HANDOUT MATERI PRAKTIKUM ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

Oleh: drh. Adil Harahap (dokadil.wordpress.com)

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN. Mengetahui kelas dan grade ternak potong yang akan dipasarkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

Transkripsi:

HANDOUT MATERI PRAKTIKUM ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

TATA TERTIB 1. Praktikan WAJIB datang 15 menit sebelum praktikum dimulai 2. Praktikan WAJIB memakai sepatu boot dan cattle pack beridentitas instansi terkait tidak boleh instansi lain 3. Alat praktikum yang hilang atau rusak harus diganti barang yang sama bukan uang oleh praktikan dalam satu gelombang 4. Praktikan wajib mengikuti seluruh serangkaian praktikum 5. Tidak dilaksanakan pretest, praktikum dan asistensi susulan 6. Diperkenankan absen apabila sakit yang dibuktikan dengan surat dokter, dan delegasi yang dibuktikan dengan surat izin dari fakultas atau universitas 7. Laporan dikerjakan pada lembar kerja yang telah disediakan 8. Hasil ujian atau isi laporan tidak boleh sama 9. Tidak diperkenankan menggunakan aksesoris kecuali jam tangan karet 10. Pelanggaran yang dilakukan praktikan seperti merokok, membawa senjata tajam selain peralatan praktikum, minuman keras, meludah, berkata kasar selam diarea praktikum dan memakai atribut praktikum maka nilai praktikum E Tata tertib ini wajib ditaat dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh praktikan

BANGSA-BANGSA SAPI POTONG Sapi potong yang di pelihara para peternak mempunyai berbagai jenis bangsa yang berbeda-beda.pada dasarnya terdapat 3 bangsa dari ternak sapi potong yang telah dikenal,yaitu: 1. Bos taurus, sapi yang berasal dari daerah sub-tropis atau beriklim temperate. Sapi Bos taurus umumnya sapi yang didatangkan ke Indonesia dari daerah sub-tropis atau dikenal dengan sapi import. Kelebihan dari sapi tersebut yaitu memiliki pertambahan bobot badan (PBB) yang tinggi, namun juga memiliki kelemahan seperti, tidak tahan terhadap iklim tropis (membutuhkan adaptasi lama), tidak tahan terhadap mutu pakan yang jelek dan tidak tahan terhadap ektoparasit (caplak). Contoh dari sapi Bos taurus: A. Sapi Simmental Ciri-cirinya: 1. Kepala putih 2. Rambut pada kepala keriting 3. Warna rambut merah 4. keempat kaki mulai dari lutut dan kipas ekor berwarna putih. 5. Warna merahnya bervariasi dari merah gelap sampai kuning 6. Tidak mempunyai punuk 7. Perototannya baik dan pertulangaannya besar dengan temperamen yang baik B. Sapi Limousin Ciri-cirinya: 1. Bentuk kepala lurus, pendek 2. Warna rambut merah (dominan), hitam (resesif) 3. Memiliki warna merah 4. Tidak berpunuk 5. Badan kompak, serta badan panjang 6. Tidak bergelambir

C. Sapi Brangus (Brahman x Angus) Ciri-cirinya: 1. Warna rambut hitam 2. Berpunuk dan bergelambir 3. Bentuk tubuh lebih kompak 4. Memiliki tanduk kecil. 5. Leher dan telinga pendek 6. Punggung lurus, 7. Badan kompak dan padat 8. kaki kuat dan kokoh Catatan: spesifik dari sapi Bos Taurus yaitu tidak memiliki punuk. Contoh lain dari sapi Bos taurus, Short Horn, Belgian Blue, Hereford, Charolis, Wagyu (Japanese Black Cattle), dll. 2. Bos indicus, atau bangsa zebu, sapi yang berasal dari daerah tropis khususnya dari India. Bos indicus umumnya memiliki kelebihan berupa tahan terhadap iklim suhu panas, mampu berkembang dengan pakan yang kualitasnya jelek dan tahan terhadap ekstoparasit (caplak). Kelemahan dari sapi dari bangsa ini yaitu pertambahan bobot badannya relatif lebih lambat. Sapi dari bangsa ini rata-rata disilangkan dengan sapi asli Indonesia yang kemudian menjadi sapi lokal Indonesia, karena telah tinggal di Indonesia lebih dari 5 generasi. Contoh dari sapi Bos Indicus, sebagai berikut : A. Sapi Brahman Ciri-cirinya: 1. Bentuk kepala lebih panjang 2. Leher pendek dan Telinga panjang 3. Mempunyai punuk besar dan lebih rebah 4. Gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada 5. Warna rambut abu-abu kehitaman 6. Kalau asli tidak bertanduk dan kalau silangan mempunyai tanduk kecil

