BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

NILAI DIAGNOSTIK KARAKTERISTIK KLINIS DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

Biopsi payudara (breast biopsy)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

ABSTRAK. Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

UJI KLINIS SINDROMA KLINIS LIMFADENITIS TUBERKULOSIS DENGAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) SEBAGAI BAKU EMAS. RSUP Sanglah Denpasar

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

Seminar Hasil Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

Penentuan Diagnostik Lymphadenopathy Colli Dengan Metode Biopsi pada Penderita HIV-TB Di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch

BAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

Muhartono, Fitria Saftarina, Indri Windarti. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbesar penyebab kematian antara lain kanker paru, payudara, kolorektal, prostat,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

INSIDENSI LESI RONGGA MULUT YANG DIDIAGNOSA DI TIGA LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI DI MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini angka kejadian kanker di. masyarakat semakin meningkat.hal ini menuntut kita agar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua usia (Underbrink, 2011). Diagnosis bandingnya sangat luas, karena massa pada leher bisa berasal dari kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar saliva, dan lain-lain. Penyebabnya bisa karena kongenital, infeksi, inflamasi, neoplasia (jinak dan ganas), atau metastasis (Subekti, 2005). Penyebab paling sering massa pada leher adalah karena inflamasi atau infeksi oleh parasit seperti Toxoplasmosis, jamur, self-limited virus seperti Epstein-Barr virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Herpes simplex virus atau bakteri Streptococcus, Staphylococcus, Mycrobacterium tuberculosis dan Atypical mycrobacterium (Thander&Jonas, 2004). Sekitar 43 persen dari semua limfadenopati perifer di Negara berkembang disebabkan oleh karena Tuberkulosis (TB) (Sharma&Mohan, 2004). Prevalensi TB di Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China yaitu hampir 700 ribu kasus, dengan angka kematian masih tetap 27/100 ribu penduduk (WHO, 2013). Pada dewasa penyebab massa pada leher yang juga sering adalah deposit massa sel ganas pada kelenjar getah bening. Biasanya berasal dari suatu keganasan primer pada kepala dan leher, paling sering dari Upper Aerodigestive Tract (UAT) (Scott-Brown s, 2004). Kebanyakan pasien neoplasma ganas pada kepala dan leher sudah maengalami metastasis saat didiagnosis (43% pada nodul regional yang berkaitan dan 10% metastasis jauh) (Ridge et al, 2003). Insiden neoplasma ganas pada kepala dan leher di dunia lebih dari 550.000 kasus per Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tahun dengan angka kematian sekitar 300.000 setiap tahunnya (Jemal&Bray, 2011). Massa pada leher bisa juga disebabkan karena tumor primer meliputi tumor pada kelenjar saliva dan tumor kelenjar tiroid (Thander&Jonas, 2004). Tumor pada kelenjar saliva merupakan 6% dari semua kejadian tumor kepala dan leher. Insiden tumor pada kelenjar saliva secara keseluruhan adalah 1,5 kasus per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (Medscape, 2015). Tumor tiroid secara klinis terdapat pada 4,7% pada populasi dewasa, angka kejadian keganasan pada nodul tiroid adalah sebesar 5,12% pada pasien dengan nodul tunggal dan 3% pada pasien dengan nodul multipel (Harahap, 2010). Data dari American Association of Clinical Endocrinology/American Association of Endocrine Surgery (2001) menunjukkan karsinoma tiroid merupakan keganasan endokrin yang sering terjadi, yaitu sekitar 90% dari seluruh keganasan endokrin. Banyaknya etiologi massa pada leher menyebabkan diagnosis banding massa pada leher sangat luas. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang sistematis untuk menegakkan diagnosis massa pada leher dan menentukan rencana penatalaksanaannya (Underbrink, 2011). Evaluasi pasien dengan massa pada leher harus selalu dimulai dengan riwayat penyakit, diikuti dengan pemeriksaan kepala dan leher secara lengkap (Subekti, 2005). Salah satu metode diagnostik yang sangat bermanfaat untuk mengevaluasi massa pada leher adalah pemeriksaan dengan teknik Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) (Harrison et al, 2011). Pemeriksaan FNAB dilakukan pada massa dengan ukuran dominan terutama pada lesi dengan ukuran >1.0 cm atau pada massa yang menunjukkan pembesaran yang signifikan (Law et al, 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2011). Pemeriksaan dengan FNAB sejak dirintis tahun 1930-an telah berkembang secara luas, karena bermanfaat sebagai metode diagnostik prabedah dengan biaya yang relatif terjangkau. Pemeriksaan dengan FNAB ini juga tidak memerlukan anestesi lokal. Di tingkat dunia penggunaan FNAB sebagai metode diagnostik telah berkembang sangat pesat (Clark, 2005). Sebuah studi tentang akurasi diagnosis FNAB pada lesi tiroid mengemukakan sensitivitas dari FNAB 90% dan spesifitas dari FNAB 80%, nilai ramal positif 100%, nilai ramal negatif 90,5% (Gullia et al, 2011). FNAB merupakan metode pemeriksaan yang sudah dikenal luas, yang makin banyak digunakan dalam diagnosis sitologi prabedah sebagai prosedur diagnostik pada nodul tiroid terutama dalam menentukan suatu neoplasma dan sebagai deteksi dini pada keganasan tiroid (Kocjan, 2006). Prinsip utama dari pelaksanaan pemeriksaan FNAB adalah untuk menyeleksi pasien-pasien yang memerlukan tindakan pembedahan pada kelainan neoplasma atau pengobatan medikamentosa pada kelainan fungsional atau peradangan. Pemeriksaan FNAB terbukti dapat mengurangi tindakan pembedahan sampai 20-50% (Lina et al, 2010). Dari beberapa seri pemeriksaan FNAB pada kelenjar getah bening, metastasis dari suatu keganasan merupakan 50% dari kasus yang dilaporkan (Harrison, 2011). Penelitian Mohamed et al (2013) di Rumah Sakit Ampang Malasyia, pada 47 kasus FNAB massa regio colli didapatkan 20 kasus (43%) berasal dari kelenjar getah bening, 12 kasus (26%) dari kelenjar saliva, 10 kasus (21%) tidak dapat ditentukan asalnya, dan 5 kasus (10%) berasal dari kelenjar tiroid. Dari 37 kasus FNAB massa pada leher (78,7%) yang dapat didiagnosis, lesi 3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

