BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membaik sehingga persaingan bisnis juga akan semakin ketat yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk dapat memenuhi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.("Indocement") adalah salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah nama perusahaan emiten yang menjadi objek penelitian :

MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Valuasi saham..., Herdamang, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen dan konsumen juga menjadi lebih selektif dalam memilih produk

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat Perusahaan

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar modal berfungsi untuk menghubungkan perusahaan terbuka pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI PENILAI KINERJA PABRIK SEMEN (Studi Kasus Pada PT. Semen Gresik Tbk dan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain ditunjang

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era yang serba modern saat ini dimana perekonomian di Indonesia sedang

PAPARAN PUBLIK 2017 PT MITRA INTERNATIONAL RESOURCES Tbk. Grha Mitra Jl. Pejaten Barat No.6, Jakarta Selatan Jumat, 26 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit motif akan

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya

I. PENDAHULUAN. dari semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan industri properti seperti

PAPARAN PUBLIK 2016 PT MITRA INTERNATIONAL RESOURCES Tbk. Grha Mitra Jl. Pejaten Barat Raya No.6, Jakarta Selatan Jumat, 24 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012)

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 lalu, banyak masalah dan penderitaan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri manufaktur semasa krisis global lalu tahun termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal berfungsi menghubungkan perusahaan terbuka pada investor dan

BAB I PENDAHULUAN. stratregi bisnis nya dalam menghadapi persaingan. persaingan, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya yang tergambar dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari sisi financial maupun non-financial. Hal ini berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi. Salah satunya adalah sebagai alat untuk memprediksi keuntungan (return)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertambangan merupakan sektor primer (ekstraktif) yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas sebesar 30 juta ton per tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia. Dunia usaha mengalami kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia bahwa Sampai dengan September ini konsumsi semen di

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perekonomian di dalam negeri maupun di dunia terus mengalami gejolak

Ayu Widya Rachmawati

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjalankan kinerja perusahaan dengan baik. perusahaan lebih efektif dan efesien dalam beroperasi. Selain itu manajemen

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat subprime mortgages (kredit perumahan) yang berimbas ke sektor

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam melakukan tugas tugas yang semakin kompleks dan rumit. Hampir

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR MODAL OPTIMAL PERUSAHAAN DALAM INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR PADA BEI PERIODE NUR SHABRINA

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, jika hal itu terjadi akan memberikan kehawatiran pada pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya ditandai dengan mengalami kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek studi dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan manufaktur sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2011, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., PT Holcim Indonesia Tbk., dan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. (sumber: www.idx.co.id) Berikut ini pembahasan mengenai perusahaan-perusahaan sub sektor semen yang menjadi objek studi dalam penelitian ini. 1.1.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Menurut website www.indocement.co.id, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah produsen semen berkualitas yang terkemuka di Indonesia sejak tahun 1975. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Indocement memiliki tiga kompleks pabrik, yang secara keseluruhan meliputi 12 pabrik. Kompleks Pabrik Citeureup di Bogor, Jawa Barat, yang mengoperasikan sembilan pabrik, adalah salah satu kompleks pabrik semen terbesar di dunia. Dua kompleks pabrik lainnya berlokasi di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dengan dua pabrik; dan di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan, dengan sebuah pabrik. Indocement menawarkan beberapa jenis produk semen yang dipasarkan dengan merek Tiga Roda. Termasuk di dalamnya adalah Portland Composite Cement (PCC), Semen Ordinary Portland (Tipe I, Tipe II, dan Tipe V), Semen Sumur Minyak (Oil 1

Well Cement), Semen Putih dan Mortar Putih TR30. Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Penjualan terbesar dari Perseroan berasal dari PCC, yang diperkenalkan pada tahun 2005. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia. Per 30 Desember 2011, kapitalisasi pasar Indocement di BEI adalah sebesar Rp 62.765 miliar. 1.1.2 PT Holcim Indonesia Tbk. Menurut website www.holcim.co.id, terhitung sejak 1 Januari 2006, PT Semen Cibinong Tbk. telah berubah nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk. Perubahan dilakukan karena 77,33 % saham PT Semen Cibinong telah dibeli Holcim Ltd asal Swiss melalui Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pembelian saham dilakukan pada tahun 2001. Dengan menguasai 77,33 % saham perusahaan itu, maka Holcim Ltd menguasai seluruh aset milik PT Semen Cibinong, termasuk anak perusahaan, yaitu PT Trumix Beton. Kini PT Trumix Beton telah berubah nama menjadi PT Holcim Beton. Holcim Ltd merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di dunia. Perusahaan milik Holcim Ltd tersebar di 70 negara dengan jumlah karyawan mencapai 61.000 orang. Perusahaan telah merencanakan program investasi yang signifikan di Asia Tenggara. Salah satu negara yang berada dalam posisi penting dari rencana itu, yakni Indonesia. Hal itu diawali Holcim Ltd dengan membeli 77,33 % saham PT Semen Cibinong Tbk. 2

PT Holcim Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia dengan usaha yang terintegrasi terdiri dari beton siap pakai, produksi agregat dan transportasi. Perusahaan mengoperasikan dua pabrik semen masing-masing di Narogong, Jawa Barat dan di Cilacap, Jawa Tengah serta pabrik grinding mill semen di Ciwandan, Banten dengan total kapasitas gabungan per tahun 8,3 juta ton klinker, dan mempekerjakan lebih dari 2.600 orang. Saham Holcim Indonesia terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode SMCB. Perusahaan ini sesungguhnya merupakan yang pertama terdaftar ketika Bursa Efek Jakarta diresmikan pada tahun 1977, dan sejak saat itu sahamnya aktif diperdagangkan. Per 30 Desember 2011, kapitalisasi pasar Holcim Indonesia di BEI adalah sebesar Rp 16.669 miliar. 1.1.3 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Menurut website www.semengresik.com, PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Per 30 Desember 2011, kapitalisasi pasar Semen Gresik di BEI adalah sebesar Rp 67.916 miliar. 3

Perseroan memproduksi berbagai jenis semen. Semen utama yang di produksi adalah Semen Portland Tipe I (OPC). Di samping itu juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campuran (mixed cement), untuk penggunaan yang terbatas dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada OPC. 1.2 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 memberikan dampak yang cukup besar terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak terkecuali perusahaan manufaktur sub sektor semen. Konsumsi semen nasional sepanjang Januari-Juli 2009 melemah 5,5% dibandingkan dengan periode yang sama 2008 dari 22,303 juta ton menjadi 21,084 juta ton menyusul dampak resesi ekonomi dunia yang memperlemah konsumsi. Melemahnya konsumsi dipicu oleh kerugian perusahaanperusahaan kontraktor akibat dampak krisis global menyebabkan penjualan semen sejak kuartal I/2009 tertekan. Selain itu, sulitnya perbankan mengucurkan kredit modal kerja dan tingginya suku bunga pinjaman ikut memperlambat realisasi sejumlah proyek properti dan infrastruktur. (sumber: http://www.semengresik.com/ina/post) Kondisi yang dialami perusahaan semen perlu dianalisis apakah perusahaan semen Indonesia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam persaingan perusahaan semen di Indonesia. Karena apabila tidak mampu bersaing, maka dapat menyebabkan financial distress. Financial distress yang ditandai dengan menurunnya penjualan akan mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan juga. Rendahnya pendapatan perusahaan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar utang-utangnya kepada pihak lain. Sehingga financial distress menjadi awal yang mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan. 4

Kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo. Tak jarang ditemukan perusahaan yang menunjukkan angka laba yang memuaskan, namun sebenarnya perusahaan tersebut menghadapi kesulitan keuangan yang akan membawanya menuju kebangkrutan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak yang terkait dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang seperti pemberi pinjaman, investor, pemerintah, akuntan, dan manajemen. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar prediksi kebangkrutan (Komara, 2009:149). Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan perusahaan diketahui, semakin baik manajemen untuk melakukan perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut tidak benarbenar terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi dan membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat Alkhatib & Al Bzour (2011:208) sebagai berikut: As a result of the bankruptcy, companies in general and public shareholding, in particular, will suffer financial distress. Not only owners are affected, but also other financial statements users, such as investors, creditors, and the economy in general will also be affected. Consequently, an early warning of bankruptcy could be taken as a precaution to be established to lower the risk and danger levels of company bankruptcy or distress. Altman mengembangkan metode kebangkrutan dengan tingkat akurasi yang dapat dipercaya dalam memprediksi kebangkrutan. Model Altman Z-score sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan dan 5