B. Sapi Pernakan Ongole (PO) Ciri-cirinya: 1. Fisiologi tubuhnya panjang dan kompak 2. Rambut berwarna putih keabu-abuan 3. Mempunyai punuk besar dan tegak 4. Memiliki gelambir 5. Muka lebih lonjong dari pada sumba ongole 6. Memiliki tanduk (tanduk betina lebih panjang dari pada jantan) 7. Memiliki telinga menggantung seperti daun nangka C. Sapi Sumbawa Ongole (SO) Ciri-cirinya: 1. Warna Tubuh dominan putih sampai keabu-abuan 2. Bertanduk lebih tumpul dari pada ongole 3. Bergelambir 4. Warna hidung hitam 5. Kepala lebih pendek dari pada Ongole D. Sapi Sumbawa Ciri-cirinya: 1. Rambut pada jantan berwarna putih keabuan, sedangkan pada betina berwarna putih 2. Warna kepala sapi jantan abu-abu, sedangkan pada betina berwarna putih 3. Bertanduk 4. Pada sapi betina tanduk lebih panjang 5. Telinga sedang, mengarah ke samping dan tidak terkulai

E. Sapi Madura Ciri-cirinya: 1. Rambut berwarna merah bata 2. Memiliki tanduk kecil yang berbentuk bulan sabit 3. Moncong, ekor, kaki bagian bawah dan garis pada punggung berwarna putih 4. Telinga, bulu ekor dan kelopak mata berwarna hitam 5. pada bagian kepala bertanduk yang mengarah dorsalateral, Pada sapi jantan memiliki gumba (punuk) sedangkan yang betina tidak tampak adanya punuk (kecil). F. Sapi Aceh Ciri-cirinya: 1. Warna rambut merah bata sampai coklat 2. Pada umumnya bentuk muka cembung 3. Tanduk mengarah kesamping dan melengkung keatas 4. Telinga kecil mengarah kesamping dan tidak terkulai 3. Bos sondaicus atau sapi asli dari Indonesia dari bangsa banteng Sapi Bos sondaicus merupakan sapi yang berasal dari persilangan antara sapi yang asli mendiami pulau Bali dengan banteng Bali. Sapi tersebut contohnya yaitu sapi Bali. Sapi Bali merupakan satu-satunya sapi asli dari Indonesia yang memiliki kelebihan tahan terhadap pakan yang berkualitas jelek, memiliki karkas terbesar (55-60%) dan memiliki reproduksi yang baik. Kelemahan dari sapi Bali ini terdapat postur tubuhnya yang relative lebih kecil dari sapi lokal Indonesia. Sapi Bali 1. Warna tubuh pada pedet jantan coklat muda/gelap, sedangkan warna tubuh pada betina dewasa merah. Pada jantan dewasa memiliki warna hitam 2. Bentuk tanduk pada jantan menjorok keluar kepala pada betina bentuk tanduk menjorok kedalam kepala

3. Memiliki tanduk kearah belakang 4. Postur fisiologi seperti banteng 5. Punggungnya terdapat garis hitam yang membujur dari gumba ke pangkal ekor (garis belut) 6. Bagian persendian tarsus dan carpus kaki berwarna putih sampai batas pinggir atas kuku dan pada bagian pantat terdapat warna putih berbentuk oval (white mirror) Catatan: Perbedaan pada sapi Madura dan sapi Bali terletak pada a. White Sock b. White Mirror Bentuk kepala sapi potong Jantan : cenderung lebih menonjol Betina : cenderung lebih rata/ lancip Bakalan yang baik: Jantan : bentuk kepalanya seperti ternak betina, karena jarak kepala dan leher depan yang nantinya akan mempengaruhi konsumsi pakan. Sapi potong yang berpunuk, konformasi tubuhnya cenderung cekung Sapi Brahman punuknya berwarna hitam Sapi PO punuknya berwarna putih