inflamasi (46%) merupakan yang paling banyak ditemukan diikuti lesi jinak (41%) dan keganasan (13%). El-Hag et al (2003) menunjukkan bahwa limfadenitis reaktif merupakan penyebab paling sering (31%) massa pada leher diantara 225 pasien di Saudi. Selanjutnya kelainan yang sering adalah limfadenitis tuberkulosis (21%) diikuti dengan tumor ganas (13%), kista (11%), tumor jinak (9%), dan sialadenitis (5%). Hal ini mirip dengan penelitian di India yang menemukan bahwa (84,5%) kasus merupakan lesi jinak dan 15,5% kasus merupakan lesi ganas pada evaluasi limfadenopati servikal yang asimtomatis. Hal ini sangat berbeda dibadingkan dengan penemuan di Negara maju. Penelitian di New Zeland menunjukkan bahwa lebih dari 50% kasus merupakan keganasan, ini menunjukkan variasi epidemiologi antara Negara maju dan Negara berkembang. Pemeriksaan FNAB pada massa regio colli sering dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi dan Rumah Sakit di Padang dengan berbagai penyebab dan pada berbagai usia. Hingga saat ini belum ada data mengenai epidemiologi karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli di Sumatera Barat. Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi FNAB pada massa regio colli berdasarkan karakteristik pasien meliputi usia dan jenis kelamin. b. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik klinis massa regio colli meliputi organ asal, jumlah, ukuran, dan konsistensi, serta mengetahui distribusi frekuensi organ asal berdasarkan usia dan jenis kelamin. c. Mengetahui distribusi frekuensi sitopatologi FNAB pada massa regio colli berdasarkan mikroskopis yaitu diagnosis sitopatologi dan mengetahui distribusi frekuensi diagnosis sitopatologi massa regio colli berdasarkan jenis kelamin, usia, dan organ asal. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Dapat menambah ilmu dan wawasan penulis tentang karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dalam kaitannya dengan karakteristik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli. 5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

c. Bagi Klinisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menegakkan diagnosis pemeriksaan FNAB pada massa regio colli. d. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai karakterstik klinis dan sitopatologi FNAB pada massa regio colli. 6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas