)

276 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial Tabel 5. Analisis usaha tani VUB padi SL-PTT No. Uraian kegiatan Harga satuan MH 2011/2012 Volume Jumlah (Rp) 1. Sewa tanah 1 musim 12.000.000 1 ha 4.000.000 2. Persemaian a. benih 7.000 25 kg 175.000 b. tenaga rendam dan peram 15.000 1 hok 15.000 c. pembuatan bedengan dan sebar benih 17.500 5 hok 87.500 d. pupuk Phonska 2.300 10 kg 23.000 e. K 4.000 8 bungkus 32.000 f. konsumsi Jumlah 4.332.500 3. Pengolahan tanah a. traktor 750.000 1 ha 750.000 b. tenaga perbaikan pematang 17.500 18 hok 315.000 c. konsumsi 4.000 24 bungkus 96.000 Jumlah 1.161.000 4. Penanaman a. tenaga tanam 17.500 25 hok 437.500 b. tenaga cabut dan pindah 17.500 10 hok 175.000 c. konsumsi 4.000 35 bungkus 140.000 Jumlah 752.500 5. Pemupukan A. Pupuk dasar - pupuk organik 500 2.000 1.000.000 - tenaga kerja 20.000 2 hok 40.000 - konsumsi 4.000 2 bungkus 8.000 B. Pupuk susulan I, II dan III - Urea 1.600 200 kg 320.000 - Phonska 2.300 300 kg 690.000 - tenaga kerja 20.000 6 hok 120.000 - konsumsi 4.000 6 bungkus 24.000 Jumlah 2.202.000 6. Penyiangan a. penyiangan 1 15,000 23 hok 460.000 b. penyiangan 2 15.000 15 hok 225.000 c. penyiangan 3 15.000 10 hok 150.000 d. konsumsi 4.000 48 192.000 Jumlah 1.072.000 7. Pengendalian OPT a. Pestisida 70.000 3 liter 210.000 b. ZPT 26.000 4 bungkus 104.000 c. tenaga kerja 20.000 6 hok 120.000 d. konsumsi 4.000 6 bungkus 24.000 Jumlah 458.000 8. Iuran - HIPPA semusim 150.000 1 ha 150.000 - pajak semusim 200.000 1 ha 200.000 Jumlah 350.000 Jumlah biaya produksi 10.328.000 9. Biaya panen - biaya panen 18.000 67,7 kuintal 1.213.200 - Konsumsi 4.000 30 bungkus 120.000 Jumlah 1.333.200 Jumlah biaya produksi dan panen 11.661.200

Kajian dan Desiminasi Beberapa VUB Padi (Inpari) melalui Demplot SL-PTT (FS-ICM) Musim Hujan di Lahan Sawah Alastiang Banyuanyar Probolinggo Sugiono, Kasmiyati, dan Miskat Ramdhani 277 Tabel 5: Lanjutan No Uraian kegiatan Harga satuan MH 2011/2012 Volume Jumlah (Rp) 10. Hasil Tertinggi 3.500 8.640 30.240.000 - Inpari 13 Hasil bersih 18.578.800 B/C ratio 1,59 Hasil terendah 3.500 5.845 20.457.500 - Ciherang Hasil bersih 8.796.300 B/C ratio 0.75 - Inpari 4 3.500 6.570 22.995.000 Hasil bersih 11.661.200 B/C ratio 0,97 - Inpari 1 3.500 6.725 23.537.500 Hasil bersih 11.876.300 B/C ratio 1,02 - Inpari 7 3.500 7.202 25.207.000 Hasil bersih 13.545.800 B/C ratio 1,16 - Inpari 10 3.500 7.125 24.937.125 Hasil bersih 13.276.300 B/C ratio 1,4 Hasil analisis usaha tani pengkajian VUB pada MH 2011/2012 dengan penerapan PTT di Alastiang Banyuanyar Probolinggo menunjukkan produksi VUB tertinggi adalah varietas Inpari 13 dengan produksi (8,64 ton/ha) dan B/C ratio 1,59 (Tabel 5). Hasil analisis B/C ratio di atas 1 adalah VUB Inpari 1 (1,02), Inpari 10 (1,4), Inpari 7 (1,16), dan Inpari 13 (1,59). Penerapan PTT VUB Inpari 1, Inpari 7, Inpari 10, dan Inpari 13 layak diadopsi petani sebagai pendamping pergiliran varietas Ciherang yang sudah lama ditanam petani. KESIMPULAN Hasil gabah kering sawah (GKP) terendah adalah Ciherang (cek) 5,845 ton/ha, tidak berbeda nyata dengan Inpari 4 (6,570 ton/ha). VUB Inpari 4 tidak berbeda nyata dengan Inpari 1 (6,75 ton/ha), Inpari 10 (7,125 ton/ha), dan Inpari 7 (7,202 ton/ha). Produksi per hektar tertinggi ditunjukkan VUB Inpari 13 (8,640 ton/ha). Penurunan hasil varietas cek Ciherang diduga karena ketahanannya mulai patah terhadap blas daun dan blas leher malai, sehingga disarankan penanaman varietas ini pada MK. Pengaruh penurunan produksi akibat WBC tidak signifikan karena pengamatan yang intensif dan pengendalian secara optimum. B/C rasio VUB yang layak diadopsi petani pada MH, dengan B/C rasio di atas 1 adalah Inpari 1 (1,02), Inpari 10 (1,4), Inpari 7 (1,16) dan Inpari 13 (1,59). B/C rasio Ciherang 0,75, Inpari 4 (0,97). Hasil kajian dan diseminasi VUB padi Inpari yang layak diadopsi petani sebagai pengganti untuk pergiliran varietas Ciherang, yang produksinya rendah dibanding VUB dikaji dan ketahanan terhadap hama penyakit mulai patah pada musim hujan adalah VUB dengan B/C rasio di atas 1: Inpari 1 (1,02), Inpari 10 (1,4), Inpari 7 (1,16), dan Inpari 13 (1,59). Sementara VUB dengan B/C rasio di bawah 1 adalah varietas Ciherang 0,75 dan VUB Inpari 4 (0,97).

278 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial DAFTAR PUSTAKA Addurachman, A. 2006. Strategi mempertahankan multifungsi pertanian di Indonesia. Dalam: Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Bogor, 17-28 Juni 2006. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Amir, M., dan A. Nasution. 1995. Status dan pengendalian blas di Indonesia. Dalam: M. Syam et al. (Eds.). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Puslitbang Tanaman Pangan. 2000. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Chambers. 1992. Rural Appraisal: rapid, rilex and participatory. Dalam: Y. Sukoco. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Pinem dan Rachman. 2007. Kebijakan Perbenihan Padi Menunjang P2BN. Buku I. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil penelitian Padi Menunjang P2BN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Sugiono, E., Korlina, and L. Rosmahani, 2012. Performance of upland rice superior varieties productivity at Mantub, Lamongan, East Java. International Seminar on Rice Technology Innovation for Increasing Production and Conserving Environment under Global Climate Change, Subang Indonesia 11-12, 2012. Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agricultural, Republic of Indonesia. Jakarta. Sumarno dan Suyamto. 1998. Agroekoteknologi untuk keberlanjutan usaha pertanian. Dalam risalah Simposium Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Toha, H.M. dan A. Guswara. 2008. Model Laboratorium Lapangan SL-PTT. Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar Tanaman Padi. Subang.