BANGSA-BANGSA KAMBING DAN DOMBA Kambing dan domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya. Disamping penghasil daging yang baik, kambing dan domba juga penghasil kulit. Keistimewaan yang membedakan kambing dan domba adalah pada domba terdapat Glandula suborbitalis di mata bagian bawah dan glandula intergigitalis di celah-celah kuku, sedangkan pada kambing tidak. Glandula suborbitalis merupakan kelenjar yang mengeluarkan cairan di mata sehingga mata domba seringkali nampak basah. Glandula intergigitalis merupakan kelenjar yang dapat menghasilkan sekresi atau cairan menyerupai minyak yang memiliki bau khas, cairan ini keluar pada saat domba berjalan dan berfungsi sebagai tanda untuk mengetahui kelompoknya sehingga apabila ada domba yang terpisah dari kelompoknya dapat dengan mudah menemukan kelompoknya kembali. Terdapat berbagai jenis bangsa kambing dan domba di Indonesia. Masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, diantaranya adalah : Kambing Kacang, Kambing Peranakan Etawah, Peranakan Etawah dan Kambing Gambrong. Sedangkan bangsa-bangsa domba antara lain: Domba Priangan / Garut, Domba Ekor Gemuk (DEG), Domba Ekor Tipis (DET). Jenis ternak Kambing asli Indonesia antara lain ; 1. Kambing Kacang 1) warna bulu : Dominasi warna tunggal putih, hitam, cokelat, atau kombinasi ketiganya. 2) kepala : Kecil dan ramping dengan profil lurus. 3) telinga : Sedang, tegak mengarah ke samping. 4) tanduk : Melengkung ke belakang. 5) janggut : Jantan: tumbuh bulu dengan baik. Betina: tidak begitu lebat. 6) punggung : Lurus, pada beberapa kasus terlihat agak melengkung, dan semakin ke belakang semakin tinggi sampai pinggul. 7) bulu : Pendek, khusus yang jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher sampai ekor. 8) ekor : Pendek, kecil dan tegak.

Jenis ternak Kambing Lokal Indonesia antara lain ; 1. Kambing PE (Peranakan Etawa) Warna bulu : kombinasi putih, hitam, dan cokelat. 1) Kepala : profil muka cembung. 2) Telinga : panjang dan terkulai. 3) Tanduk : melengkung ke belakang. 4) Bulu jenggot : jantan: panjang. betina: tidak berjenggot. 5) Punggung : lurus, beberapa agak melengkung, dan semakin ke belakang semakin tinggi sampai pinggul. 6) Bulu tubuh : bagian leher dan pinggul lebih panjang, dan pada jantan bulu lebih panjang mengurai. 7) Ekor : pendek. 2. Kambing Gembrong Warna bulu : dominasi warna putih, sebagian cokelat muda dan hitam. 1) Kepala : ringan dengan profil muka lurus agak cekung. 2) Telinga : sedang, dan terkulai. 3) Tanduk : jantan dan betina bertanduk. 2. Kambing Lakor 1) warna : a) tubuh dominan : kombinasi warna polos dan belang putih - kehitaman; b) kepala : dominasi hitam, dan belang putih, warna sekitar mata umumnya hitam; c) telinga : mengikuti warna tubuh dominan; 2) tanduk : jantan dan betina bertanduk dengan ukuran kecil sampai sedang, mengarah ke atas dan ke belakang; 3) bentuk telinga : panjang dan menggantung; 4) garis muka : cembung; 5) garis punggung : agak cekung; 6) bentuk ekor : bagian pangkal ekor berukuran sedang (4 9 cm).

Jenis ternak domba lokal Indonesia antara lain ; 1. Domba Garut 1) warna : a) tubuh dominan : kombinasi hitam-putih; b) kepala : kombinasi hitam-putih; 2) tanduk : a) domba jantan : besar dan panjang dengan variasi bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan dan ke luar; b) domba betina : bertanduk kecil atau tidak bertanduk; 4) garis muka : cembung; 5) garis punggung : lurus sampai agak cekung; 6) bentuk ekor : segitiga, dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung (ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong) 2. Domba Sapudi 1) warna : a) tubuh : Dominan putih. b) kepala : Putih. 2) garis muka : Agak cembung. 3) telinga : Cukup besar, panjang, lebar, dan tegak ke samping dengan sudut 45-90 derajat. 4) tanduk : Tidak bertanduk. 5) garis punggung : Melengkung cekung dengan bagian belakang meninggi. 6) ekor : Bervariasi dari bentuk segitiga sampai sigmoid, tebal, panjang dan lebar, bagian pangkal tengah lebar dan sering berkelok (sigmoid) dan meruncing pada bagian ujungnya. 3. Domba Kisar 1) warna : a) tubuh dominan : kombinasi warna polos dan belang putih - hitam; b) kepala : dominasi hitam, dan belang putih, warna sekitar mata umumnya hitam;