resiko obligasi tidak stagnan atau tetap, melainkan berkembang dari waktu kewaktu, seiring dari kondisi perusahaan dan kondisi dimana metode tersebut diterapkan. Perkembangan Model Altman ini dapat dilihat mulai dari yang pertama yaitu model Altman Z-score pertama yang ditujukan untuk memprediksi kebangkrutan dari sebuah perusahaan publik manufaktur. Setelah menemukan model kebangkrutan yang pertama, Altman kemudian merevisi model kebangkrutan menjadi sebuah model yang dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan bagi perusahaan manufaktur privat dan publik, model ini disebut sebagai model Altman revisi atau Z -score. Selanjutnya Altman memodifikasi modelnya agar dapat diterapkan pada semua perusahaan seperti perusahaan manufaktur, perusahaan non manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi. Model ini disebut sebagai model Altman modifikasi atau Z -score (Ramadhani dan Lukviarman, 2009:16). Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim investasi memberikan beberapa harapan terhadap perkembangan sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati adalah sektor semen yang juga mendapat dukungan dari pemerintah berupa program kerja pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur negara. Mengacu pada tingkat konsumsi semen, prospek industri semen masih cerah untuk beberapa tahun ke depan. Berikut grafik penjualan dan pertumbuhan penjualan semen nasional selama tahun 2007-2011. 6

Gambar 1.1 Penjualan dan Pertumbuhan Penjualan Semen Nasional Tahun 2007-2011 60 50 40 30 20 10 0 20% 15% 10% 5% 0% 2007 2008 2009 2010 2011 Penjualan (juta ton) (Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)) Dari Gambar 1.1 menunjukkan konsumsi semen tahun 2011 mencapai 47,9 juta ton atau tumbuh 17,7% (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya dengan volume 40,8 juta ton. Pertumbuhannya terbilang cukup tinggi di tengah kekhawatiran naiknya biaya energi dan harga jual sehingga dapat menekan permintaan semen. Kuatnya permintaan domestik, suku bunga yang stabil serta tumbuhnya pasar properti dan infrastruktur rupanya dapat menjadi pendorong utama tingginya pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur dan properti di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya berpotensi meningkatkan laju penjualan semen. Tiga pemain utama semakin mendominasi pasar semen dengan menguasai 89% pangsa pasar tahun 2011, naik dari 88% pada tahun sebelumnya. Terdapat pergeseran pangsa pasar selama tahun 2011. Pangsa Semen Gresik menurun menjadi 41% dari 43% pada tahun sebelumnya. Sementara pangsa Indocement dan 7

Holcim naik masing-masing menjadi 32% dan 16%, dari tahun sebelumnya masing-masing sebesar 31% dan 14% (sumber: Industry Update Semen Februari 2012, Vol. 3 Februari 2012). Pada perdagangan Jumat (18/11) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 37,75 poin (1%) ke level 3.754,5. Harga intraday tertingginya mencapai 3.792,16 dan terendah 3.745,14. Sahamsaham sektor industri dasar termasuk sektor semen turun 1,14% ke level 382,94. ia mengungkapkan, dari semua proyek saat ini, pangsa pasar semen lebih dikuasai oleh PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP) hingga 50%. Di posisi kedua adalah PT Semen Gresik (SMGR) dengan pangsa pasar 48%. Beberapa tahun sebelumnya, SMGR yang menguasai pangsa pasarnya. Menurutnya, hampir semua proyek pembangunan menggunakan Semen Gresik. Tapi sekarang, INTP sedikit lebih menguasai pangsa pasar. Sedangkan PT Holcim Indonesia (SMCB) paling sedikit di level 2%. Dari 10 proyek, SMCB hanya meng-cover 1-2 proyek. Karena itu, pasar tidak bisa menilai terlalu tinggi untuk SMCB. (sumber: http://pasarmodal.inilah.com). Industri semen bergantung kepada sektor properti dan proyek infrastruktur. Selama ini penjualan semen didorong oleh 80% sektor properti dan 20% proyek infrastruktur yang digalang pemerintah. Adapun sejumlah pekerjaan infrastruktur yang didanai pemerintah masih belum berjalan maksimal. Di kota-kota besar, pengembang properti banyak yang mendirikan apartemen, super block dan sebagainya. Tentu semuanya membutuhkan bahan dasar semen. Proyek pembangunan akan terus berlangsung dan semen merupakan industri dasar yang jadi bahan pokok untuk bangunan. Demand semen akan terus mengalami peningkatan. Tapi, imbas positifnya bagi emiten di sektor semen sangat tergantung dari 8

pangsa pasarnya masing-masing. (sumber: http://www.semengresik.com/ ina/persrelease). Fenomena yang mendorong penulis untuk meneliti kebangkrutan pada sektor ini karena melihat grafik penjualan dan pertumbuhan penjualan semen nasional selama tahun 2007-2011 yang menunjukkan trend peningkatan signifikan setiap tahunnya, namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan pencapaian perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana dari ketiga perusahaan ini tidak semuanya mengalami peningkatan penjualan. Selain itu, melihat harga saham sektor semen pada akhir tahun 2011 yang mengalami penurunan juga. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham, yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor, begitu pun sebaliknya semakin rendah harga saham berarti semakin menurun return yang diperoleh investor. Dalam kasus ini, harga saham cenderung mengalami penurunan, begitu pula penjualan perusahaan. Ketika penjualan perusahaan menurun, para investor tidak akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, yang berujung dengan penurunan harga saham dan return saham. Adapun grafik penjualan ketiga perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di BEI selama tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut. 9

Gambar 1.2 Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Sub Sektor Semen yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011 50% 40% 30% 20% 10% INTP SMCB SMGR 0% 2007 2008 2009 2010 2011 (Sumber: Laporan Konsolidasi 2007-2011) Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis adalah perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan sumber data berupa laporan keuangan tahun 2007-2011 (www.idx.co.id) karena penulis ingin membandingkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan sub sektor semen sebelum dan setelah krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Model Altman pertama dan Altman modifikasi dipilih oleh penulis sebagai alat penelitian karena keduanya dapat diterapkan pada perusahaan sub sektor semen yang merupakan bagian dari perusahaan manufaktur. Penulis ingin mengetahui potensi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor semen dan bagaimana perbedaan hasil dari dua model yang digunakan, model Altman pertama dan model Altman modifikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS KEBANGKRUTAN 10

MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN PERTAMA DAN ALTMAN MODIFIKASI PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011. 1.3 Perumusan Masalah 1. Bagaimana potensi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman pertama pada tahun 2007-2011? 2. Bagaimana potensi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman modifikasi pada tahun 2007-2011? 3. Bagaimana perbedaan hasil potensi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman pertama dan model Altman modifikasi pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011? 4. Apa yang harus dilakukan selanjutnya oleh perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setelah mengetahui potensi kebangkrutan dengan metode Altman Z-score pada tahun 2011? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengkaji potensi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman pertama pada tahun 2007-2011. 2. Untuk mengkaji potensi kebangkrutan pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman modifikasi pada tahun 2007-2011. 11

3. Untuk mengkaji perbedaan hasil potensi kebangkrutan antara model Altman pertama dan model Altman modifikasi pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 4. Untuk mengetahui langkah perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setelah memperoleh hasil potensi kebangkrutan dengan metode Altman Z-score pada tahun 2011. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Perusahaan Untuk memberikan informasi atas penelitian yang dilakukan penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan. 2. Bagi Akademisi dan Praktisi Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penelitian sejenis di masa yang akan datang. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk lebih memudahkan dalam memahami materi yang ada dalam skripsi ini, maka sistematika penulisan skripsi disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum perusahaan yang akan diteliti, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian untuk memecahkan permasalahan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 12

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, variabel operasional yang digunakan, populasi dan sampel dalam penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan proses perhitungan setiap variabel dan analisis dari hasil perhitungan yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada Bab IV dan memberikan saran kepada perusahaan mengenai analisis masalah yang diteliti oleh penulis. 13