2) tanduk : a) domba jantan : ukuran besar tanduk sedang dan panjang dengan bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan dan ke luar; b) domba betina : tidak bertanduk; 3) bentuk telinga : sedang agak menggantung; 4) garis muka : cembung; 5) garis punggung : agak cekung; 6) bentuk ekor : bagian pangkal ekor berukuran sedang (4 9 cm). 4. Domba Ekor Gemuk (DEG) a. Bentuk kepala lurus b. Kepala botak dan berambut c. Ekor berisi lemak 5. Domba Ekor Tipis (DET) a. Telinga mengarah keluar b. Kaki pendek c. Tidak Bertanduk d. Warna lebih putih

Jenis ternak babi local Indonesia, 1. Babi Bali a. Warna hitam dan bulu agak kasar b. Bentuk tubuh dan kepala kecil c. Punggung lentik dan perut hampir menyusur tanah d. Kaki pendek e. Cungurnya relative pendek f. Telinga kecil dan berdiri tegak 2. Babi Karawang a. Kepala kecil b. Telinga kecil dan berdiri tegak c. Tulang belakang lemah dan agak panjang d. Perut hampir menyusur tanah e. Kaki pendek f. Warna belang, atas hitam dan bagian bawah putih 3. Babi Sumba a. Wara hitam, kadang berwarna merah kehitaman b. Mempunyai bentuk fisik menyerupai babi hutan c. Badan sedang, pendek, namun dalam d. Bentuk kepala lonjong e. Moncong lancip f. Telinga kecil dan berdiri 4. Babi Nias a. Badan sedang b. Kepala lebih pendek dari babi sumba c. Telinga kecil dan berdiri tegak d. Mulut runcing

PENDUGAAN UMUR Pendugaan umur pada ternak penting dilakukan, hal ini berkaitan dengan tujuan dari pemeliharaan sapi. Pendugaan umur yang baik dengan recording, namun secara konvensional pendugaan umur dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Pemeriksaan Gigi Ternak (Poel) Umumnya metode ini sudah sangat dikenal pada masyakat peternak di Indonesia. Istilah yang biasa dikenal adalah poel. Poel menunjukkan adanya pergantian gigi ternak, sehingga seberapa banyak tingkat pergantian gigi bisa menjadi dasar menduga umur ternak. Semakin banyak gigi yang poel maka umur ternak juga semakin tua. Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi. Pertumbuhan gigi ternak dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase tumbuh gigi (gigi susu), fase pergantian gigi dan fase keausan gigi. a) Fase gigi susu: terjadi pada ternak mulai lahir sampai dengan gigi seri bertukar dengan yang baru. b) Pergantian gigi: masa awal dari pergantian gigi sampai dengan selesai c) Keausan gigi: gigi sudah tidak berganti-ganti lagi, melainkan sedikit demi sedikit aus Perkiraan Umur Sapi

2. Melalui cincin pada tanduk Keadaan cincin tanduk dapat digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang digunakan yaitu : Y = X + 2 Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan 2 merupakan koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun. Tiap cincin tanduk berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan. Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya timbul suatu alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian akan terjadi lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin tanduk kelihatan dangkal dan tidak terang. Penentuan umur ternak dengan melihat lingkar cincin tanduk adalah dengan cara menjumlahkan angka dua pada tiap lingkar cincin tanduk. Misalnya terdapat satu lingkar cincin tanduk berarti sapi tersebut berumur tiga tahun. Asumsi dari penambahan angka dua tersebut adalah sapi telah dewasa kelamin dan siap melahirkan pada umur dua tahun. Pendugaan umur sapi berdasarkan tumbuhnya tanduk dan cincin tanduk adalah yang paling kurang akurat. Oleh karena itu pendugaan dengan cara ini jarang dipergunakan. Prinsip pendugaan umur berdasarkan cincin tanduk didasarkan pada pengaruh pakan. Alasannya, di Indonesia terjadi musim kemarau dan musim hujan. Sapi betina yang sedang bunting akan membutuhkan zat pakan yang lebih tinggi, sementara pada saat kemarau kebutuhan nutrisi yang tinggi tersebut tidak sepenuhnya bisa diperoleh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya, induk sapi akan membongkar cadangan lemak dan protein tubuh, padahal protein tersebut juga dipergunakan untuk pertumbuhan tanduk, sehingga pertumbuhan tanduk akan terhambat sehingga terbentuklah cincin pada tanduk 3. Melalui Tali Pusar Melihat lepasnya tali pusar hanya digunakan untuk mengingatkan lagi hari atau tanggal kelahiran pedet dalam jangka kejadian beberapa hari yang telah lewat.sewaktu lahir tali pusar masih tampak basah dan tidak berbulu.setelah berumur 3 hari,tali pusar terasa lunak jika diraba,umur 4-5 hari tali pusar mulai mengering,dan umur 7 hari tali pusar mulai lepas serta sudah mulai ditumbuhi bulu.

PENGENALAN ALAT DEHORNING Yakni suatu cara penghilangan tanduk pada ternak pada sapi. Dapat dilakukan dengan cara : 1. Kimiawi yakni dengan zat kimia (Caustic potash/ Caustic soda) Pangkal tanduk dioles zat kimia Caustic potash/ Caustic soda selama 15 detik lalu digosok sampai timbul pendarahan. Setelah ± 10 hari tanduk menjadi lempenganlempengan dan akan lepas sendiri. 2. Panas dengan menggunakan alat Electrical Dehorner Gunanya yaitu membunuh saraf atau akar tanduk supaya tidak dapat tumbuh lagi. Caranya: Alat dipanaskan selama 15-20 menit hingga mencapai suhu 1000 C. lalu ditekan alat ke tunas tanduk selama 5-10 detik hingga membentuk bulatan 2mm. umumnya dilakukan pada pedet 4-21 hari. 3. Biologi yaitu dengan cara kawin silang Dengan mengawinkan ternak yang bertanduk dengan ternak yang tidak bertanduk dengan harapan anak yang dihasilkan nantinya tidak bertanduk 4. Mekanik yaitu dengan cara memotong tanduk menggunakan gergaji apabila tanduk sudah besar

KASTRASI Yaitu suatu tindakan untuk menghilangkan fungsi buah zakar (testis) pada ternak jantan. Tujuannya adalah : 1. Agar ternak menjadi lebih terang atau jinak 2. Memudahkan penanganan 3. agar daging yang dihasilkan ternak jantan tersebut yang berkualitas baik 4. Mempercepat proses pertumbuhan Cara Kastrasi 1. Cara tertutup Menggunakan alat emasculator yaitu Tang Burdizzo dan cincin karet (elastrator). Fungsinya menghambat peredaran dari dan ke testis 2. Cara terbuka Membedah kantung buah zakar atau skrotum, kemudian mengeluarkan dan memotong buah zakar tersebut. CUKUR BULU RAMBUT MARKING Bisa dilakukan dengan cara : 1. Kalung leher 2. Cap bakar pada kulit Dilakukan dengan bahan kimia (nitrogen cair), disebut freeze branding / cryosenic branding. Dengan besi panas menggunakan huruf / angka dari tembaga. Biasanya dilakukan dengan pembakaran langsung dari api / sumber panas lain. Pada pedet lama waktu pembakarannya 15 detik dan pada sapi dewasa 30 detik. 3. Tanda pada telinga Ear Tag : Tanda telinga dari plastik / logam yang mudah cair. Caranya: - Posisikan ternak dalam keadaan tenang lalu siapkan tag yang dipakai, kapas, dan alcohol 70%. - Bersihkan salah satu telinga bersihkan dengan alcohol 70% - Raba telinga ternak yang tidak dilalui pembuluh darah - Masukkan daun telinga diantara kedua sisi tang yang sudah dipasangi tag

- Tekan tuas gun applicator untuk memasukkan eartag pada telinga Ear Notch : Tanda telinga dengan menggunting telinga dengan bentuk U/V menggunakan pisau atau gunting. Ear Punch : Tanda telinga dengan perlubangan Ear Tattoes : Tanda pada telinga dengan tinta, Caranya: - Posisikan ternak dalam keadaan tenang lalu persiapkan peralatan tattoo, yang terdiri dari tinta, nomor/huruf yang dipakai. - Oleskan nomor/huruf pada tinta lalu pasangkan nomor/huruf pada tang dengan posisi terbalik (seperti melihat cermin). - Bersihkan salah satu telinga bersihkan dengan alcohol 70% - Raba telinga ternak yang tidak dilalui pembuluh darah - Masukkan daun telinga diatara kedua sisi tang yang sudah dipasangi nomor/huruf lalu tekan gun applicator PENGUKURAN STATISTIK VITAL 1. Definisi Ukuran Statistik Vital Ukuran statistic vital merupakan ukuran tubuh ternak yang secara statistic cukup vital untuk mengidentifikasi sifat-sifat kuantitatif ternak tersebut. Ukuran statistic vital ini dipergunakan sebagai parameter teknis dalam penentuan standar bibit. Pada kambing dan domba pengukuran statistic vital dengan mengukur : lingkar dada dan panjang badan. Adapun cara pengukuran lingkar dada dan panjang badan dalam statistic vital kambing atau domba adalah sebagai berikut : 1. Lingkar dada: Diukur dengan menggunakan pita ukur melingkar pada dada dekat scapula atau kaki depan bagian belakang. 2. Panjang badan : Diukur dengan menggunakan mistar ukur yang dimulai dari tuberculum lateral humerus (point of shoulder atau sendi peluru) sampai tuber ischiadicum (pin bone) 3. Tinggi gumba : Diukur menggunakan mistar ukur (khusus sapi) secara tegak lurus mulai dari tanah/lantai hingga bagian tertinggi gumba. 2. Pendugaan Bobot Badan Ternak Menggunakan Ukuran Statistik Vital Salah satu fungsi pengukuran statistik vital adalah untuk mengetahui estimasi bobot badan

ternak menggunakan rumus tertentu. Estimasi bobot badan pada ternak bergantung pada gemuk dan kompaknya tubuh ternak yang akan diukur, setidaknya gambaran bobot badan dapat diketahui dan tidak akan jauh dari bobot badan sebenarnya. Estimasi bobot badan sapi, kambing dan domba sangat penting dilakukan apabila dalam suatu peternakan tidak terdapat timbangan ternak. Manfaat estimasi bobot badan ternak adalah sebagai berikut: 1. Mengukur kebutuhan pakan. 2. Mengukur laju pertumbuhan ternak/laju pertumbuhan bobot badan ternak. 3. Mengukur dosis obat-obatan berdasar bobot badan. Ketika telah diketahui lingkar dada dan panjang badan maka formula perhitungan estimasi bobot badan ternak adalah sebagai berikut: a. Estimasi Bobot Badan Sapi 1. Rumus schoorl EBB (kg) = (LD (cm) + 22) 2 100 2. Rumus smith EBB (kg) = (LD (cm) + 22) 2 100 3. Rumus winters EBB (lbs) = (LD 2 (inch) x PB (inch) ) b. Estimasi Bobot Badan (EBB) Kambing Dan Domba 1. Umur PI 0 300 EBB (kg) = (LD 2 (inch) x PB (inch) ) : 10 3 2. Umur PI 2 4 EBB (kg) = (LD 2 (inch) x PB (inch) ) 11 x 10 3 3. Umur PI 6 8 EBB (kg) = (LD (inch) 2 x PB (inch) ) 12 x 10 3

3. Kegunaan Lain Ukuran Statistik Vital Manfaat lain dari pengukuran statistik vital adalah untuk mengetahui konformasi kepala dan grade ternak. Penentuan konformasi kepala dan grade ternak melalui perhitungan sebagai berikut: a. Indeks Kepala Pengukuran indeks kepala merupakan upaya untuk mengetahui konformasi kepala seekor ternak, dimana konformasi kepala dapat digunakan untuk menduga kemampuan makan ternak secara fisiologis, sehingga dapat digunakan sebagai parameter dalam menentukan tatalaksana pemberian pakan yang tepat. Selain itu, konformasi kepala dapat digunakan untuk menduga keeratan hubungan keluarga ternak, dimana setiap ternak mempunyai konformasi kepala yang berbeda sebagai ciri khas ternak tersebut. Prosedur pengukuran indeks kepala adalah sebagai berikut: 1. Panjang kepala Diukur menggunakan pita ukur (khusus ternak) mulai dari titik tengah antara kedua tanduk pada dahi hingga pangkal hidung secara tegak lurus. 2. Lebar kepala Diukur menggunakan pita ukur (khusus ternak) mulai dari pelipis mata kanan menuju pelipis mata kiri. Rumus indeks kepala: Indeks kepala = Lebar kepala Panjang kepala x 100% b. Grade Sapi Grade (ukuran) sapi merupakan suatu ekspresi keharmonisan bentuk badan ternak dan dapat diketahui melalui perbandingan panjang badan dengan tinggi gumba ternak. Grade (ukuran) ternak digunakan untuk mengetahui ukuran ternak tersebut yang nantinya dapat digunakan sebagai parameter teknis untuk mengetahui grade (ukuran) ternak tersebut. Setiap ternak mempunyai grade (ukuran) yang berbeda sesuai dengan potensi genetiknya masingmasing. Rumus grade sapi: Grade sapi = panjang badan tinggi gumba x 100%

Standard grade (ukuran) ternak terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu: Nilai Grade <100% 100% - 105% 105% - 110% >110% Kategori Very small grade Small grade Medium grade High grade PENILAIAN (JUDGING) TERNAK 1. Penilaian Eksterior Sapi Potong Penampilan luar seekor sapi akan sangat menentukan dan menjadi utama sebelum memikirkan berbagai pengenalan yang lain. Berikut adalah gambar berbagai kelainan tumpuan anggota badan (kaki depan dan kaki belakang) sapi bila dilihat dari depan, belakang, samping, khusus untuk bibit, posisi tersebut harus diperhatikan.

PROSES PEMOTONGAN Pemotongan ternak sesuai dengan tujuannya adalah untuk mendapatkan daging dan produk daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan ternak yang baik. Kondisi ternak sebelum dipotong harus bersyarat sehat dan segar, oleh sebab itu setelah ternak tiba di rumah potong harus diistirahatkan terlebih dahulu sampai kondisi ternak kembali tidak stres minimal 12 jam. Pemotongan meliputi pemeriksaan antemortem, prosedur pemotongan dan pemeriksaan post mortem. a. Pemeriksaan antemortem Antemortem adalah pemeriksaan kondisi ternak sebelum pemotongan secara dari depan kepala sampai dengan kaki dan ekor. Analisis antemortem dilakukan minimal 12 jam sebelum ternak dipotong (Murdiati, 2006). Faktor antemortem menurut Purbowati (2006) meliputi genetik termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, umur ternak, manajemen, jenis kelamin, dan stress. b. Prosedur pemotongan Terdapat 5 prosedur pemotongan yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan kualitas daging yang baik dan higinies. Prosedur pemotongan meliputi: 1. Bleeding, merupakan proses pengeluaran darah sebanyak-banyaknya dari dalam tubuh. Bleeding dilakukan dengan memotong Vena jugularis dan Arteri aortis serta memotong 2 saluran, yaitu saluran pencernaan dan saluran pernafasan. 2. Skinning, merupakan proses pengulitan, yaitu memisahkan kulit dari tubuh. Dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak karkas. Batas penyayatan kulit adalah sampai lemak subcutan terpisah dari tubuh. 3. Eviserasi, merupakan proses pengeluaran organ viseral (organ-organ dalam tubuh), yang terdiri dari: organ pencernaan, organ pernafasan, dan organ reproduksi. Ginjal dan lemak yang membujur dari pembungkus ginjal, dibawah pelvic sampai pembungkus jantung diusahakan tertinggal (tidak ikut dikeluarkan).

4. Whole sale cut, merupakan proses pembagian karkas berdasarkan potongan wholesale, yaitu karkas dipotong menjadi 4 bagian: Forequarter left & Forequarter right dan Hindquarter left & Hindquarter right. Dipotong antara tulang rusuk 12-13. 5. Deboning, merupakan proses pemisahan daging dari tulang. c. Pemeriksaan post mortem Postmortem merupakan pemeriksaan yang dilakukan setelah pemotongan meliputi pemeriksaan karkas dan organ internal yang meliputi limpa, hati, jantung, dan paru-paru. Keputusan hasil pemeriksaan akan menentukan apakah karkas dan bagian-bagian karkas dapat dikonsumsi, diproses lebih lanjut atau tidak. Pemeriksaan organ internal ditujukan untuk mengetahui kondisi ternak yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Limpa, merupakan objek yang paling penting dalam pemeriksaan postmortem. Dalam kondisi normal bentuk limpa yaitu pipih dan lancip. Sedangkan limpa yang bengkak diindikasi mengidap penyakit anthrax (radang limpa) yang merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis, disebabkan oleh Bacillus anthracis (Bahri, 2014). 2. Hati, pengamatan untuk hati dilakukan dengan 3D, dilihat, diraba, disayat. Dengan 3D dapat diketahui kelainan yang terjadi pada hati antara lain kerusakan pada hati dan adanya cacing hati, Fasciola hepatica. 3. Jantung, diamati apakah terdapaat kelainan pada warna jantung, terjadi pembengkakan atau tidak, adanya pengapuran jantung atau tidak. Jika terjadi pengapuran diindikasi bahwa ternak tercemar zat kapur pada air minumnya. 4. Paru-paru, warna paru-paru normal yaitu putih kemerahan, jika terdapat perubahan warna ke hitam diindikasi ternak mengidap TBC. PERHITUNGAN PERSENTASE KARKAS DAN YIELD GRADE Karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah. Karkas terdiri dari daging, tulang dan lemak. Penentuan persentase dari karkas, daging, tulang dan lemak dilakukan dengan rumus: Persentase Karkas : Bobot Karkas Bobot Hidup x 100% Persentase Daging : Bobot Daging Bobot Karkas x 100%

Bobot Tulang Persentase Tulang : Bobot Karkas x 100% Yield grade adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak yang meliputi karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging dari karkas yang dihasilkan. Yield grade digunakan untuk menentukan jumlah dagingn pada karkas (cutability), terutama pada daging paha (round), daging lulur (loin), daging bahu (chuck), dan daging rusuk (rib). Faktor yang dipergunakan untuk menentukan yield grade pada kambing dan domba adalah tebal lemak subkutan, persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta skor konformasi paha. Nilai yield grade terbaik adalah 1 dan yang terburuk adalah 5 dengan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 1. Hubungan antara nilai YG dengan % perdagingan pada round, loin, rib dan chuck. Nilai Yield Grade Perdagingan (%) 1 > 52,3 2 52,3 50,1 3 50,0 47,8 4 47,7-45,5 5 < 45,5 Catatan : Nilai 1 (1,0-1,9), 2 (2,0-2,9), 3 (3,0-3,9), 4 (4,0-4,9) dan 5 (5,0-5,9) Rumus perhitungan yield grade yaitu: Yield Grade = 1,66 + (6,66 X tebal lemak punggung) + (0,25 X % LKPH) (0,05 X SKP) Cara menghitung nilai yield grade dengan menentukan ketebalan lemak punggung, persentase LKPH (Lemak Kidney, Pelvic and Heart) dan menentukan skor konformasi paha. Ketebalan lemak punggung dihitung dengan menentukan luas REA terlebih dahulu. REA merupakan area daging ditengah tulang punggung yang menyerupai mata. Luasnya dihitung menggunakan kertas milimeter blok dengan cara perhitungan sebagai berikut: 1 kotak penuh = 1 mm 2 ½ kotak = ½ mm 2 ½ kotak penuh = 1 mm 2 > ½ kotak = 0 Satuan luas REA = inch 2

RETAIL CUT Retail cut merupakan pengelompokkan daging menjadi bagian yang lebih kecil untuk meningklasifikasikan daging sesuai kualitas daging dan meningkatkan nilai jual daging. Potongan retail cut diklsifikasikan menjadi 3. Tabel 3. Klasifikasi retail cut Golongan (kelas) Priemery cut Secondary cut Manufacturing Potongan daging 1. Has dalam (tenderloin) 2. Has luar (striploin/sirloin) 3. Iga utuh 4. Lamusir (cube roll) 1. Tanjung (rump) 2. Kelapa (round) 3. Penutup (topside) 4. Pendasar (silverside) 5. Gandik (eye round) 6. Kijen (chuck tender) 7. Sampil besar (chuck) 8. Sampil kecil (blade) Tetelan

A. Wholesale cut of Lamb B. Wholesale cut of Beef C. Wholesale cut of Pork